Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA BERKOMUNIKASI

Disusun untuk memenuhi tugas:


Mata Kuliah:
Dosen Pengampu: Rully Andika, S.Kep., Ns., MAN

Disusun oleh :

1. Robby Dwi Aji (108120033)


2. Muhammad Kemal A.A (108120050)
3. Eka Hasna Sulistiani (108120053)
4. Naely Khusnaeni Rohmah (108120058)
5. Titin Maemunah (108120061)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 1B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT)


karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul makalah
etika berkomunikasi.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan I (IDK I) dari Bapak Rully Andika, S.Kep., Ns., MAN Penulisan makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan pembaca tentang pengertian etika berkomunikasi.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Namun, dengan bantuan
berbagai pihak, kekurangan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Rully Andika, S.Kep., Ns., MAN. selaku dosen IDK I yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Semoga penulisan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Cilacap, Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang


dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi, maka terjadilah hubungan sosial
karena bahwa manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, diantara satu dengan yang
lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbal balik.

Dalam berinteraksi, komunikasi merupakan kegiatan yang tidak bisa


dielakkan.  Perawat adalah salah satu profesi yang berhubungan erat dengan
penggunaan komunikasi sebagai salah satu bentuk sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan untuk melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik sehingga
berkontribusi dalam memperbaiki derajat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik
melalui perubahan tingkah laku sehat  ke arah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.  Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989)
dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Komunikasi sebagai salah satu intervensi dalam pemberian pelayanan


keperawatan yaitu dengan pendekatan komunikasi therapeutic. Sehingga perawat
yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling
penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis ambil sebagai dasar dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari etika berkomunikasi?
2. Apa manfaat dari etika berkomunikasi?
3. Bagaimana komunikasi tatap muka
4. Bagaimana komunikasi lewat media
5. Bagaimana teknik komunikasi yang baik
6. Bagaimana kiat sukses berkomunikasi
7. Bagaimana dinamika tanya jawab
8. Bagaimana teknik bertanya
9. Bagaimana mendengar aktif
10. Bagaimana teknik memberikan umpan balik
BAB 2

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Etika Berkomunikasi

Secara etimologi (bahasa) “Etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos” dalam
bentuk tunggal, “ethos” berarti kebiasaan. Dalam pembahasan ini, etika dapat
diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika manusia ditentukan oleh
bermacam-macam norma. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap
semua norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral
yang otonom dalam berbagai kesempatan. (Komunikasi et al., 2016)

Etika komunikasi merupakan norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunkasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi
interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Komunikasi
interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antarindividu untuk
menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat
tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antar individu, maka diperlukan
etika berkomunikasi. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya setempat


b. Segala aturan, ketentuan, tata-tertib yang sudah disepakati
c. Adat-istiadat kebiasaan yang dijaga kelestariannya
d. Tata krama pergaulan yang baik
e. Norma kesusilaan dan budi pekerti
f. Norma sopan santun dalam segala tindakan

Etika komunikasi mencoba untuk mengeleborasi standar etis yang digunakan


oleh komunikator dan komunikan. Sifat manusia yang paling mendasar adalah
kemampuan berpikir dan kemampuan menggunakan simbol. Ini berarti bahwa
tindakan manusia yang benar-benar manusiawi adalah berasal dari rasionlitas yang
sadar atas apa yang dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya,
(MuhamadMufid,2009).

Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun
perawat dalam praktik sehari-hari, yaitu bersikap jujur terhadap pasien, menghargai
pasien, dan beradvokasi atas nama pasien. Perawat berdasarkan sifat pekerjaannya
selalu dalam situasi yang menyangkut hubungan antara manusia, terjadi proses
interaksi serta saling mempengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap
individu yang bersangkutan. Perawat dalam melaksanakan perannya untuk melakukan
proses keperwatan perlu mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap pelaksanaan
tindakan keperawatan sehingga harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
hak dan kewajiban klien, hak dan kewajiban-kewajiban perawat atau dokter, kode etik
keperawatan, dan hukum keperawatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat
dalam menjaga etika berkomunikasi adalah:

1. Tidak menyentuh wilayah privasi pasien yang dapat menyinggung perasaannya.


2. Menghindari pembicaraan SARA yang bisa menciptakan konflik antar pasien.
3. Menghargai pasien yang usianya jauh lebih tua agar tetap menjaga sopan santun
dalam berkomunikasi
4. Jangan menggunakan cara pemaksaan yang berlebihan dalam menginstruksi
pasien.
5. Menjaga kerahasiaan penyakit perawat dalam pengertian tidak membicarakan
kepada orang lain yang tidak berkaitan dengan tugas pelayanan keperawatan.
2. 2 Manfaat

Setelah membahas berbagai hal mengenai etika komunikasi, berikut adalah manfaat
dari mempelajari etika komunikasi dalam (Kumorotomo, 2011) yaitu:

a) Melancarkan komunikasi dengan orang lain.


b) Memahami apa yang dikomunikasikan orang lain.
c) Diterima dalam sosial masyarakat karena mengikuti etika yang berlaku.
d) Memperkuat hubungan yang terjalin dengan orang lain.
e) Pesan yang disampaikan dapat diterima dengan lebih baik.
f) Dihargai orang lain karena kita menghargai mereka juga.
g) Tidak bertindak sembarangan dan seenaknya dalam berkomunikasi.

2. 3 Memulai pembicaraan

Dalam keseharian, tentunya kita pernah bertemu dengan keadaan  yang membuat kita
harus atau ingin memulai pembicaraan dengan orang lain. Namun ada hal-hal yang
harus diperhatikan, yaitu:

1) Lihat keadaan calon lawan bicara.


Apakah dia terlihat sedang sibuk atau terburu-buru? Kalau iya, mungkin kita harus
mencoba berbicara lain kali. Karena nanti kita justru akan mengganggu orang itu
dan membuatnya tidak nyaman.
2) Ramah dan sopan.
Sapa lah lawan bicara anda dengan ramah dan sopan, namun tidak terkesan
dibuat-buat. Kita bisa mengajukan pertanyaan basa-basi untuk pembuka seperti
apa kabar, mau kemana, dari mana, dan semacamnya.
3) Jangan hanya bicara, dengarkan juga.
Kebanyakan orang mengasumsikan komunikasi selalu berkaitan dengan bicara,
padahal tidak hanya itu. Mendengarkan juga salah satu bagian dari komunikasi,
dan hal ini sangat penting untuk dilakukan. Ketika kita terlalul sibuk bicara dan
tidak memperhatikan apa yang diucapkan lawan bicara, kita seperti tidak
menghargainya.

2. 4 Komunikasi Tatap Muka


Komunikasi yang mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi. Beberapa norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka
yang perlu diperhatikan (Kumorotomo, 2011)yaitu:
1) Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan
pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan
hendaklah tidak terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk
menunjuk lawan bicara.
2) Jangan kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema
pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman.
3) Janganlah mempergunjingkan orang lain. Apalagi yang digunjingkan itu tentang
kejelekan dan sisi negatif orang lain.
4) Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain
dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Tuhan memberikan telinga lebih
banyak dari mulut. Kita mempunyai dua telinga tetapi hanya punya satu mulut. Ini
adalah pelajaran budi pekerti yang nyata, agar kita lebih banyak mendengarkan
daripada berbicara.
5) Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang
kita ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para pengantunya
untuk mengatur jarak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.
Bila kita memasuki restoran yang didalamnya hanya ada seorang konsumen,
orang tersebut tidak kita kenal, lagipula kita tidak ingin berinteraksi dengannya,
maka akan terasa nyaman apabila mengambil tempat duduk yang berjauhan
dengan dia. Tetapi ketika kita bertemu dengan teman lama disebuah taman, dan
tempat duduk disebelah teman kita itu masih kosong, maka lebih baik apabila kita
duduk berdampingan dengannya.
6) Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan
terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin, atau menguap, hendaklah mulut ditutup
dengan tangan. Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terimakasih.
Salah satu bagian dari etika komunikasi interpersonal misalnya, yaitu menyapa.
Menyapa merupakan Tindakan sederhana yang perlu dilakukan kepada individu,
seperti teman, tetangga, famili adalah menyapa.

2. 5 Komunikasi Lewat Media


Seiring dengan melesatnya perkembangan teknologi, komunikasi melalui media bisa
dibilang sebagai komunikasi yang paling sering kita lakukan. Berikut hal-hal yang
perlu diperhatikan:
1) Perhatikan gaya tulisan dan tanda baca.
Karena komunikasi lewat media kebanyakan mengandalkan tulisan, kita harus
lebih berhati-hati dengan gaya bahasa yang kita tulis. Apakah sudah tepat, atau
seperti orang marah? Selain itu, penggunaan tanda baca juga sangat penting
terutama tanda seru. Sebaiknya kita meminimalisir penggunaan tanda seru atau
huruf besar semua, karena cenderung membuat orang berpikir kalau kita marah.
2) Atur intonasi (jika menelpon).
Menelpon memang terdengar suara, namun mimik dan ekspresi wajah tidak dapat
terlihat. Karena itu kita perlu mengatur intonasi suara kita ketika sedang
menelpon.
3) Pikirkan apa yang ingin ditulis.
Komunikasi lewat media memungkinkan kita untuk berpikir sedikit lebih lama
mengenai apa yang akan kita komunikasikan. Gunakan kesempatan itu untuk
mengkomunikasikan hal-hal dengan lebih baik dan menyortir kalimat yang tidak
patut. Tidak perlu terburu-buru, orang juga tahu kalau mengetik itu membutuhkan
waktu lebih lama daripada bicara langsung. Tapi jangan juga membiarkan pesan
orang tidak dibalas lama, karena itu akan membuat orang bertanya-tanya dan salah
paham.
2. 6 Teknik Komunikasi Yang Baik
Sebagai hal yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi harus
dilakukan dengan baik. Berikut adalah beberapa teknik komunikasi yang baik:
1) Bicara dengan jelas.
Komunikasi intinya adalah menyampaikan pesan kepada lawan bicara, dan tugas
kita adalah bagaimana agar pesan tersebut sampai sesuai dengan keinginan kita.
Yang paling penting adalah bicara apa yang kita maksudkan dengan jelas, supaya
tidak ada kesalahpahaman.
2) Mendengarkan dengan baik.
Seperti yang telah diulas sebelumnya, mendengarkan adalah hal yang sangat
penting dalam komunikasi. Tanpa kita berusaha mendengarkan baik, komunikasi
yang terjalin tidak akan efektif. Kita tidak memperhatikan apa yang dibicarakan
orang lain dan membuat komunikasi jadi terhambat.
3) Perhatikan lawan bicara.
Kita berkomunikasi dengan lawan bicara, maka kita harus perhatikan lawan
bicara kita. Dengan begitu, lawan bicara merasa dihargai dan komunikasi
berjalan lebih lancar. Kalau sudah begitu, hubungan yang terjalin dengan lawan
bicara pun akan terus terjalin dengan baik.
4) Konfirmasi jika merasa salah paham.
Dalam berkomunikasi, kita tidak dapat terhindar dari adanya kesalahpahaman.
Kesalahpahaman bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya gangguan lingkungan
atau ketidakfokusan kita dalam menyimak. Karena itu, perlu dikonfirmasikan
langsung hal yang disalahpahami guna meluruskan keadaan.
5) Perhatikan komunikasi non-verbal.
Seperti yang dibahas sebelumnya, komunikasi bukan hanya soal bicara atau
verbal. Ada juga aspek-aspek komunikasi non-verbal dan justru peranannya jauh
lebih besar dibanding komunikasi verbal. Contoh dari komunikasi non-verbal
adalah gestur tubuh, mimik wajah, penampilan, tanda baca, dan lain sebagainya.
2. 7 Kiat sukses berkomunikasi
- Kenali dengan baik lawan bicara
- Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar
- Jangan merasa dan memperlihatkan bahwa kita lebih tahu daripada lawan bicara
- Kenali betul-betul diri sendiri dan kemampuan diri
2. 8 Dinamika Tanya Jawab

Saat komunikator bertanya, komunikan mendengar kemudian komunikan


menanggapi, lalu komunikator mendengar dan menanggapi komunikan.

2. 9 Teknik Bertanya
1. Gantung
Merangsang pemikiran semua peserta
2. Langsung,
Mendisiplinkan yg melamun/yg banyak bicara, yg pemalu.
3. Kombinasi
Semua berpikir, mencegah kevakuman
4. Pantul
upayakan peserta menemukan jawaban sendiri yg dibutuhkan, kesempatan
peserta saling memahami potensi
5. Retorik
tidak memerlukan penjelasan
Untuk mengembangkan pertanyaan yang efektif, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Kehangatan dan antusias.
2. Beberapa kebiasaan yang perlu dihindari dalam mengajukan pertanyaan
(mengulang pertanyaan, mengulang jawaban, menjawab pertanyaan sendiri,
memancing jawaban serentak, dan pertanyaan ganda)
Prinsip bertanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bertanya dasar
Bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir berpikir dasar.
Dihubungkan Dihubungkan dengan taksonomi taksonomi Bloom, kemampuan ini
terdiri atas pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan aplikasi.
2. Bertanya lanjut
Bertanya untuk megembangkan kemampuan berpikir kreatif-inovatif.
Kemampuan ini terdiri atas analisis, sintesis, dan evaluasi.
Jenis pertanyaan ada dua, yaitu:
1. Pertanyaan Terbuka (Divergen) Suatu jenis pertanyaan yang dapat menimbulkan
jawaban bersifat terbuka. Penjawab bebas untuk memberikan informasi yang
diminta dengan kata-kata atau kalimat mereka sendiri. 
2. Pertanyaan Tertutup (Konvergen) Suatu jenis pertanyaan yang mengarahkan
jawaban pada satu titik (fokus) jawaban saja. Contoh: Pertanyaan yang digunakan
dalam Pilihan Ganda (PG).

2. 10 Mendengar Aktif

Pendengar aktif adalah mendengar untuk mengerti apa yang dikatakan dibalik pesan
itu. Apabila terjadi kekurangan dalam proses mendengarkan maka yang terjadi adalah
ketidak-mengertian bahasa yang digunakan dalam menerjemahkan pesan yang
disampaikan, kurangnya waktu untuk menerjemahkan pesan dalam bentuk kata-kata,
atau mengabaikan isyarat nonverbal yang mengiringi pesan verbal.

3 Phase mendengar
- Atensi pdsumber suara secara fisik & mental
- Paraphrasing dan Interpretasi
- Menanggapi dan Persuasi

Seseorang yang mendengarkan dengan aktif harus dapat mengetahui juga pesan yang
diterima secara keseluruhan dan dari sudut pandang yang berbeda dari apa yang
dikatakan seseorang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendengarkan
secara aktif, yaitu:

 Mendengarkan dengan menangkap ungkapan nonverbal sebaik isyarat verba Pada


saat mendengarkan dengan aktif, penerima
akan mendapat umpan balik dengan menguraikan sendiri kata-kata tentang pesan
yang disampaikan oleh sumber.
 Penerima pesan mengecek kembali (perception check) yaitu apa yang terkandung
dalam sebuah pesan yang diterimanya untuk mengerti pesan apa yang
sesungguhnya.
 Gambaran perilaku (behavior descriptions) ini merupakan
gambaran individu yang sangat spesifik. Kegiatan pengamatan kepada orang lain
tanpa membuat keputusan atau mengeneralisasi tentang apa latar belakang dan
sifat-sifatnya.

Teknik mendengarkan efektif dapat membantu para komunikator mempunyai


informasi yang akurat. Pastikan bahwa kualitas informasi yang baik tidak hanya
merupakan tantangan dalam mendengarkan. Keduanya baik pengirim maupun
penerima harus memastikan bahwa mereka mempunyai kualitas ketepatan
dari informasi yang benar. Brownell menyatakan bahwa efektivitas mendengarkan
dapat dimengerti melalui indikator perilaku seseorang merasa berhubungan dengan
mendengarkan secara efektif dalam enam unsur yang dikenal HURIER
Model (Hearing, Understanding, Remembering, Interpreting, Evaluating, and
Responding).

2. 11 Teknik Memberikan Umpan Balik

Umpan balik meliputi apa dan bagaimana hal tersebut dilakukan, bukan


alasan mengapa hal itu dilakukan. Tujuan utama untuk umpan balik yang
membangun adalah membantu orang untuk memahami dimana posisi mereka saat ini
dalam kaitannya dengan produktivitas (Haryoko, 2015).
Ada teknik penyampaian umpan balik yang disebut sebagai teknik berlapis.
Teknik ini menggunakan pendekatan hal yang positif atau hal-hal yang kuat (menurut
Anda) dalam penyampaian presentasi tersebut, digabungkan dengan bagian mana dari
presentasi tersebut yang sebaiknya ditingkatkan, lalu ditutup dengan penekanan pada
pesan yang positif tadi. Dalam memberikan umpan balik perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini (dalam Johnson, 1993)

1. Umpan balik lebih difokuskan pada perilaku seseorang dan bukan pada


kepribadiannya. Lebih baik mengatakan “Anda berbicara terlalu
banyak” daripada “Anda seorang yang bermulut besar”.
2. Umpan balik lebih difokuskan dalam bentuk deskripsi daripada dalam bentuk
penilaian. Lebih baik mengatakan “Suara anda terlalu pelan” daripada “Anda
seorang pembicara yang membosankan”.
3. Umpan balik lebih difokuskan pada situasi yang spesifik daripada perilaku yang
abstrak. Lebih baik mengatakan “Kadang-kadang wajah anda
cemberut” darapada mengatakan “Ketika anda berbicara dengan Aga, wajah
anda terlihat cemberut”.
4. Umpan balik lebih difokuskan pada ‘disini’ dan ‘sekarang’. Umpan balik
diberikan sesegera mungkin, sehingga orang yang diberi umpan balik langsung
mengerti apa yang dimaksudkan.
5. Umpan balik lebih bersifat membagi perasaan dan persepsi daripada memberikan
nasihat. Tujuan memberikan umpan balik adaah sebatas pada masukan, oleh
karenanya keputusan tetap ditangan yang bersangkutan. Dengan cara berbagi rasa
orang merasa diberi kebebasan untuk menentukan pilihanya.
6. Umpan balik tidak bersifat memaksa. Umpan balik diberikan
untuk membantu seseorang menjadi lebih sadar dan memperbaiki kesadaran diri
pada orang lain. Umpan balik diberikan hanya kepada orang yang dipersepsikan
mampu menerima umpan balik tersebut. Umpan balik bukanlah kebutuhan si
pemberi. Jika orang lain merasa tidak membutuhkan atau tidak bisa
meerima  umpan balik, tidak selayaknya memaksakan umpan balik tersebut.
7. Batasi umpan balik yang diberikan. Pemberian umpan balik yang berlebih
menyebabkan orang merasa overload sehingga umpan balik akan mubazir saja.
8. Umpan alik difokuskan pada perilaku orang yang dapat diubah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan

Etika komunikasi merupakan norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunkasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi
interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Komunikasi
interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antarindividu untuk
menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi
dapat tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antar individu, maka
diperlukan etika berkomunikasi.

Komunikasi sebagai salah satu intervensi dalam pemberian pelayanan


keperawatan yaitu dengan pendekatan komunikasi therapeutic. Sehingga perawat
yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan
dan meningkatkan citra profesi keperawatan.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah yang dibuat penulis diharapkan penulis maupun
pembaca dapat memahami etika berkomunikasi dalam bidang keperawatan.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu saya ingin meminta
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah yang kami buat bisa
menjadi lebih baik dari sebelumnya serta jauh lebih bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

 Bahasan, P. (2002). Deskripsi Singkat Topik : 67–83.


 Haryoko, S. (2015). Efektivitas Strategi Pemberian Umpan Balik. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 1(1), 103–115. https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.4194
 Komunikasi, E., Belakang, L., & Komunikasi, M. (2016). BAB I. 1–25.
 Kumorotomo, W. (2011). Pengertian Etika. 1(1), 438.

Anda mungkin juga menyukai