Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN TUGAS INDIVIDU


STUDI KASUS DILEMA ETIK
KEPERAWATAN
Yopi Darmawan

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ET HICAL DILEMMA
Pet ra Vit ara

Decision Making Legal Et ic.docx


Eka Wast ica

KEPUT USAN ET IS
gyuri Yuliant i
LAPORAN TUGAS INDIVIDU
STUDI KASUS DILEMA ETIK KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Penugasan Individu


Magister Keperawatan

Disusun Oleh:
MAWADAH SETYA RAHMAWATI
19/448582/PKU/18096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan dan anggota dalam sistem
kesehatan yang bretanggung jawab untuk memberikan perawatan kepada pasien
berdasarkan etika keperawatan (Jhonstone, 2004). Perawat membutuhkan pengetahuan
mengenai etika keperawatan untuk melakukan fungsi yang sesuai untuk memberikan
perawatan yang aman sesuai dengan etika dan hukum keperawatan (Chitty, 2007)
Etik adalah pernyataan yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, dan
bagaimana yang seharusnya. Etik ada pada beberapa level, mulai dari individu atau
kelompok kecil sampai dengan masyarakat secara keseluruhan (Aikan & Catalano, 2004).
Dalam lingkungan praktik keperawatan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas sering
menghadapi isu-isu yang terkait dengan masalah etik atau yangs erring disebut dengan
dilema etik (Bahri, 2010)
Di Indonesia, dilema etik yang sering dialami oleh tenaga keperawatan ialah: 1)
meneruskan dan menghentikan treatment, 2) siapa yang harus mendapatkan informasi, 3)
berkata jujur atau tidak, 4) ingin melakukan tindakan tapi di luar wewenang, dan 5)
bertindak sebagai advokat pasien versus mempertahankan hubungan baik dengan anggota
tim kesehatan (Bahri, 2010). Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk
menghadapi dilema etika tersebut. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan
oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan. Oleh
karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang dilema etik supaya bisa dipahami
oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi
yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari etik?
2. Bagaimana langkah dalam menyelesaikan dilemma etik?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari etik.
2. Memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan dilemma etik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Etik
Etik, istilah lebih formal merujuk pada studi yang sistematik terhadap nilai-nilai
tersebut. Etika adalah pernyataan benar atau salah dan bagaimana seharusnya tindakan
dilakukan (Bahri, 2010). Etis berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada peraturan yang menegaskan hal
yang harus dilakukan. Sumber etika berbagai profesi yang digariskan dalam kode etik
berasal dari martabat dan hak manusia yang mempunyai sikap menerima dan kepercayaan
dari profesi (Suhaemi ,2003).
B. Teori Etik
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip
dan aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology (Aiken, 2004).
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme merupakan bentuk dari teleology. Teori ini merupakan teori etik
yang menentukan benar atau salah yang dilihat dari estimasi kemungkinan dari hasil
akhir (Hitchcock et al, 2003). Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal
dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia. Misalnya bayi yang lahir cacat lebih
baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat (Kellly, 1987
dalam buku Suhaemi, 2003).
2. Deontologi
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, benar atau salah bukan ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya
(Hitchcock et al, 2003). Misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan
abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam
menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan,
misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena
setiap tindakan yang mengakhiri hidup (calon bayi) merupakan tindakan buruk secara
moral (Suhaemi, 2003).
C. Prinsip-Prinsip Etik
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak
akan pernah berubah. (Suhaemi, 2003). Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika
keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Praktik profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya (Suhaemi, 2003).
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti melakukan sesuatu yang baik, mencegah kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan diri dan orang lain. Terkadang terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi dalam situasi pelayanan kesehatan (Hitchcock et al,
2003),
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan (Suhaemi,
2003).
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga (Hitchcock et al,
2003).
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Perawat juga harus mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan (Efendi dan
Makhfudli, 2009).
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip ini berhubungan dengan menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien (Suhaemi, 2003).
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien (Efendi dan Makhfudli, 2009).
D. Definisi dan Kode Etik Keperawatan
Definisi etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
berperilaku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Tujuan dari etika keperawatan adalah
mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu. Kode etik keperawatan
merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi
anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan
pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada
dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan
setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia (PPNI,
2000)
E. Dilema Etik
Dilema etika merupakan situasi dimana individu membutuhkan untuk membuat
pilihan antara dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan (Davis, 2004). Menurut
Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk
menghadapi dilema etika tersebut. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan
oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan
1. Prinsip DECIDE (Efendi dan Makhfudli, 2009):
D = Define the problem (Memperjelas masalah)
E = Ethical review (Identifikasi komponen-komponen etik)
C = Consider the options (Identifikasi orang yang terlibat dan alternatif yang dapat
diberikan)
I = Investigate outcomes (Identifikasi hasil dari setiap alternatif tindakan)
D = Decide on action (Memutuskan tindakan)
E = Evaluate results (Mengevaluasi hasil)
2. Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005)
a. Pengkajian
Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan,
dengan bantuan pertanyaan yaitu:
 Apa yang menjadi fakta medik?
 Apa yang menjadi fakta psikososial?
 Apa yang menjadi keinginan klien?
 Apa nilai yang menjadi konflik?
b. Perencanaan
Perencanaan agar dapat berhasil perlu untuk setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam
perencanaan, yaitu:
 Tentukan tujuan dari treatment.
 Identifikasi pembuat keputusan
 Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
c. Implementasi
Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak
memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional. Perawat
harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang
menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan.
d. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya.
3. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier, 2004)
a. Mengembangkan data dasar.
Pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi:
 Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
 Apa tindakan yang diusulkan
 Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
 Apa konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
4. Model Murphy dan Murphy (1984)
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah
umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
5. Langkah Menurut Thompson & Thompson (1981) dalam Bosek dan Savage (2006)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III
STUDI KASUS DAN PENYELESAIAN DILEMA ETIK

Deskripsi Kasus Pasien

Tn.G, seorang pria berusia 57 tahun dengan kanker prostat agresif yang dirawat oleh tim
perawat di departemen onkologi rumah sakit umum di Brisbane, QLD, Australia. Tn.G
didiagnosis dengan kanker prostat sejak tujuh tahun yang lalu tetapi menolak perawatan
medis dan bedah pada saat itu. Dia memilih untuk mencari pengobatan alternatif dan tidak
menindaklanjuti dengan ahli urologi selama periode tujuh tahun itu. Tn.G kini menderita
anemia dan hipoproteinemia. Setelah beberapa tes diagnostik selama periode itu, ditemukan
bahwa kanker telah menyebar ke tulangnya, dan itu telah menyebar secara lokal ke kelenjar
getah bening dan tumor primer menyerang kandung kemih dan sebagian menghalangi ginjal
sebelah kiri.
Tn.G memiliki beberapa penerimaan selama dua bulan periode karena berbagai alasan. Pada
penerimaan terakhir Tn. G diberitahu bahwa ia mungkin hanya memiliki 46 minggu
(sebelumnya itu 6-12 bulan) untuk hidup setelah cystoscopy menunjukkan lebih lanjut
pertumbuhan tumor yang luas, ditentukan bahwa ada intervensi bedah/medis lebih lanjut
tidak akan sesuai dalam kasus ini dan rejimen perawatan paliatif adalah langkah berikutnya.
Pada titik ini pasien melaporkan ke tim layanan kesehatan bahwa dia telah mengundurkan
diri pada kenyataan bahwa dia akan mati. Tn.G menceritakan kepada perawat bahwa ia
berencana untuk bunuh diri dan itu adalah rahasia bahwa perawat tidak boleh memberi tahu
siapa pun.

Sumber kasus dari jurnal:


Jie, L. 2015. The patient suicide attempt - an ethical dilemma case study. International
Journal of Nursing Sciences 2. 2015;2 (4): 408-413.
PENYELESAIAN DILEMA ETIK

Langkah-Langkah Memutuskan Masalah Etik:


A. Langkah 1
1. Identifikasi dan klarifikasi masalah etik
a. Identifikasi masalah etik pada kasus tersebut
 Tn.G dengan kanker prostat stadium akhir yang agresif menegaskan bahwa
Tn.G hanya memiliki 4-6 minggu untuk hidup dan mengekspresikan
percobaan bunuh diri ke staf perawat dan meminta perawat tidak memberi
tahu petugas lainnya.
 Dalam kasus Tn.G, setelah pasien mengaku percobaan bunuh diri, staf perawat
memiliki dua pilihan berat, benar secara moral. Jika perawat memilih untuk
menjaga rahasia sesuai kebutuhan pasien, perilaku ini akan dihormati
keputusan pasien sendiri. Namun, keputusan staf perawat dapat menyebabkan
pasien benar-benar bunuh diri tanpa intervensi kesehatan. Jika staf perawat
memilih untuk memberi tahu anggota tim perawatan kesehatan lain tentang
upaya bunuh diri pasien, tim perawatan kesehatan akan terlibat dalam
merawat, mencegah dan menghindari bunuh diri, tetapi kerahasiaan pasien
akan dilanggar.
b. Berikan beberapa pandangan tentang masalah
 Pada kasus Tn.G, prinsip etik autonomy dan beneficence dapat diterapkan
bersama, tetapi tidak satu pun dari mereka dapat dipilih tanpa melanggar yang
lainnya. Ketidakcocokan logis antara prinsip etik autonomy dan benefience
dalam kasus ini merupakan alasan utama yang menyebabkan dilema etika.
 Selain itu prinsip non-malificence dipertimbangkan dalam situasi moral ini
yang melanggar prinsip autonomy tetapi memberi dukungan prinsip
beneficence. Oleh karena itu ada tiga prinsip etik yang dipertimbangkan pada
kasus Tn G antara lain autonomy, beneficence, dan non-malificence.
B. Langkah II
1. Mengumpulkan Data
a. Siapa yang terlibat: pasien, perawat.
b. Siapa saja yang berhak mengambil keputusan: perawat
c. Apa kepentingan masalahnya: pasien menginformasikan ingin bunuh diri kepada
perawat dan tidak memperbolehkan perawat untuk memberi tahu petugas yang
lainnya.
d. Kepentingan nilai-nilai yang berhubungan dengan masalahnya? Identifikasi nilai-
nilai siapa yang sangat menentukan?
Kepentingan nilai-nilai pasien yang sangat menentukan proses pengambilan
keputusan. Tiga prinsip etik yang dipertimbangkan pada kasus Tn G antara lain
autonomy, beneficence, dan non-malificence
e. Sebutkan faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan?
 Kerahasiaan informasi (autonomy) pasien dilanggar
 Memberi tahukan informasi kepada petugas medis lainnya tanpa persetujuan
pasien
 Rasa percaya pasien terhadap perawat menjadi menurun
C. Langkah III
1. Identifikasi pilihan-pilihan pemecahan masalah:
a. Identifikasi batas waktu pembuatan keputusan
Waktu pembuatan keputusan harus segera setelah pasien menyatakan ingin bunuh
diri. Karena jika tidak, pasien akan segera bunuh diri.
b. Identifikasi setiap tindakan yang memungkinkan
1) Profesi memilih untuk memberitahukan keinginan bunuh diri pasien terhadap
tenaga kesehatan lainnya
2) Profesi memilih untuk tidak memberitahukan keinginan bunuh diri pasien
terhadap tenaga kesehatan lainnya
c. Sebutkan hal positif dan negatif dari masing-masing pilihan (ditambah dengan
resiko dan manfaatnya)
1) Profesi memilih untuk memberitahukan keinginan bunuh diri pasien terhadap
tenaga kesehatan lainnya
a) Resiko: pasien tidak percaya lagi terhadap perawat, perawat melanggar
prinsip autonomy pasien
b) Manfaat: dapat menemukan solusi dari berbaga tenaga kesehatan dan
melakukan intervensi terbaik untuk pencegahan bunuh diri
2) Profesi memilih untuk tidak memberitahukan keinginan bunuh diri pasien
terhadap tenaga kesehatan lainnya
a) Resiko: pasien akan melakukan bunuh diri, perawat akan melanggar
prinsip etik non-malificence dan beneficence
b) Manfaat: perawat menerapkan prinsip autonomy atau menjaga kerahasiaan
pasien, pasien percaya kepada perawat.
d. Perlu adanya pertemuan komite etik? Perlu adanya pertemuan komite etik karena
ini menyangkut nyawa seseorang. Perlu ada pertemuan antara perawat dengan
petugas kesehatan lainnya dalam menentukan keputusan yang tepat.
e. Sumber-sumbera apa yang bisa membantu anda dalam proses pembuatan
keputusan? semua prinsip etika, teori utilitarianisme, pernyataan nilai, konsep dan
pendapat hokum.
f. Pilihan mana yang direkomendasikan oleh profesi dan jelaskan mengapa?
Profesi memilih untuk memberitahukan keinginan bunuh diri pasien terhadap
tenaga kesehatan lainnya. Karena pernyataan nilai etik keperawatan menekankan
tanggung jawab perawat untuk memberikan kualitas perawatan kesehatan menuju
perawatan berkualitas untuk mengambil tindakan positif untuk menghindari bunuh
diri.
D. Langkah IV
1. Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan
Setelah mempertimbangkan semua prinsip etika, teori utilitarianisme,
pernyataan nilai, konsep dan pendapat hukum, etis, tidak diizinkan secara hukum bagi
perawat untuk merahasiakan upaya bunuh diri Tn.G. Tindakan berbagi informasi
dengan tenaga profesional lain sesuai dengan pertimbangan prinsip etik non-
malificence dan beneficence. Hal itu menciptakan manfaat bagi kebanyakan orang
dalam hal ini, dengan demikian menjadi pilihan moral yang benar menurut teori
utilitarianisme. Selain itu, pernyataan nilai etika keperawatan menekankan tanggung
jawab perawat untuk memberikan kualitas perawatan kesehatan dan untuk nilai akses
ke perawatan berkualitas dan perawatan kesehatan untuk semua orang yang
mendukung perawat untuk mengambil tindakan positif untuk menghindari bunuh diri.
Apalagi pendapat dalam literatur kontemporer perawat setuju untuk
mengambil tindakan positif dan memberitahu tenaga kesehatan profesional lainnya
untuk mencegah bunuh diri yang mendukung pilihan 'memberitahu orang lain'.
Karena itu, yang terbaik adalah etika keputusan untuk pasien adalah bahwa perawat
berbagi informasi tentang upaya bunuh diri Tn.G dengan tenaga kesehatan
professional lainnya. Dalam kasus Tn.G, staf perawat membuat yang keputusan etis
terbaik untuk pasien. Dia memilih untuk berbagi informasi upaya bunuh diri Tn.G
dengan tenaga kesehatan professional lainnya.
E. Langkah V
1. Melakukan tindakan
a. Bagaimana caranya? (Sebutkan tahapan yang jelas)
1) Begitu perawat memperhatikan kecenderungan bunuh diri Tn.G, perawat
memberikan kenyamanan psikologis kepada pasien terlebih dahulu secara
berurutan untuk menstabilkan suasana hati pasien dan mencegahnya segera
perilaku bunuh diri.
2) Kemudian perawat memberikan informasi kepada manajer perawat. Manajer
perawat adalah pemimpin tim yang memandu semua pekerjaan anggota tim.
Dia mengikuti protocol kekerasan pada diri sendiri dan bunuh diri rumah sakit
secara ketat. Dalam kasus Tn.G, dia membagi protokol pencegahan bunuh diri
menjadi tiga langkah.
3) Pada komunikasi langkah-efektif pertama, salah satu perawat terus
bertanggung jawab untuk mempertahankan yang efektif komunikasi dengan
pasien, menstabilkan suasana hati Tn.G untuk mencegah perilaku bunuh diri
atau melukai diri sendiri. Perawat ini juga memulai percakapan terbuka
dengan Tn.G untuk mengidentifikasi fakta yang mungkin memicu pikiran
bunuh diri. Selama dalam percakapan itu, para perawat mendapati bahwa
Tn.G mengeluh berulang kali tentang sakit ginjal yang tak tertahankan dan
putrinya belum menghubunginya untuk waktu yang lama. Oleh karena itu,
rasa sakit yang tak henti-hentinya dan kurangnya dukungan keluarga
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pikiran bunuh diri pasien.
4) Pada titik itu, tim keperawatan memprakarsai langkah kedua protocol
pencegahan bunuh diri-intervensi keperawatan. Di dalam kasus, penilaian
nyeri sistematis diproses pada pasien oleh staf perawat dan dokter memberi
tahu obat pereda nyeri untuk Tn. G.
5) Setelah kepala perawat memastikan bahwa rasa sakit ginjal Tn.G berkurang
secara bertahap dan pasien dalam kondisi mental dan fisik yang stabil, langkah
ketiga dari protokol pencegahan bunuh diri-kolaborasi dengan penyedia
layanan kesehatan lainnya diproses.
6) Di dalam kasus ini, psikolog dan pekerja sosial diikutsertakan dalam protokol
perlindungan bunuh diri. Psikolog melakukan evaluasi psikologis untuk
mengatasi faktor risiko lainnya dan gejala yang berhubungan dengan pikiran
bunuh diri pasien. Dan rencana keperawatan psikologis selanjutnya adalah
dibuat oleh tim psikolog dan keperawatan. Pekerja sosial melakukan tugas
untuk menghubungi putri Tn.G dan mengatur anggota keluarga untuk
mengunjungi Tn.G.
F. Langkah VI
1. Evaluasi
a. Apakah semua pihak terlibat dalam proses pembuatan keputusan? Semua pihak
terlibat dalam pembuatan keputusan. Dari perawat, dokter, psikologis, pekerja
sosial. Bersama-sama mencari keputusan yang terbaik.
b. Apakah semua pihak puas dengan proses pembuatan keputusan?
Semua pihak puas dengan proses pembuatan keputusan. Pasien bahagia karena
ternyata mengurungkan niat untuk bunuh diri membuat hidupnya lebih bahagia
dan nyeri yang dialami juga berkurang. Sebelumnya tidak bertemu dengan
anaknya, akhirnya bias bertemu dengan anaknya.
c. Apakah hasil sesuai dengan yang diantisipasi?
Hasil sesuai dengan yang diantisipasi. Setelah serangkaian intervensi, kondisi fisik
dan emosional Tn.G distabilkan, dia tidak menyatakan keinginan untuk bunuh diri
atau memiliki perilaku melukai diri sendiri.
d. Bagaimana rekomendasi selanjutnya?
Rekomendasinya setelah satu minggu kemudian, Tn.G dipindahkan ke layanan
perawatan paliatif untuk menjalani penyakit kronisnya dengan damai.
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Implikasi keperawatan yang dapat diterapkan berdasarkan kasus dilema etik dan
langkah-langkah penyelesaiannya ialah:
1. Perawat dapat memahami prinsip-prinsip etik dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
2. Perawat memahami kebijakan yang ada di Rumah Sakit atau tempat bekerja sehingga
meminimalkan terjadinya kesalahan terhadap pasien dan kolega.
3. Perawat melakukan inform consent dalam melakukan setiap tindakan.
4. Perawat merahasiakan semua kondisi yang dialami pasien ketika berada di luar lingkup
dirinya bekerja
5. Perawat adil dalam memberikan perawatan kepada pasien, tidak membedakan antara satu
dengan yang lainnya.
6. Perawat jujur dalam memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
pasien dan keluarga inti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika
dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya
dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
.
B. Saran
 Pendidikan tentang etika dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus
ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami tentang etika keperawatan
 Pendidikan etika sejak perkuliahan dan profesi akan membentuk mahasiswa saat
di dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Aiken, T. D. 2004. Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. Philadelphia : F.A Davis
Company.

Bahri, T. S. 2010. Etika, Hukum dan Moral Dalam Keperawatan. Idea Nursing Journal.
Volume 1 No 1

Bosek, M. S. D. Savage, T.A. 2006. The Ethica Component of Nursing Education.

Chitty KK. Beth BP. 5th ed. St Louis: Saunders Elsevier; 2007. Profesional nursing concepts
and challenge; pp. 522-5.

Dalami, E. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Efendi, F. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E. Thomas, S.A. 2003. Community Health Nursing: Caring in
Action: 2nd Edition (pp 500-518). NY: Thompson Learning.

Jie, L. 2015. The patient suicide attempt-an ethical dilemma case study. International Journal
of Nursing Sciences 2. 2015: 2 (4): 408-413.

Jhonstone MJ. 4th ed. Sydney: Churchil Livingstone Publisher; 2004. Bio Ethics: A Nursing
perspective; pp: 120-4.

Kozier B., Erb G., Berman A., Snydey S.J. 2004. Fundamental of Nursing Comcepts, Process
and Practice 7th Ed. Mew Jersey: Pearson Education Line

Murphy, C. P. 1984. The Cuhanging Role of Nurse in Making Ethical Decisions. Law,
Medicine, and Health Care: 173-175, 184.

PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.

Suhaemi, M. E. 2003. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. 2004. Essentials of Nursing Leadership and
Management Third Editon. Philadelphia: FA. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai