Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) dalam 20 tahun, jumlah kematian ibu
telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun 1990 menjadi 287.000
pada tahun 2010. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menjadi 210 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia pada tahun 2011 mencapai 51 per
1000 kelahiran hidup. (WHO,2012).

Di Indonesia , AKB memang telah menurun dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2004 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI,2007).AKI menurun
dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007.Sementara tercapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015 ,angka
kematian ibu turun menajdi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.(kementrian kesehatan RI,2012).

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia 359 per 10000 kelahiran hidup mengalami peningkatan yang
signifikan dibanding pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2012. (SDKI, 2012).

Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Survasi Demografi Kependudukan Indonesia 2012, AKI Indonesia


adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, padahal target MDG’s adalah 102 per 100.000
kelahiran hidup. Sementara AKB Indonesia adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
target MD’s 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Jawa Barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas sebagai penyumbang
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di
Tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena
8
kehamilan,persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi
823 kasus di tahun 2015. Hal ini terungkap pada Diskusi Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Jawa Barat, Rabu 30 November 2016. Diskusi tersebut digelar oleh United
States Aids for International Development ( USAID ) bersama Kementrian Kesehatan Jawa
Barat.
Dalam diskusi tersebut juga diketahui, kondisi serupa juga terjadi pada bayi baru
lahir.yakni meningkat dari 3098 kasus tahun 2014 menjadi 3369 kasus di tahun 2015. Rata-
rata setiap hadi di Prrovinsi Jawa Barat pada Tahun 2015 kehilangan 2 Ibu dan 9 bayi akibat
kematian tersebut. Ada banyak faktor berpengaruh terhadap tingginya kasus kematian ibu,
salah satunya adalah ketrlambatan penanganan pasien di pealayanan kesehatan ( RS dan
Puskesmas). Keterlambatan tersebut bisa saja karena terlambat mendapatkan pertolongan,
terlambat rujukan, dan terlambat mendapatkan pelayanan. (www.pikiran–
rakyat.com/bandung-raya/2016/12/01).

Sedangkan menurut Sekertaris Dinas Kesehatan Jawa Barat, Uus Sukmara , penyebab
kematian tertinggi yaitu terkena hypertensi , pendarahan dan keguguran dan lainnya, Angka
kematian hypertensi mencapai 270 kasus. “ yang tercatat oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat
penyebab dan kejadian Langsung , akan tetapi terdapat penyebab tidak langsung”, untuk
penyebab tidak langsung biasa karena usianya masih muda . di daerah –daerah terpencil, anak
perempuan yang baru usia 16 tahun sudah menikah. Belum matangnya usia ibu menjadi
penyebab kematian.

Apalagi di daerah-daerah, pengetahuan terhadap fase kehamilan masih cukup minim ,


di tambah lagi dengan minimnya fasilitas kesehatan menambah kompleknya kematian ibu.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, pada tahun 2014
setidaknya terdapat 49 ibu meninggal dunia akibat melahirkan. Sedangkan untuk kematian
bayi meninggal setelah dilahirkan mencapai 173. Kondisi ini masih menempatkan Cianjur
menjadi urutan kelima dari bawah dari jumlah kabupaten/kota di Jawa Barat.Memang masih
terbilang tinggi AKI maupun AKB di Cianjur.

Sepanjang tahun 2016 berdasarkan angka absolute kematian, terdapat 34 kasus


kematian ibu dan 158 kasus kematian bayi yang menurun dibanding tahun lalu.wialayah utara
Cianjur masih menjadi lokasi dengan laporan kematian paling banyak. Kasus AkI dan AKB
menyangkut data kursial sebagai tolak ukur keberhasilan program kesehatan. Fakta
dilapangan masih menunjukan kurang responsifnya masyarakat terhadap penanganan dan
pencegahan kematian pada ibu beserta bayi , faktor pelayanan kesehatan hingga keinginan

2
ibu untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan seringkali menjadi penyebab terjadinya AKI dan
AKB.
Dinas kesehatan cianjur berupaya memaksimalkan dengan mengeluarkan sistem ,
“Si Jagoan”,yakni sistem Jejaring Rujukan Obstetri dan Neonatal. Berfungsi untuk membantu
tenaga medis tingkat desa untuk merujuk pasien ke wilayah kota.sitem tersebut
mengkoordinasikan tenaga medis dalam penanganan ibu hamil yang membutuhkan
penanganan khusus.

Di puskesmas gunungbitung AKI untuk tahun 2017 menurun menjadi 1 kematian ibu
bersalin pada tahun 2016 2,sedangkan untuk kematian bayi pada tahun 2016 jumlah
kematian neonatal sejumlah 3 orang dan lahir mati 4 orang. Desa Hamerang AKI untuk
tahun 2016 dan 2017 tidak terdapat kematian ibu bersalin dan bayi ,tetapi pada tahun 2016
terdapat kematian bayi sejumlah 1 orang.

Sebenarnya kematian ibu tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan pemeriksaan
kehamilan (Antenatal Care) yang teraur serta berslin di fasilitas kesehatan ,agar komplikasi
seperti perdarahan dan infeksi tersebut dapat diketahui lebih cepat dan segera mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tepat dan segera.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melaporkan hasil pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan selama
tahun 2019 serta meningkatkan cakupan program KIA di Desa Hamerang Puskesmas
Gunungbitung Kecamatan Cibinong dengan harapan AKI dan AKB menurun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur (bulanan)
dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
c. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
potensial untuk digunakan

3
C. MANFAAT

1. Puskesmas
Sebagai bahan pengawasan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) terhadap Bidan
Desa agar dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan kompetensi Bidan.

2. Masyarakat
Sebagai masukan kepada masyarakat agar meningkatkan peransertanya dalam
mendukung program kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.
3. Bidan Desa
Sebagai bahan acuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak Desa
Hamerang

4
BAB II

GAMBARAN UMUM DESA HAMERANG

A. LETAK GEOGRAFIS

Desa hamerang merupakan salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas


Gunungbitung dengan luas wilayah 501,969 Ha, dengan batas-batas wilayah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mandalawangi Kecamatan Leles


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wargaluyu kecamatan Cibinong.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukasirna Kecamatan Leles
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ciburial kecamatan Cibinong

B. KEADAAN PENDUDUK

Jumlah penduduk Desa Hamerang sebanyak 3.358 Jiwa yang terdiri dari penduduk
laki-laki sebanyak 1.705 jiwa dan penduduk perempuan 1.653 jiwa.
 Jumlah KK : 1.254 KK
 Jumlah RT : 19
 Jumlah RW :7
 Jumlah Posyandu :5
 Tenaga Kesehatan : 2 Bidan dan 1 Perawat
 Jumlah Paraji : 4 orang
 Bumil : 59 jiwa
 Bulin : 57 Jiwa
 Neonatal : 55 Jiwa
 Bayi : 59 Jiwa
 Balita : 274 Jiwa

5
C. DATA HASIL KEGIATAN CAKUPAN PROGRAM KIA DESA HAMERANG
PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2019

a. Cakupan Program KIA Periode Januari-Desember Tahun 2019

1. Tabel Sasaran Pelayanan Tiap Posyandu Tahun 2019

No Posyandu Bumil Bulin 20% Neo 15% Bayi Balita WUS


Bumil Bayi
1. Gelatik 10 9 2 10 2 19 50 94

2. Bunga 9 8 1 8 1 9 34 76
Tanjung
3. Karamat Sari 14 14 3 13 2 14 70 125

4. Pamoyanan 11 11 3 10 2 11 58 118
5. Citereup 15 15 3 14 2 15 62 107
Jumlah Desa 59 57 12 55 9 59 274 525
2. Tabel Proyeksi Indikator Pelayanan Desa Hamerang Tahun
2019

Indikato K1 K4 Lina KFL Kn KnL PKO K.Balita PKn KBY KB


r kes 1

Target
100 90 90 90 90 90 80 90 80 90 80
(%)

3. Data Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak Desa Hamerang


Meliputi :

K1 K4 Linakes KFL Kn1 KnL


Bulan
jml % Jml % jml % Jml % Jml % jml %

Januari 9 13.8 7 10.7 4 6.3 4 6.3 4 6.6 4 6.6

Februari 7 10.7 7 10.7 3 4.7 2 3.1 3 5.0 2 3.3

Maret 6 9.2 5 7.6 5 7.9 5 7.9 5 7.9 5 7.9

6
April 3 4.6 6 9.2 6 9.5 6 9.5 6 10.0 6 10.0

Mei 6 9.2 7 10.7 3 4.7 3 4.7 3 5.0 3 5.0

Juni 5 8.4 5 8.5 4 7.0 4 7.0 4 7.2 4 7.2

Juli 3 5.0 2 3.4 5 8.7 5 8.7 5 9.0 5 9.0

Agustus 7 11.8 3 5.1 4 7.0 4 7.0 4 7.2 5 9.0

September 4 6.7 3 5.1 6 10.5 6 10.5 6 10.9 5 9.0

Oktober 6 10.2 3 5.1 5 8.8 5 9.1 5 9.1 5 9.1

November 6 10.2 2 3.4 4 7.0 4 7.0 3 5.5 4 7.0

Desember 6 10.2 1 1.7 2 3.5 2 3.6 2 3.6 2 3.6

Desa 68 115 51 86 .0 51 89.0 50 87.7 50 90.9 50 90.9

PKO PKN K.Bayi K.Balita


Bulan

jml % jml % jml % jml %

Januari - - - - 5 7.9 23 7.6

Februari 1 12.5 - - 4 6.3 25 8.3

Maret 1 12.5 - - 4 6.3 24 8.0

April - - - - 5 7.9 32 10.6

Mei - - - - 5 7.9 38 12.6

Juni - - - - 3 5.0 29 10.5

Juli - - - - 4 6.8 22 8.0

Agustus 1 12.5 - - 4 6.7 7 2.5

September - - - - 5 8.5 25 9.1

Oktober - - - - 4 6.8 21 7.7

November  - -  - - 5 8.5 21 7.7

Desember - -  - - 5 8.5 23 8.4

7
Desa 3 25.0 - - 49 83.0 290 105

4. Tabel Cakupan Program KIA Januari-Desember 2019

Target s/d Desember 2019 Real Pencapaian Kesenjangan

K1 100% 68 115% +15 %

K4 90% 51 86% -4%

Linakes 90% 51 89% -1%

KFL 90% 50 88% - 2%

Kn1 90% 50 90.9% +9%

KnL 90% 50 90.9% +9%

PKO 80% 3 25% -55%

K.Balita 90% 290 105% + 15%

K.bayi 90% 49 83% -7%

PKn 80% 0 80% -80%

8
8
BAB III

PERMASALAHAN, TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK


LANJUT

A. PERMASALAHAN
Pencapaian semua Indikator masih ada yang di bawah target, Dari semua indikator yang
masih di bawah target, yang masih tinggi kesenjangannya adalah K4, Kunjungan Bayi, PKN dan
PKO.

Indikator K4 PKO PKN K.Bayi

U 2 2 2 1

S 3 2 1 1

G 2 1 1 1

Skor 6 5 4 3

Dari tabel USG, didapat jumlah skor yang paling tinggi adalah K 4 dengan skor 6, dan
merupakan indikator yang harus terlebih dahulu di tindak lanjuti.

Kesulitan Tidak
Letak geografis
Transportasi dilakukannya
kunjugan
rumah

Tidak mau Tidak bisa


< pengetahuan
Posyandu mengambil
tentang
Tidak keputusan
kesehatan
Tidak bisa
Letak Sulit dilakukannya Tidak mau
Masalah < pengetahuan mengambil
geografis transportasi Kujungan Posyandu
keputusan
Rumah

2
U 3 3 3 2 3 3

S 3 3 2 2 2 2

G 3 2 2 1 3 2

Skor 9 8 7 5 8 7

Dari tabel USG, masalah utama kecilnya angka K 4 adalah dengan letak geografis yang
menimbulkan tidak mau posyandu yang dirasakan oleh bulin/keluarga serta menimbulkannya tidak
dilakukannya kunjungan rumah oleh Bidan desa.

Letak geografis

Jalan Menuju faskes Merupakan daerah dengan Tidak semua bumil/bulin


rusak parah kriteria terpencil mempunyai kendaraan

Menyisihkan dari dana Mengarahkan masyarakat


RT tahunan yang 10 juta untuk tinggal di sanak
Mengoptimalkan kembali
untuk program perbaikan saudara yang rumahnya
salah satu program desa
jalan, misal untuk jalan mudah dijangkau
yaitu desa siaga.
kampung ke faskes. kndaraan.
posyandu. ambulan Desa.

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

3
Bumil dan masyarakat tidak
Tingkat pendidikan bumil dan
antusias terhadap masalah
masyarakat masih rendah
kesehatan
Memberikan informasi di tiap
posyandu / perkumpulan Pendekatan pada tokoh
tentang kesehatan khususnya masyarakat dan lintas sektor, agar
tentang kehamilan dan persalinan mereka ikut promosi kesehatan
dengan bahasa yang lebih sehingga semua pihak bisa lebih
dimengerti oleh bumil dan tertarik dan mengerti pentingnya
masyakarakat kesehatan.
Tidak bosan untuk memberikan Mengadakan kelas ibu hamil di
informasi pada bumil setiap ANC semua posyandu

4
Kesulitan Transportasi

Tidak semua bumil memiliki Kondisi jalan yang jelek,


Jarak dari bumil ke faskes
kendaraan seperti motor atau tidak bisa dilalui kendaraan
sangat jauh
mobil saat musim hujan

Membuat kesepakatan
Mengadakan rumah singgah
dengan warga masy tiap
di salahsatu rumah Membuat ambulan desa dari
posyandu yang memiliki
penduduk, dengan sarana tandu.
kendaraan, agar siap
kesehatan yang standar, Membuat kesepakatan
menjadi ambulan desa saat
sehingga bumil tidak terlalu dengan warga agar siap
bumil / bulin memerlukan
jauh untuk proses persalinan membantu saat diperlukan
bantuan. Biaya BBM nya
yang lebih aman.
dari dana sehat atau perelek.

Bumil tidak bisa mengambil keputusan sendiri

Kurangnya penghargaan terhadap


Pengambil keputusan dalam
istri, dikarenakan istri tidak
keluarga adalah suami
produktif

Membuat usaha rumahan


Memberikan penjelasan pada sehingga istri mempunyai
masy tentang persamaan gender penghasilan, tidak mengandalkan
dalam keluarga, bahwa seorang dari suami.
istri bisa mengambil keputusan Membina usia remaja agar
untuk kesehatannya, termasuk melanjutkan pendidikan yang
dimana dia ingin bersalin. lebih tinggi untuk bekal di masa
yang akan datang.

5
Tidak dilaksanakannya kunjungan
Tidak mau Posyandu
rumah

Kondisi Cuaca Merasa sehat, tidak ada keluhan


Bumil merasa takut dengan Akses jalan yang terjal
tindakan yang akan di lakukan menyulitkan bidan untuk
bidan / nakes lainnya melakukan kunjungan rumah

Mengubah jadwal pelaksanaan


Memberikan penyuluhan dan
posyandu pada saat cuaca sedang
informasi ketika posyandu /
baik/bagus
tentang pentingnya pemeriksaan
Melaakukan
Menjelaskan setiap kunjungan
tindakan rumah kesehatan bagi bumil
oleh bidan
yang akan di lakukan adalah Mengajukan perbaikan jalan ke
asuhan sayang ibu dan bayi, area jalan yang terjal
sehingga pasien merasa aman
dan nyaman untuk dikunjungi

6
B. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN

1. Melakukan pendataan Bumil, Bulin, Buteki, Neo, Bayi, dan Balita yang di lakukan oleh Bidan,
Kader, RW, RT.
Evaluasi : Semua Bumil, Bulin, Buteki, Neo, Bayi, Balita sudah terdata dengan baik dan
ada di dalam pencatatn dan pelaporan kohort ibu, kohort bayi dan kohort balita.
2. Melakukan pemetaan ibu hamil resiko tinggi
Evaluasi : Hampir semua bumil resiko tinggi sudah terjaring dan tertangani
5. Melakukan kunjungan rumah ibu hamil yang tidak datang ke posyandu
Evaluasi : Belum dilakukan ke semua ibu hamil di karenakan jarak tempuh
dan waktu, sehingga cakupan K4 masih di bawah target.

C. RENCANA TINDAK LANJUT

1. Mengadakan penghitungan kembali sasaran tiap desa berdasarkan jumlah penduduk terbaru.
2. Kunjungan rumah ibu hamil yang tidak datang ke posyandu lebih di maksimalkan agar cakupan
K4 tercapai.
3. Membuat kesepakatan tertulis dengan semua Paraji agar yang hamil segera memeriksakan
dirinya kepada bidan.
4. Memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, terutama masalah yang berhubungan
dengan hal –hal yang terjadi pada saat kehamilan berlangsung.
5. Mengoptimalkan kembali Desa Siaga yang selama ini tidak berjalan dengan baik
6. Meningkatkan pelaksanaan kelas ibu hamil di semua Posyandu, agar semua bumil dapat
berpartisipasi dan berperan aktif.
7. Bidan Desa lebih aktif mengikuti pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).
8. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan cakupan program
kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PERTOLONGAN PROGRAM KIA DESA HAMERANG

Pengelolaan program KIA bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai dengan standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan kunjungan rumah pada bumil oleh tenaga kesehatan sampai dengan kunjungan ke 4
( k 4 ).
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan, deteksi
dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
5. Peningkatan pelayanan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan
secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi dan seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
7. Memaksimalkan pelayanan MTBS di semua fasilitas kesehatan.

B. INDIKATOR PEMANTAUAN PROGRAM KIA

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA melipuiti indikator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, sedangkan sasaran yang
digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah.
Sasaran proyeksi Desa Hamerang menggunakan sasaran kabupaten Cianjur tahun 2019
yaitu sebagai berikut:

• Ibu hamil sebanyak : 59 orang


• Ibu bersalin sebanyak : 57 orang
• Neonatus sebanyak : 55 orang
• Bayi sebanyak : 59 orang
• Balita sebanyak : 274 orang
• Komplikasi Obstetri sebanyak : 12 orang
• Komplikasi Neonatus sebanyak : 9 orang

8
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Desa Hamerang periode tahun 2019 sebanyak 115%
cakupan tersebut di atas target dengan kelebihan (+3 %) .
2. Cakupan ibu hamil (K4) desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019 mencapai 86%
cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -4%).
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) Desa Hamerang periode Januari-Desember
tahun 2019 mencapai 89% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -1%).
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KFL) Desa Hamerang periode Januari-
Desember tahun 2019 mencapai 88% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan (
-2%).
5. Cakupan pelayanan Komplikasi Obstetri (PKO) Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun
2019 mencapai 25% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -55%).
6. Cakupan pelayanan neonatus pertama (Kn1) Desa Hamerang periode Januari-Desember Tahun
2019 mencapai 90.9% cakupan tersebut diatas target ( +9%).
7. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KnL) Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun
2019 mencapai 25% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -55%).
8. Cakupan pelayanan Kunjungan Balita Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019
mencapai 105% cakupan tersebut diatas target ( +15%).
9. Cakupan pelayanan Kunjungan Bayi Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019
mencapai 83% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -7%).
10. Cakupan pelayanan Penanganan Komplikasi Neonatus ( PKN) Desa Hamerang periode Januari-
Desember tahun 2019 mencapai 80% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan (
-80%).
Dari semua indikator yang masih di bawah target, yang masih tinggi kesenjangannya
adalah K4 k.Bayi PKO dan PKN.

9
B. SARAN

1. Puskesmas
Diharapkan Puskesmas senantiasa melaksanakan pengawasan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi) terhadap Bidan Desa agar dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan
kompetensi Bidan.
2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan peran dan keikutsertaan dalam mendukung
program kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.
3. Bidan Desa
Diharapkan Bidan Desa dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan
kompetensi Bidan, sehingga cakupan kesehatan ibu dan anak di Desa Hamerang menjadi lebih
baik.

10

Anda mungkin juga menyukai