PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO) dalam 20 tahun, jumlah kematian ibu
telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun 1990 menjadi 287.000
pada tahun 2010. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menjadi 210 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia pada tahun 2011 mencapai 51 per
1000 kelahiran hidup. (WHO,2012).
Di Indonesia , AKB memang telah menurun dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2004 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI,2007).AKI menurun
dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007.Sementara tercapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015 ,angka
kematian ibu turun menajdi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.(kementrian kesehatan RI,2012).
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia 359 per 10000 kelahiran hidup mengalami peningkatan yang
signifikan dibanding pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2012. (SDKI, 2012).
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Jawa Barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas sebagai penyumbang
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di
Tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena
8
kehamilan,persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi
823 kasus di tahun 2015. Hal ini terungkap pada Diskusi Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Jawa Barat, Rabu 30 November 2016. Diskusi tersebut digelar oleh United
States Aids for International Development ( USAID ) bersama Kementrian Kesehatan Jawa
Barat.
Dalam diskusi tersebut juga diketahui, kondisi serupa juga terjadi pada bayi baru
lahir.yakni meningkat dari 3098 kasus tahun 2014 menjadi 3369 kasus di tahun 2015. Rata-
rata setiap hadi di Prrovinsi Jawa Barat pada Tahun 2015 kehilangan 2 Ibu dan 9 bayi akibat
kematian tersebut. Ada banyak faktor berpengaruh terhadap tingginya kasus kematian ibu,
salah satunya adalah ketrlambatan penanganan pasien di pealayanan kesehatan ( RS dan
Puskesmas). Keterlambatan tersebut bisa saja karena terlambat mendapatkan pertolongan,
terlambat rujukan, dan terlambat mendapatkan pelayanan. (www.pikiran–
rakyat.com/bandung-raya/2016/12/01).
Sedangkan menurut Sekertaris Dinas Kesehatan Jawa Barat, Uus Sukmara , penyebab
kematian tertinggi yaitu terkena hypertensi , pendarahan dan keguguran dan lainnya, Angka
kematian hypertensi mencapai 270 kasus. “ yang tercatat oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat
penyebab dan kejadian Langsung , akan tetapi terdapat penyebab tidak langsung”, untuk
penyebab tidak langsung biasa karena usianya masih muda . di daerah –daerah terpencil, anak
perempuan yang baru usia 16 tahun sudah menikah. Belum matangnya usia ibu menjadi
penyebab kematian.
2
ibu untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan seringkali menjadi penyebab terjadinya AKI dan
AKB.
Dinas kesehatan cianjur berupaya memaksimalkan dengan mengeluarkan sistem ,
“Si Jagoan”,yakni sistem Jejaring Rujukan Obstetri dan Neonatal. Berfungsi untuk membantu
tenaga medis tingkat desa untuk merujuk pasien ke wilayah kota.sitem tersebut
mengkoordinasikan tenaga medis dalam penanganan ibu hamil yang membutuhkan
penanganan khusus.
Di puskesmas gunungbitung AKI untuk tahun 2017 menurun menjadi 1 kematian ibu
bersalin pada tahun 2016 2,sedangkan untuk kematian bayi pada tahun 2016 jumlah
kematian neonatal sejumlah 3 orang dan lahir mati 4 orang. Desa Hamerang AKI untuk
tahun 2016 dan 2017 tidak terdapat kematian ibu bersalin dan bayi ,tetapi pada tahun 2016
terdapat kematian bayi sejumlah 1 orang.
Sebenarnya kematian ibu tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan pemeriksaan
kehamilan (Antenatal Care) yang teraur serta berslin di fasilitas kesehatan ,agar komplikasi
seperti perdarahan dan infeksi tersebut dapat diketahui lebih cepat dan segera mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tepat dan segera.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melaporkan hasil pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan selama
tahun 2019 serta meningkatkan cakupan program KIA di Desa Hamerang Puskesmas
Gunungbitung Kecamatan Cibinong dengan harapan AKI dan AKB menurun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur (bulanan)
dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
c. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
potensial untuk digunakan
3
C. MANFAAT
1. Puskesmas
Sebagai bahan pengawasan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) terhadap Bidan
Desa agar dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan kompetensi Bidan.
2. Masyarakat
Sebagai masukan kepada masyarakat agar meningkatkan peransertanya dalam
mendukung program kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.
3. Bidan Desa
Sebagai bahan acuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak Desa
Hamerang
4
BAB II
A. LETAK GEOGRAFIS
B. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk Desa Hamerang sebanyak 3.358 Jiwa yang terdiri dari penduduk
laki-laki sebanyak 1.705 jiwa dan penduduk perempuan 1.653 jiwa.
Jumlah KK : 1.254 KK
Jumlah RT : 19
Jumlah RW :7
Jumlah Posyandu :5
Tenaga Kesehatan : 2 Bidan dan 1 Perawat
Jumlah Paraji : 4 orang
Bumil : 59 jiwa
Bulin : 57 Jiwa
Neonatal : 55 Jiwa
Bayi : 59 Jiwa
Balita : 274 Jiwa
5
C. DATA HASIL KEGIATAN CAKUPAN PROGRAM KIA DESA HAMERANG
PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2019
2. Bunga 9 8 1 8 1 9 34 76
Tanjung
3. Karamat Sari 14 14 3 13 2 14 70 125
4. Pamoyanan 11 11 3 10 2 11 58 118
5. Citereup 15 15 3 14 2 15 62 107
Jumlah Desa 59 57 12 55 9 59 274 525
2. Tabel Proyeksi Indikator Pelayanan Desa Hamerang Tahun
2019
Target
100 90 90 90 90 90 80 90 80 90 80
(%)
6
April 3 4.6 6 9.2 6 9.5 6 9.5 6 10.0 6 10.0
7
Desa 3 25.0 - - 49 83.0 290 105
8
8
BAB III
A. PERMASALAHAN
Pencapaian semua Indikator masih ada yang di bawah target, Dari semua indikator yang
masih di bawah target, yang masih tinggi kesenjangannya adalah K4, Kunjungan Bayi, PKN dan
PKO.
U 2 2 2 1
S 3 2 1 1
G 2 1 1 1
Skor 6 5 4 3
Dari tabel USG, didapat jumlah skor yang paling tinggi adalah K 4 dengan skor 6, dan
merupakan indikator yang harus terlebih dahulu di tindak lanjuti.
Kesulitan Tidak
Letak geografis
Transportasi dilakukannya
kunjugan
rumah
2
U 3 3 3 2 3 3
S 3 3 2 2 2 2
G 3 2 2 1 3 2
Skor 9 8 7 5 8 7
Dari tabel USG, masalah utama kecilnya angka K 4 adalah dengan letak geografis yang
menimbulkan tidak mau posyandu yang dirasakan oleh bulin/keluarga serta menimbulkannya tidak
dilakukannya kunjungan rumah oleh Bidan desa.
Letak geografis
3
Bumil dan masyarakat tidak
Tingkat pendidikan bumil dan
antusias terhadap masalah
masyarakat masih rendah
kesehatan
Memberikan informasi di tiap
posyandu / perkumpulan Pendekatan pada tokoh
tentang kesehatan khususnya masyarakat dan lintas sektor, agar
tentang kehamilan dan persalinan mereka ikut promosi kesehatan
dengan bahasa yang lebih sehingga semua pihak bisa lebih
dimengerti oleh bumil dan tertarik dan mengerti pentingnya
masyakarakat kesehatan.
Tidak bosan untuk memberikan Mengadakan kelas ibu hamil di
informasi pada bumil setiap ANC semua posyandu
4
Kesulitan Transportasi
Membuat kesepakatan
Mengadakan rumah singgah
dengan warga masy tiap
di salahsatu rumah Membuat ambulan desa dari
posyandu yang memiliki
penduduk, dengan sarana tandu.
kendaraan, agar siap
kesehatan yang standar, Membuat kesepakatan
menjadi ambulan desa saat
sehingga bumil tidak terlalu dengan warga agar siap
bumil / bulin memerlukan
jauh untuk proses persalinan membantu saat diperlukan
bantuan. Biaya BBM nya
yang lebih aman.
dari dana sehat atau perelek.
5
Tidak dilaksanakannya kunjungan
Tidak mau Posyandu
rumah
6
B. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN
1. Melakukan pendataan Bumil, Bulin, Buteki, Neo, Bayi, dan Balita yang di lakukan oleh Bidan,
Kader, RW, RT.
Evaluasi : Semua Bumil, Bulin, Buteki, Neo, Bayi, Balita sudah terdata dengan baik dan
ada di dalam pencatatn dan pelaporan kohort ibu, kohort bayi dan kohort balita.
2. Melakukan pemetaan ibu hamil resiko tinggi
Evaluasi : Hampir semua bumil resiko tinggi sudah terjaring dan tertangani
5. Melakukan kunjungan rumah ibu hamil yang tidak datang ke posyandu
Evaluasi : Belum dilakukan ke semua ibu hamil di karenakan jarak tempuh
dan waktu, sehingga cakupan K4 masih di bawah target.
1. Mengadakan penghitungan kembali sasaran tiap desa berdasarkan jumlah penduduk terbaru.
2. Kunjungan rumah ibu hamil yang tidak datang ke posyandu lebih di maksimalkan agar cakupan
K4 tercapai.
3. Membuat kesepakatan tertulis dengan semua Paraji agar yang hamil segera memeriksakan
dirinya kepada bidan.
4. Memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, terutama masalah yang berhubungan
dengan hal –hal yang terjadi pada saat kehamilan berlangsung.
5. Mengoptimalkan kembali Desa Siaga yang selama ini tidak berjalan dengan baik
6. Meningkatkan pelaksanaan kelas ibu hamil di semua Posyandu, agar semua bumil dapat
berpartisipasi dan berperan aktif.
7. Bidan Desa lebih aktif mengikuti pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).
8. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan cakupan program
kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengelolaan program KIA bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai dengan standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan kunjungan rumah pada bumil oleh tenaga kesehatan sampai dengan kunjungan ke 4
( k 4 ).
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan, deteksi
dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
5. Peningkatan pelayanan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan
secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi dan seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
7. Memaksimalkan pelayanan MTBS di semua fasilitas kesehatan.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA melipuiti indikator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, sedangkan sasaran yang
digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah.
Sasaran proyeksi Desa Hamerang menggunakan sasaran kabupaten Cianjur tahun 2019
yaitu sebagai berikut:
8
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Desa Hamerang periode tahun 2019 sebanyak 115%
cakupan tersebut di atas target dengan kelebihan (+3 %) .
2. Cakupan ibu hamil (K4) desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019 mencapai 86%
cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -4%).
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) Desa Hamerang periode Januari-Desember
tahun 2019 mencapai 89% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -1%).
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KFL) Desa Hamerang periode Januari-
Desember tahun 2019 mencapai 88% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan (
-2%).
5. Cakupan pelayanan Komplikasi Obstetri (PKO) Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun
2019 mencapai 25% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -55%).
6. Cakupan pelayanan neonatus pertama (Kn1) Desa Hamerang periode Januari-Desember Tahun
2019 mencapai 90.9% cakupan tersebut diatas target ( +9%).
7. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KnL) Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun
2019 mencapai 25% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -55%).
8. Cakupan pelayanan Kunjungan Balita Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019
mencapai 105% cakupan tersebut diatas target ( +15%).
9. Cakupan pelayanan Kunjungan Bayi Desa Hamerang periode Januari-Desember tahun 2019
mencapai 83% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan ( -7%).
10. Cakupan pelayanan Penanganan Komplikasi Neonatus ( PKN) Desa Hamerang periode Januari-
Desember tahun 2019 mencapai 80% cakupan tersebut dibawah target dengan kesenjangan (
-80%).
Dari semua indikator yang masih di bawah target, yang masih tinggi kesenjangannya
adalah K4 k.Bayi PKO dan PKN.
9
B. SARAN
1. Puskesmas
Diharapkan Puskesmas senantiasa melaksanakan pengawasan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi) terhadap Bidan Desa agar dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan
kompetensi Bidan.
2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan peran dan keikutsertaan dalam mendukung
program kesehatan ibu dan anak Desa Hamerang.
3. Bidan Desa
Diharapkan Bidan Desa dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar dan
kompetensi Bidan, sehingga cakupan kesehatan ibu dan anak di Desa Hamerang menjadi lebih
baik.
10