Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar
yang ditujukan untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan nafas,
pernafasan, peredaran darah dan kesadaran. Puskesmas non perawatan dapat
memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut dan mengalami kecelakaan.
Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah mencegah kecacatan dan
kematian.
Kriteria :
1. Ruang Gawat Darurat (RGD) harus dipimpin oleh dokter terlatih PPGD
dokter/GELS sebagai kepala RGD yang bertanggungjawab atas pelayanan
di RGD dibantu tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah
mendapat pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD) dengan
kemampuan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Dokter melaksanakan proses triase untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi.
3. Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat dan petugas non medis yang
bertugas di RGD.
4. Tenaga di Puskesmas mampu melakukan teknik pertolongan
kegawatdaruratan, mengenali tanda-tanda mengancam nyawa serta
menyadari kapan harus merujuk penderita.
5. Puskesmas memberi pelayanan pasien gawat darurat sesuai kompetensi dan
sarana yang ada.
6. Pasien dengan kegawatdaruratan harus selalu diobservasi dan dipantau oleh
tenaga terampil dan mampu.
7. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit
lain.Apabila petugas, peralatan dan sarana serta kondisi pasien diluar
kemampuan Pukesmas maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit.
8. Ada ketentuan tertulis tentang indikasi rujukan pendamping pasien
ditransportasi

1
9. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang
jelas mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.
10. Pelayanan evakuasi medik dapat dilakukan pada kejadian sehari-hari dan
pada saat terjadi bencana dengan memperhatikan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
11. Pelayanan evakuasi medik untuk korban gawat darurat harus selalu disertai
petugas pendamping yang terampil ( dokter/tenaga keperawatan).

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan dalam memberi
pelayanan kepada pasien di Unit Gawat Darurat Puskesmas Gunungbitung baik
pasien anak maupun dewasa. Sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan.

C. SASARAN
Sasaran panduan ini adalah petugas laboratorium yang melaksanakan
pelayanan agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan memberikan
kepuasan pada masyarakat.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Ruang lingkup pelayanan Unit Gawat Darurat di Puskesmas
Gunungbitung meliputi : Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

2
E. Batasan Operasional
1. UGD adalah salah satu unit kerja di Puskesmas Gunungbitung yang
memberikan pelayanan kegawatdaruratan.
2. Pasien Observasi adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di
Puskesmas.
3. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.

F. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri kesehatan No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien
4. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada RGD yang ada di Puskesmas
Gunungbitung
Penanggung Jawab Ruang RGD : dr. Fauziah Nur
Koordinator RGD : Linlin nurdini, Amd.Kep
Anggota Pelaksana : Restu Iswara, Amd.Kep
Yoyon, AMK
Asep Kusyono, AMK
H. Dadang Dudih, AMK
Adik Sobari, Amd.Kep
Cep Amudin, Amd.Kep
Sandi Mutias Sidik, Amd.Kep
Hasrul Harahap, Amd.Kep
Heri Herawan, Amd.Kep
Euis Nina Purnama, AMK

B. Distribusi Ketenagaan
Dokter setiap hari bertugas di Ruang RGD, Jumlah dokter ada 1 (satu).
Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas
keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan
didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga pelayanan dilayani oleh
perawat yang diberi pelimpahan wewenang.
Puskesmas memiliki 11 tenaga perawat. setiap hari melakukan tugas
sesuai jadwal yang dibuat oleh Koordinator UKP .pembagian shift jaga terdiri
dari 1 shift(24jam) dari jam 08.00 pagi sampai jam 08.00 pagi

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal Pelayanan : Setiap hari Senin sd. Minggu

4
Jam Pelayanan : 24 JAM

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang RGD

TEMPAT SAFETY TABUNG


TROLY LEMARI
WC SAMPAH BOX O2

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
RGD terdapat 1 ruangan yang memiliki 3 bed tindakan. Pelaksanaan
Triase dilakukan di RGD Disamping itu pada ruangan pasien sudah
dilengkapi dengan lemari peralatan dan obat, wastafel, sterilisator, troly
berisi alat dan bahan habis pakai, lampu tindakan melengkapi pelayanan di
RGD.
2. Peralatan
a. Tabung O2 dan humidifier
b. Nebulizer set
c. Lampu tindakan
d. Sketsel
e. Heacting set

5
f. Spuit
g. Nierbeken
h. Kom
i. Tromol kassa
j. Timbangan bayi
k. Timbangan dewasa
l. Stetoscope
m. Tensimeter
n. Termometer
o. penlight

6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung jawab
Perawat RGD
Petugas administrasi
2. Tata Laksana Pendaftaran Pasien RGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke RGD dilakukan oleh pasien
/keluarga dibagian administrasi
b. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di RGD, sementara keluarga / penanggung jawab
melakukan pendaftaran di bagian administrasi.

B. Tata Laksana Pelayanan Triase


Dokter RGD melakukan pemerikasaan pada pasien secara lengkap dan
menetapkan kondisi pasien dengan label sesuai dengan klasifikasi berat
ringannya/kegawatdaruratan pasien :
1. Warna Hijau/rendah : perlu penanganan seperti pelayanan biasa tidak
perlu tindakan segera . penanganan dan pemindahan bersifat terakhir
seperti luka ringan dan luka superfisial
2. Warna Kuning/prioritas sedang : potensi mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera diberikan pertolongan dalam jangka waktu
singkat seperti cedera abdomen tanpa syok , cedera dada tanpa gangguan
respirasi , cedera kepala dan tulang belakang tanpa gangguan kesadaran
3. Warna Merah/prioritas utama : mengancam jiwa atau fungsi vital
yang memerlukan tindakan/ pertolongan segera untuk penyelamatan
nyawa perlu resusitasi dan tindakan bedah segera , mempunyai
kesempatan hidup yang besar seperti gangguan jalan napas , syok dengan
perdarahan hebat , luka bakar grade II dan III > 25% , penurunan status
mental

7
4. Warna Hitam/prioritas nol : sudah meninggal atau kemungkinan untuk
hidup sangat kecil atau luka sangat parah. Pasien dalam kondisi tidak
bernyawa/sudah meninggal
C. Tata Laksana Pengisian Informed Consent
1. Petugas Penangung jawab
Dokter RGD
2. Perangkat Kerja
formulir Persetujuan tindakan.
3. Tata Laksana Informed consent
a. Dokter RGD/perawat yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari
pengisian informed consent pada pasien / keluarga pasien.
b. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan
oleh perawat.
c. setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien

D. Tata Laksana Transportasi Pasien


1. Petugas Penanggung jawab
Perawat RGD
Supir Ambulance
2. Perangkat Kerja
Ambulance
Alat tulis
Kursi roda
Brancar
3. Tata Laksana Transportasi Pasien RGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulance sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi RGD
b. Perawat RGD menuliskan data-data pasien
c. Perawat RGD menghubungi bagian / supir ambulance untuk
menyiapkan kendaraan
d. Perawat RGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

8
E. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas Penanggung jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
Formulir visum et repertum
3. Tata Laksana Pelayanan visum et repertum
a. Petugas RGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian.
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter
jaga yang menangani pasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan maka lembar yang asli di
berikan kepada pihak kepolisian

F. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival ( DOA)


1. Petugas Penanggung jawab
Dokter
Perawat
Petugas ambulan
Petugas administrasi
2. Perangkat Kerja
Senter
Stetoscope
Surat kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival RGD
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter
b. bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah - Dokter RGD membuat surat keterangan meninggal
c. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan kepada keluarga pasien

9
G. Tata Laksana Sistim Rujukan
1. Petugas Penanggung jawab
Dokter RGD
Perawat RGD
Sopir ambulan
2. Perangkat Kerja
Ambulance
formulir persetujuan tindakan
formulir rujukan
3. Tata Laksana system rujukn
a. Petugas menjelaskan kepada pasien/keluarga pasien bahwa pasien tidak
bisa di tangani di puskesmas maka harus di rujuk ke rumah sakit
b. Petugas memberikan informed consent kepada pasien/keluarga pasien
c. Petugas menghubungi supir ambulance
d. Petugas mengisi lembar rujukan
e. Petugas mencatat semua tindakan ke rekam medik
f. Petugas menyiapkan obat dan peralatan yang di butuhkan
g. Petugas mendampingi pasien ke rumah sakit

10
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas RGD
atas dasar kebutuhan pasien dan demi kelancaran dari pelayanan di RGD.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah
dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya
klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam pengadaan logistik RGD melakukan usulan kepada dokter
penanggung jawab RGD untuk disampaikan pada pimpinan Puskesmas dalam rangka
mendapatkan persetujuan. Sumber dana untuk pembelian logistik berasal dari
APBD .

11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh

Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya..
c. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
d. Pada kondisi pasien yang tidak bisa berkomunikasi mis pasien tidak sadar
identifikasi pasien di tanyakan kepada keluarga pasien.

2. Meningkatkan Komunikasi Efektif


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
a. Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
b. Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini.
c. Assessment  : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
d. Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien

12
3. Meningkatkan Keselamatan dalam Pemberian Obat
a. Benar Pasien:
1) Kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua Petugas menggunakan minimal 2
identitas pasien dalam mengidentifikasi pasien,
2) Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3) Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4) Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5) Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6) Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).

b. Benar Obat
1) Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
2) Pemberian obat sesuai dengan penyakit yang di derita pasien

c. Benar Dosis
1) Petugas mencocokkan dosis obat yang akan diberikan dengan instruksi
terapi tertulis,
2) Dosis yang di berikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien

d. Benar Waktu
1) Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
a) sebelum makan, setelah makan, saat makan.
b) Perhatikan waktu pemberian:
c) 3 x sehari  tiap 8 jam.
d) 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari
 tiap 48 jam

e. Benar Dokumentasi

13
1) Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
2) Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
3) Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,

f. Benar Informasi
1) Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2) Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3) Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4) Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien

4. Meningkatkan Keselamatan Dalam Melakukan Prosedur Tindakan Medis


Dan Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis petugas harus selalu melaksanakannya
sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan mendapatkan
tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian prosedur

5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua puskesmas termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sesudah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan asepsis
d. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
e. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

14
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Prosedur cuci tangan :
1. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan
pasien,
2. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum melakukan
tindakan aseptik,
3. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
pasien,
4. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah terpajan dengan
cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
area sekitar pasien.

6. Pengurangan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII

15
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien


dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di RGD
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di RGD merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekitar.

1. Tujuan umum

16
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan RGD puskesmas gunungbitung

3. Alat Keselamatan Kerja


a. Apar
b. APD (alat Pelindung Diri)
c. Peralatan pembersih
d. Obat-obatan
e. Kapas
f. Plaster pembalut
g. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.

4. Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Melakukan audit permasalahan yang ada di RGD,
e. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti APAR,
f. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
g. Buanglah sampah pada tempatnya,
h. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
i. Dilarang merokok.

BAB VIII

17
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu
pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat
tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian
mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa
layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada Puskesmas gunungbitung selalu dilakukan rapat intern RGD setiap
bulan untuk membahas pelayanan yang sudah dilakukan dalam bulan tersebut. Jika
ada permasalahan diselesaikan dalam rapat intern untuk segera diputuskan rencana
tindak lanjutnya. Rencana tindak lanjut yang dirumuskan dikonsultasikan pada
penanaggungjawab RGD untuk disetujui oleh kepala Puskesmas Gunungbitung.
Jika ada KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada koordinator
RGD untuk segera di follow up bersama-sama dengan tim mutu dan keselamatan
pasien Puskesmas gunungbitung.

BAB IX

18
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di RGD Puskesmas


Gunungbitung adalah Kepala Puskesmas. Sedangkan penanggungjawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten
cianjur adalah dinas kesehatan kabupaten cianjur. Puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten cianjur sesuai dengan kemampuannya. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

19

Anda mungkin juga menyukai