4). Keempat, konflik di Papua dan pandemi Covid 19 yang telah mengakibatkan
menurunnya kualitas hidup perempuan Papua. Angka kekerasan terhadap
perempuan Papua dengan HIV/AIDS di Provinsi Papua dan Papua Barat tercatat
tinggi pada masa pandemi Covid-19, situasi mereka juga nyaris tak terpantau.
Situasi disabilitas mental, yang salah satunya disebabkan KdRT, juga masih
mengalami tantangan. Minimnya layanan terintegrasi antara isu HIV/AIDS dan
kekerasan terhadap perempuan atau disabilitas mental dan kekerasan terhadap
perempuan menjadi salah satu penyebab.
Komnas Perempuan mencatat kemajuan kebijakan tahun 2021, di
antaranya
a) adanya rintisan inisiatif perumus kebijakan di sektor tata kelola pemerintahan,
sumber daya manusia, dan pendidikan terkait upaya pencegahan dan penanganan
kekerasan
terhadap perempuan baik oleh pemerintahan daerah maupun pemerintah pusat;
3). Subordinasi
Subordinasi pada salah satu jenis kelamin yaitu perlakuan menomorduakan
perempuan. Pemimpin masyarakat hanya pantas dipegang oleh lelaki, perempuan
hanya dapat menjadi pemimpin hanya sebatas pada kaumnya (sesama
perempuan).
2) Bidang Ekonomi
Masih sedikit pengakuan pada kaum perempuan ketika mereka sukses dan
berhasil menjadi pelaku ekonomi karena masyarakat menganggap aktivitas
ekonomi yang dijalani perempuan sekedar sampingan bukan kerja yang prestisius
seperti yang dilakukan laki-laki.
4) Bidang Pendidikan
Ketimpangan gender dalam bidang pendidikan dialami perempuan yang tinggal di
pedesaan, pemikiran bahwa perempuan bersekolah hanya untuk dapat membaca
dan menulis saja karena pada akhirnya perempuan akan menjadi ibu rumah
tangga. Hal tersebut sangat menghambat kesempatan perempuan desa untuk
berpendidikan tinggi. Ketimpangan akses pendidikan juga terjadi di Perguruan
Tinggi, sehingga tanpa disadari telah terjadi pengkotakan jurusan tertentu.
Sebagai contohnya jurusan teknik lebih didominasi mahasiswa laki-laki
sedangkan jurusan sosial atau ekonomi didominasi mahasiswa perempuan.
2. Faktor Eksternal
Faktor penyebab dari luar ini karena aturan atau hukum yang berlaku. Aturan ini
berasal dari lingkungan, daerah, atau negara. Faktor eksternal menyebabkan
masyarakat kesulitan untuk mengembangkan diri. Dampaknya terjadi
ketimpangan sosial seperti kemiskinan.
2. Kondisi Pendidikan
Pendidikan menjadi faktor penyebab ketimpangan sosial. Semakin tinggi dan
merata pendidikan di suatu daerah, maka semakin banyak sumber daya manusia
yang memadai. Contoh faktor pendidikan yaitu anak-anak yang sekolah di daerah
terpencil, mendapatkan fasilitas pendidikan kurang. Sedangkan anak yang sekolah
di kota mendapatkan fasilitas yang mencukupi.
3. Kondisi Ekonomi
Penyebab utama ketimpangan sosial karena ekonomi. Contohnya suatu daerah
memiliki pendapatan dan pembangunan ekonomi yang berbeda. Perbedaan ini
sumber daya dan faktor produksi antar wilayah berbeda. Contoh ketimpangan
sosial ekonomi yaitu barang produksi suatu daerah menghasilkan lebih banyak,
dibanding daerah yang kekurangan sumber daya.
4. Kemiskinan
Setelah ekonomi faktor penyebab ketimpangan sosial karena kemiskinan.
Kemiskinan stuktural dari faktor eksternal, menyebabkan masyarakat di suatu
wilayah mengalami kemiskinan.
5. Kesehatan
Ketimpangan sosial terjadi karena kurangnya fasilitas kesehatan. Contohnya
beberapa daerah yang belum mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai.
Padahal puskesmas dan rumah sakit mampu meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan.
6. Letak Geografi
Suatu negara memiliki geografi yang berbeda, contohnya saja Indonesia negara
kepulauan. Pulau-pulau kecil belum dikelola dengan baik sehingga terjadi
ketimpangan.
4). Meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal sebagai
wadah pemberdayaan kaum perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam
program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya.
Sedangkan menurut Sumodiningrat (1999), tujuan dari pemberdayaan
perempuan adalah:
1). Membangun eksistensi, dalam hal ini eksistensi perempuan. Perempuan harus
menyadari harus bahwa ia mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Tidak
seharusnya kaum perempuan selalu berada dalam posisi yang terpuruk.
Perempuan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri.
1). Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah tangga.
Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam masyarakat bahwa kaum
perempuan adalah konco wingking (teman di belakang) bagi suami serta
anggapan warga nunut neraka katut (ke surga ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut
dan katut dalam bahasa Jawa berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif,
sehingga nasibnya sangat tergantung kepada suami.
2). Memberi beragam ketrampilan bagi kaum perempuan. Strategi ini bertujuan
agar kaum perempuan juga dapat produktif dan tidak menggantungkan nasibnya
terhadap kaum laki-laki. Berbagai ketrampilan bisa diajarkan, misalnya;
ketrampilan menjahit, menyulam serta berwirausaha dengan membuat kain batik
dan berbagai jenis makanan.
2). Peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan dalam pemasaran sosial
program-program pemberdayaan. Hal ini penting mengingat selama ini program
pemberdayaan yang ada, kurang disosialisasikan dan kurang melibatkan peran
masyarakat.
a) Arah Kebijakan
1. Menyusun, meninjau, mengkoordinasi, dan mengharmonisasi kebijakan
pelaksanaan
2. pengurusatamaan gender sebagai acuan bagi Kementerian atau Lembaga, Pemda
dan Organisasi dalam pelaksanaan strategi PUG.
3. Melakukan pendampingan secara teknis dalam penyusunan program, kegiatan dan
anggaran yang responsif gender pada Kementerian atau Lembaga dan Pemda.
4. Membangun jejaring kelembagaan dan narasumber pada tingkat daerah, nasional
dan internasional untuk peningkatan efektifitas dan efisiendi pelaksanaan PUG.
Hal ini berkaitan pula pada penjelasan tentang peran perempuan untuk
memberikan pendidikan pada generasi selanjutnya. 10 Bidang ekonomi Peranan
dan kontribusi kaum perempuan kini menjadi faktor penting dalam menghadapi
berbagai tantangan dan kesulitan, upaya pemulihan, reformasi, serta transformasi
ekonomi. Maka, sangat penting untuk memberikan kesempatan yang setara
kepada perempuan untuk berkontribusi lewat kegiatan perekonomian bagi ibu
negeri.Di Indonesia, peranan perempuan dalam perekonomian semakin hari
makin signifikan. Pada sektor Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM),
53,76% pelakunya perempuan dan 97% pekerjanya pun perempuan. Sementara
itu, kontribusi UMKM dalam perekonomian nasional ialah 61%. Pada bidang
investasi, kontribusi perempuan 60%. Catatan itu disampaikan Menteri Keuangan
(Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada seminar nasional “Ekonomi dan Keuangan
Syariah” yang dihelat bersamaan dengan peringatan Hari Kartini, Rabu, 21 April
2021 di Jakarta. “Hal tersebut menggambarkan bahwa literasi dan kapasitas
perempuan untuk berpikir cerdas, bisa mengamankan dana bagi keluarga, dan
menginvestasikan di bidang produktif sangat potensial dan nyata. Jadi, tak perlu
dipertanyakan lagi bahwa perempuan tak hanya memiliki potensi, tapi secara
aktual mampu berkontribusi,” Dalam mendesain program pemulihan ekonomi,
pemerintah pun melihat dimensi gender.
Padahal bila ada kesempatan yang setara antara perempuan dan laki-laki,
maka perekonomian global akan mendapatkan keuntungan dalam produktivitas
yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik. “Kalau semua negara memberikan
kesempatan yang sama kepada perempuan untuk berpartisipasi pada
perekonomian, maka produktivitas negara -negara akan meningkat nilainya
bahkan mencapai 28 triliun atau 26% dari GDP dunia,”Namun, untuk
mewujudkan hal tersebut membutuhkan persyaratan. Sebab, perempuan tak sama
dengan kaum pria. Secara biologis, perempuan yang menanggung proses
reproduksi, paling tidak selama sembilan bulan. Ini membuat perempuan tidak
dalam posisi yang sama dengan laki-laki,”.Maka, kebijakan harus bisa mengenali
berbagai perbedaan kebutuhan tersebut tanpa menimbulkan diskriminasi.
“Kebijakan harus didesain agar halangan bagi perempuan menjadi seminimal
mungkin. Sehingga, mereka bisa terus berpartisipasi secara maksimal,’’ 11
Bidang politik Perjuangan kaum perempuan dalam penulisan sejarah di Indonesia
cenderung terpinggirkan. Padahal menurut Wulan Sondarika (2017) sejak awal
abad ke-19, beberapa wanita Indonesia telah tampil dalam membela tanah air dan
bangsanya, sebut saja Nyi Ageng Serang XIX, Christina Martha Tiahahu, Cut
Nyak Dien, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Nyai Walidah Ahmad Dahlan
dan lainnya.
Menurut saya, hal ini wajar karena masyarakat kita dideterminasi budaya
patriarkis. Sehingga peran kaum perempuan yang luar biasa kadang tidak
terekspos publik, termasuk partisipasinya dalam politik.Berbicara tentang politik
tidak hanya dilakukan oleh kalangan politisi, pemerintah atau para birokrat saja
namun semua lapisan masyarakat. Disetiap tongkrongan kopi kita bisa mendengar
para warga sedang meperbincangkan politik, memperdebatkan paslon mana yang
terbaik atau mengkritisi kebijakan pemerintah. Representasi perempuan dalam
bidang politik dapat dikatakan masih jauh dari harapan. Diindonesia sendiri
perempuan yang terjun dalam dunia perpolitikan masih terbelenggu dengan latar
belakang, budaya patriarkhi, perbedaan gender. Meskipun sampai saat ini selalu
ada upaya untuk memperbaiki persolan tersebut.Kementerian pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak republic Indonesia terus berupaya
meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Dibuatnya kebijakan seperti
uu no.10 tahun 2008 pasal 55 ayat 2 menerapkan zipper system yang mengatur
bahwa setiap 3 bakal calon terdapat sekurang-kurangnya satu orang perempuan.
7. Pemberdayaan Perempuan
A. Pengertian Pemberdayaan Perempuan
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya,
kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya. Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka
dapat mengaktualisasikan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk
bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri. Hakekat pemberdayaan adalah
suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau
kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan
sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya
dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
3. Pendidikan
Memberdayakan kaum dengan cara Perempuan harus diberikan pelatihan,
pendidikan agar mereka memiliki kemampuan.