Anda di halaman 1dari 6

Apakah Penghapusan Ujian Nasional Mulai 2021 Adalah

Kebijakan Yang Tepat?

Disusun oleh :

RAHAYU DEWI KURNIANINGSIH 17.92.0042 =P

S1 KEWIRAUSAHAAN
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Artikel adalah sebuah esai yang sebenarnya lengkap dengan
panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui
koran, majalah, buletin, dll) dan bertujuan untuk menyajikan ide-
ide dan fakta-fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan
menghibur.
Pendidikan menjadi tonggak dalam kehidupan. Ketika pendidikan baik,
maka baiklah kehidupan seseorang. Namun, kita juga harus memastikan kembali,
mengenai kualitas dari pendidikan tersebut. Peran pendidikan menjadi bagian
penting dalam pembangunan suatu negara. Pembangunan diarahkan dan bertujuan
untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Menunjang pembangunan tersebut, maka diperlukan peningkatan pendidikan
nasional yang merata dan bermutu. Jika mutu pendidikan tinggi, maka mampu
mengubah generasi terdidik menjadi individu yang bermanfaat. Individu yang
mampu menyelesaikan masalah negaranya yang diharapkan dapat teratasi secara
perlahan, seperti kurangnya kualitas kesehatan, kemiskinan. dan kebodohan.
Pentingnya pendidikan di Indonesia diperkuat dalam UUD 1945 pada
BAB XIII Pasal 31 dalam ayat 1 yang berbunyi: tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan; ayat 2: setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; ayat 3: pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; ayat 4: negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;
dan ayat 5: pemerintah harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dapat dilihat dari ayat-ayat tersebut,
jika ada warga negara yang tidak mampu mengenyam pendidikan, maka hal itu
menjadi tanggungjawab negara.
Kualitas pendidikan kita diukur dari beberapa keputusan pemerintah
mengenai sistem pendidikan di Indonesia yang telah berjalan. Keputusan tersebut
cenderung berubah-ubah, bergantung pada pola pikir kementerian pendidikan di
suatu periode menjabat. Contohnya seperti kurikulum pembelajaran, sudah 11 kali
berganti dari masa ke masa, terhitung sejak Indonesia merdeka.. Dari 11 kali
perubahan tersebut, periode yang sangat dikenal seperti kurikulum 2004 yaitu
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan kurikulum 2006 yaitu KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Selain kurikulum yang berubah-
ubah, pemerintah menerapkan adanya ujian nasional (UN) bagi kelas 6 SD, 3
SMP, dan 3 SMA. Marantika (2003) menyatakan bahwa UN merupakan alat
untuk mengukur seberapa jauh penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah
dipelajari selama kurun waktu tertentu, namun dalam pelaksanaannya dirasa
sangat memberatkan siswa karena beberapa hal antara lain standar yang tinggi dan
materi yang bertambah.
Ujian Nasional biasa disingkat UN/UNAS adalah sistem evaluasi standar
pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat
pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan,
Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor
20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.
Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan
mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah
penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten
apabila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik
yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum
menguasai kompetensi tertentu.
Dengan sistem tersebut, adanya UN menjadi pro-kontra berbagai pihak.
Terlebih dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pelaksanaan ujian tersebut
sangat banyak, hingga mencapai angka 210 milyar pada UN 2019 yang mana
telah turun dari tahun sebelumnya. Dana yang dikeluarkan diharapkan seimbang
terhadap mutu pendidikan pada peserta didik.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2019-2024, Nadiem Makarim,
menyatakan bahwa jika kebijakan-kebijakan sebelumnya tidak berdasarkan pada
riset. Tolak ukur sistem pendidikan Indonesia masih berdasarkan nilai yang
diambil secara merata, padahal bakat serta kemampuan setiap anak adalah
berbeda-beda. Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan) yang dulu
dianggap sebelah mata, saat ini hasil riset menjadi basis untuk membuat
kebijakan.
Mendikbud pada tahun 2019 membaca hasil riset yang diambil dari hasil
ujian nasional dari tahun-tahun sebelumnya. Hasilnya yaitu tidak adanya
efektivitas yang didapat dari kebijakan tersebut, sehingga Mendikbud Indonesia
saat ini berencana melakukan perubahan UN menjadi konsep Asesmen
Kompetensi Minimum dan Survei Karakter lebih mengakomodir seluruh potensi
anak. Program ini dikenal dengan sebutan “Merdeka Belajar”. Kompetensi
Minimum tersebut yaitu dalam hal literasi dan numerasi. Kedua konsep ini yang
dibutuhkan murid-murid untuk dapat belajar apapun dan akan diberikan pada
siswa dengan jenjang menengah, pada kelas 4 SD, 2 SMP, dan 2 SMA. Alasannya
adalah agar para guru dapat mempersiapkan dan lebih memperhatikan siswa yang
masih kekurangan dalam hal literasi dan numerasi.
Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca, namun kemampuan
menganalisis suatu bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut.
Sedangkan kompetensi numerasi, berarti kemampuan menganalisis menggunakan
angka. Terkait survei karakter dilakukan untuk mengetahui data secara nasional
mengenai penerapan asas-asas Pancasila oleh siswa Indonesia, karena selama ini
secara nasional data pendidikan yang dimiliki berupa data kognitif (IQ).
Dengan adanya perubahan program pembelajaran tahun 2021 diharapkan
menjadi kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Seseorang akan menjadi lebih peka
dan peduli terhadap potensi yang dimilikinya serta dapat berkontribusi untuk
mengurangi masalah-masalah di Indonesia melalui karya dari potensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/21753/2/BAB_I.pdf
https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-kurikulum-pendidikan-
dari-masa-ke-masa-150502x.html
https://siedoo.com/berita-27157-tahun-2021-un-dihapus-dua-hal-ini-gantinya/

Anda mungkin juga menyukai