Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEBENCANAAN

Dosen Pengampuh:

Dr. Raghel Yunginger, S.Pd, M.Si

Meilan Demulawa, S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH
Dian Molamahu

421420009

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia
sampai akhir zaman.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Raghel Yunginger,
S.Pd, M.Si dan Ibu Meylan Demulawa, S.Pd, M.Sc selaku dosen pengampuh mata kuliah
Pendidikan Kebencanaan yang telah memberikan tugas makalah tentang Pendidikan
Kebencanaan, karena dengan tugas ini dapat mengembangkan pemikiran dan semangat
penulis untuk menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan juga pembaca.

Meski telah disusun secara maksimal, penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik
dari pembaca yang bersifat membangun.

Gorontalo, 23 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Bencana..........................................................................................................6
2.2 Jenis-Jenis Bencana..........................................................................................................7
2.3 Karakteristik Bencana yang Terjadi di Desa Bilungala Utara........................................10
BAB V......................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
5.2 Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam dan situasi darurat telah menjadi kenyataan yang semakin sulit dihindari
di seluruh dunia. Gempa bumi, tsunami, banjir, badai, kebakaran hutan, pandemi, dan
berbagai bentuk bencana lainnya telah menunjukkan dampak yang merusak terhadap
masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Dalam beberapa dekade terakhir, frekuensi dan
intensitas bencana ini cenderung meningkat, yang sebagian besar disebabkan oleh perubahan
iklim, pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, serta aktivitas manusia yang tidak
berkelanjutan.

Indonesia sebagai negara yang terletak di Jalur Cincin Api Pasifik dan memiliki sejarah
panjang dengan berbagai bencana alam, termasuk gempa bumi, tsunami, erupsi gunung
berapi, dan banjir, sangat rentan terhadap ancaman bencana. Namun, pemahaman tentang
kesiapsiagaan dan penanganan bencana sering kali kurang memadai, dan keterlibatan
masyarakat dalam upaya mitigasi dan respons masih belum optimal.

Pendidikan kebencanaan menjadi aspek kunci dalam upaya mengurangi risiko bencana
dan mengelola dampaknya. Melalui pendidikan kebencanaan, individu dan komunitas dapat
memahami risiko yang ada, mengetahui tindakan yang harus diambil saat terjadi bencana,
serta merencanakan langkah-langkah kesiapsiagaan yang efektif. Selain itu, pendidikan
kebencanaan juga mempromosikan kesadaran tentang pentingnya perlindungan lingkungan,
pembangunan yang berkelanjutan, dan keamanan masyarakat.

Namun, di banyak tempat, pendidikan kebencanaan masih belum menjadi bagian


integral dari sistem pendidikan. Hal ini mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi bencana. Oleh karena itu, penting untuk
mengeksplorasi konsep pendidikan kebencanaan dengan cara mengenali definisi dari
kebencanaan, jenis-jenis kebencanaan, dan karakteristik wilayah yang ada di lokasi kegiatan
MBKM PMS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kebencanaan?
2. Apa saja jenis-jenis kebencanaan?
3. Bagaimana karakteristik wilayah di desa Bilungala Utara?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari kebencanaan


2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kebencanaan
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik wilayah di desa Bilungala Utara
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bencana

Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
yang menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat setempat
(Hanif Yuniarta, 2015). Sebesar apapun kejadian alam yang terjadi jika tidak menimbulkan
korban jiwa atau harta benda maka tidak dapat disebut bencana. Bencana menunjukkan
bahwa kejadian yang terjadi telah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat (Hafida,
S.H.N. 2018)

Istilah “bencana” pada hakikatnya merupakan konsep manusia yang agak subyektif.
Hal ini dikaitkan dengan terjadinya suatu kejadian tertentu, baik yang disebabkan oleh alam
maupun buatan, yang dianggap "merugikan" oleh manusia, yang menciptakan istilah
"bencana" (Sarapang, H.T.2019). Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian
yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, sarana dan prasarana serta dapat menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat. (Wulansari, Diah. 2017)

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan, bencana


mengacu pada suatu kejadian atau serangkaian kejadian berbahaya yang secara signifikan
mengganggu fungsi normal masyarakat dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Peristiwa ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab, termasuk faktor alam dan non-alam, serta
faktor yang berhubungan dengan manusia, sehingga menimbulkan akibat seperti hilangnya
nyawa manusia, degradasi lingkungan, kerusakan properti, dan dampak psikologis
(Maharani, N & I, Kadek A.A. 2020)

Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (2004) dalam mendefinisikan


bencana sebagai gangguan signifikan terhadap aktivitas normal suatu masyarakat, yang
mengakibatkan kerugian besar terhadap kehidupan manusia, termasuk kerugian material,
ekonomi, dan lingkungan. Dampak negatif ini begitu besar sehingga masyarakat yang terkena
dampak tidak mampu mengatasinya secara efektif dengan menggunakan sumber daya mereka
sendiri. Oleh karena itu, sesuai dengan definisi UNISDR, bencana memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Menandakan adanya gangguan yang berarti terhadap kemajuan masyarakat.


2. Meliputi gangguan yang menimbulkan kerugian dan akibat buruk baik terhadap
kemanusiaan, materiil, maupun perekonomian dan lingkungan hidup.
3. Gangguan ini melampaui kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk
mengelolanya dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki.

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-
undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana. Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah kondisi atau karakteristik
biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

2.2 Jenis-Jenis Bencana

Klasifikasi Berdasarkan Sifat Bencana

Setiap bencana mempunyai skala dan dampak yang berbeda-beda. Berdasarkan


karakteristiknya, tidak semua kejadian yang tidak diinginkan dapat dikategorikan sebagai
bencana. Dalam ranah terminologi, terdapat perbedaan antara peristiwa (event), bencana
(disaster), dan katastropik (catastrophe). Misalnya, kebakaran rumah yang dapat diatasi oleh
petugas pemadam kebakaran; itu termasuk dalam klasifikasi event atau kejadian, bukan
bencana (Coppola, 2015). Katastropik, sebaliknya, memiliki dampak yang lebih signifikan
dibandingkan bencana. Menurut Quarantelli, suatu peristiwa tergolong katastropik jika
(Etkin, 2016):

1. Menimbulkan dampak besar pada hampir atau seluruh aspek infrastruktur masyarakat.
2. Membuat pemerintah daerah tidak mampu menjalankan tugasnya sesuai harapan,
sehingga berpotensi memasuki tahap pemulihan (restorasi pascabencana).
3. Secara signifikan mengganggu rutinitas sehari-hari masyarakat dan hampir terus-
menerus.
4. Mencegah komunitas tetangga yang berdekatan memberikan bantuan.

Bencana juga dapat dikategorikan berdasarkan kecepatan kejadiannya, khususnya


bencana cepat dan bencana lambat (Etkin, 2016).

a. Bencana yang cepat


Bencana yang cepat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan bencana yang lambat. Ini
adalah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan biasanya terjadi dengan sedikit atau tanpa
peringatan terlebih dahulu, sehingga menyebabkan dampak yang parah dan sering kali
menghancurkan dalam rentang waktu beberapa jam atau hari. Contoh bencana cepat antara
lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin puting beliung, dan
banjir.

b. Bencana yang lambat

Sebaliknya, bencana yang terjadi secara lambat, yang juga dikenal sebagai bencana
yang merayap, berlangsung secara bertahap dan mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda
yang terlihat sampai kerusakan yang signifikan sudah terjadi. Tanda-tanda terjadinya bencana
yang lambat hanya akan terlihat setelah kerugian besar telah terjadi, sehingga memerlukan
tanggap darurat skala besar. Contoh bencana yang lambat mencakup fenomena seperti
kelaparan, kekeringan, penggurunan (perubahan lahan menjadi gurun), dan epidemi.

Dalam Coppola (2015), bencana dapat dibagi menjadi tiga jika dilihat dari kemampuan
pengelolaannya, yaitu:

1. Bencana lokal adalah bencana yang berada dalam kapasitas penanganan pemerintah
daerah, seperti pemerintah provinsi atau kota. Jika melebihi kemampuan pemerintah
daerah, maka hal ini akan menjadi bencana nasional.
2. Bencana nasional adalah bencana yang dapat ditangani secara efektif oleh pemerintah
pusat suatu negara. Mirip dengan bencana lokal, jika pemerintah pusat tidak mampu
menanganinya, maka bencana tersebut dapat meningkat menjadi bencana internasional.
3. Bencana internasional adalah bencana yang memerlukan keterlibatan lembaga
internasional atau koalisi beberapa negara untuk membantu penanggulangan bencana.

Klasifikasi Berdasarkan Penyebab Bencana

Berdasarkan asal usulnya, bencana dapat digolongkan menjadi tiga kategori utama:
bencana alam yang disebabkan oleh kekuatan alam; bencana teknologi, akibat kegagalan atau
kecelakaan teknologi; dan bencana yang disebabkan oleh manusia, yang timbul karena
tindakan atau kelalaian manusia (Etkin, 2016).
a) Bencana Alam (Natural Disaster)
Terjadinya bencana alam diperkirakan akan meningkat, didorong oleh beberapa faktor
sebagaimana dikemukakan oleh Hogan dan Burstein pada tahun 2007. Faktor-faktor tersebut
meliputi (1) variasi siklus alam seperti matahari maksimum, gempa bumi, dan aktivitas
gunung berapi; (2) pemanasan global yang menyebabkan peningkatan aktivitas badai parah
dan kekeringan di wilayah tertentu; (3) meningkatnya variasi jenis penyakit dan penyakit
yang ditularkan melalui vektor akibat pemanasan global; dan (4) perubahan musim, pola
cuaca, suhu lingkungan, dan kelembapan, yang mengakibatkan dampak buruk terhadap
cadangan pangan, produksi zat penyebab alergi, dan kesehatan manusia.
Bencana alam dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, seperti yang dijelaskan oleh
Keim pada tahun 2015:
1. Bencana biologi: Bencana biologis berasal dari mikroorganisme patogen seperti bakteri
atau virus yang dapat memicu pandemi, wabah, atau epidemi penyakit menular.
Menurut Kamus Pengobatan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan, bencana biologis
diakibatkan oleh paparan zat beracun, bakteri, atau radiasi organisme hidup dalam
jumlah besar.
2. Bencana hidrometeorologi: Bencana hidrometeorologi disebabkan oleh curah hujan
yang berlebihan atau kurang. Curah hujan yang tinggi sering kali menimbulkan dampak
buruk seperti banjir dan badai, termasuk siklon tropis, tornado, angin topan, dan badai
salju. Sebaliknya, curah hujan yang rendah dapat mengakibatkan bencana seperti
kekeringan (terkadang disertai badai debu), kebakaran hutan yang tidak terkendali, dan
gelombang panas.
3. Bencana geofisika: Bencana geofisika merupakan akibat pelepasan energi dari berbagai
peristiwa geofisika. Bencana-bencana tersebut dapat dibagi lagi menjadi tiga
subkategori: (1) bencana yang disebabkan oleh energi seismik, seperti gempa bumi dan
tsunami; (2) bencana akibat energi gunung berapi, antara lain letusan gunung berapi
dan aliran lahar; dan (3) bencana yang disebabkan oleh energi gravitasi, seperti tanah
longsor (terdiri dari longsoran puing, tanah longsor, longsoran lava vulkanik, dan
longsoran salju).
b) Bencana industri

Bencana yang timbul akibat kegiatan industri merupakan akibat dari proses atau
tindakan industri yang meliputi pengembangan, pengujian, penerapan, atau kegagalan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan bahaya
yang terkait dengan industri, seperti limbah industri, radiasi, dan bencana kimia. Setiap hari,
sejumlah besar bahan berbahaya diangkut ke daerah pemukiman padat penduduk, di mana
setiap ton bahan tersebut berpotensi menimbulkan risiko yang mengancam jiwa (Hogan &
Burstein, 2007). Contoh ilustrasi bencana teknologi mencakup uji coba nuklir yang dilakukan
di kepulauan Bikini Atoll di Kepulauan Marshall pada tahun 1946, insiden di Three Mile
Island di Pennsylvania pada tahun 1976, dan bencana Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986.

c) Bencana Akibat Manusia

Bencana yang disebabkan oleh manusia juga dikenal sebagai manmade disaster atau
natural-induced disaster sebagaimana disebutkan oleh Beach dalam (Heryana, Ade. 2020).
Bencana ini adalah akibat dari kesalahan manusia atau niat jahat, yang melibatkan peristiwa
yang diprakarsai oleh individu yang mungkin berasumsi bahwa, jika bencana berulang,
masyarakat akan lebih siap untuk mencegahnya. Contohnya serangan teroris anthrax di AS,
kecelakaan akibat industry: tumpahan minyak di teluk Persia (1991), konflik sosial, dan
human eror: Kontaminasi air di Love Canal New York (1978)

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, bencana


digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian kejadian yang disebabkan oleh kekuatan
alam atau unsur alam. Ini termasuk fenomena seperti gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian kejadian yang tidak ada
hubungannya dengan kekuatan alam. Hal ini mencakup insiden seperti kegagalan
teknologi, kegagalan fungsi dalam proses modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial timbul dari peristiwa atau rangkaian kejadian yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, termasuk konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas dan
aksi terorisme.

2.3 Karakteristik Bencana yang Terjadi di Desa Bilungala Utara

Desa Bilungala yang terletak di Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo merupakan desa yang kerap mengalami kejadian banjir dahsyat. Bencana
khusus ini termasuk dalam kategori Bencana Hidro-Meteorologi, yang diakibatkan oleh unsur
cuaca dan iklim. Banjir mengacu pada situasi di mana air melebihi batasnya, menggenangi
daratan, dan konsekuensinya menimbulkan kerugian besar terhadap masyarakat,
perekonomian lokal, dan lingkungan.

Kejadian bencana banjir sangat dipengaruhi oleh faktor alam. Terjadinya genangan
banjir yang melanda Desa Bilungala di Kecamatan Bone Pantai disebabkan oleh meluapnya
sungai Bone dan sungai-sungai lain yang ada di desa tersebut. Sungai-sungai tersebut tidak
mampu menampung volume air akibat curah hujan yang cukup tinggi sehingga
mengakibatkan air tumpah ke rumah-rumah warga dan lahan pertanian milik warga desa.

Ciri-ciri geografis yang dimiliki Desa Bilungala didominasi oleh dataran rendah, dan
sebagian besar wilayahnya terletak di dekat pantai atau di tepi sungai. Lanskap dataran
rendah ini meningkatkan kerentanan wilayah tersebut terhadap banjir, terutama ketika terjadi
kenaikan permukaan air sungai atau laut.

Faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat
(pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan permukiman di daerah
banjir dan sebagainya. Selain itu, kurangnya sumber daya untuk langkah-langkah mitigasi
dan pemulihan pasca banjir, seperti tanggul yang kuat, infrastruktur drainase yang memadai,
dan rencana darurat yang dipersiapkan dengan baik, dapat semakin meningkatkan risiko
banjir.

Akibat dari bencana banjir ini meliputi kerugian harta benda dan kerusakan
pemukiman, infrastruktur, rumah tinggal, dan jalan yang sering tergenang sehingga
mengakibatkan kesulitan transportasi. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko dan dampak
banjir, sangat penting untuk memprioritaskan langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan.
Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem drainase di
wilayah tersebut untuk memfasilitasi limpasan air hujan yang lebih lancar. Selain itu,
pemerintah daerah harus membangun sistem peringatan dini banjir yang efektif, yang
mencakup pemasangan peralatan pemantauan cuaca dan sungai serta pendirian pos
pengamatan untuk melacak ketinggian air sungai. Mendidik masyarakat tentang tindakan
yang tepat untuk dilakukan saat terjadi keadaan darurat banjir juga merupakan langkah
penting yang tidak boleh diabaikan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, yang menimbulkan kerugian baik materil maupun immateriil bagi kehidupan
masyarakat setempat. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan hidup,
dan terganggunya kehidupan masyarakat. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, bencana
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana
sosial. Bencana alam melibatkan kekuatan alam seperti gempa bumi, banjir, dan tanah
longsor. Bencana non alam berkaitan dengan peristiwa yang tidak ada hubungannya dengan
kekuatan alam, seperti kegagalan teknologi dan wabah penyakit. Bencana sosial muncul
akibat ulah manusia, termasuk konflik sosial dan aksi terorisme.

Desa Bilungala Utara di Provinsi Gorontalo merupakan contoh nyata daerah yang
sering terkena bencana banjir. Banjir di desa ini disebabkan oleh faktor alam seperti curah
hujan yang tinggi dan topografi yang mendukung terjadinya genangan air. Faktor buatan
manusia juga berkontribusi, seperti penggunaan lahan yang tidak tepat dan pembuangan
limbah yang merusak saluran air. Apalagi, banjir di desa ini kerap dipicu oleh meluapnya
Sungai Bone dan sungai-sungai lain di desa tersebut yang tidak mampu menampung volume
air akibat hujan deras.

Untuk mengatasi risiko dan dampak bencana banjir, diperlukan upaya mitigasi dan
persiapan yang serius, termasuk perbaikan sistem drainase dan pengelolaan lahan yang lebih
baik. Upaya ini penting untuk melindungi masyarakat dan lingkungan di desa Bilungala
Utara serta mengurangi dampak negatif bencana banjir yang sering terjadi di wilayah
tersebut.

5.2 Saran
Penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah lainnya di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyati, S., & Hafida, N. (2018). Urgensi Pendidikan Kebencanaan Bagi Siswa Sebagai
Upaya Mewujudkan Generasi Tangguh Bencana. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
28(2).
Hengkelare, S. H., Rogi, O. H., (n.d.). Mitigasi Risiko Bencana Banjir Di Manado. Jurnal
Spasial, 8(2), 2021.
Heryana, Ade. 2020. Pengertian dan Jenis-Jenis Bencana. Jakarta: Univeristas Esa Unggul
Maharani, N. (2020). Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa
Bumi Di SMPN 3 Kuta Selatan Badung Provinsi Bali. PENDIPA Journal of Science
Education, 4(3), 32–38. https://doi.org/10.33369/pendipa.4.3.32-38
Mujiburrahman. (n.d.). 2020. Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Di Satuan Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Vol. 4. No. 2
Muttalib, A. (n.d.). Jurnal Ilmiah Mandala Education Analisis Dampak Sosial Ekonomi
Masyarakat Pasca Bencana Gempa Bumi Di Kabupaten Lombok Utara (KLU).
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Wulansari, D., Darumurti, A., & Hartomi Akta Padma Eldo, D. (2017). PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANJEMEN BENCANA. Journal of
Governance and Public Policy, 4(3). https://doi.org/10.18196/jgpp.4383

Anda mungkin juga menyukai