Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan listrik bermula dari pengamatan yang dikenalkan oleh Thales dari

Miletus (Tahun 600 SM). Yakni, ketika sepotong ambar yang digosok akan menarik

potongan jerami kecil. Sedangkan, ilmu mengenai magnetisme berawal dari pengamatan

bahwa batu-batuan yang terdapat secara alami (magnetik) akan menarik besi.

Selanjutnya kedua ilmu ini berkembang secara agak terpisah sampai tahun 1820, ketika

Hans Cheristian Oersted (1777-1851) mengamati hubungan antara keduanya. Dimana

arus listrik dalam sebuah kawat dapat mempengaruhi sebuah jarum kompas magnetic

(Halliday, 1988).

Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti memerlukan material atau bahan, misalnya

bahan bangunan, mekanik, elektrik, kimia, niklir dan sebagainya. Ilmu tentang

komponen dan alat ukur listrik merupakan ilmu dasar yang harus dipelajari sebelum

mempelajari ilmu kelistrikan yang lain, ppemakaian komponen elektronika pada saat ini

menjadi sangat penting hal ini disebabkan dalam masa pembangunan yang pesaat saat ini

khussunya pembangunan dan pengembangandalam bidang industry, pengetahuan

mengenai komponen harus mendapat perhatian yang cermat dan seksama, pengetahuan

yang memadai akan ikut menentukan kemajuan dalam bidang industry, sebab sebagian

besar kegiatan industry dewaasa ini tergantung pada tersedianya energy listrik (Suyamto,

2008).

Selanjutnya untuk memahami perakitan dibidang elektronika, maka diperlukan

pengetahuan mengenai beberapa macam komponen-komponen yang digunakan dalam


bidang ini. Pengenalan ini diperlukan agar selanjutnya dapat dipahami bagaimana suatu

rangkaian listrik dapat bekerja sesuai dengan komponen-komponen yang dirakit dengan

efeknya masing-masing (Zaki, 2005).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu komponen pasif dan komponen aktif?

2. Apa yang dimaksud multimeter, amperemeter, Voltmeter, ohmmeter dan

osiloskop?

3. Apa saja bagian-bagian dan jenis-jenis multimeter, amperemeter, Voltmeter,

ohmmeter dan osiloskop?

4. Bagaimana cara penggunaan multimeter, galvanometer dan osiloskop?

3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui berbagai komponen-komponen Elektronika

2. Mengetahui berbagai jenis-jenis alat ukur listrik

3. Mengetahui prinsip kerja dan cara menggunakan alat ukur listrik


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen-komponen Elektronika

Setiap bahan di alam dapat dianggap bahan listrik, karena setiap bahan mempunyai sifat-

sifat kelistrikan. Dalam hal ini bahan listrik dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian

berdasarkan sifat kelistrikannya (Suyamto,2008):

1. Konduktif berarti menyalurkan atau mengantarkan. Dalam hal kelistrikan berarti sifat

suatu benda yang mampu menghantarkan arus listrik. Semakin tinggi konduktifitas

suatu bahan, maka akan semakin mudah menghantarkan listrik.

2. Resistif berarti melawan atau menghambat. Jadi , bahan yang bersifat resistif adalah

bahan yang dapat memberi hambatan terhadap arus listrik.

3. Kapasitif adalah sifat suatu bahan yang dapat menyimpan listrik dalam bentuk muatan.

Biasa digunakan untuk menghemat daya.

4. Induktif adalah sifat suatu bahan yang dapat menyimpan listrik namun dalam bentuk

medan magnet

Sifat elektrik suatu bahan ditunjukkan pada tabel berikut (Suyamto,2008) :

Simbol Sifat Berhubungan dengan

(rho) Resistivitas R (resistansi)

(epsilon) Permetivitas C (kapasitansi)


(mu) Permeabilitas L (induktansi)

(sigma) Konduktivitas -

Semua benda yang bersifat elektrik disebut sebagai komponen elektronika.Komponen-

komponen elektronika ini dibedakan menjadi dua macam berdasarkan dapat atau tidaknya

suatu komponen untuk menghasilkan tegangan dan arus, yaitu komponen pasif dan

komponen aktif. Dimana Komponen pasif merupakan komponen elektronika yang tidak

dapat menghasilkan tegangan dan arus dengan sendirinya. Sedangkan, Komponen aktif

adalah komponen elektronika yang dapat menghasilkan tegangan dan arus dengan

sendirinya (Tooley, 2002).

2.1.1 Komponen Pasif

Komponen pasif adalah bahan yang dapat berfungsi tanpa diberi catu daya dari luar.

Kelompok komponen pasif misalnya penghantar, inti magnet, isolator, resistor, kapasitor,

induktor, dan transformator(Suyamto,2008).

2.1.1.1 Penghantar

Penghantar adalah suatu bahan yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari

suatu titik ke titik lain. Bahan untuk penghantar kebanyakan dibuat dari tembaga

karena mempunyai hantaran listrik dan hantaran panas yang baik(Suyamto,2008).

Besaran hantaran panas suatu bahan dinyatakan dalam panas jenis (C), yaitu besaran

yang menunjukkan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1o celcius pada 1 gram

bahan yang akan dinaikkan suhunya(Suyamto,2008).

2.1.1.2 Inti Magnet


Inti magnet yang dimaksud ialah bahan inti yang berfungsi untuk menyalurkan garis

gaya magnet. Bahan inti magnet yang baik harus dapat menampung sebanyak-

banyaknya garis gaya magnet(Suyamto,2008).

Bahan yang dapat menarik logam disebut magnet dan bahan tersebut digunakan secara

luas sebagai inti magnet pada peralatan listrik.Berdasarkan kuat dan lemahnya daya

tarik magnet, bahan tersebut dibagi 3(tiga) yaitu feromagnetis, paramagnetis, dan

diamagnetis.Feromagnetis adalah jenis bahan dengan daya tarik yang terkuat, lalu

diikuti paramagnetis dan diamagnetis sebagai yang paling lemah(Suyamto,2008).

2.1.1.3 Isolator

Isolator adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolir bagian-bagian yang dialiri

arus listrik.Jadi isolator merupakan bahan penyekat listrik, dimana bahan tersebut

bahkan tidak dapat dialiri arus listrik bila diberi tegangan.Hal ini terjadi karena tidak

terdapat muatan bebas.Setiap elektron terikat erat pada atomnya. Agar isolator dapat

bekerja dengan baik, isolator harus mempunyai sifat elektris, sifat mekanis, sifat

termis, dan sifat kimia yang baik(Suyamto,2008):

A. Sifat Elektris

Sifat elektris merupakan sifat sebuah isolator dengan kemampuan memisahkan

bagian-bagian yang berarus dengan tanah, sehingga isolator yang baik harus

mempunyai tahanan jenis yang besar.Bahan isolator juga disebut bahan dielektrik.

B. Sifat Mekanis

Sifat mekanis merupakan sifat isolator.yang tahan terhadap tekanan mekanik dan

tidak mudah aus, Yaitu tdak mudah rusak yang disebabkan oleh pemakaian.

C. Sifat Termis
Sifat termis adalah sifat isolator yang tahan terhadap panas, baik panas dari dalam

yang diakibatkan oleh arus listrik maupun panas dari luar.Suatu bahan isolator

yang tidak tahan panas dapat menurunkan kuat elektriknya akibat perubahan

susunan kimia yang akibatkan oleh panas.

D. Sifat Kimia

Sifat kimia adalah sifat higroskopis, yaitu sifat yang menunjukkan mudah

tidaknya suatu bahan isolator menyerah air. Karena air merupakan bahan yang

konduktif, maka semakin basah suatu isolator, makan tahan jenisnya akan mengecil

dan kemampuan isolasiny akan menurun. Jadi bahan isolator tidak boleh memiliki

sifat hidroskopis.Sifat kimia lainnya adalah tidak mudah berkarat.

2.1.1.4 Resistor

Resistor merupakan komponen yang mempunyai sifat resistansi.Komponen ini akan

mengubah energi listrik menjadi energi panas Umumnya resistor ini terbuat dari

karbon. Dalam hukum ohm diketahui bahwa resistansi berbanding terbalik dengan

jumlah arus yang mengalir melaluinya (Suyamto,2008):

= .

dimana :

V= tegangan (volt)

I= kuat arus (ampere)

R= hambatan (ohm)

Bentuk-bentuk resistor konvesional mengikuti sebuah hukum yaitu hukum garis lurus

yaitu ketika tegangan di plot terhadap arus akan memungkinkan penggunaan resistor
sebagi suatu sarana untuk mengkonversi arus menjadi jatuh tegangan dan sebaliknya.

Karena itulah resistor merupakan komponen untuk mengontrol arus dan tegangan yang

bekerja dalam rangkaian elektronika. Selain itu resistor juga dapat berfungsi sebagai

beban untuk menstimulasi keberadaan suatu rangkaian dalam sebuah percobaan

(Tooley,2002).

Gambar II.1 Tegangan diplot terhadap arus untuk dua nilai resistor yang berbeda.

Dimana kemiringan grafik sebanding dengan nilai resistansi (sumber: google.com)

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan resistor digunakan menjadi beberapa

yaitu resistor kawat, resistor arang, dan resistor oksida logam. Namun demikian dalam

perdagangan resistor dibedakan menjadi resistor tetap dan resistor tidak tetap/ variabel.

Resistor tetap contohnya seperti metal film resistor, metal oxide resistor, carbon film

resistor, dan ceramic encased wirewound, dan sebagainya. Sedangkan beberapa contoh

kapasitor variabel seperti potensiometer, trimer-potensiometer, termister, DR, dan Vdr

(Adi, 2010).
Resistor juga dikenal dua macam yaitu resistor tetap dan resistor variabel (tidak tetap).

Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Dimana

biasanya resistor jenis ini memiliki batasan daya 1/6 w. 1/8 w. w, w, 1 w, 5 w, dsb

yang berarti resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan

kemampuan dayanya (Adi, 2010).

Gambar II.2 Simbol resistor tetap

Sedangkan, resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-

ubah atau tidak tetap. Jenisnya yaitu hambatan geser, Trimpot dan Potensiometer.

Trimpot sendiri merupakan resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan

cara memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai

hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada badan

trimpot tersebut. Sedangkan potensiometer merupakan resistor yang nilai hambatannya


dapat diubah-ubah dengan memutar poros yang telah tersedia. Secara fungsional

potensiometer pada memiliki fungsi yang sama dengan trimpot (Adi, 2010).

2.1.1.5 Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan dalam menyimpan

muatan listrik.Sehingga kapasitor dapat diartikan sebagai alat atau sebagai tempat

penampungan (reservior) dimana muatan listrik dapat disimpan dan diambil kembali.

Kapasitor ini termasuk komponen pasif karena tidak menghasilkan arus dan tegangan

listrik (Tooley,2002).

Kapasitor tersusun atas dua plat metal yang dipisahkan oleh bahan dielektrik. Material

dielektrik adalan isolator yang bersifat menambah kapasitansi. Bahan- bahan dielektrik

yang umum digunakan ialah keramik. Jika ujung-ujung plat metal diberikan tegangan

listrik maka muatan positif akan berkumpul pada salah satu kaki (elektroda) metal dan

pada saat yang sama muatan negatif berkumpul pada ujung kaki lainnya (Zaki, 2005).

Gambar II.3 Dielektrikum Kapasitor

Muatan positif tidak dapat mengalir ke ujung kutub negatif dan begitu pula

sebaliknya, muatan negatif tidak akan dapat mengalir ke ujung kutub positif. Hal ini

disebabkan diantara kedua ujung ada suatu bahan dielektrik yang non-konduktif.

Sehingga, muatan ini akan tersimpan selama tidak ada konduksi pada ke ujung
kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatn

positif dan negatif di awan (Zaki,2005).

Gambar II.4 Prinsip Kerja Kapasitor

Kapasitor dapat dibedakan menjadi dua.Yaitu, kapasitor tetap dan kapasitor tidak

tetap.Kapasitor tetap adalah kapasitor yang memiliki kapasitansi yang tetap atau tidak

berubah sedangkan kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang nilai kapasitansinya

dapat berubah-ubah (Adi, 2010).

A. Kapasitor tetap

Kapasitor tetap ini sendiri dibedakan menjadi dua bagian yaitu kapasitor polar dan

non-polar (Adi, 2010):

a) Kapasitor Polar

Gambar II.5 Kapasitor Polar

Kapasitor Polar (Elektrolitik) ini merupakan kapasitor dengan bahan dielektrik

berupa lapisan metal oksida. Merupakan jenis kapasitor polar dengan tanda +

dan dibadannya. Pada kapastor ini terdapat kutub positif anoda dan negatif

katoda dikarenakan proses pembuatannya menggunakan proses elektrolisa..


dimana telah diketahui bahwa metal seperti tantalum, alumunium, magnesiun,

titanium, niobium, zirconium, dan seng (zinc) yang permukaannya dapat

dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal oksida (Zaki, 2005).

b) Kapasitor Non-Polar

Gambar II.5 Kapasitor Non-Polar

Kapsitor ini adalah kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik berupa

keramik, film, dan mika kapasitor ini juga biasa disebut kapasitor Elektrostatik.

Keramik dan mika adalah bahan yang paling umum digunakan dalam

pembuatan kapasitor dengan kapasitansi kecil dan frekuensi tinggi dikarenkan

harganya yang murah. Tersedia dalam satuan pF sampai beberapa F.

Sedangkan yang termasuk bahan dielektrik film yaitu bahan-bahan material

seperti polyester (mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized

paper dan lainnya. Mylar, MKM, dan MKT adalah beberapa contoh sebuttan

merek dagang untuk kapasitor dengan bahan dielektrik film. Umumnya

kelompok kapasitor ini adlah kapasitor non-polar (Zaki, 2005).

B. Kapasitor Tidak Tetap (Variabel)

Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat berubah-

ubah, nilai kapasitansi pada kapasitor ini dapat dilihat dari kode yang terdapat pada

fisik kapasitor. Nilai kapasitansi satu Farad menunjukkan bahwa kapasitor


memiliki kemampuan untuk menyimpan satu coulomb pada tegangan satu volt

(Adi,2010).

Pada kapasitor berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dalam angka

yang jelas, lengkap dengan nilai polaritas dan tegangannya. Sedangkan, pada

kapasitor berukuran kecil biasanya hanya tertulis dua atau tiga angka saja. Jika

hanya terdapat dua angka maka dapat diketahui satuannya adalah pF. Sedangkan

untuk tiga angka maka angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal

sedangkan angka ketiga menunjukkan faktor pengali. Sebagai contoh pada

kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitasnya adalah 10 10.000 = 100.000 pF

atau 100 nF (Zaki, 2005).

2.1.1.6 Induktor

Gambar II.6 Induktor

Induktor merupakan alat untuk menyimpan energi listrik dalam medan-magnetik.

Pengaplikasiannya berupa perangkat choke, filter dan rangkaian pemilih frekuensi.

Karakteristik dari sebuah induktor biasanya ditentukan oleh bahan inti, jumlah lilitan

dan dimensi-dimensi kumparannya. Inti induktor biasanya berupa inti udara besi atau
ferit.Induktor memiliki karakteristik yang berbeda dengan kapasitor yaitu menahan

arus AC dan meneruskan arus DC.Satuan induktor adalah Henry (H) (Tooley, 2002).

Fungsi utama dari sebuah induktor dalam sebuah rangkaian yaitu untuk melawan

fluktuasi arus yang melewatinya.Pengaplikasiannya dalam rangkaian DC bertujuan

untuk menghasilkan tegangan DC yang konstan terhadap fluktuasi beban arus.

Sedangkan pengaplikasian pada rangkaian bertegangan AC bertujuan agar meredam

perubahan fluks arus yang tidak diinginkan, selain itu induktor juga mampu

diaplikasikan pada rangkaian filter dan tunner (Zaki, 2005).

Karakteristik listrik dari sebuah induktor ditentukan oleh bebeapa faktor seperti, bahan

inti, jumlah lilitan, dan dimensi-dimensi fisik kumparannya.Dalam praktejnya setiap

kumparan memiliki induktansi (L) maupun resistansinya (Rs) sendiri.Walaupun

induktansi dan resistansi pada induktor terlihat terpisah tetapi pada kenyataannya

keduanya terdistribusi merata pada seluruh baguan komponen. Untuk memudahkan

dalam menganalisis komponen maka resistansi dan induktansi diperlakukan secara

terpisah (Tooley,2002).

Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa elektron yang bergerak akan menimbulkan

medan elektrik disekitarnya. Dimana medan elektromagnetik ini dipengaruhi oleh

luas/bentuk dari sebuah kumparan, Induktor sendiri memiliki beberapa bentuk

kumparan, yaitu (Zaki, 2005):

1. Toroid

Toroid ini adalah induktor berbentuk lingkaran, biasanya juga menggunakan inti

besi yang berbentuk lingkaran sehingga menyerupai kue donat.Toroid ini memiliki
induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan

dengan induktor berbentuk silinder. Kelebihan lainnya dikarenakan inti toroid

berbentuk melingkar maka medan induksinya relatif tertutup dan tidak menginduksi

komponen lainnya yang berdekatan di dalam satu PCB (Zaki, 2005).

2. Ferit dan Permeability

Dalam induktor ferit ini digunakan besi lunak sebagai intinya.Selain itu terdapat

pula beberapa macam bahan ferit yang disebut ferromagnetik. Bahn dasarnya

berupa bubuk besi oksida (iron power), dan ada pula ferit yang dicampur dengan

bahan bubuk lain seperti nikel, mangan, zinc, dan magnesium. Bubuk campuran

tersebut dibuat menjadi komposisi yang padat melalui proses kalsinasi yaitu proses

dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi. Pembuatannya sama dengan keramik

sehingga ferit ini juga merupakan keramik. Penggunaan ferit harus disesuaikan

dengan melihat frekuensi kerjanya karena ferit memiliki nilai optimal sendiri pada

frekuensi tertentu. Permeability bahan juga dapat diketahui melalui kode warna

tertentu seperti kode warna kuning, biru hitam, merah dan abu-abu. Wane tersebut

selain sebagai pembeda permeability juga berfungsi sebagai isolator (Zaki, 2005).

3. Kawat Tembaga

Beberapa kawat tembaga yang digunakan dalam induktor beragam seperti untuk

pemakaian yang profesional digunakan kawat tembaga berstandar AWG (American

Wire Gauge) standar ini berdasarkan diameter kawat dan resistansinya.Dikarenakan

dalam pembuatan induktor tidak diperlukan kawat tembaga yang panjang maka efek

resistansi dari bahan kawat dapat diabaikan. Untuk mendapatkan nilai induktansi

yang akurat maka efek kapasitif dan resistif harus diperhitungkan (Zaki,2005).

4. Semikonduktor
Induktor dari bahan ini adlah induktor yang bahan penyusunnya bukan berasal dari

bahan konduktor murni seperti tembaga, besi dan timah (Zaki,2005).

2.1.1.7 Transformator

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum faraday yaitu arus listrik dapat

menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus

listrik. Bila pada salah satu kumparan pada transformator diberi arus listrik bolak balik

maka jumlah garis gaya magnet berubah ubah akibatnya pada kumparan primer terjadi

induksi. Kumparan sekunder menerima garis gaya magnet dari kumparan primer

terjadi yang jumlahnya juga berubah ubah. Maka pada kumparan sekunder juga timbul

induksi dan akibatnya antara dua ujung kumparan terdapat beda tegangan.

2.1.2 Komponen Aktif

Bahan komponen aktif adalah komponen yang baru dapat berfungsi setekah mendapatan

catu daya luar dari luar. Yang termasuk bahan aktif adalah dioda, transistor, dan

IC(Integrated Circuit) (Suyamto,2008).

2.1.2.1 Dioda

Dioda merupakan salah satu komponen semikonduktor. Disebut semi konduktor

atau setengah konduktor karena bahan ini tidak disusun dari konduktor murni.

Dioda ini merupakan komponen sederhana yang terbuat oleh bahan semikonduktor

bahan yang umum digunakan dioda ialah silikon. Dioda adalah sambungan bahan

p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi

anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Bergantung pada polaritas

tegangan yang diberikan kepadanya, diode bisa berlakusebagai sebuah saklar


tertutup apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya

mendapatkan tegangan negatif dan berlaku sebagi saklar terbuka apabila bagian

anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan

positif(Zaki,2005).

Gambar II.7 Dioda LED, diode semikonduktor, dam diode zenner

2.1.2.2 Transistor

Transistor merupakan gabungan dari dua kata yaitu transfer dan resistor yang dapat

diartikan secara bebas sebagai pengalir arus atau pengatur aliran arus. Triode

merupakan istilah yang memiliki arti tiga elektroda, dan didalam resistor sendiri

memang memiliki tiga elektroda tersebut, yaitu basis atau dasar, emitor atau

pemancar dan kolektor atau pengumpul. Transistor dapat mengalirkan arus listrik

atau juga menguatkan tegangan dikarenakan memiliki ketiga elektroda tersebut.

Fungsi lain dari transistor adalah sebagai saklar pemutus dan penyambung aliran

listrik ketika pada dasar atau basis diberikan arus yang sangat besar

(Suyamto,2008).

2.1.2.3 IC (Integrated Circuit)


Integrated Circuit (IC) sebenarnya adalah suatu rangkaian elektronik yang dikemas

menjadi satu kemasan yang kecil.Beberapa rangkaian yang besar dapat

diintegrasikan menjadi satu dan dikemas dalam kemasan yang kecil. Suatu IC yang

kecil dapat memuat ratusan bahkan ribuan komponen (Suyamto,2008).

2.2 Alat Ukur Listrik

2.2.1 Amperemeter

Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya

alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut

avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.

Ampermeter dapat dibuat menggunakan Meter Kumparan dArsonval. Semakin besar

arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya. Pengaturan batas ukur

arus menggunakan hambatan yang diparalelkan (shunt) dengan meter kumparan tsb.

Besaran-besaran yang perlu diperhatikan :

1. Arus maksimum (Imax)

2. Hambatan masukan (Rin) dengan nilai ideal 0.

3. Hambatan Shunt (Rsh)

2.2.2 Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dalam

pengukurannya, voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen yang diukur

dalam rangkaian. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan

kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat.

Voltmeter terbagi atas dua jenis, yaitu:

a. Voltmeter Analog

Voltmeter analog adalah alat pengukur tegangan listrik yang menggunakan

tampilan dengan jarum yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe.

Analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai

komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan mengetes baik atau jeleknya

komponen pada waktu pengukuran atau juga digunakan untuk memeriksa suatu

rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok

yang ada.

b. Voltmeter digital

Voltmeter digital sama fungsinya dengan voltmeter analog. Namun pembacaan

dari voltmeter digital lebih akurat dibandingkan voltmeter analog. Voltmeter digital

menggunakan tampilan angka digital.


2.2.3 Ohmmeter

Menurut Giancolli(1999: 190)Ohm-meter adalah daya untuk menahan mengalirnya

arus listrik dalam suatu konduktor.. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh

ohmmeter dinyatakan dalam ohm. Tidak seperti amperemeter dan voltmeter, ohmmeter

dapat bekerja sesuai dengan fungsinya jika pada alat tersebut terdapat sumber

tegangan, misalnya batere. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk

mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang

kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm. Ohmmeter terpasang secara seri dengan

hambatan yang akan diukur.

PaulA. Tipler(1996:234)menyatakan Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh

alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk

mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang

kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm. Lebih lanjut lagi young and freedman

(2004:200). Desain asli dari ohmmeter menyediakan baterai kecil untuk menahan arus

listrik. Ini menggunakan galvanometer untuk mengukur arus listrik melalui hambatan.

Skala dari galvanometer ditandai pada ohm, karena voltase tetap dari baterai

memastikan bahwa hambatan menurun, arus yang melalui meter akan meningkat.

Ohmmeter dari sirkui itu sendiri, oleh karena itu mereka tidak dapat digunakan tanpa

sirkuit yang terakit.

2.2.4 Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan bentuk dan nilai

besaran sinyal listrik. Alat ukur ini dapat digunakan sebagai alat untuk pengukuran
rangkaian elektronik seperti TV, Radio Komunikasi, dsb. Pada bagian ini hanya akan

dibahas osiloskop analog.

Beberapa Kegunaan Osciloskop antara lain :

1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.

2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.

3. Membedakan arus AC dengan arus DC.

Osiloskop dibagi menjadi dua bagian yaitu bidang display dan bidang kontrol. Bidang

display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna-warni dan

berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis

melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div.

Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.

Sedangkan bidang kontrol terdiri dari tombol-tombol yang bisa digunakan untuk

menyesuaikan tampilan layar. Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua channel,

sebagai contoh channel satu untuk melihat sinyal masukan dan channel dua untuk

melihat sinyal keluaran. Pada saat osiloskop dihubungkan dengan sirkuit, sinyal

tegangan bergerak melalui probe ke sistem vertical. Bergantung kepada pengaturan

skala vertikal(volts/div), attenuator akan memperkecil sinyal masukan sedangkan

amplifier akan memperkuat sinyal masukan. Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak

melalui keping pembelok vertikal dalam CRT(Cathode Ray Tube). Tegangan yang

diberikan pada pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak (berkas

elektron yang menumbuk fosfor dalam CRT akan menghasilkan pendaran cahaya).

Tegangan positif akan menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan negatif

akan menyebabkan titik tersebut turun. Sinyal akan bergerak juga ke bagian sistem
trigger untuk memulai sapuan horizontal (horizontal sweep). Sapuan horizontal ini

menyebabkan titik cahaya bergerak melintasi layar. Jadi, jika sistem horizontal

mendapat trigger, titik cahaya melintasi layar dari kiri ke kanan dengan selang waktu

tertentu. Pada kecepatan tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga 500.000 kali

per detik. Secara bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok vertikal

akan menghasilkan pemetaan sinyal pada layar. Trigger diperlukan untuk menstabilkan

sinyal berulang.

2.2.5 Multimeter

Alat ukur multimeter ini dapat mengukur voltase baik AC maupun DC, arus, dan

hambatan dalam sebuah rangkaian elektronika. Nama lain dari multimeter ini ialah

avometer atau multitester. Fungsi utama dari multitester ini ialah mengukur resistansi,

kapasitansi, arus listrik, tegangan AC maupun DC, menguji baik atau tidaknya suatu

komponen, mengetahui sambungan rangkaian, dan sebagainya. Hasil dari pengujian

tersebut akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada multitester (Sugiri, 2004).

Sebelum melakukan pengujian menggunakan multimeter. Multimeter terlebih dahulu

haruslah dikalibrasi hal in diperlukan untuk mendapatkan akurasi pengukuran yang

baik. (Sugiri, 2004):

2.2.6 Megger

Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik merupakan hal yang

penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan

aman. Secara umum jika akan mengoperasikan peralatan tenaga listrik seperti

generator, transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan


isolasinya, tidak peduli apakah alat tersebut baru atau lama tidak dipakai.

Untuk mengukur tahanan isolasi digunakan Megger (Mega Ohm Meter). Isolasi yang

dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bertegangan maupun

dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body / ground.

Megger adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari suatu

instalasi atau untuk mengetahui apakah penghantar dari suatu instalasi terdapat

hubung langsung, apakah antara fasa dengan fasa atau dengan nol(tanah). Dalam hal

lain alat ukur ini juga dapat digunakan pada peralatan listrik seperti mesin listrik, alat

rumah tangga dan sebagainya. output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan

tinggi arus searah, yang diputar oleh tangan. Pengujian tersebut dimaksudkan unruk

mengetahui apakah peralatan tersebut memenuhi persyataratan PUIL yang telah

ditentukan. Megger satuannya adalah mega ohm meter.

Mengapa kita melakukan pengetesan insulation / megger test ?? Test insulasi

dipergunakan untuk mengetahui kondisi konduktor di jaringan. Insulasi yang

memadai diperlukan untuk menghindari terjadinya direct contact seperti short circuit

atau ground ault. Buruknya insulasi jaringan bisa mengakibatkan terjadinya arus

bocor dan bisa membahayakan nyawa seseorang. Dimungkinkan juga akan

menimbulkan percikan api yang bisa mengakibatkan kebakaran.

Pengetesan dilakukan dengan pengukuran tingkat kebocoran jaringan line/ phase

dengan netral dan line dengan ground. Sebelum melakukan pengetesan terlebih
dahulu dilakukan pemutusan hubungan komponen elektronik dan pilot lamp dengan

jaringan. Metode pengetesan bisa dilakukan dengan tegangan yang berbeda sesuai

dengan kebutuhan. Batas minimum insulasi yang bisa ditolerir untuk pengetesan

dengan tegangan 500 VDC adalah 0,5 Meg Ohm sedangkan dengan tegangan l000

VDC adalah l Meg Ohm.

Insulasi menjadi salah satu penyebab utama terbakarnya sebuah motor selain

masalah elektrik dan mekanik. Sebuah motor akan mengalami penurunan tingkat

insulasi karena usia pakai. Jika insulasi motor telah mencapai antara l0 ~ l Meg Ohm

maka perlu dilakukan preventive maintenance. Jika insulasi dibawah l Meg Ohm

berarti motor dalam kondisi kritis.


BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat Ukur Listrik

3.1.1 Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering

dikenal sebagai VOM (Volt/Ohmmeter) yang dapat

mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-

meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua

kategori multimeter: multimeter digital atau DMM

(digital multimeter)(untuk yang baru dan lebih

akurat hasil pengukurannya), dan multimeter

analog.Masing-masing kategori dapat mengukur

listrik AC, maupun listrik DC.

Sebagai penunjuk besaran, Avometer ada yang menggunakan jarum dan ada yang

menggunakan display angka. Alat ini dilengkapi dengan dua kabel penyidik yang

berwarna masing-masing merah dan hitam. Untuk dapat bekerja, avometer

memerlukan sumber listrik berupa battery. Dalam penyimpanan yang cukup lama,

battery ini harus dilepaskan. Umumya

pada avometer terdapat tombol-tombol sebagai berikut ini.

a. Saklar Jangkah

Saklar jangkah digunakan untuk memilih jenis besaran yang diukur dan jangkah

pengukuran.
b. Sekerup Kontrol NOL

Sebelum pengukuran, jarum harus menunjukkan tepat angka NOL, bila tidak

sekerup kontrol NOL diatur ulang.

c. Tombol NOL

Setiap pengukuran resistansi, tombol NOL diatur sehingga jarum menjukkan tepat

pada angka NOL.

d. Kabel Penyidik

Kabel MERAH dipasang pada lubang PLUS dan kabel hitam dipasang pada lubang

MINUS atau COMMON.

Pada penggunaan alat ini perlu selalu diperhatikan pemilihan jangkah yang tepat.

Kesalahan pemilihan jangkah dapat mengakibatkan kerusakan avometer misalnya

pengukuran voltage dengan jangkah pada OHM, maka akibatnya akan fatal. Bila

besaran yang diukur tidak dapat diperkirakan sebelumnya, harus dibiasakan memilih

jangkah tertinggi. Setiap selesai pengukuran, dibiasakan meletakkan jangkah pada

posisi OFF atau VDC angka tertinggi.

3.1.2 Ohm meter

Pada dasarnya prinsip kerja dari ohm-meter adalah besarnya arus listrik yang mengalir

melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, dan ohm menemukan sebuah

persamaan yang simple, menjelaskan bagaimana hubungan antara tegangan, arus, dan

hambatan yang saling berhubungan. Hambatan listrik adalah perbandingan antara

tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik

yang melewatinya.
Menurut tipler( 1996: 134) Pada Ohmmeter

prinsipnya adalah benda dialiri listrik dan diukur

tahanan listriknya. Sedangkan pada Ampermeter,

yang mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan

sumber arus listrik karena sumbernya adalah benda

yang diukur tersebut.

1. Sekrup pengatur kedudukan jarum

penunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi untuk

mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara

memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob),

berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol.

3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi

pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi

pengukuran, yaitu :

a. Posisi W (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri

dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K W

b. Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang

terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.

c. Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang

terdiri dari lima batas ukur :10; 50; 250; 500; dan 1000.

d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili

amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
e. Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang

lain batas ukurannya belum tentu sama.

f. Lubang kutub + (V A W Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test

lead kutub + yang berwarna merah.

g. Lubang kutub (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test

lead kutub yang berwarna hitam.

h. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih

polaritas DC atau AC.

i. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen

multimeter.

4. Jarum penunjuk meter (Knife edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran

yang diukur.

5. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

Adapun cara mengukur pada ohmmeter adalah sebagai berikut :

a) Pastikan posisi membaca alat ukurnya

b) Pastikan membaca dari KANAN ke KIRI

c) Tentukan sistim perkalian yang digunakan

d) Hubungkan kedua ujung probe

e) Kalibrasi terlebih dulu untuk menentukan angka0 , ( dengan tetap kedua

ujung probe terhubung) dengan cara mengatur potensio kalibrasi

f) Setelah yakin jarum menunjuk angka 0 lepas ujung probe yang

terhubung,siap untuk digunakan mengukur tahanan/hambatan/resistor.


3.1.3 Amperemeter

a. Prinsip kerja Amperemeter

Gerakan dasar pada amperemeter analog pada arus searah (dc ammeter) adalah

galvanometer PMMC. Karena gulungan kumparan dari sebuah gerakan dasar yang

kecil dan ringan, maka alat ini hanya dapat mengalirkan arus yang kecil. Apabila akan

digunakan ke dalam arus yang besar, maka arus tersebut perlu dialirkan ke sebuah

tahanan yang disebut sebagai shunt. Tahanan shunt dapat ditentukan dengan

menerapkan analisa rangkaian konvensionalnya.

Amperemeter mempunyai hambatan dalam yang sangat kecil, pemakaiannya harus

dihubungkan secara seri pada rangkaian yang diukur. Amperemeter yang digunakan

untuk mengukur kuat arus yang kecil (dalam skala miliampere) disebut

miliampermeter. Miliampermeter dapat juga

digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang

besar (dalam skala ampere) dengan cara

menambahkan hambatan cabang (shunt). Dengan

adanya hambatan cabang (shunt) itu, berarti

miliamperemeter dapat mengukur kuat arus listrik

yang melebihi batas ukurnya.

Bagian-Bagian dan Fungsi Amperemeter Analog

Amperemeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kuat arus yang mengalir

pada suatu rangkaian listrik. Amperemeter memiliki bagian-bagian seperti :

1. Jarum penunjuk skala (pada amperemeter analog).

Jarum ini terpasang pada kumparan yang bergerak (moving coil) sehingga dapat

bergerak berdasarkan peredaran arus yang masuk dalam moving coil. Jarum
tersebut mempunyai fungsi penunjuk besaran arus yang terukur dimana akan

bergerak dan berhenti pada skala yang sesuai dengan besaran yang diukur.

2. Probe

Berfungsi untuk menentukan polaritas amperemeter. Selain itu probe juga

digunakan untuk menentukan kutub positif amperemeter.

3. Kalibrator

Berfungsi untuk menentukan kalibrasi atau penunjukan skala pada angka nol (0)

dengan tepat, segaris dengan jarum penunjuk skala.

4. Ground

Berfungsi untuk menentukan kutub negatif dari amperemeter.

5. Cermin pemantul

6. Berada pada papan skala yang ditunjukan sebagai panduan untuk ketepatan

pembacaan skala.

b. Prosedur Penggunaan Amperemeter

Prosedur pengukuran pada amperemeter antara lain sebagai berikut :

a) Kalibrasi terlebih dahulu ampermeter

b) Memasang bentuk seri ampermeter dengan hambatan

c) Memasang kabel negative (berwarna hitam) di ground ampermeter, dan

kabel positif (berwarna merah) pada probe amperemeter.

d) Membaca penunjukkan arus pada papan skala arus sesuai dengan posisi

jarum penunjuk skala.

3.1.4 Voltmeter

Bagian-bagian voltmeter hanya terdiri dari skala penunjuk besarnya tegangan,

kumparan putar, selektor, dan penjolok positif dan negatif.


Prinsip Kerja Voltmeter hampir sama dengan Amperemeter karena desainnya juga

terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer

menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet dan

kuat arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang

menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang

melewati kumparan. Makin besar kuat arus akan makin besar penyimpangannya.

Cara Mengukur Menggunakan Voltmeter

Yang perlu di siapkan dan perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak pecah).

2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila

menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan

Pengaturan Sekrup.

3. Lakukan Kalibrasi alat ukur. Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM

pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel

Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada

angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.

4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang

anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk

tegangan DC (Searah).

5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih

dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan

maksimal yang mengalir pada rangkaian.

6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang

akan di ukur.
7. Baca Alat ukur.

3.1.5 Osiloskop

a. Prosedur Kerja

Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah anda

mengkoneksikan osiloskop ke jaringan listrik PLN dan menyalakannya, maka

yang harus anda amati pada layar monitor yang tampak di layar adalah harus

garis lurus mendatar (jika tidak ada sinyal masukan). Selanjutnya langkah kedua

atur fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan mengatur

posisi tersebut kita nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan

akan memperoleh hasil pengukuran dengan teliti. Langkah ketiga gunakan

tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan

pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan

yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Langkah

keempat tempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka pada layar monitor

akan muncul tegangan persegi. Apabila yang dijadikan acuan adalah tegangan 2

Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt)

harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan

untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus

terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Apabila yang tampat pada layar belum

tepat maka perlu diatur pada potensio tengah di knob Volt/div dan time/div. Atau

pada potensio dengan label "var".

b. Prinsip Kerja Osiloskop


Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop

terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube

(CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop,yakni tipe analog (ART-

analog real time oscilloscope) dan tipe digital(DSO-digital storage

osciloscope),masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur,

teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter

masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya

digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian

elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.

Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog

a) Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang

osiloskop sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.

b) Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.

c) Set saluran pada tombol CH1.

d) Set mode pada Auto.

e) Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.

f) Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol

yang bernama horizontal dan vertikal.


g) Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).

h) Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan

memperkirakan terhadap tegangan masukan.

i) Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH1) dengan tombol pengalih

AC/DC pada kedudukan AC.

j) Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.

k) Tempelkan ujung probe pada titik kalibrasi.

l) Atur Time/Div pada posisi 1 ms agar tampak kotak-kotak garis yang cukup

jelas.

m) Setelah tahapan 11, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

3.1.6 Megger

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran adalah alat yang

diukur harus bebas tegangan AC / DC atau tegangan induksi, karena tegangan tersebut

akan mempengaruhi hasil pengukuran. Perhatikan Gambar Megger Metriso 5000

berikut:

Keterangan gambar :
1. Socket out put + (positip).

2. Socket out put (negatip).

3. Lampu indicator skala pengukuran 3.

4. Lampu indicator skala pengukuran 2.

5. Lampu indicator skala pengukuran l

6. Selektor skala pengukuran.

7. Selektor tegangan pengukuran.

8. Switch / tombol On dan Off

9. Pengatur posisi awal jarum penunjuk.

10. Pengatur posisi jarum Zero Calibrasi pada test hubung singkat

Perhatikan gambar. Megger Merk Metriso 5000 dan laksanakan sesuai prosedur

pengukuran sebagai berikut :

l) Check batere apakah dalam kondisi baik.

2) Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat

berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (l0) pada alat

ukur.

3) Lakukan elektrikal zero check:

Pasang kabel test pada megger terminal (l) dan (3), serta hubung singkatkan

ujung yang lain.

Letakkan saklar pemilih (8) di posisi 500.

Letakkan saklar pemilih skala (7) pada posisi skala l.

On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka

nol, bila tidak tepat atur pointer (ll). Bila dengan pengaturan pointer tidak

berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.


Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.

4) Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .

5) Pilih tegangan ukur melalui saklar (8) sesuai tegangan kerja alat yang diukur.

6) On-kan megger, baca tampilan pada skalanya

Bila skala l hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama

pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan ( 0,5

l menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi.

Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur

dengan standard tahanan isolasi. Harga terendah l Mfi / kV


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Komponen listrik terbagi menjadi dua yaitu komponen aktif dan komponen

pasif. Komponen pasif terdiri dari : Penghantar, Inti Magnet, Isolator, Resistor,

Kapasitor, Induktor, dan Transformator. Komponen aktif terdiri dari: Dioda,

Transistor, dan IC(integrated Circuit)

2) Alat ukur listrik ada berbagai macam, diantaranya: Amperemeter, Voltmeter,

Ohmmeter, Osiloskop, dan Multimeter.

3) Setiap alat ukur listrik mempunyai fungsi, prinsip kerja, dan cara

penggunaannya masing-masing tergantung alat yang digunakan dan memiliki

bahan ukur yang berbeda pula.

4.2 Saran

Disarankan untuk para pembaca agar mempelajari dan menguasai materi

komponen dan alat ukur listrik baik-baik, karena materi ini merupakan materi dasar

untuk materi-materi lainnya dalam mata kuliah elektronika fisis dasar

36
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Agung Nugroho. 2010. Mekatronika. Yogyakarta. Graha Ilmu

Giancolli, Douglas C. 1999. Fisika Edisi kelima. Jakarta. Erlangga

Halliday, David. 1988. Fisika. Jakarta. Erlangga

Sugiri.2004. Elektronika Dasar dan Peripheral computer.Yogyakarta. Penerbit Andi

Suyamto. 2009. Fisika bahan listrik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Tipler, Paul A. 1998. Fisika. Jakarta. Erlangga

Tooley, Mike. 2002. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi.Jakarta. Erlangga

Zaki. 2005. Cara Mudah Belajar Merangkai Elektronika Dasar. Yogyakarta. Absolut

37

Anda mungkin juga menyukai