Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik merupakan bentuk energi yang hanya dapat mengalir pada suatu

media saat adanya perbedaan potensial antara muatan positif dan negatif. Listrik

menjadi kebutuhan penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari dan

perkembangan teknologi modern. Sebagai bentuk energi yang dapat diubah

menjadi berbagai bentuk lainnya, listrik memberikan daya pada berbagai peralatan

elektronik dan sistem kelistrikan.

Salah satu konsep dasar dalam listrik adalah hambatan yang merupakan

resistensi terhadap aliran arus listrik dalam suatu konduktor. Hambatan ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu dan jenis logam sebagai

konduktor. Hubungan antara kelistrikan, nilai hambatan, suhu, dan jenis

konduktor menjadi sangat penting untuk dipahami. Hukum dasar yang

menggambarkan hubungan ini adalah Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa arus

listrik (I) dalam suatu konduktor sebanding dengan beda potensial (V) dan invers

sebanding dengan nilai hambatan (R), dengan rumus matematis I = V/R. Namun,

nilai hambatan tidak bersifat tetap, hambatan konduktor dapat berubah seiring

perubahan suhu.

1
Perubahan suhu dalam suatu konduktor memainkan peran krusial dalam

mengubah nilai hambatannya. Pada umumnya, kenaikan suhu akan menyebabkan

peningkatan nilai hambatan. Ini dapat dijelaskan dengan pergerakan termal

partikel-partikel dalam konduktor, yang meningkatkan tahanan terhadap arus

listrik. Oleh karena itu, pemahaman terhadap hubungan suhu dan nilai hambatan

menjadi penting dalam perancangan sistem kelistrikan yang efisien.

Jenis logam yang digunakan sebagai konduktor juga mempengaruhi nilai

hambatan. Beberapa jenis logam yang biasa digunakan sebagai konduktor listrik

antara lain, perak, tembaga, emas, aluminium, seng, nikel, dan kuningan. Setiap

logam memiliki sifat konduktivitas termal dan listrik yang berbeda. Jadi,

pemilihan logam untuk konduktor harus mempertimbangkan karakteristik tersebut

agar dapat mengoptimalkan efisiensi dan kinerja sistem. Oleh karena itu, penulis

ingin melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Suhu dan Jenis Logam

terhadap Nilai Hambatan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh perbedaan suhu terhadap nilai hambatan Listrik?

2. Bagaimanakah pengaruh jenis logam terhadap nilai hambatan Listrik?

3. Apakah jenis logam yang mempunyai nilai hambatan listrik paling efesien

untuk peralatan elektronik?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh perbedaan suhu terhadap nilai hambatan listrik.

2. Pengaruh jenis logam tertentu terhadap nilai hambatan listrik.

3. Jenis logam yang mempunyai nilai hambatan listrik paling efesien untuk

peralatan elektronik.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan penulis tentang hubungan suhu terhadap nilai hambatan

Listrik.

2. Memberikan informasi kepada pembaca, khususnya civitas akademika SMA

Labschool Kebayoran mengenai hubungan suhu terhadap nilai hambatan

Listrik.

3. Dapat dijadikan bahan rujukan bagi pihak yang berminat melakukan

penelitian lebih lanjut.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Listrik

2.1.1 Pengertian Listrik

Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia. Gejala

kelistrikan ditimbulkan oleh aliran muatan listrik antara dua titik. Semua alat

listrik yang setiap hari kita gunakan merupakan susunan komponen-komponen

listrik yang membentuk jalur tertetup disebut rangkaian (Budiyanto, 2007).

Menurut Frick dan Setiawan (2002), Listrik merupakan energi yang dapat

diubah menjadi energi lain, menghasilkan panas, cahaya, kimia, atau gerak

(mekanik). Kegunaan listrik sangat terlihat dalam kegiatan sehari- hari seperti

menyalakan lampu dan alat elektronik lainnya.

Dari kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bawa pengertian dari listrik

adalah, aliran muatan listrik antara dua titik dan juga energi yang dapat diubah

menjadi berbagai bentuk energi lain, seperti panas, cahaya, kimia, atau gerak

mekanik. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik digunakan untuk mengoperasikan

berbagai alat elektronik dan menyediakan sumber energi untuk keperluan sehari-

hari, seperti menyalakan lampu.

4
Listrik memiliki sifat-sifat seperti medan listrik, potensial listrik, dan arus

listrik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti penyediaan

energi listrik untuk keperluan sehari-hari, sistem komunikasi, dan teknologi

elektronika. Energinya dapat dihasilkan melalui berbagai metode, termasuk

generator listrik, sel surya, dan baterai.

2.1.2 Proses Mengalirnya Listrik

Listrik mengalir melalui penghantar listrik seperti kawat logam. Proses ini

dimulai dari sumber energi seperti generator listrik, sel surya, atau baterai, yang

menyediakan potensial listrik atau perbedaan tegangan. Elektron, partikel

bermuatan negatif, bergerak bebas dari satu atom ke atom lain dalam penghantar.

Ini terjadi karena beberapa elektron di lapisan terluar atom penghantar memiliki

energi yang cukup untuk berpindah secara bebas.

Perbedaan potensial atau tegangan di antara dua titik dalam rangkaian

listrik menyebabkan elektron bergerak dari titik dengan potensial rendah ke titik

dengan potensial tinggi. Medan listrik yang dihasilkan oleh perbedaan potensial

memberikan gaya pada muatan listrik untuk bergerak. Gerakan bersama elektron-

elektron ini membentuk arus listrik, yang diukur dalam satuan Ampere (A).

Arus listrik merupakan indikasi dari jumlah muatan yang melewati suatu

titik dalam penghantar dalam satu detik. Dengan melewati rangkaian, listrik dapat

digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyediakan energi listrik untuk

perangkat elektronik, penerangan, dan berbagai aplikasi lainnya.

5
2.2 Hambatan Listrik

Hambatan listrik atau resistansi adalah kemampuan suatu benda mencegah

atau menghambat aliran arus listrik. Hambatan listrik dapat juga diartikan sebagai

besaran listrik yang mengukur bagaimana suatu bahan atau perangkat dapat

mengurangi besaran kecepatan dan kuantitas aliran elektron dalam rangkaian

listrik (Gunawan Risdiyanto, 2017).

Sifat-sifat hambatan listrik secara umum terbagi dua. Hambatan listrik

akan semakin besar jika bahan listrik yang digunakan semakin panjang. Kedua,

hambatan listrik akan semakin kecil jika ukuran penampang (tempat terjadinya

aliran arus listrik) bahan listrik semakin panjang. Satuan dari hambatan listrik

adalah Ohm. Hambatan listrik dapat dirumuskan secara sederhana dengan

persamaan R = V/I, dengan R sebagai hambatan, V sebagai tegangan dan I

sebagai arus listrik.

2.3 Hambatan Jenis

Hambatan jenis (resistivitas) adalah hambatan yang dimiliki oleh

pengantar dengan penampang satu satuan luas tiap satu satuan panjang. Hambatan

jenis bisa menjadi ukuran kemampuan suatu penghantar dalam mengalirkan arus.

Semakin besar hambatan jenis, semakin kecil arus listrik. Sebaliknya, semakin

6
kecil hambatan jenis maka semakin besar arus listrik yang dialirkan oleh suatu

penghantar.

Logam dan campuran logam merupakan penghantar yang memilki nilai

hambatan jenis paling kecil, bahan ini dinamakan konduktor. Contohnya besi,

baja, tembaga, dan perak. Sedangkan penghantar yang memilki hambatan jenis

besar disebut isolator. Contohnya karet, kayu, dan plastik. Bahan yang memiliki

hambatan jenis yang nilainya berada di antara konduktor dan isolator adalah

semikonduktor. Contohnya karbon, germanium, dan silikon.

Rumus-rumus hambatan jenis mempunyai hubungan dengan suhu dan

juga nilai hambatan, sebagai berikut:

Rumus hambatan jenis dengan nilai hambatan.

Keterangan:

ρ = Hambatan jenis (dalam ohmmeter atau Ω·m)

R = Hambatan (dalam ohm atau Ω).

l = Panjang penampang (dalam meter atau m)

A = Luas penampang (dalam meter persegi atau m2)

Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui bahwa hambatan jenis

sebanding dengan hambatan, sehingga semakin besar hambatan jenis maka

hambatan akan semakin besar.

Rumus hambatan jenis dengan suhu:

7
(T) = 0[1 +  (T-T0)]

Keterangan:

(T) = Hambatan jenis akhir (dalam ohmmeter atau Ω·m)

0 = Hambatan jenis awal (dalam ohmmeter atau Ω·m)

 = Koefisien suhu resistivitas

T = Suhu (dalam derajat Celsius atau oC)

T0 = Suhu refrensi (dalam derajat Celcius atau oC)

Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui bahwa hambatan jenis

sebanding dengan suhu, sehingga semakin tinggi suhunya maka semakin besar

nilai hambatan jenisnya.

2.4 Konduktor Listrik

Konduktor ialah bahan atau zat yang bisa menghantarkan panas maupun

arus listrik, baik berupa zat cair, padat, ataupun gas. Dalam hal ini disebakan oleh

benda atau zat tersebut mempunyai sifat yang konduktif. Ciri-ciri konduktor yang

baik itu sendiri memiliki tahanan jenis yang kecil dan salah satu penghantar atau

contoh konduktor yg sangat baik adalah emas, akan tetapi karena harganya yang

begitu mahal, maka penghantar yg umumnya digunakan adalah tambaga dan

aluminium untuk menghemat biaya (Wonorahardjo, 2010).

2.4.1 Tembaga

8
Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol Cu (dari bahasa

Latin cuprum) dan nomor atom 29. Tembaga termasuk dalam kelompok logam

transisi, yang berarti bahwa ia dapat membentuk ion dengan muatan positif yang

berbeda-beda. Tembaga juga termasuk dalam kelompok logam koin, yang berarti

bahwa ia dapat dibentuk menjadi lembaran tipis atau kawat yang lentur. Tembaga

memiliki sifat konduksi panas dan elektrik yang baik dan juga sifat tahan

korosinya maupun antimicrobial.

Sifat-sifat tembaga adalah:

1. Dapat disepuh dan berkarat bila terkena CO².

2. Titik didih: 2236 oC – 2340 oC

3. Warna: merah muda atau oranye

4. dapat ditempa dan dibentuk menjadi lembaran atau kawat

5. Hambatan jenis (pada suhu 20 oC): 1,7 x 10-8 ρ

Bentuk tembaga terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar 1: Bentuk tembaga

2.4.2 Aluminium
9
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al (Bahasa

Latin: Aluminium), dan nomor atomnya 13. Aluminium dikenal sebagai logam

yang tahan korosi dan sangat baik dalam konduktivitas termal dan listrik. Karena

sifat-sifat ini, aluminium banyak digunakan di industri transportasi, konstruksi,

dan juga di rumah tangga.

Sifat-sifat aluminium adalah sebagai berikut:

1. Dapat ditempa dalam keadaan dingin .

2. Tidak tahan terhadap garam dapur atau laut.

3. Warna silver atau perak.

4. Titik didih: 1800 oC

5. Hambatan jenis (pada suhu 20 oC): 2,8 x 10-8 ρ

Bentuk aluminium terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar 2: Bentuk aluminium

2.4.3 Besi

10
Besi adalah unsur kimia dengan lambang Fe (dari bahasa Latin “ferrum”)

dan nomor atom 26. Ini adalah salah satu unsur logam yang paling melimpah di

Bumi dan telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun. Besi adalah salah

satu bahan konstruksi yang paling umum digunakan di dunia, terutama dalam

pembuatan baja.

Sifat-sifat besi adalah sebagai berikut:

1. Bersifat padat

2. Sifat elastisitas baik

3. Warna silver mengkilap

4. Titik didih: 1535 oC

5. Nilai hambatan jenis (pada suhu 20 oC): 10 x 10-8 ρ

Bentuk tembaga terdapat pada gambar berikut ini:

Gambar 3: Bentuk besi

2.4.4 Timah

11
Timah adalah logam lunak yang ditemukan di dalam kerak bumi. Dengan

simbol Pb dan nomor atom 82. Timah adalah logam berwarna keputihan kebiruan

yang ditemukan di dalam kerak bumi. Logam ini memiliki sifat lunak dan

fleksibel, namun juga memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi. Timah

biasanya digunakan dalam pembuatan logam campuran seperti solder, paduan,

dan banyak lagi.

Selain itu, timah juga digunakan dalam industri pembuatan baterai dan

logam korosi karena sifatnya yang tahan terhadap korosi, yaitu:

1. Tahan korosi

2. Warna abu-abu kebiruan.

3. Mudah dibentuk

4. Titik didih: 2270 oC

5. Nilai Hambatan jenis (pada suhu 20 oC): 22 x 10-8 ρ

Bentuk timah terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar 4: Bentuk timah

2.4.5 Seng

12
Seng adalah logam berwarna abu-abu kebiruan yang memiliki sifat tahan

terhadap korosi dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Material seng

umumnya digunakan dalam industri konstruksi untuk membuat atap, dinding,

pipa, dan berbagai produk lainnya.

Ciri-ciri seng adalah berikut:

1. Dapat ditempa dalam keadaan dingin.

2. Tidak tahan terhadap garam dan asam garam.

3. Warna abu-abu keperakan.

4. Titik didih: 2831 oC

5. Hambatan jenis (pada suhu 20 oC): 4,3 x 10-8 ρ

Bentuk seng terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar 5: Bentuk seng

2.5 Hubungan Nilai Hambatan dengan Jenis Konduktor

13
Hambatan yang dimiliki oleh suatu bahan atau jenis konduktor

dipengaruhi oleh nilai hambatan jenis konduktor itu sendiri. Nilai hambatan jenis

yang besar pada suatu konduktor menyebabkan bahan tersebut mempunyai nilai

hambatan yang besar pula. Sedangkan konduktor yang nilai hambatan jenisnya

kecil, akan mempunyai nilai hambatan yang kecil.

Hubungan antara nilai hambatan jenis dengan nilai hambatan dipenuhi

oleh rumus di bawah ini:

Keterangan:

R = hambatan kawat logam (ohm)

p = hambatan jenis kawat (ohm m)

L = panjang kawat (m)

A = luas penampang kawat (m2)

Setiap jenis konduktor mempunyai nilai hambatan jenis yang berbeda,

perbandingannya dari beberapa jenis konduktor terdapat pada table berikut ini.

Nilai Hambatan jenis Rho (ρ)

No. Jenis Konduktor pada suhu 20 oC

1,7 x 10-8
1. Tembaga

2. Besi 10 x 10-8

14
4,3 x 10-8
3. Seng

4. Aluminium 2,8 x 10-8

5. Timah 22 x 10-8

2.6 Hubungan Nilai Hambatan dengan Temperatur

Suhu memberikan pengaruh terhadap nilai hambatan ataupun hambatan

jenis bahan. Peningkatan suhu berbanding lurus dengan nilai hambatan. Semakin

tinggi suhu yang diberikan kepada bahan makan nilai hambatan dan hambatan

jenisnya akan semakin tinggi juga (Ridwan Yusuf, 2020).

2.7 Ohmmeter

Ohmmeter adalah perangkat pengukur yang dirancang khusus untuk

mengukur resistensi (hambatan) dalam suatu rangkaian atau komponen. Resistensi

yang diukur dalam satuan Ohm.

2.7.1 Komponen Utama Ohmmeter

Komponen utama pada ohmmeter terdiri dari:

1. Galvanometer: Galvanometer digunakan untuk mendeteksi dan menampilkan

arus listrik yang melalui komponen atau rangkaian yang diukur

2. Baterai: Menghasilkan arus listrik yang akan mengalir melalui komponen

atau rangkaian

15
3. Skala Penunjuk: Menampilkan hasil pengukuran dalam satuan Ohm.

2.7.2 Ohmmeter Analog

Ohmmeter analog adalah ohmmeter yang menggunakan jarum fisik yang

bergerak diatas skala untuk menampilkan hasil pengukuran.

Bagian-bagian dari ohmmeter analog adalah sebagai berikut:

1. Terdapat tiga skala pengukuran dalam ohmmeter, yaitu untuk mengukur nilai

hambatan (Ohm), arus listrik (Ampere), dan tegangan (Volt). Hasil

pengukuran akan ditunjukan oleh jarum pada galvanometer.

2. Terdapat juga pengaturan untuk rentang skala nilai satuan yang akan diukur,

rentang ini dapat disesuaikan dengan skala yang digunakan oleh ohmmeter.

3. Untuk menghubungkan objek yang ingin diukur dengan ohmmeter, terdapat

ujung dari kabel penghubung atau disebut juga probe. Probe terbagi menjadi

probe koneksi positif dan negatif.

Bentuk dari ohmmeter analog terdapat pada gambar berikut ini.

16
Gambar 6: Bentuk ohmmeter analog

2.7.3 Cara Menggunakan Ohmmeter Analog

Cara menggunakan ohmmeter analog adalah sebagai berikut:

1. Pastikan ohmmeter dalam keaadaan mati.

2. Pilih rentang skala yang sesuai. Dalam pemilihan rentang harus

disesuaikan dengan perkiraan nilai resistansi objek agar tidak

menyebabkan kerusakan pada ohmmeter.

3. Sambungkan probe. Hubungkan probe ohmmeter kepada objek yang akan

diukur, sesuaikan dengan koneksi positif dan negatif probe tersebut.

4. Hidupkan Ohmmeter. Putar sakelar daya pada ohmmeter ke posisi hidup

(on).

5. Setelah dihidupkan, jarum pada skala ohmmeter akan menunjukan nilai

satuan dari objek yang diukur dan hasilnya bisa dicatat.

6. Lalu matikan ohmmeter.

7. Lepaskan probe dari objek yang telah diukur.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Maret - April 2024. Tempat

penelitian akan dilakukan di rumah penulis, yaitu di Kompleks Green Permata

Residence Cluster Acacia No.3 Jalan Swadarma Raya Ulujami Pesanggrahan,

Jakarta Selatan.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan adalah eksperimen, penulis akan menghitung nilai

hambatan listrik dari berbagai jenis logam pada suhu yang berbeda. Selain itu, dig

unakan metode kajian pustaka, informasi diperoleh dari e-book, jurnal ilmiah, dan

situs web di internet.

Langkah kerja metode eksperimen tersebut adalah:

18
1. Menyiapkan ohmmeter, termometer, lilin, korek, aluminium, perak, besi,

tembaga, timah, kertas, dan pulpen.

2. Melakukan 3 perlakuan suhu pada semua logam, yaitu dipanaskan,

didiamkan pada suhu ruangan, dan didinginkan.

3. Mengukur nilai hambatan pada setiap logam yang sudah diberikan

perlakuan suhu.

4. Mencatat hasil percobaan.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hambatan listrik dari berbagai jenis logam pada

suhu yang berbeda-beda.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data akan dilakukan secara kuantitatif, semua data yang

diperoleh akan diolah dengan statistik dan dideskripsikan.

19

Anda mungkin juga menyukai