Anda di halaman 1dari 337

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Mata Kuliah
Bahan-bahan listrik adalah semua bahan di bumi yang dapat digunakan di bidang
listrik.
Tujuan dari mata kuliah bahan-bahan listrik adalah memberikan bekal kepada tenaga
ahli listrik untuk mengenal dan mengetahui jenis, sifat , dan kegunaan berbagai
bahan-bahan listrik baik dari aspek teknik (mekanik, elektrik, thermal, kimia,
magnetik, dan kemudahan dikerjakan/ diperbaiki), maupun dari aspek non-teknik
(ekonomi, kemudahan diperoleh). Setelah menempuh mata kuliah bahan-bahan
listrik maka sebagai seorang ahli listrik harus mampu memilih dengan tepat bahan bahan listrik sesuai dengan keperluan / penerapan di bidang listrik, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
1.2. Teori Atom
Wujud Bahan Bahan Listrik adalah padat, cair, dan gas.
Bahan Bahan Listrik terdiri dari molekul - molekul yang tersusun atas atom atom.
Inti atom berupa proton dan neutron.
Proton bermuatan positip. Neutron tidak bermuatan.
Inti atom dikelilingi oleh electron-elektron.
Elektron bermuatan negatip.
Jumlah proton sama dengan jumlah elektron sehingga atom netral.
Elektron mengorbit mengitari inti atom secara bertingkat dengan energi tertentu.
Untuk berpindah orbit, elektron memerlukan energi dari luar.
Dibutuhkan energi terbesar bagi elektron untuk berpindah dari orbit yang paling
dekat dengan inti atom.
Jumlah elektron di setiap orbit mengikuti rumus 2 n .
Orbit ke 2 (L) memuat 2 (2) atau 8 buah elektron.
Struktur Atom.
Hidrogen (H) diberi nomor atom (NA) = 1, hanya ada 1 buah elektron yang
mengorbit pada 1 buah proton.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 1

Oksigen (O) NA = 8 , ada 8 buah elektron yang mengorbit pada 8 buah proton dalam
struktur ( 2 , 6 ).
Tembaga (Cu) NA = 29, ada 29 buah elektron dalam struktur ( 2, 8, 18, 1 )
Aluminium (Al) NA = 13, ada 13 buah elektron dalam struktur ( 2, 8, 3 )
Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron pada orbit yang paling luar.
Unsur adalah stabil bila jumlah elektron valensi sebanyak 8 buah, misal : Argon (A),
Neon (Ne).
Arus listrik adalah perpindahan elektron valensi oleh energi dari luar seperti : beda
potensial listrik, cahaya matahari, dan sebagainya.
Ikatan Atom
Ikatan Metalik adalah ikatan atom-atom dari satu unsur dengan 1 hingga 3 buah
elektron valensi , misal : Cu (2, 8, 18, 1), Al (2, 8, 3), Ag (2, 8, 18, 18, 1).
Ikatan Kovalen adalah ikatan atom-atom dari satu unsur dengan 4 buah elektron
menuju stabil ( = 8 buah ), misal : Ge (2, 8, 18, 4) , Si (2, 8, 4).
Ikatan Ionik adalah ikatan atom-atom dari unsur berbeda yang saling memberi dan
menerima elektron membentuk ion, misal : Na (2, 8, 1) + Cl (2, 8, 7) Na + Cl.
1.3. Kelasifikasi Bahan Listrik
Bahan listrik diklasifikasikan menjadi 6 macam yaitu : konduktor, semi- konduktor,
isolator, dielektrik, magnet, dan konverter energy langsung.
Konduktor adalah bahan listrik yang memerlukan energi kecil untuk melepaskan
elektron valensi, misal : logam (tembaga, aluminium, besi), asam/ garam ( H2SO4,
NaOH )
Semi konduktor adalah bahan listrik yang memerlukan energi agak besar untuk
melepaskan elektron valensi, misal : Silikon, Germanium.
Isolator adalah bahan listrik yang memerlukan energi besar untuk melepaskan
elektron valensi, misal : padat (karet, mika, porselain, plastik, kayu ), cair ( minyak
trafo), gas ( freon, SF6 , nitrogen).
Dielektrik adalah bahan listrik yang dapat menyimpan energi listrik untuk perbaikan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 2

faktor daya, misal : kondensator elektrolit.


Magnet adalah bahan listrik yang mengandung / dapat dibuat/ dipengaruhi magnet,
misal : besi/ baja, nikel, kobalt.
Konverter energi langsung adalah bahan listrik yang dapat mengubah bentuk energi
tertentu menjadi bentuk energi listrik, misal : sel surya, batere kering , magneto
hydro dinamik ( MHD ).
Rangkuman
Bahan listrik berwujud padat, cair, dan gas yang terdiri dari molekul- molekul yang
tersusun atas atom-atom.
Inti atom dikelilingi elektron- elektron yang bermuatan negatip.
Elektron pada orbit yang paling luar disebut elektron valensi.
Arus listrik adalah perpindahan elektron valensi.
Bahan listrik diklasifikasikan menjadi 6 macam yaitu : konduktor, semi-konduktor,
isolator, dielektrik, magnet, dan konverter energi langsung.
Contoh Soal :
1) Sebutkan 3 macam ikatan atom.
Jawab : Ikatan metalik, kovalen dan ionik.
2) Sebutkan 3 jenis bahan listrik.
Jawab : konduktor, semi konduktor , dan isolator.
3) Jelaskan yang disebut elektron valensi.
Jawab : elektron valensi adalah elektron yang berada pada kulit orbit terluar
dan berperan penting sebagai aliran arus listrik.
Soal Latihan :
1) Apakah tujuan belajar mata kuliah bahan-bahan listrik ?
2) Menurut struktur ikatan atom , jelaskan klasifikasi bahan listrik.
3) Sebutkan perbedaan antara konduktor dan semi konduktor.
4) Tuliskan 6 macam bahan listrik.
BAB 2. KONDUKTOR

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 3

2.1. Konduktivitas dan Resistivitas


Konduktor adalah bahan listrik yang mudah menghantarkan listrik dengan rugi
sekecil mungkin.
Konduktansi (G) adalah kemampuan bahan listrik dalam menyalurkan listrik.
Konduktivitas () adalah nilai konduktansi bahan listrik pada satuan panjang ( l ) dan
luas penampang (A).
Resistansi (R) adalah kemampuan bahan listrik menghambat arus listrik.
Resistivitas () adalah nilai resistansi bahan listrik pada satuan panjang ( l ) dan luas
penampang (A).
2.2. Peningkatan daya hantar dan daya hambat
Hambatan / resistansi (R) dari bahan listrik adalah sebanding dengan panjangnya ( l )
dan resistivitasnya ( ) serta berbanding terbalik dengan luas penampangnya ( A ).
R=l/A

(1)

Keterangan :
R = hambatan bahan ()
= resistivitas bahan
l = panjang bahan ( m )
A = luas penampang bahan ( mm )
Menurut rumus ( 1 ) bahwa kemampuan hambat atau daya hambat dari bahan listrik
dapat ditingkatkan dengan memperpanjang bahan itu atau dengan memperkecil luas
penampangnya.
Hantaran atau konduktansi ( G ) dari bahan listrik adalah berbanding terbalik dengan
resistansi ( R ), sehingga konduktivitasnya ( ) berbanding terbalik dengan
resistivitasnya ( ).
G=1/R
G = A/ l

=1/

...

(2)

Menurut rumus ( 2 ) bahwa kemampuan hantar atau daya hantar bahan listrik dapat

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 4

ditingkatkan dengan memperpendek bahan itu atau dengan memperbesar luas


penampangnya.
Contoh soal :
1). Kawat tembaga panjangnya 20 meter dan berdiameter 0,5 mm. Hitung
hambatan kawat itu. Resistivitas tembaga ( ) 0,0175. 10 6
Penyelesaian :
Penampang kawat ( A ) = { 3,14 x (0,5)2 x 10 6 } / 4
= 0,196 x 10 6

mm2

Hambatan kawat ( R ) = ( l ) / A
= ( 0,0175. 10 6 x 20 ) / 0,196 x 10 6
= 1,783
2.3. Koefisien Temperatur
Nilai hambatan bahan listrik berubah bila terjadi perubahan temperaturnya .
Perubahan nilai hambatan setiap satu derajat disebut koefisien temperatur ( ).
Nilai hambatan setelah terjadi perubahan temperatur memenuhi persamaan ( 3 )
untuk daerah kutub dan persamaan ( 4 ) untuk daerah tropis / Indonesia.
Rt = Ro ( 1 + t )

R2 = (1+ t2) R1 / (1+ t1) ..

(3)
(4)

Keterangan : Rt = nilai hambatan pada temperatur t C ( )


Ro = nilai hambatan pada temperatur 0 C ( )
= koefisien temperatur
t = kenaikan temperatur dari 0 C hingga t C
Contoh soal :
1). Kawat aluminium hambatannya 0,5 pada temperatur 0 C.
Hitung nilai hambatan kawat itu pada temperatur 20 C.
Penyelesaian :
Nilai hambatan kawat itu pada temperatur 20 C adalah
R20 = R0 ( 1 + t )
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 5

= 0,5 { 1 + 0,004 ( 20 0 ) }
= 0,58
2). Kawat aluminium hambatannya 0,5 pada temperatur 25 C.
Hitung nilai hambatan kawat itu pada temperatur 35 C.
Penyelesaian :
Nilai hambatan kawat itu pada temperatur 35 C adalah
R2 = (1+ t2) R1 / (1+ t1)
= {1+0,004 (35-0)} 0,5 / {1+0,004 (25-0)}
= 0,518
2.4. Jenis Konduktor
a. NYA
Umum
Kabel diproduksi dengan menyesuaikan standar Indonesia dan standar
internasional industri,
seperti: SNI, SPLN, IEC, VDE, DIN, JIS, ICEA / NEMA dan BS.
Atas permintaan perusahaan juga akan menghasilkan produk sesuai dengan
spesifikasi lainnya.
Jenis Penunjukan
(Kode untuk menunjuk membuat elemen)
N : Kabel dengan Konduktor tembaga
Y : Polyvinylchloride (PVC) Isolasi
(pertama Y dalam jenis peruntukan)
Y : Polyvinylchloride (PVC) Sheath
(Y kedua dalam jenis peruntukan)
re : Edaran, Konduktor Padat
f : Kawat Fleksibel
Detil
- konduktor tembaga berinti tunggal, PVC terisolasi.
- Spesifikasi : SPLN 42-1
- Nilai Tegangan : 450/750 V
- Ukuran Rentang : 1 x 1,5 hingga 10 mm
Aplikasi
Digunakan untuk instalasi permanen di saluran terkena kabel di lokasi yang
kering.
b. NYAF
Umum
- Kawat tembaga telanjang
- Kisaran Ukuran: 0,5 mm - 35 mm

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 6

- Isolasi: PVC
- Warna: biru, hitam, kuning, merah, kuning / hijau, putih, coklat, abu-abu
- Untuk pemasangan indoor di pipa dan kabel di lokasi yang kering

c. NYY
Umum
Kabel diproduksi dengan menyesuaikan standar Indonesia dan standar
internasional industri,
seperti: SNI, SPLN, IEC, VDE, DIN, JIS, ICEA / NEMA dan BS.
Atas permintaan perusahaan juga akan menghasilkan produk sesuai dengan
spesifikasi lainnya.
Jenis Penunjukan
(Kode untuk menunjuk membuat elemen)
N : Kabel dengan Konduktor tembaga
Y : Polyvinylchloride (PVC) Isolasi
(pertama Y dalam jenis peruntukan)
Y : Polyvinylchloride (PVC) Sheath
(Y kedua dalam jenis peruntukan)
re : Edaran, Konduktor Padat
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 7

f : Kawat Fleksibel
Detil
- inti tunggal, inti banyak, daya & kontrol kabel, konduktor tembaga atau
aluminium, PVC terisolasi,
PVC berselubung.
- Spesifikasi : SPLN 43-1, IEC 60502-1
- Nilai Tegangan : 0,6 / 1 kV
- Ukuran Rentang : 2,3,4 x 1,5 hingga 10 mm
Aplikasi
Digunakan untuk indoor atau dalam instalasi saluran.
d. NYM
Umum
Kabel diproduksi dengan menyesuaikan standar Indonesia dan standar
internasional industri,
seperti: SNI, SPLN, IEC, VDE, DIN, JIS, ICEA / NEMA dan BS.
Atas permintaan perusahaan juga akan menghasilkan produk sesuai dengan
spesifikasi lainnya.
Jenis Penunjukan
(Kode untuk menunjuk membuat elemen)
N : Kabel dengan Konduktor tembaga
Y : Polyvinylchloride (PVC) Isolasi
(pertama Y dalam jenis peruntukan)
Y : Polyvinylchloride (PVC) Sheath
(Y kedua dalam jenis peruntukan)
re: Edaran, Konduktor Padat
f : Kawat Fleksibel
Detil
- berinti banyak, konduktor tembaga, PVC terisolasi, berselubung PVC,
bulat atau tipe datar.
- Spesifikasi : SPLN 42-2
- Nilai Tegangan : 300/500 V
- Ukuran Rentang : 2,3,4 x 1,5 hingga 10 mm
Aplikasi
Digunakan untuk instalasi permanen di saluran bawah plester atau instalasi
terkena di lokasi yang kering.
e. NYFGbY
NYFGbY 2 x (1,5-300) mm 0,6 / 1 kV
Cu / PVC / SWA / PVC
(Copper Conductor, PVC Insulated, Galvanized baja datar Kawat Armor,
berselubung PVC)
Standard Keterangan: IEC 60502-1
Aplikasi :

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 8

Untuk instalasi di tanah, di dalam ruangan, kabel


trunking dan di luar rumah jika meningkat mekanik
Perlindungan diperlukan atau di mana tinggimenarik
tegangan dapat terjadi selama instalasi atau
operasi.
Fitur khusus pada Permintaan:
Api Perlawanan
Minyak Perlawanan
UV Perlawanan
api retardant Kucing. SEBUAH,B,C
api retardant Non Kategori
Panas Perlawanan
Anti Rayap
Anti Hewan pengerat
Catatan :
konduktor Shape
1,5-10 sqmm disediakan di padat (re) atau non
dipadatkan melingkar terdampar (rm)
bentuk konduktor
16 mm persegi disediakan di dipadatkan melingkar terdampar (rm) bentuk konduktor
non
25-300 sqmm disediakan di dipadatkan melingkar terdampar (cm) bentuk konduktor
Standard Packing
1,5-95 sqmm disediakan dalam drum kayu @ 1000 m
120-300 sqmm akan disediakan dalam drum kayu di panjang yang tersedia.

f. ACSR

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 9

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 10

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 11

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 12

g. AAAC

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 13

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 14

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 15

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 16

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 17

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 18

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 19

h. ACAR

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 20

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 21

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 22

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 23

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 24

i. BC
APLIKASI
Digunakan dalam transmisi dan distribusi aplikasi overhead. Juga digunakan
dalam aplikasi grounding.
KONDUKTOR
Konduktor padat tembaga dilapisi per ASTM-B3
Konduktor terdampar 8 AWG - 2 AWG dan 250 MCM - 750 MCM
uncoated tembaga per ASTMB3 dan ASTM-B8
Terdampar konduktor 1 AWG - 4/0 AWG - uncoated konduktor tembaga per
ASTM B3 dan
ASTM-B787
INDUSTRI STANDAR *
ASTM B3
ASTM B8

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 25

ASTM-B787
RoHS Compliant

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 26

j. dll
Rangkuman :
1) Kemampuan hambat atau daya hambat dari bahan listrik dapat ditingkatkan
dengan

memperpanjang

bahan

itu

atau

dengan

memperkecil

luas

penampangnya.
2) Kemampuan hantar atau daya hantar bahan listrik dapat ditingkatkan dengan
memperpendek bahan itu atau dengan memperbesar luas penampangnya.
3) Hambatan atau resistansi I dihitung dengan rumus
R=l/A

.............

(1)

4) Hantaran atau konduktansi ( G ) dihitung dengan rumus


G = A/ l

..

(2)

5) Nilai hambatan setelah terjadi perubahan XnergyXerXe dihitung dengan


rumus

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 27

Rt = Ro ( 1 + t )

R2 = (1+ t2) R1 / (1+ t1) .

(3)
(4)

Soal latihan :
1) Kawat tembaga berdiameter 0,5 mm panjangnya 20 meter.
Hitung hambatan kawat itu bila panjangnya 100 meter.
Hitung daya hantar kawat itu bila diameternya 1,5 mm.
Resistivitas tembaga ( ) 0,0175. 10 6
2) Kawat mangan hambatannya 20 pada XnergyXerXe ruang 25 C.
Berapa hambatan kawat itu pada XnergyXerXe 75 C ?
Resistivitas mangan 0,42. 10 6 Koofisien XnergyXerXe mangan 0,00002.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 28

BAB 3. LOGAM KONDUKTIF, RESISTIF, DAN PADUAN


3.1. Logam Konduktif
Bahan logam konduktif ( BLK ) penting di bidang listrik adalah :
1) Tembaga

Cu

4) Perak

Ag

2) Aluminium

Al

5) Seng

Zn

3) Baja

Fe

6) Timah

Sn

TEMBAGA

ALUMINIUM

SIFAT :

SIFAT :

- Mudah dibentuk kondisi dingin

- Tidak korosi

- Tahan korosi

- Ringan, lunak dan rapuh

- Mudah disoldir

- Non magnetik

- Non XnergyXe
GUNA :

GUNA :

- Penghantar / kabel

- Penghantar udara

- Belitan

- Busbar luar

- Busbar dalam

- Rotor sangkar

BAJA

PERAK

SIFAT :

SIFAT :

- Kuat secara mekanis

- Konduktif di atas tembaga

- Korosif

- Agak rapuh

- Keras dan kaku

- Tahan korosi

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 29

GUNA :

GUNA :

- Struktur tiang, chasis

- Sekering / fuse

- Penghantar kereta listrik

- Lidah kontak

- Penguat SUTT
- Magnet

SENG

TIMAH

SIFAT :

SIFAT :

- Tahan korosi

- Tidak korosi

- Konduktif tembaga

- Lunak dan temp. lebur rendah

- Mudah dibentuk
- Tidak tahan kimia
GUNA :

GUNA :

- Pelapis galvanis

- Pelapis

- Kutub batere

- Soldir

- Bahan cat

- Selubung kabel tanah

3.2. Logam Resistif


Bahan Logam Resistif ( BLR ) penting di bidang listrik adalah :
1) Nikel

Ni

4) Merkuri

Hg

2) Tungsten

5) Karbon

3) Platina

Pt

NIKEL

TUNGSTEN

SIFAT :

SIFAT :

- Tidak korosif

- Temperatur lebur tinggi 3.300 C

- Mudah dibentuk

- Cepat beroksidasi
- Resistivitas besar = 5. 10 6

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 30

GUNA :

GUNA :

- Elektroplating

- Filamen lampu dan tabung

- Elemen pemanas

elektronik

- Magnet

PLATINA

MERKURI

SIFAT :

SIFAT :

- Tidak korosi

- Cair dan muai merata

- Tahan kimia

- Temperatur lebur rendah 38,8 C

- Temperatur lebur tinggi 1.775 C

- Beroksidasi dan beracun

- Hambat jenis = 10 7
GUNA :

GUNA :

- Thermo kopel

- Kontak rele pengaman

- Kontak saklar

transformator
- Thermometer dan lampu

KARBON
SIFAT :

GUNA :

- Keras, tahan aus , dan tahan kimia

- Elektroda tungku lebur

- Temperatur lebur tinggi 3.900 C

- Elektroda batere kering

- Koefisien XnergyXerXe

- Pengumpul arus

XnergyXe

- Sikat mesin listrik

- Hambat jenis = (1 s/d 7). 10 3

- Resistor nilai besar daya rendah

- Tidak beroksidasi
- Penghantar panas

2.4.

Paduan Logam

Bahan Paduan Logam penting di bidang listrik adalah :


a. Paduan Logam Konduktif :

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 31

1) Kuningan

3) Duralium

2) Perunggu

KUNINGAN ( Brass )
SIFAT :

PERUNGGU ( Bronz )
SIFAT :

- Komposisi Cu / Zn : 60 / 40

-Komposisi Cu / Sn : 90 / 10

-Tidak korosi , dan mudah dibentuk

-Keras , rapuh

- Kekuatan mekanik di atas

-Tahan kimia dan tahan korosi

tembaga
GUNA :

GUNA :

-Pegas arus

-Komutator

-Komponen : fiting, saklar, kotak

-Pegas arus , dan batang lidah saklar

hubung

DURALIUM
SIFAT :

GUNA :

-Komposisi Al / Cu : 95 / 5

-Bantalan poros, roda gigi, handel

-Keras, tahan korosi

-Landasan oven

-Dapat dikerjakan
-Tidak menyerap panas

b. Paduan Logam Resistif ( PLR ) :


1) Nikrom

3) Konstantan

2) Mangan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 32

NIKROM
SIFAT :

MANGAN
SIFAT :

-Komposisi Ni / Cr : 80 / 20

-Komposisi Mg / Ni / Cu :12 / 2 / 86

-Temperatur lebur tinggi 1.100 C

-Hambat jenis = 5.10-7

-Hambat jenis = 10 6

GUNA :

GUNA :

Elemen pemanas : heater, oven,

Resistor daya / wire wound

seterika

KONSTANTAN
SIFAT :

GUNA :

-Komposisi Cu/Ni : 60/40

-Thermo kopel

-Temperatur lebur 1.300 C

-Resistor starter mesin listrik

-Tahan korosi
-Hambat jenis = 5.10 -5

Contoh soal :
2) Sebutkan sifat dan kegunaan dari dua buah bahan logam konduktif penting.
Jawab :
TEMBAGA

ALUMINIUM

SIFAT :

SIFAT :

- Mudah dibentuk kondisi dingin

- Tidak korosi

- Tahan korosi

- Ringan, lunak dan rapuh

- Mudah disoldir

- Non magnetik

- Non XnergyXe

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 33

GUNA :

GUNA :

- Penghantar / kabel

- Penghantar udara

- Belitan

- Busbar luar

- Busbar dalam

- Rotor sangkar

2) Sebutkan sifat dan kegunaan dari dua buah bahan logam resistif penting.
Jawab :
NIKEL

TUNGSTEN

SIFAT :

SIFAT :

- Tidak korosif

- Temperatur lebur tinggi 3.300 C

- Mudah dibentuk

- Cepat beroksidasi
- Resistivitas besar = 5. 10 6

GUNA :

GUNA :

- Elektroplating

- Filamen lampu dan tabung

- Elemen pemanas

elektronik

- Magnet

3) Sebutkan sifat dan kegunaan dari dua bahan paduan logam konduktif penting.
Jawab :
KUNINGAN ( Brass )
SIFAT :

PERUNGGU ( Bronz )
SIFAT :

-Komposisi Cu / Zn : 60 / 40

-Komposisi Cu / Sn : 90 / 10

-Tidak korosi , dan mudah dibentuk

-Keras , rapuh

-Kekuatan mekanik di atas

-Tahan kimia dan tahan korosi

GUNA :

GUNA :

-Pegas arus

-Komutator

-Komponen : fiting, saklar, kotak

-Pegas arus , dan batang lidah saklar

hubung

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 34

4) Sebutkan sifat dan kegunaan dari dua buah bahan paduan logam resistif penting.
Jawab :
NIKROM

MANGAN

SIFAT :

SIFAT :

-Komposisi Ni / Cr : 80 / 20

-Komposisi Mg / Ni / Cu :12 / 2 / 86

-Temperatur lebur tinggi 1.100 C

-Hambat jenis = 5.10-7

-Hambat jenis = 10 6

GUNA :

GUNA :

Elemen pemanas : heater, oven,

Resistor daya / wire wound

seterika

Rangkuman :
1). Bahan logam konduktif ( BLK ) penting di bidang listrik adalah :
a) Tembaga

Cu

d) Perak

Ag

b) Aluminium

Al

e) Seng

Zn

c) Baja

Fe

f) Timah

Sn

2). Bahan Logam Resistif ( BLR ) penting di bidang listrik adalah :


a) Nikel

Ni

d) Merkuri

Hg

b) Tungsten

e) Karbon

c) Platina

Pt

3). Paduan logam konduktif ( PLK ) penting di bidang listrik yaitu :


a) Kuningan

c) Duralium

b) Perunggu

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 35

4). Paduan logam resistif ( PLR ) penting di bidang listrik yaitu :


a) Nikrom

c) Konstantan

b) Mangan
Soal latihan :
1) Sebutkan sifat dan kegunaan dari enam buah bahan logam konduktif
penting.
2) Sebutkan sifat dan kegunaan dari lima buah bahan logam resistif penting.
3) Sebutkan sifat dan kegunaan dari tiga buah bahan paduan logam resistif
penting.
4) Sebutkan sifat dan kegunaan dari tiga buah bahan paduan logam
konduktif penting.

BAB 4. SEMI KONDUKTOR


4.1. Energi Elektron
Energi luar antara lain : listrik, cahaya Matahari, panas. Energi luar dibutuhkan untuk
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 36

melepaskan XnergyXe valensi dari orbitnya. Energi XnergyXe yang membuat atom
stabil terdiri dari Xnergy potensial, rotasi ,dan sentrifugal.
4.2. Hubungan Lapisan bahan P N
Bahan semi konduktor adalah unsur berelektron valensi 4 seperti : Silikon dan
Germanium. Bahan semi konduktor yang masih murni ( XnergyXer ) masih stabil
dan bersifat isolasi. Bahan semi konduktor yang sudah tidak murni ( ekstrinsik ) atau
sudah dikotori menjadi tidak stabil dan bersifat semi konduktor. Bahan lapisan
Positip (P) diperoleh dari pengotoran bahan berelektron valensi 4 oleh bahan
berelektron valensi 3, seperti : Aluminium, Boron, Indium. Bahan lapisan Negatip
(N) diperoleh dari pengotoran bahan berelektron valensi 4 oleh bahan berelektron
valensi 5, seperti : Pospor, Arsen, Antimon. Bila bahan lapisan Positip ( P ) dan
bahan lapisan Negatip ( N ) disambung maka diperoleh bahan semi konduktor
dengan sambungan : mono (Dioda) , duo (Transistor), maupun trio (Thyristor ), dan
multi (Integrated Circuits). Bahan-bahan semi konduktor dan penggunaannya dimuat
pada Tabel 4. 1.
Tabel 4. 1. Bahan semi konduktor dan penggunaannya
No
1

Bahan Semi Konduktor


Germanium (Ge)

Penggunaan
Dioda, Transistor

Silikon (Si)

Dioda, Transistor, Thyristor, IC

Barium titanat ( Ba Ti )

Thermistor (PTC)

Bismuth Telerida ( Bi2 Te3 )

Konverter XnergyX elektrik

Galium Arsenida (Ga As)

Dioda, Transistor, LED

Cadmium Sulfida ( Cd S )

Sel foto konduktif

Indium Antimon (Ga Sb)

Detector infra merah

Indium Arsenida ( In As)

Piezo resistor

Selenium (Se)

Penyearah

10

Plumbum Sulfur (Pb S)

Foto sel

11

Indium Stibium (In Sb)

Detector infra merah

Faktor-faktor yang berpengaruh pada bahan semi konduktor adalah XnergyXerXe,


cahaya, tegangan listrik, dan medan listrik.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 37

Resistansi bahan semi konduktor turun bila XnergyXerXe naik.


Resistansi bahan semi konduktor turun bila intensitas cahaya bertambah kuat.
Resistansi bahan semi konduktor turun bila tegangan listrik naik.
Resistansi bahan semi konduktor turun bila medan listrik bertambah kuat.
Proteksi thermal pada bahan semi konduktor dilaksanakan dengan metode : plat
logam pendingin (heat sink), kipas Xnergy (fan), dan pendingin udara (AC)
Contoh soal :
3) Sebutkan satu Xnergy luar untuk melepaskan XnergyXe valensi.
Jawab : cahaya Matahari.
2) Jelaskan cara mendapatkan bahan semi konduktor lapisan positip.
Jawab :
Bahan lapisan Positip ( P ) diperoleh dari pengotoran bahan berelektron
valensi 4 oleh bahan berelektron valensi 3.
3) Sebutkan tiga bahan semi konduktor dan penggunaannya.
Jawab :
Germanium (Ge) untuk Dioda, Transistor.
Silikon (Si) untuk Dioda, Transistor, IC.
Plumbum Sulfur (Pb S) untuk Foto sel.
Soal latihan :
1) Sebutkan tiga Xnergy luar untuk melepaskan XnergyXe valensi.
2) Jelaskan cara mendapatkan bahan semi konduktor lapisan positip.
3) Jelaskan cara mendapatkan bahan semi konduktor lapisan negatip.
4) Tuliskan sepuluh bahan semi konduktor dan penggunaannya.
5) Jelaskan Xnergy-faktor yang berpengaruh pada bahan semi konduktor.
6) Sebutkan cara melakukan proteksi thermal pada bahan semi konduktor.
BAB 5. MAGNET
Definisi :

BAHAN magnet adalah bahan listrik yang dapat dibuat/ dipengaruhi magnet.

MEDAN magnet adalah ruang di sekitar magnet/ penghantar berarus listrik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 38

yang dilingkupi oleh garis-garis gaya magnet.

GAYA GERAK magnet ( GGM ) adalah gaya yang menggerakkan garis


garis gaya magnet dan besarnya sama dengan arus dikalikan banyaknya
lilitan ( I N Amper lilit )

KUAT MEDAN Magnet ( H ) adalah gaya gerak magnet per satuan panjang
rangkaian magnet ( I N / l Amper lilit per meter )

FLUKSI Magnet ( ) adalah gaya gerak magnet per reluktansi ( I N / S )

KEPADATAN FLUKSI ( B ) adalah Fluksi total per luas penampang bahan (


/ A)

PERMEABILITAS ABSOLUT ( ) adalah hantar jenis bahan dilalui garisgaris gaya magnet ( B / H )

PERMEABILITAS RELATIF ( r ) adalah rasio permeabilitas absolut bahan


terhadap permeabilitas udara ( / o ).

Dimana o = 4 10 -7

RELUKTANSI Magnet ( S ) adalah hambatan bahan bila dilalui oleh garisgaris gaya magnet ( l / A ). Dimana l adalah panjang lintasan rangkaian
magnet

5.1. Karakteristik Histerisis


HISTERISIS magnet adalah peristiwa tertinggalnya kepadatan fluksi (B) dari kuat
medan magnet (H).
RUGI HISTERISIS magnet adalah rugi Xnergy untuk proses magnetisasi dan
demagnetisasi bahan magnet.
RUGI ARUS PUSAR magnet adalah rugi Xnergy karena medan magnet bolak
balik yang membangkitkan gaya gerak listrik pada bahan magnet sehingga
mengalirkan arus pusar dan menyebabkan bahan magnet itu panas.

5.2. Energi Magnetisasi


Energi yang dibutuhkan untuk proses magnetisasi adalah
dW = e . I dt
= ( L di/dt ) I dt
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 39

= L . I di
Diintegral menjadi

W = I.L

(5.1)

Keterangan : W = Xnergy magnetisasi ( Watt )


I = arus magnetisasi ( Amper )
L = induktansi belitan magnet ( Henry )

5.3. Magnet Lunak dan Keras


Bahan magnet lunak (remanen) memiliki jerat histerisis yang sempit, a.l :
1). Besi murni

3). Baja lunak

5). Besi tuang

7). Besi

nikel
2). Besi tempa

4). Baja keras

BESI MURNI : Fe / C = 100 / 0

6). Baja XnergyX

BESI TEMPA : Fe / C = / s/d 0,25

Permeabilitas tinggi
Untuk magnet remanen

Elastis dan liat


Mudah korosi
Dapat dilas/ dikerjakan
Untuk magnet remanen
Untuk struktur : rantai, rel

BAJA LUNAK : Fe / C = / s/d 0,35

BAJA KERAS : Fe / C = / s/d 1,4

Elastis dan liat


Mudah korosi
Dapat dilas/ dikerjakan
Untuk magnet remanen
Untuk : baut, plat, tali

Elastis dan liat


Mudah korosi
Tidak dapat dilas/ dikerjakan
Untuk magnet remanen
Untuk : cetakan, poros, tool

BESI TUANG
Fe / C = / 2 s/d 5

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

BAJA SILIKON
Fe / C = / s/d 2

Page 40

Keras dan rapuh


Tahan korosi
Tidak dapat dilas/ dikerjakan
Tidak dapat dibuat magnet
Untuk : body / rumah mesin

Jerat histerisis sempit


Untuk : kutub mesin, inti trafo

BAJA NIKEL
Fe/ Ni/ M = 15 / 80 / 5
Permeabilitas sangat tinggi
Rugi histeris rendah
Untuk : meter besi putar, amor kabel
tanah

Bahan magnet keras (permanen) memiliki jerat histerisis yang luas, a.l :
1). Baja silicon
2). Baja tungsten

3). Baja kobalt


4). Baja alnico

BAJA SILIKON
Fe / Si : .. / s/d 2..4
Saturasi besar
Untuk : inti rele, mesin listrik

BAJA KOBALT
Fe/Co/Cr/W : 55/34/5/6
Koersif 10.000 AT / m
Untuk : magnet permanen instrumen

BAJA NON MAGNET


Fe/Mn : 86/14
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

5). Baja non magnet


6). Ferit
BAJA TUNGSTEN
Fe/W/C : 93,3/6/0,7

Reluktansi tinggi
Koersif 8.000 AT/m
Untuk : kutub permanen motor listrik

BAJA ALNICO
Fe/Al/Ni/Co/Cu : 52/10/18/15/5
Koersif 100.000AT / m
Keras dan rapuh
Tidak dapat dikerjakan
Untuk : magnet permanen terbaik,
instrument presisi
FERIT

Page 41

Non XnergyXe
Rugi arus pusar nol
Untuk : body mesin listrik, poros, mur
baut

BaO (Fe2 O3) 6


Ringan dan untuk magnet permanen
Fe2O3 + NiO + ZnO
Jerat histeris persegi empat
Rugi arus pusar kecil
Untuk inti trafo frekuensi tinggi

Soal contoh :
4) Jelaskan rugi histerisis dan rugi arus pusar.
Jawab :
RUGI HISTERISIS magnet adalah rugi Xnergy untuk proses magnetisasi dan
demagnetisasi bahan magnet.
RUGI ARUS PUSAR magnet adalah rugi Xnergy karena medan magnet
bolak balik yang membangkitkan gaya gerak listrik pada bahan magnet
sehingga mengalirkan arus pusar dan menyebabkan bahan magnet itu panas.
2) Sebutkan sifat dan kegunaan dua bahan magnet lunak.
Jawab :
BAJA LUNAK
Fe / C = / s/d 0,35
Elastis dan liat
Mudah korosi
Dapat dilas/ dikerjakan
Untuk magnet remanen
Untuk : baut, plat, tali

BESI TUANG
Fe / C = / 2 s/d 5
Keras dan rapuh
Tahan korosi
Tidak dapat dilas/ dikerjakan
Tidak dapat dibuat magnet
Untuk : body / rumah mesin

3). Sebuah bahan magnet dibentuk cincin pejal keliling rata-ratanya 1,4 m dan
penampangnya 0,0012 m2 dililit kawat 500 belitan.
Bila dialiri arus listrik 2 A membangkitkan fluksi 1,2 mili Weber.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 42

Hitunglah permeabilitas XnergyXe bahan magnet itu.


Penyelesaian :
l
r = ------------ =
N I A o

1,2 x 10-3 x 1,4


------------------------------------------------

= 1114

1000 x 1 x 4 x 3,14 x 10-7x 1,2 x 10-3

Soal latihan :
1) Jelaskan rugi histerisis dan rugi arus pusar.
2) Sebutkan sifat dan kegunaan tujuh bahan magnet lunak.
3) Sebutkan sifat dan kegunaan enam bahan magnet keras.
4) Sebuah bahan magnet dibentuk cincin pejal keliling rata-ratanya 1,4 m dan
penampangnya 0,0012 m2 dililit kawat 1.000 belitan.
Bila dialiri arus listrik 1 A membangkitkan fluksi 1,2 mili Weber.
Hitunglah permeabilitas XnergyXe bahan magnet itu.

BAB 6. DIELEKTRIK
Bahan dielektrik adalah bahan listrik yang mampu menyimpan muatan listrik.
Bahan dielektrik digunakan untuk menyimpan Xnergy listrik, memperbaiki Xnergy
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 43

daya, dan menyaring tegangan searah hasil penyearahan.


6.1. Kekuatan dielektrik
Kekuatan dielektrik adalah kekuatan bahan listrik dalam menahan medan listrik dari
potensial listrik per satuan panjang / ketebalan bahan itu.
V
E = ------- [ volt / meter ] atau [ kilo volt / sentimeter ]
d
Keterangan :

(6.1)

E = Kekuatan dielektrik (kV/cm)


V = potensial listrik (V)
d = ketebalan bahan (meter)

6.2. Kapasitansi
Kapasitansi bahan dielektrik adalah kapasitas bahan dielektrik dalam menyimpan
muatan listrik persatuan tegangan listrik.
Q
C = ------V
Keterangan :

[ Coulomb / volt ]

(6.2)

C = kapasitansi (Coulomb/volt)
Q = muatan listrik (Coulomb)
V = potensial listrik (V)

6.3. Konstanta dielektrik


Konstanta dielektrik adalah hasil perkalian kapasitansi dan ketebalan bahan dibagi
luas permukaan bahan.
C.d
= -----------A
Keterangan :

..

(6.3)

C = kapasitansi (Coulomb/volt)

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 44

d = ketebalan bahan (meter)


A = luas permukaan bahan ( meter )
Konstanta dielektrik dan kekuatan dielektrik dari beberapa jenis bahan listrik
disajikan dalam Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Jenis bahan, konstanta, dan kekuatan dielektrik


Bahan dielektrik

Kontanta
dielektrik ( )

Kekuatan dielektrik
(kV/cm)

Udara

30

Kertas

2,0 2,6

2,5 4,0

Mika

2,5 6,6

80

Minyak

2,2 4,7

100

Kaca

5,4 9,9

Porselain

5,7 6,8

TR 1,5-4/TT 10-16

Kerugian dielektrik adalah rugi daya listrik akibat adanya arus bocor.
Kerugian dielektrik meningkat jika terjadi tegangan lebih, peningkatan frekuensi,
panas, maupun kelembaban.
Energi yang tersimpan dalam bahan dielektrik adalah setengah dari kapasitansi bahan
dikalikan kwadrad dari potensial listrik.
W = C V [ Joule ].

(6.4)

Keterangan : W = Xnergy (Joule)


C = kapasitansi (Coulomb/ volt)
V = potensial listrik (Volt)
Contoh soal :
1). Sebutkan apa yang dimaksud dengan :
a. Bahan dielektrik
b. Kegunaan bahan dielektrik
Jawab :

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 45

a. Bahan dielektrik adalah bahan listrik yang mampu menyimpan


muatan listrik.
b. Bahan dielektrik digunakan untuk menyimpan Xnergy listrik,
memperbaiki Xnergy daya, dan menyaring tegangan searah hasil
penyearahan.
2).

Sebuah kondensor pada tegangan 500 Volt di udara kapasitasnya


0,005 F. Bila direndam dalam minyak berkonstanta dielektrik

2,5

Hitunglah besarnya Xnergy yang tersimpan sebelum dan sesudah


direndam.
Penyelesaian :
Di udara = 1
Q = CV = (0,005.10 6) (500) = 2,5 . 10 6

Coulomb

Q
(2,5 . 10 6)
W = C V = ---- = -------------------------- = 625. 10 6Joule
C
2 (0,005. 10 6)
Energi yang tersimpan sebelum direndam W = 625. 10 6Joule
Di dalam minyak = 2,5
Q* = Q = 2,5 . 10 6 Coulomb
C* = 2,5 C = 2,5 (0,005. 10 6) = 0,0125. 10 6

Farad

(Q*)
(2,5. 10 6)
W* = ------- = ----------------------- = 250. 10 6
2 C*
2 (0,0125 . 10 6)

Joule

Energi yang tersimpan sesudah direndam W = 250. 10 6

Joule

Soal latihan :

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 46

5) Sebutkan apa yang dimaksud dengan :


a. a. Bahan dielektrik

d. Konstanta dielektrik

b. b. Kegunaan bahan dielektrik

e. Kapasitansi

c. c. Kekuatan dielektrik

f. Rugi dielektrik

6) Pengujian kondensor kapasitasnya 0,005 F di udara pada tegangan 500 Volt


selama 60 detik dapat menyimpan energi 37,5 mili Joule. Bila direndam
dalam bahan dielektrik minyak selama 60 detik dapat menyimpan energi
15 mili Joule.
Hitunglah nilai konstanta dielektrik bahan minyak itu.

BAB 7. ISOLASI
Bahan isolasi/ isolator adalah bahan listrik yang mampu memisahkan / menyekat
bagian yang bertegangan listrik dengan bagian konduktif terbuka (BKT) maupun
netral yang dapat membahayakan jika tersentuh manusia.
Asal bahan isolasi dari XnergyX, anorganik, dan sintetis.
7.1. Sifat Bahan Isolasi
Sifat- sifat pokok bahan isolator adalah sifat kelistrikan, terhadap panas, fisis, kimia,
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 47

dan mekanis.
Sifat kelistrikan adalah kemampuan bahan menahan arus listrik.
Resistansi volume bahan menghambat arus bocor volume bahan.
Resistansi permukaan bahan menghambat arus bocor permukaan bahan.
Kedua resistansi itu menurun jika terjadi tegangan lebih, peningkatan frekuensi,
panas, ataupun kelembaban.
Sifat bahan isolasi terhadap panas adalah kemampuan bahan menahan panas
sehingga didapatkan resistansi panas yang diklasifikasikan pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Klasifikasi Bahan Isolasi
Kelas

Bahan Isolasi

Temperatur Kerja
maks.( C )

Katun, sutra, wool, rayon, kertas, kayu, karet,


Y

polyvinyl, poly ethylene, poly amid

90

Bahan kelas Y diimpregnasi minyak, vernis. Email


A

dicampur vernis dan polyamid

105

Kawat email

120

Bahan anorganik : mika , fiber glas, asbes

130

Bahan anorganik diimpregnasi epoxy, polyuretan

155

Mika , fiberglas, asbes diimpregnasi silicon resin

180

Bahan anorganik tidak diimpregnasi bahan organic :


C

porselen, quartz, kaca

di atas 180

Sifat fisis dan kimia bahan isolasi adalah sifat kemampuan larut, resistansi kimia,
higroskopis, permeabilitas uap, tropis, dan radiasi.
Bahan pelarut komposisinya sama dengan bahan yang dilarutkan. Misalnya
hidrokarbon ( XnergyXe ) larut dalam cairan phenol formaldehyde.
Bahan kimia asam, basa, atau garam menurunkan resistansi bahan isolasi. Misalnya
bahan anorganik tahan ozonisasi.
Sifat penyerapan uap air (higroskopis) di sekitarnya bahan isolasi positif merusak.
Bahan hidroksil higroskopisnya XnergyXe tinggi, sedangkan paraffin, polyethelene
bersifat non higroskopis.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 48

Kemampuan bahan isolasi dilewati uap disebut sifat permeabilitas uap.


Pengaruh iklim tropis dipengaruhi oleh letak geografis bahan isolasi dipasang. Bahan
anti jamur dapat mengurangi pengaruh tropis seperti bahan para nitro phenol, penta
chloro phenol.
Radiasi sinar Matahari khususnya ultraviolet merusak bahan isolasi jenis XnergyX.
Sifat mekanis bahan isolasi adalah kemampuan bahan menahan beban Xnerg, tekan,
dan geser. Sifat kekerasan bahan isolasi adalah ketahanan bahan terhadap goresan,
dan tumbukan.
7.2. Wujud Bahan Isolasi.
Wujud bahan isolasi adalah GAS , CAIR , dan PADAT.
Bahan isolasi GAS :
1). Udara

4). Gas Mulia : Ne , Ar , Hg , Sb

2). Nitrogen

5). Halogen

3). Hidrogen

6). S F 6

UDARA

NITROGEN

SIFAT :
-Tidak mudah terbakar
- Tidak eksplosif
- Mudah didapat dan murah
- Tegangan tembus 20 s/d 50 kV/cm

SIFAT :
- Anti oksidan

GUNA :
- SUTT , saklar , dielektrik kondensor

GUNA :
- Pengisi kabel tegangan tinggi
- Trafo daya berpendingin minyak

HIDROGEN
SIFAT :
- Konduktif thermal
- Kepadatan rendah/ ringan
- 2,7 s/d 4,5 kV/ cm
GUNA :
- Pendingin belitan mesin listrik besar

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

GAS MULIA ( Ne Ar Hg Sb )
SIFAT :
-Tidak beroksidasi

GUNA :
- Pengisi tabung elektronik
- Bolam lampu
Page 49

HALOGEN ( Fl, Cl )

GAS SF6

SIFAT :
- Kekuatan dielektrik besar pada
tekanan tinggi

SIFAT :
-Tidak terbakar
-Konduktif thermal
-Stabil pada temperature 100 C
-Kuat dielektrik sangat besar pada
tekanan tinggi 12 kV /cm

GUNA :
- Pengisi kabel tanah bertekanan

GUNA :
-Trafo daya besar
-Switching daya besar

Bahan isolasi CAIR :


1). Minyak mineral

3). Minyak tumbuhan

2). Minyak sintetis

4). Vaselin

MINYAK MINERAL

MINYAK SINTETIS

SIFAT:
- Dari minyak bumi
- Tidak menggumpal
- Tidak mudah terbakar
- 30 s/d 40 kV/ cm

SIFAT:
- Tidak mudah terbakar
- Tidak mudah beroksidasi
- Tidak menggumpal
- Tidak degradasi kimia
- 40 kV/ cm
- beracun

GUNA :
- Pengisi kabel tanah, trafo,
kondensor
- Pendingin saklar daya, starter

GUNA :
- Pengisi kabel tanah, trafo,
kondensor
- Pendingin saklar daya, starter

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 50

MINYAK TUMBUHAN
-

Sekarang tidak digunakan

VASELIN
SIFAT :
- Kekentalan tinggi
- Beku pada 33 s/d 50 C
GUNA :
- Kertas tekan/ impregnasi
- Pengisi kapasitor

BAHAN ISOLASI PADAT ( BIP ) :


1). Serat

6). Keramik

2). Serat ditekan

7). Gelas

3). Plastik

8). Non-resin

4). Karet

9). Laminasi dan adhesive

5). Mineral

10). Cat

BIP SERAT ( BIPS )


1). Kayu

5). Katun

2). Kertas dan karton

6). Fiberglas

3). Tekstil

7). Pita perekat

4). Asbes

8). Sutera

KAYU

KERTAS DAN KARTON

SIFAT
- Ringan
- Menyerap air
- Mudah terbakar

SIFAT:
- Ringan
- Menyerap air
- Mudah terbakar

GUNA:
- Struktur tiang
- Landasan
- Chasis, tutup
- Pegangan, tongkat

GUNA:
- Kapasitor
- Bungkus belitan trafo
- Alas alur mesin listrik
- Sekat kabel telepon

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 51

TEKSTIL

ASBES

SIFAT:
- Ulet/ liat
- Menyerap air
- Mudah terbakar

SIFAT:
- Tahan panas sampai 400 C
- Menyerap air
- 30 s/d 50 kV /cm

GUNA ;
- Divarnish pengikat belitan

GUNA:
- Selubung kabel panas
- Selonsong pemanas
- Penahan bunga api saklar

KATUN

FIBERGLAS

SIFAT :
- Menyerap air
- Mudah terbakar
- Temperature kerja 100 C
- Lentur/ fleksibel
- Kuat dielektrik rendah

SIFAT :
- Tidak menyerap air
- Mudah dicetak/ dibentuk
- Temperature kerja 120 C

GUNA :
- Selubung belitan kecil
- Pengikat belitan
- Bungkus kabel seterika
- Bungkus sambungan pemanas

GUNA :
- Tandon air pendingin trafo,
AC

PITA PEREKAT

SUTERA

SIFAT :
- Tidak mengandung belerang
- Temperature kerja 75 C

SIFAT :
- Kurang menyerap air
- Kuat dielektrik di atas katun
- Lebih mahal dari katun

GUNA :
- Bungkus ujung kabel yang
dikupas

GUNA :
- Selubung belitan mesin kecil

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 52

BIP SERAT DITEKAN ( BIPSD )


1). Kertas tekan
2). Tekstil tekan
KERTAS TEKAN

TEKSTIL TEKAN

SIFAT :
- Tidak mudah terbakar
- Mudah dikerjakan
- Rugi dielektrik kecil
- Murah

SIFAT:
- Kurang menyerap air
- Temperature kerja 105 C
- Kuat dielektrik naik

GUNA :
- Selubung kabel tanah, trafo
daya
- Dielektrik kapasitor

GUNA :
- Pita ikat belitan
- Bungkus belitan mesin
medium
- Selubung kabel

BIP PLASTIK
1). Natural / alami ( lak, ambar, varnish, getah )
2). Sintetis / buatan
NATURAL
SIFAT :
- Berdaya rekat
- Tidak larut dalam minayk
bumi dibawah 300 C

SINTETIS
1. Thermoset /polimerisasi
kondensasi
2. Thermoplas/ polimerisasi
aditif

GUNA :
- Impregnasi kertas, tekstil
- Pengikat/perekat
komutator,lapis mika

BPIPPS THERMOSET :
1). Melamin

4). Silicon

2). Polyester

5). Phenol

3). Epoxy

6). Polyurethan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 53

MELAMIN

POLYESTER

SIFAT :
- Mudah dicetak
- Tahan panas dan kimia
- Kedap air
- Permuakan licin
- Lengket sebelum keras

SIFAT :
- Tahan panas
- Tahan benturan
- Tidak tahan air

GUNA :
- Pelapis permukaan

GUNA :
- Pelapis laminasi

EPOXY

SILIKON

SIFAT :
- Tahan kimia
- Kuat mekanik
- Tidak menyusut
- Perekat dengan hardener

SIFAT :
- Tahan air
- Tahan panas 180 C
- Tidak tahan minyak bumi

GUNA ;
- Lem besi
- Komponen kecil ganti besi
- (roda gigi, mur baut)

GUNA :
- Cairan pendingin trafo
- Aditif
(karet,logam,plastic,keramik)

PHENOL
SIFAT :
- Tahan panas
- Kuat
- Kaku, ukuran stabil

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

POLYURETHAN
SIFAT:
- Tidak menyerap air
- Mengeras dan rusak pada
- 200 C

Page 54

GUNA :
- Cabinet TV, dll
- Pegangan alat/ tool
- Soket/ outlet
- Disket, CD
- Casing IC,semi konduktor

GUNA :
- Lapis enamel kawat belitan
- Varnish

BIPPS THERMOPLAS :
1). Bakelit (celulos acetate)

5). Poly vinyl chloride (PVC)

2). Celuloid (celulos nitrat)

6). Polyamid / nylon

3). Polyethylene/ polythene

7). Poly carbonat

4). Polystyrene

8). Bitumen

BAKELIT

CELULOID

SIFAT :
- Tahan bentur
- Mudah dikerjakan
- Menyerap air
- Agak mudah terbakar
- Agak keras , rapuh, kaku

SIFAT:
- Keras tahan bentur
- Mudah terbakar
- Larut dalam acetone

GUNA :
- Landasan :soket lampu, saklar,
kontak

GUNA :
- Tidak digunakan di listrik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 55

POLYETHYLENE / POLYTHENE

POLYSTYRENE

SIFAT :
- Ringan
- Elastic pada 60 C
- Tidak menyerap air
- Tidak larut dalam solven/asam
- Lebur pada 110 C
- 200 s/d 600 kV /cm

SIFAT :
- Elastic
- Tidak menyerap air
- 200 kV /cm
- temperature kerja 80 C

GUNA :
- Selubung kabel
- Selang, pipa, container

GUNA :
- Bushing
- Dielektrik kapasitor DC
- Cabinet TV, dll

POLYVINYL CHLORIDE

POLYAMID/ NYLON

SIFAT :
- Keras agak lentur
- Tidak menyerap air
- 300 kV/ cm
- temp. kerja 90 C

SIFAT:
- Tahan gesek
- Tahan solven/ asam
- Temp. kerja 150 C
- 200 kV /cm

GUNA :
- Selubung kabel
- Pipa listrik, air
- Film, pita, lembar selubung
:batere, dll

GUNA :
- Selubung kabel
- Lembaran, pita,pipa
- Komponen kecil alat

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 56

POLY CARBONAT

BITUMEN

SIFAT:
- Tahan bentur
- Tahan asam/ solven
- Tidak menyerap air
- Larut oleh hydrocarbon
aromatic

SIFAT :
- Mudah dicetak
- Lunak pada 75 C

GUNA :
- Film isolasi
- Komponen isolasi cetak

GUNA :

BIP KARET :
1). Karet alam

4). Karet kloroprene/ neoprene

2). Karet ebonite

5). Karet XnergyX

3). Karet buatan/ sintetis


KARET ALAM

SIFAT
-

Elastic
Beroksidasi
Temperature kerja 75 C
Temperature lebur 230 C
200 kV/cm

GUNA
- Selubung kabel fleksibel
tegangan
- Rendah : las, katrol

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

KARET EBONIT
( karet alam + belerang )
SIFAT
- Rusak oleh matahari
- Dapat dikerjakan
- Temperature kerja 60 C

GUNA
- Bushing
- Rumah batere

Page 57

KARET BUATAN
( karet butyl )
SIFAT
-

Kenyal
Tahan gores
Tahan panas
Tahan solven/ asam
Tidak beroksidasi
Rusak oleh minyak bumi

GUNA
- Isolasi kabel fleksibel

KLOROPRENE / NEOPRENE

SIFAT
-

Tahan api
Tahan solven
Tahan matahari
Adhesive dengan logam

GUNA
- Isolasi kabel

KARET SILIKON
SIFAT
- Tahan minyak dan air
- Lentur pada 60 C
-Temperature kerja 60 s/d 150 C

GUNA
- Pelapis
- Pita perekat
- Selubung kabel

BIP MINERAL / ANORGANIK :


1). Mika

3). Marmer

2). Mikanit

4). Sabak

MIKA

SIFAT
- Tahan panas
- Tidak rusak oleh
air,asam,garam
- Dapat dicetak
- Kuat dan kaku
- 400 s/d 1500 kV/cm

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

MIKANIT
( lembar mika + selak )
SIFAT
- 300 kV/ cm

Page 58

GUNA
- Isolasi komutator
- Terminal mesin listrik
- Isolator pemanas

GUNA
- Bushing
- Isolasi komutator mesin besar
- Isolasi alur mesin listrik

MARMER
SIFAT
-

Rapuh
Tahan panas
Mudah dikerjakan
650 kV/ cm

GUNA
- Landasan saklar daya

SABAK
SIFAT
- Rapuh
- Tahan panas
- Mudah dikerjakan

GUNA
- Bushing
- Landasan komponen

BIP KERAMIK / PORSELAIN


1). Produk tanah
PRODUK TANAH

2). Refraktori
REFRAKTORI
(dolomite CaCO3, magnesit MgCO3)

SIFAT
- Keras, licin, rapuh
- Berpori

SIFAT
-

GUNA
- Isolator elemen pemanas
- Isolator duduk, gantung
- Landasan saklar, fuse
- Rumah fuse
- Bushing

GUNA
- Dinding tungku
- Cetakan logam tuang

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Tahan panas sampai 1200 C


Tahan gores
Tahan kimia
Tahan retak
Mudah diekrjakan

Page 59

BIP GELAS :
SIFAT UMUM
Keras , licin, rapuh
Transparan
Padat , sulit dikerjakan
Tahan kimia , solven, air

GUNA UMUM
Tabung lampu
Jendela XnergyXerX, PHB
Fuse kecil

BIP GELAS :
1). Quart

3). Fiber

2). Pyrex
QUART ( gelas silica )

PYREX ( gelas boron )

SIFAT
- Sulit dikerjakan
- Temperature kerja 1470 C
- Temperature lebur 1667 C

SIFAT
- Tahan kimia
- Temperature lebur 820 C

GUNA
- Kaca tahan api

GUNA
- Pipa kaca
- Gauge

FIBER ( gelas resin sintetis )


SIFAT
-

Tahan bentur
Mudah dicetak
Berserat resin
Temperature kerja 130 C
Temperature lebur 626 C

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

GUNA
- Sekat tembus pandang
- Jendela instrument

Page 60

BIP NON-RESIN
1). Malam/wax

2). Aspal

MALAM
SIFAT
-

ASPAL

Tahan air
Padat pada temp. ruang
Temperature lebur
50 s/d 87 C

GUNA
- Segel/ seal
- Penahan bocor kecil minyak

SIFAT
-

Tahan asam dan garam


Dapat terbakar
Temperature leleh 60 C
Temperature lebur 100 C

GUNA
- Selubung dan sambungan/
joint
- Kabel tanah

BIP LAMINASI & ADHESIF


(pelapis & perekat)
1). Laminat

3). Enamel

2). Adhesif

4). Varnis

LAMINAT

ADHESIF

SIFAT
- Menyerap air
- Temperatur kerja 60 s/d 190
C
- Tebal lembar 0,2 s/d 50 mm

SIFAT
-

GUNA
- Pelapis lembar kertas ,asbes,
gelas

GUNA
- Selubung belitan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Cair dan lengket


Lentur, tidak rapuh/ retak
Mudah dikupas
Tahan gesek
Tahan solven
Rusak oleh air
Tebal sampai < 0,05 mm
Temperatur kerja 200 C

Page 61

VARNIS

CAT

SIFAT
- Tahan air
- Tidak tahan gores
- Keras bila beroksidasi

SIFAT
- Cair dan lengket
- Tahan air bila kering
- Keras bila beroksidasi

GUNA
- Pelapis anti oksidasi
- Penahan air
- Meningkatkan isolasi

GUNA
- Pelapis anti korosi :tiang,
rumah alat

Soal contoh :
1). Apakah yang disebut bahan isolasi itu ?
Jawab :
Bahan isolasi/ isolator adalah bahan listrik yang mampu memisahkan /
menyekat bagian yang bertegangan listrik dengan bagian

konduktif

terbuka (BKT) maupun netral yang dapat membahayakan jika tersentuh


manusia.
2). Sebutkan lima sifat pokok bahan isolasi.
Jawab :
Sifat kelistrikan, terhadap panas, fisis, kimia, dan mekanis.
3). Berapa temperature kerja bahan isolasi kelas Y ?
Jawab :

90 C

4). Tuliskan satu contoh bahan isolasi gas, cair, dan padat masing- masing
dengan sifat dan kegunaannya.
Jawab :
UDARA
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

NITROGEN
Page 62

SIFAT :
-Tidak mudah terbakar
- Tidak eksplosif
- Mudah didapat dan murah
- Tegangan tembus 20 s/d 50kV/cm

SIFAT :
- Anti oksidan

GUNA :
- SUTT , saklar , dielektrik kondensor

GUNA :
- Pengisi kabel tegangan tinggi
- Trafo daya pendingin minyak

MINYAK MINERAL

MINYAK SINTETIS

SIFAT:
- Dari minyak bumi
- Tidak menggumpal
- Tidak mudah terbakar
- 30 s/d 40 kV/ cm

SIFAT:
- Tidak mudah terbakar
- Tidak mudah beroksidasi
- Tidak menggumpal
- Tidak degradasi kimia
- 40 kV/ cm
beracun

GUNA :
- Pengisi kabel tanah, trafo, kondensor
- Pendingin saklar daya, starter

GUNA :
- Pengisi kabel tanah, trafo,
kondensor
- Pendingin saklar daya, starter

KAYU

KERTAS DAN KARTON

SIFAT
- Ringan
- Menyerap air
- Mudah terbakar

SIFAT:
- Ringan
- Menyerap air
- Mudah terbakar

GUNA:
- Struktur tiang
- Landasan
- Chasis, tutup
- Pegangan, tongkat

GUNA:
- Kapasitor
- Bungkus belitan trafo
- Alas alur mesin listrik
- Sekat kabel telepon

Soal latihan :
1). Jelaskan lima sifat pokok masing masing dari bahan isolasi.
2). Berikan tiga buah contoh bahan isolasi kelas Y ( maks. 90C).
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 63

3). Tuliskan enam buah contoh bahan isolasi gas masing- masing dengan sifat
dan kegunaannya.
4). Tuliskan empat buah contoh bahan isolasi cair masing- masing dengan
sifat dan kegunaannya.
5). Tuliskan sepuluh buah contoh bahan isolasi padat masing- masing dengan
sifat dan kegunaannya.

BAB 8. KONVERTER ENERGI LANGSUNG


8.1. Konverter Energi Langsung
Bahan pengubah / XnergyXer Xnergy langsung adalah bahan bahan yang dapat
mengubah secara langsung Xnergy tertentu menjadi Xnergy listrik.
Konverter Xnergy itu antara lain adalah :
1). Sel Surya.

3). Sel Pembakaran

5). Thermionik

2). Magneto Hidro Dinamik 4). Thermo Elektrik

Tabel 8.1. Bahan Pengubah Energi , Sumber , Daya , dan Efisiensi

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 64

Bahan

Sumber

Daya
( kW )

Efisiensi ( % )

0,25

14

20.000

60

Sel Surya

Matahari

Magnet Hidro
dinamik

Panas

Sel Pembakaran

Udara, H, O

15

90

Thermo Elektrik

Panas

35

Thermionik

Panas

0,30

10

1). Sel Surya


Sel Surya dibuat dari bahan semi kondukktor transistor foto voltage.
Surya Matahari yang mengenai bahan semi konduktor/ sel surya itu melepaskan
electron valensi dari orbitnya. Sambungan P-N menghalangi aliran XnergyXe
tersebut dari lapisan N ke lapisan P, dan membangkitkan beda potensial pada bahan
sel surya itu.
2). Magneto Hidro Dinamik
Magneto Hidro Dinamik terdiri dari beberapa ruang yaitu : ruang bakar, ruang
ionisasi, dan ruang elektroda. Di sekeliling ruang ionisasi dipasang magnet.
Bahan bakar hydrogen ditiup ke dalam ruang bakar dengan XnergyXerXe 2.500 C
menuju ke ruang ionisasi. Ketika gas itu sampai ke ruang elektroda membangkitkan
beda potensial pada ujung ujung elektroda.
3). Sel Pembakaran
Sel Pembakaran (Fuel Cell) berupa ruangan dengan tiga pintu. Pintu pertama untuk
masuk bahan bakar (hydrogen, ethylene, methane). Pintu kedua untuk masuk
oksigen. Pintu ketiga untuk keluar oksida hasil pembakaran dan air. Elektrolit yang
digunakan adalah alkali Kalium Hidroksil (KOH). Tegangan keluaran dibangkitkan
pada dua elektroda.
Bahan bakar yang ditiup bersama dengan oksigen ke ruangan berisi elektrolit untuk
proses oksidasi, sehingga terjadi pergerakan ion yang tinggi pada elektroda, dan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 65

dibangkitkan beda potensial pada ujung- ujung elektroda itu.


4). Thermo Elektrik
Thermo Elektrik terdiri dari sambungan serial dari beberapa lapis bahan semi
konduktor tipe P dan N menggunakan dua logam penghubung konstantan yang
disambungkan pada salah satu ujung dari bahan tipe P dan N tersebut.
Ketika diberikan XnergyXerXe berbeda hingga 1.200 C pada logam-logam
penghubung itu , maka dibangkitkan beda potensial pada ujung-ujung akhir.
5). Thermionik
Thermionik terdiri dari ruangan berisi elektrolit padat Oksida Calsium (CaO) dengan
landasan dari bahan Nikelin (Ni) sebagai katoda / emitter dan dengan tutup dari
bahan Tembaga (Cu) sebagai anoda / kolektor.
Katoda diberi masukan Xnergy panas 2.000 C sehingga XnergyXe valensi
meninggalkan katoda menuju ke anoda, dan dibangkitkan beda potensial antara
ujung-ujung elektroda tersebut.
Soal contoh :
7) Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan XnergyXer Xnergy langsung.
Jawab :
Bahan pengubah / XnergyXer Xnergy langsung adalah bahan-bahan yang
dapat mengubah secara langsung Xnergy lain menjadi Xnergy listrik.
8) Sebutkan dua buah bahan pengubah / XnergyXer Xnergy langsung dan
jelaskan prinsip kerjanya.
Jawab :
(1). Sel Surya
Sel Surya dibuat dari bahan semi kondukktor transistor foto voltage.
Surya Matahari yang mengenai bahan semi konduktor/ sel surya itu
melepaskan XnergyXe valensi dari orbitnya. Sambungan P-N menghalangi
aliran XnergyXe tersebut dari lapisan N ke lapisan P, dan membangkitkan
beda potensial pada bahan sel surya itu.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 66

(2). Magneto Hidro Dinamik


Magneto Hidro Dinamik terdiri dari beberapa ruang yaitu : ruang bakar,
ruang ionisasi, dan ruang elektroda. Di sekeliling ruang ionisasi dipasang
magnet. Bahan bakar hydrogen ditiup ke dalam ruang bakar dengan
temperature 2.500 C menuju ke ruang ionisasi. Ketika gas itu sampai ke
ruang elektroda membangkitkan beda potensial pada ujung ujung elektroda.
Soal latihan :
1) Sebutkan lima buah bahan pengubah / XnergyXer Xnergy langsung dan
jelaskan prinsip kerjanya.
2) Tuliskan sumber , daya, dan efisiensi dari masing-masing lima bahan
pengubah / XnergyXer Xnergy langsung itu.
Bab 9. KOMPONEN LISTRIK
BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2-3 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar;
(1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures
Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama
yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban
mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara
optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas
beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung pula pada jumlah fasanya,
yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem kawat tiga fasa empat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380
Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN,
menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai
listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi
pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari
pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor listrik) di suplai dari
negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International
Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 67

menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan
lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967
halaman 7 seri 1 tabel 1). Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi untuk
masingmasing sistem tegangan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini:
2-3-1 Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat.

Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya digunakan
untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah
perumahan dan pedesaan. Ditinjau dari sisi sekunder trafo distribusinya, tipe ini ada
2(dua) macam, seperti ditunjukkan apada gambar 3-25.
2-3-2 Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat.
Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga
kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran
netral disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan
diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani penyalur
daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.

2-3-3 Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt
Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat
dengan beban 3 fasa.

2-3-4 Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 68

Untuk rangkaian seperti diatas terdapat pula sistem tegangan 240/416 Volt dan atau
tegangan 265/460 Volt.
2-3-5 Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat

Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga
fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga)
ataupun rangkaian wye (star/bintang).
Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu
diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian
delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk
melayani beban-beban industri atau perdagangan.
2-3-6 Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat

Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star, dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya pada sistem tiga fasa yang
lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini
terdapat dua alternatif besar tegangan.
2-3-7 Ketidaksimetrisan beban
Dalam kondisi ideal dimana beban benar-benar terbagi rata (simetris) pada
ketiga fasanya, maka arus yang lewat pada saluran netral adalah benar-benar netral
(nol), yang artinya saluran netral ini tidak dilalui arus. Karenanya dalam
pelaksanaan pengoperasiannya, saluran netral pada tipe star dibuat dengan ukuran
yang lebih kecil dari ukuran kawat-kawat fasanya. Tipe ini dipakai untuk melajani
beban-beban perumahan, perdagangan dan Industri
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 69

Generator AC tiga fasa, pada dasarnya adalah serupa dengan tiga generator
satu fasa dengan daya yang sama (P3I = 3 x P1I), yang dirancang menyatu secara
rigid (kompak), dengan tata letak masing-masing kumparan berbeda sudut (listrik)
sebesar 120o . Jadi, misalkan sebuah generator 3I Gambar 2-30. Sistem distribusi
tiga fasa empat kawat 220/380 Volt 416V 416V 240V 240V Gambar 2-29. Sistem
distribusi tiga fasa tiga kawat 30 berkapasitas nominal bebannya 10 ampere, pada
dasarnya adalah sama dengan tiga generator 1I masing-masing berkapasitas 10
ampere, yang dijadikan satu. Jika dibandingkan pada kapasitas daya yang sama,
misalkan sebuah generator AC 3I berkapasitas 30 kVA (total) dengan generator AC
1I berkapasitas 30 kVA akan didistribusikan pada 3 berkas kumparan daya, (katakan
bebannya simetris), masing-masing berkas menanggung 10 kVA. Pada tipe 1I, daya
sebesar 30 kVA ini seluruhnya ditanggung oleh satu berkas kumparan daya. Dalam
praktek, sistem 3 fasa tidak selalu beroperasi pada kondisi arus beban simetris, baik
pada pembangkit maupun pada penyalurannya. Pada dasarnya, ada 4 sumber
penyebab terjadinya ketidak simetrisan sistem 3 fasa ini, yaitu:
2-3-7-1 Tidak simetris tegangan sejak pada sumbernya:
Tegangan tak simetris pada output generator 3 fasa bisa saja terjadi
(walaupun jarang) karena kesalahan teknis pada ketiga berkas kumparan dayanya
(jumlah lilitan atau resistansi).
2-3-7-2 Tidak simetris tegangan pada salurannya:
Hal demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Konfigurasi ketiga saluran secara total total tidak simetris, sehingga total
kapasitansinya tidak simetris. Keadaan demikian dapat terjadi pada
penyaluran jarak jauh dan bertegangan tinggi, dimana jarak rata-rata masingmasing saluran fasa terhadap tanah tidak sama.
2) Resistansi saluran tidak sama karena jenis bahan konduktor yang berbeda
(besar R dipengaruhi oleh besar ).
3) Resistansi saluran tidak sama karena ukuran konduktor tidak sama (besar
R dipengaruhi oleh besar q).
4) Resistansi saluran tidak sama karena jarak antara masing-masing saluran
fasa dengan beban tidak sama (besar R dipengaruhi oleh jarak l).
2-3-7-3 Tidak simetris pada resistansi bebannya:
Karena besar I (arus beban) ditentukan oleh besar R(beban), maka pada
keadaan 3I: RR z RS z RT, maka arus bebannya: IR z IS z IT. Akibat lanjutnya
adalah: bila resistansi saluran dianggap sama dengan R, maka rugi tegangan yang
terjadi pada sistem 3I adalah IRR z ISR z ITR atau VR z VS z VT dan rugi daya IR 2
R z IS 2 R z IT 2 R atau PR z PS z PT sehingga: V(T)R z V(T)S z V(T)T dimana
V(T) = tegangan pada sisi terima (konsumen). Kondisi tak simetris pada tegangan
sisi terima akibat tidak simetrisnya beban ini adalah suatu hal yang paling sering
terjadi dalam praktek, antara lain oleh adanya sambungan-sambungan di luar
perhitungan dan perencanaan. Upaya teknis memang perlu dilakukan, agar diperoleh
keadaan pembebanan yang simetris. Pada sistem 3 fasa yang menggunakan saluran
netral (baca saluran nol), dalam keadaan beban simetris maka arus yang lewat
saluran nol adalah benar-benar nol (netral), tetapi bila terjadi keadaan tak simetris,
maka sebagian arus (berupa arus resultan) akan lewat saluran netral ini, sehingga
saluran tersebut menjadi tidak netral lagi.
2-3-7-4 Tidak sama besar faktor daya dari bebannya:

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 70

Keadaan demikian bisa terjadi, misalnya bila sistem 3 fasa dibebani seperti
berikut:
- Fasa R dibebani (1I) beban resistif murni
- Fasa S dibebani motor 1I dengan p.f. = 0,8 mengikut.
- Fasa T dibebani motor 1I dengan p.f. = 0,6 mengikut.
- Fasa RST dibebani motor 3I dengan p.f. = 0,8 mengikut.
Dengan pembebanan tersebut berarti arus beban akan tidak simetris.
2-4 Gardu Distribusi
Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung
bagi ; a) PHB tegangan menengah; b) PHB tegangan rendah. Masing-masing
dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-jenis gardu
listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya
sesuai dengan peraturan Pemda setempat, yaitu: 1) Gardu Distribusi konstruksi beton
(Gardu Beton); 2) Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi); 3a) Gardu
Distribusi tipe tiang portal, 3b) Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang); dan 4a)
Gardu Distribusi mobil tipe kios, 4b) Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu
Mobil).
Komponen-komponen gardu: a) PHB sisi tegangan rendah; b) PHB pemisah
saklar daya); c) PHB pengaman transformator); d) PHB sisi tegangan rendah; e)
Pengaman tegangan rendah; f) Sistem pembumian; g) alat-alat indikator.
Instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak
TR terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1) Sirkit masuk + sakelar; 2) Rel pembagi; 3) Sirkit
keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit
Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai.
Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel
ke transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator. Pada beban
konstruksi memakai kubikel TM single core Cu : 3 x 1 x 25 mm2 atau 3x1x35mm2 .
Antara transformator dengan Rak TR memakai kabel daya dengan KHA 125 % arus
nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti tunggal masingmasing kabel
perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm2 .

Instalasi lain yang ada pada gardu distribusi adalah Instalasi penerangan,
terdiri dari; 1) Instalasi alat pembatas dan pengukur; 2) Inststalasi kabel scada untuk
kubikel dengan motor kontrol; 3) Instalasi pengaman pelanggan untuk APP
pelanggan tegangan menengah

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 71

Prosedur uji laik instalasi gardu; Sebelum dioperasikan instalasi gardu


distribusi harus dilakukan uji laik yang meliputi:
1). Uji verifikasi rencana
- Meneliti kesesuaian hasil pelaksanaan dengan rancangan bahan
referensi adalah
persyaratanpersyaratan teknis pada rancangan surat perintah kerja.
- Meneliti kesesuaian spesifikasi teknis dengan material yang
terpasang.
2). Uji fisik hasil pelaksanaan.
- Meneliti apakah hasil pelaksanaan telah memenuhi persyaratan fisik
hasil pekerjaan
(kokoh, tidak goyang) tekukan, belokan kabel clan lain-lain.
- Meneliti mekanisme kerja peralatan.
- Meneliti kebenaran pengkabelan, pengawatan instalasi listrik.
- Meneliti kekencangan ikatan-ikatan mur, baut, konektor dan lainlain.
- Meniliti kabel-kabel instalasi tidak menahan beban mekanik selain
beban sendiri.
- Meneliti pengkabelan (wiring) instalasi kontrol.
3). Uji Ketahanan Isolasi
- Melakukan uji ketahanan isolasi dengan alat megger pada tiap antar
fasa clan fasa
tanah (referensi PUIL 1 volt = 1 kilo ohm) pada sisi TM clan TR.
- Uji dilakukan juga pada transformator.
4) Uji ketahanan Impulse
Melakukan uji withstand test 50 k J per 1 menit.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 72

5). Uji Power Frekuensi ....


Melakukan uji tegangan 24 kV selama 15 menit.
6). Uji alat proteksi
-Uji fisik pengaman lebur dengan multi meter
-Uji Rak proteksi (jika ada)
7). Uji alat-alat kontrol
- Setelah dioperasikan uji unjuk kerja alat-alat kontrol (lampu,
voltmeter, ampere meter):
Hasil uji laik didokumenkan untuk izin operasional.
8). Instalasi untuk pelanggan tegangan menengah, hanya ditambah:
- Satu sel kubikel transformator tegangan
- Satu sel kubikel sambungan pelanggan dengan fasilitas:
- Circuit breaker yang bekerja etas dater batas arus nominal. Daya
tersambung pelanggan.
- Transformator arus.
- Satu sel kubikel untuk sambungan kabel milik pelanggan
- Satu set alat ukur ( KWH meter, KVARH meter) - Satu set relai
pembatas beban.
9). Spesifikasi teknis den ketentuan instalasinya same dengan ketentuan
instalasi sel kubikel lain.
10). Uji opersional dilaksanakan dengan tambahan, uji untuk kerja circuit
breaker den relai
pembatas pelanggan.
2-4-1 Gardu Beton
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk `gardu jenis pasangan
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 73

dalam, karena pada umumnya semua peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan


trafo distribusi terletak di dalam bangunan beton. Dalam pembangunannya semua
peralatan tersebut di disain dan diinstalasi di lokasi sesuai dengan ukuran bangunan
gardu. Gambar 3-37 memperlihatkan sebuah gardu distribusi konstruksi beton.

Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen tegangan menengah


(contoh rujukan PHB tegangan menengah), yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV;
b) Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit; c) Impulse withstand
voltage 125 kV; d) Arus nominal 400A; e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus
hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA; g) Short circuit making current 31,5 kA.
Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB tegangan rendah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;
c) Impulse withstand voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan tegangan rendah.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 74

2-4-2 Gardu metal clad (Gardu besi)


Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari besi. Gardu
besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam bangunan besi.
Semua peralatan tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan besi, sehingga dalam
pembangunan nya pelaksana pekerjaan tinggal menyiapkan pondasinya saja. Gambar
2-36 memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu besi berbentuk kios.

2-4-3 Gardu Tiang Tipe Portal.


Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/
penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini trafo distribusi terletak di bagian atas
tiang. Karena trafo distribusi terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya
dapat melayani daya listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif tinggi,
sehingga tidak mungkin menempatkan trafo berkapasitas besar di bagian atas tiang
( 5 meter di atas tanah). Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang
ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas
maksimum 160 KVA (200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam,
yaitu trafo 1x3 fasa dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan sebuah gardu
distribusi tiang tipe portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel
distribusi tegangan rendah yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).
2-4-3-1 Bangunan fisik Gardu Portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai
konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas platform.
Umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 75

- Lemari PHB TR dipasang minimal 1,2 meter diatas permukaan tanah atau
1,5 meter pada daerah
yang sering terkena banjir. Pada beberapa tempat gardu portal juga dipasang
trafo arus untuk
pengukuran alat ukur pelanggan-pelanggan tegangan rendah.
2-4-4 Gardu Tiang Tipe Cantol.
2-4-4-1 Bangunan fisik Gardu tipe Cantol
- Gardu cantol adalah type.gardu listrik dengan transformator yang
dicantolkan pada tiang listrik besamya kekuatan tiang minimal 500 daN.
- Instalasi gardu dapat berupa :
x 1 Cut out fused
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 76

x 1 lighting arrester.
x 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau transfor- mator
completely self
protected (CSP - Transformator) Lihat contoh gambar konstruksi
gardu cantol PT. PLN
(Persero)
2-4-4-2 Sambungan Gardu Tiang Tipe Cantol
- Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP (completely self protected)
untuk pelayanan
satu fasa.
- Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1 fasa dengan titik
netral di gabungkan
dari tiap-tiap transformator menjadi satu.
- Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.
o Instalasi switch gear tegangan menengah
o Instalasi switch gear tegangan rendah
o Instalasi transformator
o Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol
o Instalasi pembumian
o Bangunan fisik gardu.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 77

Instalasi Pembumian
- Instalasi pembumian pada gardu berdasarkan ketentuan yang diberlakukan
setempat. Tujuan
utamanya adalah mendapatkan nilai pentanahan elektroda maksimum 1 Ohm
- Jenis-jenis Elektroda (lihat PUIL 2000 Bab III).

Contoh Instalasi pembumian di PT. PLN Distribusi Jakarta Raya &


Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 78

Tangerang kabel 1 x 50 mm2 Cu digelar dibawah fondasi melingkar tertutup. Pada


beberapa titik tiap-tiap 1 meter dikeluarkan sebagai terminal pembumian. Kabel ini
berfungsi juga sebagai ikatan penyama potensial.

Contoh
Penggunaan elektroda batang pada gardu distribusi:
- Memakai elektroda dengan kedalaman 3-6 meter.
- Jarak tanam minimal 2 meter atau sejarak 1 x panjang elektroda.
- Pada terminal keluar harus diberi bak kontrol untuk melakukan pengukuran
tahanan tanah.
Ikatan Pembumian
- Semua bagian-bagian konduktif terbuka clan bagian konduktif extra pada gardu
dihubungkan dengan
penghantar ke ikatan penyama potensial pembumian.
- Titik netral sistem tegangan rendah pada terminal netral transformator, pada Rak
PNB-TR dibumikan,
dihubungkan pada elektroda pembumian.
- Klem pengikat harus terbuat dari bahan tahan korosi minimal memakai baut ukuran
10 mm2 .

Keterangan
Elektroda pembumian grid CU 1 x 50 mm2 digelar di bawah ponclasi gardu.
Pada titik-titik tertentu dikeluarkan setinggi 30 cm untuk terminal pembumian.
Penghantar terminal memakai CU 1 x 16 mm2 untuk BKT. CU 1 x 50 mm2 untuk
Netral Transformator BKT, Transformator dan Rak TR

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 79

Konstruksi penunjang.
Beberapa konstruksi penunjang terdapat pada kelengkapan konstruksi gardu yang
kebutuhannya disesuaikan setempat.
Kabel Tray harus terbuat dari bahan anti korosif untuk ' keperluan tiap-tiap 3 meter
jalur kabel.
Klem kabel untuk memperkuat dudukan kabel pada ikatan dinamis atau kabel tray
bisa terbuat dari kayu (Support cable).
- bolt clamp
- Spice plate
- plate bar
- Collar- penjepit kabel pada Rak TR/TM.
- Fisser ukuran 10 mm2 panjang 60 mm2 , 120 mm2
- Insulating bolt, baut dilapisi nilon, makrolon.
- Insulating slim, bahan bakelit, nilon, makrolon.
- Terminal hubung, plat dibawah sel TM.
- Clampping connector 0 9 mm2 , 13 mm2 , 17 mm2 .
- T- connector lunimog-clamp terbuat dari Cu.
- Angle clamp connector (knee-konektor)
- Connecting blok terbuat dari tembaga
- Straight clamp connector Untuk konstruksi pemasangan contoh pada
standard konstruksi
instalasi gardu PT. PLN (Persero).
2-4-5 Gardu Mobil
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa sebuah mobil
(diletakkan diatas mobil), sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang
membutuhkan. Oleh karenanya gardu mobil ini pada Gambar 2-43. Diagram Instalasi
Pembumian Gardu Distribusi Sistem Distribusi Tenaga Listrik 41 umumnya untuk
pemakaian sementara(darurat), yaitu untuk mengatasi kebutuhan daya yang sifatnya
temporer.
Secara umum ada dua jenis gardu mobil, yaitu pertama gardu mobil jenis
pasangan dalam (mobil boks) dimana semua peralatan gardu berada di dalam
bangunan besi yang mirip dengan gardu besi. Kedua, gardu mobil jenis pasangan
luar, yaitu gardu yang berada diatas mobil trailer, sehingga bentuk pisiknya lebih
panjang dan semua peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi
tampak dari luar. Gambar 2-44 memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu
mobil pasangan luar berada diatas trailer. Gardu distribusi jenis trailer ini umumnya
berkapasitas lebih besar daripada yang jenis mobil. Hal ini bisa dilihat dari
konstruksi peralatan penghubung yang digunakan.
Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang (bagian) yaitu,
bagian penyambungan/pemutusan sisi tegangan tinggi,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 80

bagian pengukuran sisi tegangan tinggi, bagian trafo distribusi dan bagian panel sisi
tegangan rendah. Keterangan gambar:

Pada gardu beton dan gardu metal bagian-bagian tersebut tersekat satu
dengan lainnya, sedang pada gardu tiang panel distribusi tegangan rendah diletakkan
pada bagian bawah tiang. Pada gardu distribusi, sistem pengaman yang digunakan
umumnya berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage), kawat
tanah (ground wire) untuk melindungi saluran fasa dari sambaran petir dan sistem
pentanahan untuk menetralisir muatan lebih, serta sekring pada sisi tegangan tinggi
(fuse cut out) untuk memutus rangkaian jika terjadi arus lebih (beban lebih). Gambar
2-44. Gardu mobil 42
Secara visual "Fuse Cut Out"
ini dari bawah (jauh) tampak sedang
on atau off. Arrester dipasang di
bagian luar gardu distribusi, yaitu pada
SUTM tempat penyam-bungan ke
gardu distribusi. "Fuse cut out"
dipasang dekat arrester atau bisa juga
dipasang di dalam gardu, jika jarak
antara titik penyambungan dan gardu
distribusi relatif jauh dan saluran
cabang menuju gardu distribusi
menggunakan kabel tanah. Untuk
gardu tiang dan gardu mobil "Fuse Cut
Out" di pasang pada bagian atas tiang
terdekat (titik jumper). Gambar 2-45
memperlihat kan sebuah pemutus
beban 20 kV tipe "Fuse Cut out"

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 81

2-5 Trafo Distribusi


2-5-1 Trafo Buatan Indonesia
Trafo distribusi yang digunakan di Indonesia saat ini pada umumnya adalah
trafo produksi dalam negeri. Ada lima pabrik trafo di Indonesia yaitu:

Trafo distribusi yang digunakan di Indonesia saat ini pada umumnya adalah
trafo produksi dalam negeri. Ada lima pabrik trafo di Indonesia yaitu: PT. UNINDO,
PT. TRAFINDO dan PT. ASATA di Jakarta; PT. MURAWA di Medan : PT. Bambang
Djaja di Surabaya. Ditinjau dari jumlah fasanya trafo distribusi ada dua macam, yaitu
trafo satu fasa dan trafo tiga fasa.
Trafo tiga fasa mempunyai dua tipe yaitu tipe tegangan sekunder ganda dan
tipe tegangan sekunder tunggal. Sedang trafo satu fasa juga mempunyai dua tipe
yaitu tipe satu kumparan sekunder dan tipe dua kumparan sekunder saling
bergantung, yang di kenal dengan trafo tipe "NEW JEC". Gambar 2-46
memperlihatkan sebuah trafo distribusi tiga fasa kelas 20 kV produksi PT. UNINDO
Jakarta menurut standarisasi DIN, Jerman Barat. Bak trafo dapat diisi dengan minyak
trafo biasa atau askarel (suatu bahan buatan) dan kelas ini untuk kapasitas daya lebih
kecil dari 1000 kVA.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 82

Dengan mengubah posisi "tap changer" tegangan sisi sekunder dapat diatur
dari 115 Volt sampai dengan 133 Volt. Keistimewaan trafo tipe New Jec ialah setiap
fasa terdiri dari satu tabung dapat diinstalasi untuk mendapatkan dua sistem
tegangan, yaitu sistem 127 Volt dan sistem 220 Volt,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 83

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 84

2-5-3 Bank Trafo


2-5-3-1 Bank trafo dengan ril sekunder
Yang dimaksud dengan bank trafo ialah menghubungkan paralel tegangan
pada sisi sekunder sejumlah trafo, yang semuanya disambungkan dengan jaringan
sisi primer yang sama. Gambar 2/53-55 memperlihatkan beberapa model bank trafo
(Transformer banking).

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 85

Hubungan dari trafo distribusi langsung ke pelayanan sekunder. Pelayanan


sekunder dibagi antara trafo-trafo dengan sekring sekunder. Dalam susunan ini jika
trafo mengalami gangguan, maka akan terjadi pemutusan pelayanan sekunder pada
kelompok trafo yang terganggu. Sebaliknya jika ada bagian pelayanan sekunder yang
terganggu, maka satu trafo pada kelompok beban tersebut terputus (trip).
2-5-3-3 Bank trafo dengan pengamanan lengkap
Trafo distribusi dihubungkan ke pelayanan sekunder dengan 2 buah "circuit breaker".
Maksudnya masing-masing trafo dilengkapi 2 buah breaker yang identik. Bila arus
lebih melalui sebuah dari breaker, maka breaker ini akan trip dan tidak bergantung
pada breaker yang lain. Untuk suatu kegagalan trafo, maka pengaman rangkaian
primer (FCO) akan terbuka (trip) bersama-sama kedua breaker sekunder.

BAB III
ALAT PEMBATAS
DAN PENGUKUR
3-1 Pembatas
Satuan arus ialah Ampere, sedangkan satuan daya ialah VA. Karena itu
pembatas arus listrik menggunakan satuan Ampere. Penggunaan pembatas disebut
sebagai penentuan demand (kebutuhan) pengguna. Besar arus trip pelebur atau
pemutus yang digunakan sebagai pembatas maksimum ditetapkan sebesar 10% di
atas arus nominal trafo yang dilindungi.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 86

Penggunaan pembatas sebagai salah satu interface antara PLN dengan


pelanggan, bila pelanggan memakai lebih pembatas akan bekerja, dan terjadi
pemadaman. Dari sudut pandang pelanggan kejadian ini berarti berkurangnya
keandalan suplai tenaga listrik.
Jenis-jenis alat pembatas yang paling banyak digunakan adalah jenis termis
dan elektromagnet. Beberapa jenis pembatas tersebut terdiri dari pembatas satu
kutub, dua kutub dan tiga kutub, seperti terlihat pada Gambar 3-1.

Gambar 3-1. Miniature Circuit Breaker (MCB)


Beberapa contoh MCB sesuai dengan peruntukannya dapat dilihat pada tabel 3-1,
berikut ini:

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 87

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 88

3-2 Pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan


Cara pemasangan pembatas type MCB ini sangatlah mudah, karena
konstruksi pada bagian bawah MCB sudah dilengkapi dengan ril, sehingga begitu ril
dipasang MCB tinggal memasukkan dari arah samping dan didorong sesuai dengan
posisi yang diinginkan.
Demikian pula dalam pengoperasian, tinggal mendorong ke atas untuk posisi
ON, dan menekan ke bawah untuk posisi OFF.
Dalam pemeliharaan, jika hal ini terkait dengan PLN maka
setting/peneraan/mengganti baru menjadi tanggung jawab PLN, sedang pada industri
umumnya diganti baru. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
pengaman, diantaranya peka, cepat reaksi, andal, dan harganya tidak terlalu mahal.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 89

3-3 Alat Ukur Energi Arus Bolak-balik


3-3-1 Prinsip-prinsip Kerja
Dalam alat ukur energi, kumparan-kumparan arus dan tegangan merupakan
suatu belitan pada dua buah magnet seperti tampak pada Gambar 3-2. Kumparan arus
akan membangkitkan fluks magnet, ( 1 , dengan nilai berbanding Iurus terhadap
besar arus. Sementara kumparan tegangan akan membangkitkan fluks magnet, (
v ).
Perputaran dari piringan aluminium terjadi karena interaksi dari kedua medan
magnet ini. Fluks magnetik akan
membangkitkan arus Eddy pada piringan
yang akan menghasilkan gaya yang
melawan arah putaran piringan. Gaya yang
dihasilkan berbanding lurus terhadap sudut
fasa antara fluks-fluks kumparan tegangan
dan kumparan arus, gaya maksimum akan
terjadi jika sudut fasanya 90 . Gaya ini
sebanding dengan daya aktif V I cos ,
yang sama dengan kecepatan putaran
piringan. Jumlah putaran dalam waktu
tertentu akan memberikan peng ukuran dari
energi yang digunakan karena energi =
daya x waktu.
Batang besi untuk piringan putar
dilekatkan pada penghitung putaran melalui
sistem gigi yang tepat yang dikalibrasikan untuk mengukur kilowatt hours (kWh)
yang merupakan satuan energi listrik.
3-3-2 Tang Ampere
Alat ukur tang ampere atau dikenal juga dengan sebutan Ampere meter jepit
bekerja dengan prinsip, yang sama dengan inti primer sebuah transformator arus
seperti tampak pada Gambar 3-3. Dengan alat
ukur tang ampere ini pengukuran arus dapat
dilakukan tanpa memutuskan suplai listrik
terlebih dahulu. Konstruksi dari alat ukur tang
ampere ini diperlihatkan pada Gambar 3-3.
3-3-3 Register
Satu alat mengintegrasikan dan
memperlihatkan jumlah perputaran dari
kepingan disebut register. Register dibuat
sebagai petunjuk diperlihatkan dalam Gambar
3-4a, yang mempergunakan penunjuk untuk
memperlihatkan jumlah perputaran. Di samping itu terdapat pula register cydometris
yang diperlihatkan pada Gambar 3-4b yang mempergunakan roda-roda angka.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 90

3-3-4

Transformator untuk Alat-alat Pengukuran


Dalam keadaan arus searah, maka untuk memperbesar daerah pengukuran
suatu tahanan shunt atau seri dipergunakan. Untuk kepentingan yang sama maka
dalam keadaan pemakaian pada arus bolak balik, suatu transformer khusus yang
dikenal sebagai transformator alat-alat pengukuran dipergunakan. Dalam prinsipnya
suatu transformator alat pengukur adalah identik dengan transformator daya, akan
tetapi dalam transformator alat-alat pengukuran yang dipentingkan bukanlah
kerugian-kerugian daya, akan tetapi kesalahan-kesalahannya. Suatu keadaan yang
menguntungkan dalam penggunaan transformator alat-alat pengukuran adalah,
bahwa alat pengukur akan mungkin diisolasikan dari pada jaringan-jaringan utama.
Transformator untuk alat-alat pengukuran dapat berupa transformator untuk arus dan
tegangan. Transformator untuk
arus
dikenal
sebagai
transformator arus (TA), dan
transformator untuk tegangan
dikenal sebagai transformator
tegangan (TP). Penggunaan
transformator- transformator
tersebut
pada
umumnya
dilakukan pada frekuensifrekuensi komersiil akan tetapi kadang-kadang pula dipergunakan pada frekuensi
audio.
3-3-4-1 Prinsip-prinsip Kerja
Dalam Gambar 3-5 diperlihatkan transformator yang mempunyai lilitan
primer N1, dan lilitan sekunder sebanyak N2, yang dihubungkan dengan beban Z
pada lilitan-lilitan sekundemya. Dengan lilitan primernya dihubungkan dengan
sumber daya arus bolak balik seperti diperlihatkan pada Gambar 3-5(a), rasio dari
lilitan-lilitan adalah n = N1/N2. Misal tegangan primer arus V1, dan tegangan
sekunder V2, arus primer I1, dan arus sekunder I2.
Mengingat suatu transformator yang ideal akan memenuhi persamaanpersamaan:
V 1=n V 2 (3.1)
1
I1 =
I
(3.2)
n 2
maka persamaan antara tegangan primer dan tegangan sekunder, serta antara arus
primer dan arus sekunder hanya ditentukan oleh rasio dari lilitan-lilitan. Akan tetapi

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 91

dalam prakteknya, sebagian dari arus I, dipakai untuk membangkitkan fluksi


magnitis di dalam kumparan besi. Nyatakanlah bagian ini sebagai Io, maka:
n I 1 =I 2 + I o (3.3)
Kemudian arus primer I 1 , membangkitkan fluksi magnitis 1 , yang
hanya memotong kumparan-kumparan primer yang mengakibatkan adanya satu
reaktansi X 1 , yang dihubungkan di dalam seri dengan kumparan-kumparan
primer. Akan tetapi disamping reaktansi ini umparan primer masih mempunyai
tahanan rx. Jadi dengan kombinasi r1, dan x1, kumparan primer dapat dianggap
sebagai kumparan ideal yang dihubungkan secara seri dengan suatu impedansi (r1 +
jx1). Impedansi ini akan disebut impedansi kebocoran primer; kumparan sekunder
dapat pula dianggap sebagai kumparan ideal yang dihubungkan secara seri dengan
impedansi bocor (r1 + jx2). Jadi cara kerja dari transformator ini dapat dinyatakan
dengan Gambar 3-5(b). Oleh sebab itu maka persamaan-persamaan diatas tidak
berlaku. Arus IO disebut arus magnitisasi, dan YO disebut aknitansi magnitisasi. Rasio
V 1n
=K n (3.4)
V 2n
dimana V1n dan V2n. adalah harga-harga nominal dari tegangan- tegangan primer dan
sekunder dari transformator, dan rasio
I 1n
=K n (3.5)
I 2n
dimana I1n dan I2n adalah harga-harga nominal dari arus-arus primer dan sekunder,
disebut rasio-rasio transformator nominal yaitu untuk masing-masing arus dan
tegangan. Bila, rasio transformator yang sebenarnya, dinyatakan dengan K maka
untuk transformator tegangan,
V
K= 1 (3.6)
V2
dan dengan demikian, maka kesalahan transformasi atau juga disebut kesalahan ratio
dapat dinyatakan sebagai
K K K n V 2 V 1
= n
=
(3.7)
K
V1
atau
K V V 1
= n 2
100 (3.8)
V1
Demikian pula dalam keadaan yang sama maka kesalahan ratio untuk
transformator arus dapat dinyatakan sebagai
K I I
= n 2 1 100 (3.9)
I1
Dalam pengukuran daya dengan mempergunakan transformatortransformator
pengukuran, maka terdapat suatu masalah yang disebabkan oleh persamaanpersamaan fasa antara ( 1 dan 2 , lagi pula berkaitan dengan I1 dan I2. Bila
V2 atau I2, yang didapatkan dengan memutarkan fasor-fasor dari kebesaran sekunder
dengan 180o mempunyai fasa di depan terhadap V1 atau I1, maka secara konvensionil
disebutkan, bahwa perbedaan fasa dari transformator adalah positif. Besar perbedaan
fasa ini dinyatakan dalam menit. Impedansi beban pada transformator ini disebut
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 92

beban, dan besarnya dinyatakan dalam daya nyata atau VA, sesuai dengan hargaharga nominal dari kebesaran- kebesaran sekunder. Sebagai contoh, bila beban dari
suatu transformator adalah 100 VA, dan tegangan nominal dari transformator adalah
110 V, maka Zb = 1102/100 = 121 . Demikian pula bila beban dari suatu
transformator arus adalah 20 VA dan arus nominal sekunder adalah 5 A, maka Zb =
20/52 = 0,8 . Sebagai catatan, maka komponen reaktif dari beban biasanya,
dinyatakan dengan factor kerjanya, sebagai contoh misalnya beban 20 VA, faktor
kerja 0,8.
3-3-4-2 Transformator-transformator Arus
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 3-6, transformator arus dipergunakan dengan
dihubungkannya dalam seri kumparan primernya dengan beban, kumparan
sekundernya dihubungkan dengan sirkit arus dari alat pengukur amper atau alat
pengukur watt. Dalam transformator arus, kesalahan terjadi terutama disebabkan oleh
adanya magnitisasi, yang didapat dari sebagian arus primer.

Gambar 3-6. Transformator Arus


Gambar 3-7. Jenis-jenis Trafo Arus
Arus magnitisasi tersebut yang akan membangkitkan fluksi di dalam inti
magnitnya. Untuk membuat kesalahan ini kecil maka inti besi dibuat dari material
yang mempunyai permeabilitas yang tinggi dan jumlah lilitan diperbanyak.
Disamping ini, maka jumlah lilitan dari kumparan sekunder dalam banyak hal
dikurangi dengan I % bila dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh
transformator nominalnya. Cara-cara untuk membuat lilitan dari transformator arus
adalah sebagai berikut. Terdapat pada dasarnya dua cara pokok yaitu yang
menghasilkan transformator arus dari type lilitan dan dari type tusukan. Dalam type
lilitan maka kedua kumparan primer dan sekunder dililitkan melalui satu inti besi
sedangkan dalam type tusukan, maka sebagai kumparan primer dipergunakan satu
konduktor tunggal yang ditusukkan melalui jendela yang dibentuk dari inti-inti
besinya.
Disamping tipe lilitan dan tusukan tersebut, masih terdapat apa yang dikenal
sebagai tipe jendela dimana lilitan primernya tidak diberikan akan tetapi pemakai
dapat membentuknya sendiri pada saat penggunaannya dengan memberikan
sejumlah lilitan yang diperlukan pada sisi primemya. Tipe lilitan dipergunakan pada
umumnya bila harga nominal dari arus primer adalah di bawah 1.000 A. Sedangkan
tipe-tipe lainnya dipergunakan pada arus-arus primer yang mempunyai harga
nominal lebih tinggi.
Cara-cara menempatkan isolasi adalah sebagai berikut. Pada umumnya
terdapat tiga isolasi, yaitu isolasi kering, yang hanya mempergunakan isolasi udara,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 93

di samping isolasi-isolasi yang terdapat pada pengantar masing-masing, yang


biasanya mempergunakan pengantar-pengantar khusus diperuntukkan lilitan-lilitan
transformator; isolasi kering padat dimana lilitan-lilitan dimasukkan ke dalam zat
yang pada mulanya adalah cair, akan tetapi dalam keadaan akhimya membeku dan
dengan demikian maka seluruh lilitan-lilitan tersebut terdapat di dalam suatu rumah
yang dibentuk oleh material isolasi yang telah membeku tersebut. Isolasi minyak
dimana kumparan-kumparan dimasukkan di dalam suatu bejana yang berisi minyak
khusus untuk isolasi. Seleksi dari pada cara-cara isolasi tersebut tergantung kepada
penggunaan dari pada transformator, arus atau tegangan, pula dari pada jala-jala
dimana transformator, arus tersebut dipergunakan.
Gambar 3-7 memperlihatkan transformator arus yang dipergunakan dalam
jala-jala tegangan tinggi. Transformator tersebut ditempatkan pada suatu isolator
tegak yang tinggi. Bila kumparan sekunder dari transformator arus dibuka sedangkan
arus primemya mengalir maka tidak ada arus sekunder yang mengalir, dan arus
primer secara menyeluruh dipakai untuk magnitisasi. Hasilnya adalah kerugiankerugian besi akan menaik secara berlebihan dan akan memungkinkan menyebabkan
pemanasan yang sangat besar atau tegangan yang diinduksikan pada kumparan
sekunder akan mungkin menaik secara berlebihan sehingga menyebabkan isolasiisolasinya pecah dan tidak mungkin menahan tegangan yang demikian besamya. Jadi
pada penggunaan transformator arus tidak diperkenankan untuk membuka
kumparan-kumparan sekundemya bila arus primernya mengalir. Sebagai contoh, bila,
dalam penggunaan diperlukan untuk mengganti sesuatu alat pengukur pada jaringanjaringan sekunder dari transformator arus, adalah suatu keharusan untuk
menghubung pendek kumparan-kumparan arus terlebih dahulu.
3-3-4-3 Transformator Tegangan
Seperti diperlihatkan pada Gambar 3-8 transformator tegangan dipergunakan dengan
menghubungkan kumparan-kumparan primernya secara paralel dengan beban, dan
kumparan sekundernya dihubungkan dengan sirkit tegangan dari pengukur Volt atau
pengukur Watt. Dengan cara demikian, maka kumparan primer dan sekunder
diisolasikan secara cukup dari satu dan lainnya, sehingga tegangan tinggi bisa
ditransformasikan ketegangan rendah, untuk keperluan pengukuran dengan aman.
Dalam kebanyakan penggunaan maka tegangan primer adalah di bawah 300 kV. Pada
transformator tegangan, suatu kesalahan negatif sering terjadi, yang disebabkan oleh
adanya kerugian tegangan pada kumparan-kumparan sekundernya dan arus
magnitisasinya. Untuk mengkompensasikan kesalahan ini, maka jumlah lilitan pada
tegangan primer sedikit dikurangi dari pada rasio nominal dari lilitan-lilitannya.
Cara-- cara isolasi sama untuk transformator arus pada Gambar 3-9 memperlihatkan
transformator tegangan yang biasanya dipergunakan.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 94

3-3-4-4 Pembagi Tegangan Kapasitip


Penggunaan dari transformator tegangan yang dijelaskan pada paragraf yang
lalu terbatas dalam penggunaannya kira-kira pada 300 kV. Untuk pengukuran pada
tegangan yang lebih tinggi, pembagi tegangan kapasitip seperti diperlihatkan pada
Gambar 3-10 lebih menguntungkan terutama karena masalah-masalah isolasinya
lebih
mudah
dipecahkan.

Akan tetapi karena pengambilan langsung dari arus melalui terminalterminal


pengukurannya akan mungkin menyebabkan kesalahan yang besar, suatu induktansi
ditempatkan seperti diperlihatkan pada Gambar 3- 10(b). Dengan cara ini, dan karena
adanya resonansi maka ratio dari V1, ke V2 hanya tergantung kepada C1 dan C2 dan
tidak dipengaruhi oleh beban. Alat pembagi tegangan, tersebut disebut sebagai
pembagi tegangan kapasitip. Dengan melihat pada Gbr. 3-10(b),
V2
Zb
1/Y
=
+
(3.10)
V 1 1/ jC +1 /Y jL+ Z b
1
Y = jC +
(3.11)
jL+Z b
Dengan demikian
V 2 C1 +C 2 1 2 L(C 1+ C2 )
=
+
(3.12)
V1
C1
j C 1 Z b
Bila konstanta-konstanta di atas dipilih sehingga memenuhi hubungan
2
(3.13)
L(C1 +C 2)=1
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 95

maka persamaan berikut ini didapatkan


V 2 C1 +C 2
=
(3.14)
V1
C1
Jadi V1/V2, tidak tergantung dari beban, yaitu Z b. Akan tetapi karenapersamaan 4.54
tergantung dari frekuensi maka V1/V2 akan mempunyaikarakteristik frekuensi.

3-3-4-5 Pengukuran arus pada jaringan


Bila arus yang melalui suatu jaringan akan diukur sedangkan tidak
memungkinkan memotong jaringan tersebut untuk menghubungkan alat pengukur
ampere, atau melalui suatu transformator arus, maka penggunaan dari alat ukur
ampere jaringan, akan merupakan pemecahan yang sangat baik. Seperti diperlihatkan
dalam Gambar 3-11(a), alat ukur ampere jaringan dibuat dengan kumparan besi
dalam bentuk seperti garpu yang mempunyai banyak lilitan, dan membentuk
kumparan sekunder, dan satu pengantar sebagai kumparan primer dari satu lilitan,
yang terdiri dari pengantar dimana arus yang akan diukur mengalir. Bila pengantar
ditempatkan di antara inti besi seperti diperlihatkan dalam gambar, arus sekunder
yang berbanding lurus dengan arus yang akan diukur didapat pada penunjukan dari
alat pengukur ampere. Akan tetapi dengan cara pengukuran ini dimana jalan magnitis
tidak menutup, maka kesalahan-kesalahan yang tergantung dari

posisi pemasukan dari pengantar ke dalam inti, ditambah pula kesalahan bentuk
gelombang dan frekuensi adalah besar. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan
tersebut maka alat ukur ampere yang digantungkan seperti diperlihatkan dalam
Gambar 3-12(b) lebih baik dipergunakan. Dalam alat ukur ini jalan garis-garis
magnit hanya terbuka pada saat memasukan pengantar ke dalam inti besi, sedangkan
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 96

garis-garis magnit tersebut menutup pada saat pengukuran dijalankan.


3-4 Jenis-jenis kWH Meter
Berdasarkan kebutuhan pelayanan kWh meter dapat dibedakan menjadi 2
Jenis, yaitu:
3-4-1 kWh meter 1 phasa
kWh meter jenis ini sering kita jumpai dan lebih dikenal karena kWh ini
banyak terpasang di rumah-rumah. kWh meter 1 phasa mempunyai kemampuan
tegangan 127/220 V dan 220/380 V, 5(20) A, 50 Hz dan digunakan untuk daya
sampai 4400 VA. Di bawah adalah gambar pengawatan kWh meter I phasa 2 kawat.

3-4-2 kWh meter 3 phasa


kWh meter ini banyak digunakan di industri-industri ataupun rumah mewah.
kWh meter 3 phasa dapat dibedakan lagi menjadi 2 macam menurut diagram
pengawatannya (jumlah kawat), yaitu:
3-4-2-1 kWh meter 3 phasa 4 kawat
kWh meter 3 phasa 4 kawat adalah yang paling umum digunakan atau
terpasang di industri-industri. Hal ini disebabkan dalam pengawatan dan
pemasangannya lebih mudah untuk dikerjakan. Oleh karena tegangannya 3 phasa,
maka kWh meter ini mempunyai 3 kumparan arus, 3 kumparan tegangan, dan 3
kumparan pengatur cos . kWh meter ini dilengkapi 2 register (angka pencatat
energi), yaitu yang satu untuk beban maksimum (WBP) sedangkan yang lain untuk
beban normal (LWBP). Untuk diketahui, beban puncak biasanya diberlakukan mulai
pukul 18.00 - 22.00. KWh meter ini juga dilengkapi 10 terminal untuk
penyambungan ke beban dan 2 terminal untuk penyambungan ke timer (sebagal
pemindah register). Gambar rangkaian dari kWH meter 3 phasa 4 kawat dapat dilihat
pada gambar 3-14.
3-4-2-2 kWh meter 3 phasa 3 kawat
Sekarang ini kWh meter 3 phasa 3 kawat
sedang
direkomen
dasikan
pemakaian/
pemasangannya pada industri-industri. Hal ini
dikarenakan konstruksinya dan pengawatannya
sederhana, sehingga dalam, pemasangannya lebih
efisien dan ekonomis (untuk beban seimbang
tanpa netral (A).
Perbedaan kWh meter 3 phasa 3 kawat
dengan kWh meter 3 phasa 4 kawat adalah, kWh
meter 3 phasa 3 kawat ini hanya mempunyai 2
kumparan tegangan, 2 kumparan arus, 2 pengatur
cos serta, 7 terminal beban. Sama halnya

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 97

dengan kWh meter 3 phasa 4 kawat, kWh meter 3 phasa 3 kawat ini uga dilengkapi
dengan 2 register dan 2 terminal timer. Pada kWh meter ini tidak terdapat kawat nol
(netral), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3-15, di bawah ini.
Ketiga jenis kWh meter di atas
merupakan alat ukur yang cara bekerjanya
secara analog. Tetapi dewasa ini telah
diciptakan kWh meter elektromik (digital) dan
sampai saat ini banyak yang sudah
menggunakannya, khususnya untuk pelangganpelanggan besar atau industri yang daya
terpasangnya di atas 200 kVA.
Dengan
memasang
kWh
meter
elektronik ini dapat memudahkan kinerja PLN
dalam mengecek pemakaian energy listrik para
pelanggan. Hal ini dikarenakan kWh meter
elektronik ini dihubungkan ke sebuah modem,
sehingga dapat diakses secara on-line dengan
komputer. Dari pernasangan kWh meter elektronik dapat diketahui arus tiap phasa,
tegangan tiap phasa, faktor kerja ( cos ) tiap phasa, frekuensi dan daya.
kWh meter elektronik ini dilengkapi dengan baterai 9 Volt dan pada modem
terdapat kartu handphone yang digunakan untuk pernanggilan (akses). Gambar 3-16
menunjukkan bentuk dari kWh meter elektronik tersebut.
3-4-3 Meter Standar
Suatu kWh meter yang akan dipasang pada pelanggan sebelumnya harus
sudah dilakukan peneraan terhadap kesalahan- kesalahan (error) kWh meter sesuai
dengan batas dan kelasnya. Peneraan ini menggunakan suatu alat yang disebut meter
standar. Meter standar adalah suatu alat ukur energi yang dibuat khusus dengan
ketelitian tertentu. Meter standar ini digunakan sebagai alat pembanding kesalahankesalahan (error) pada kWh meter. Karena fungsinya sebagai pembanding, maka,
meter standar ini memiliki akurasi kesalahan sampai dengan 0,5 % dan
spesifikasinya, adalah 127 V, 5 A dan 500 rev/kWh.
Meter standar ini dihubungkan ke alat penghubung yang dinamakan meja
tera. Jadi dalam pelaksanaan pengujian, meter standar tidak langsung dihubungkan
ke kWh meter yang diuji melainkan melalui meja tera lebih dahulu. Suatu pengujian
kWh meter dapat dilakukan sampai 3-20 buah kWh meter secara bersamaan. Gambar
3-17 memperlihatkan bentuk meter standar.
3-4-4 Sistem Pengamanan kWh Meter
Seperti yang telah diketahui bahwa PLN sering mengalami kerugiankerugian, ini tidak hanya pada material namun juga energi listrik yang secara
langsung pada kerugian finansial. Kerugian-kerugian PLN sering disebabkan adanya
pelanggaran-pelanggaran energi listrik yang dilakukan para pelanggan. Banyak cara
yang dilakukan pelanggan dalam melakukan pelanggaran energi listrik. Salah
satunya adalah dengan membuka/merusak segel kWh meter. PLN sebagai
perusahaan listrik negara dalam hal ini sudah mengantisipasi tindakan-tindakan
pencurian tersebut dengan memberikan segel-segel di bagian alat ukur, antara lain:

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 98

- Segel kWh meter


Segel terminal
- Segel terminal kWh
- Segel clock (jam)
- Segel kVARh meter
- Segel jendela APP
- Segel terminal kVArh
Segel pintu APP
- Segel kVA max
Seiring
dengan
kemajuan jaman yang serba
canggih ini, PLN juga
memanfaatkannya
untuk
keperluan sistem pengamanan
kWh
meter.
Sistem
pengamanan ini berupa kunci elektronik (cyber key). Dinamakan kunci elektronik
karena kunci ini dilengkapi bateri 9 volt, validator dan didalamnya menggunakan
software. Fungsi validitor adalah sebagai alat penghubung dari kunci elektronik ke
komputer yang digunakan untuk memasukkan (download) data. Kunci elektronik ini
mempunyai nomor seri atau alamat sehingga dalam memasukkan data tidak terjadi
kesalahan. Seperti pada umumnya, kunci elektronik terdiri dari 2 bagian yaitu kunci
dan gembok. Pemasangan kunci elektronik ialah khusus untuk pelanggan yang
dayanya di atas 200 kVA (industri-industri) dan dipasang pada pintu APP (Alat
Pembatas dan Pengukur) dari suatu gardu listrik.
Cara penggunaan kunci elektronik ialah apabila petugas PLN akan
mengadakan pengecekan kWh meter di suatu industri, maka pemegang kunci
memberikan kunci elektronik yang sebelumnya telah dimasukkan datanya ke
komputer. Kemudian pada pukul 21.00 dengan sendirinya kunci elektronik akan
mengirimkan laporannya ke komputer, sehingga di computer dapat diketahui jam
berapa gardu dibuka.

3-4-5 Peneraan kWh Meter


3-4-5-1 Peneraan kWh meter 3 phasa 4 kawat dengan metode Meter Standard
kWh meter yang akan dipasang (di pelanggan), terlebih dahulu harus melalui
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 99

suatu proses yang disebut peneraan. Tujuan dari peneraan adalah agar kesalahan
penunjukkan kWh meter yang terjadi berada dalam batas-batas yang diizinkan.
Peneraan kWh meter dapat dilakukan antara lain dengan melalui Meter Standard,
Watt Meter dan Stopwatch. Jika kita menera kWH meter dengan Meter Standard,
peneraan dengan cara ini adalah membandingkan energi yang ditunjukkan kWh
meter yang ditera dengan energi yang ditunjukkan di Meter Standard. Dan kWh
meter yang kita tera adalah kWh meter 3 phasa 4 kawat karena semua kWh meter
baik 1 phasa 2 kawat dan 3 phasa 3 kawat prinsipnya sama dalam melakukan
peneraan.
Langkah-langkah peneraan kWh meter adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan visual dan mekanis
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya cacat pada
meter. Kemudian tutup meter dilepas dan memeriksa bagian- bagian meter, antara
lain:
1) Kotak meter
2) Rangkaian register
3) Kekencangan sekrup
4) Kebersihan bagian dalam meter, terutama sela pada bagian magnet
peredaman
5) Dan bagian lain yang dianggap perlu
Setelah pemeriksaan di atas selesai, langkah selanjutnya yaitu kumparan arus
dan kumparan tegangan kWh meter dihubungkan ke meja tera/Meter Standard.
Kumparan arus dibubung seri sedangkan kumparan tegangan dihubung paralel.
b. Pemanasan awal
Sebelum peneraan dilaksanakan, dilakukan pemanasan awal terlebih dahulu.
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan pemanasan sesuai dengan temperatur
kerja kWh meter, guna memperoleh kestabilan hingga kesalahan akibat perbedaan
suhu menjadi minimum. Pemanasan ini dilakukan selarna 30 sampai 60 menit
dengan memberikan arus dan tegangan nominal pada cos X = 1.
c. Pengujian register
Pengujian register ini dilakukan pada waktu pemanasan awal. Jadi disamping
menjalankan kWh meter juga dilihat penunjukan register. Maksud dari pengujian ini
adalah untuk membuktikan kebenaran dari konstanta meter yang ditera. Jika dalam
pengujian ini terjadi kesalaban menghubungkan kabel ke kumparan arus maupun
tegangan, maka register tidak berputar. Cara pengujian konstanta (c) meter dengan
satuan jumlah putaran per kWh meter ada 2 cara, yaitu:
1) Menghitung jumlah putaran piringan dan selisih penunjukkan
register
Dengan cara ini, konstanta (c) yang diperoleh sebagai berikut:
n
putaran
c=
(3.15)
B A kWh
dimana:
c = konstanta
n = putaran piringan
A = posisi awal register dalam kWh

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 100

B = posisi akhlr register dalam kWh


(SPLN. 60-3: 1992)
2) Menghitung selisih penunjukkan register dalam membandingkan
dengan energi pada Meter Standard
Dengan cara ini, pertama-tama kita harus mengetahui selisih
penunjukkan register, kemudian membandingkan energi yang ditunjukkan
register. Jadi selisih register harus sama atau mendekati energi (E) yang
dirumuskan:
E= p t (3.16)
dimana:
E = Energi (kWh)
p = Penunjukkan meter (watt)
t = Waktu Oarn) (SPLN. 60-3: 1992)
Kelemahan cara ini adalah bahwa suplai harus stabil.
3) Pemeriksaan kopel penahan (perputaran tanpa beban)
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui bahwa piringan kWh
meter bila arus = 0, maka piringan kWh meter tidak boleh berputar. Cara
pemeriksaan ini adalah kumparan tegangan diberi tegangan antara 80% - 110% tegangan nominal dan kumparan arus dalam keadaan tanpa arus
(tidak diberi arus).
4) Pemeriksaan arus mula
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa nilai arus
terkecil suatu kWh meter yang sanggup memutar piringan terus mencrus.
Langkah ini dilakukan dengan cara:
- Kumparan tegangan diberi tegangan nominal
- Kumparan arus diberi arus sesuai dengan tabel di bawah ini dengan
faktor daya 1

5) Pemeriksaan keseimbangan kopel


Tujuan pengujian Ini adalah untuk menghindarkan meter dari
kesalahan ukur yang melampaui batas, bila meter dibebani beban tak
seimbang. Keseimbangan kopel, tercapai bila piringan tidak berputar.
Keseimbangan ini diperiksa dengan memberikan tegangan nominal pada
dua kumparan tegangan secara paralel dan arus dasar pada cos = 1
pada dua kumparan arus yang dihubung seri tetapi dengan polaritas yang
berlawanan. Sehingga diperoleh besar kopel putar yang sama besar tiaptiap phasa.
6) Pengujian karakteristik beban

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 101

Dari langkah-langkah peneraan di atas, pengujian karakteristik beban


merupakan langkah yang paling utama. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kesalahan ukur suatu meter untuk berbagai nilai arus dengan
batas kesalahan yang diizinkan.
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan nominal dan
memberikan arus sesuai dengan titik tera. Pengujian karakteristik beban dilakukan
pada:
1) Titik Tera 1, yaitu dengan memberikan arus pada kumparan arus sebesar
1001% Id (Arus dasar meter) dengan faktor daya (untuk tera beban penuh
(FL))
2) Titik Tera 2, yaitu dengan memberikan arus pada kumparan arus sebesar
100% Id (Arus dasar meter) dengan faktor daya 0,5 (untuk tera faktor
daya (PF))
3) Titik Tera 3, yaitu dengan memberikan arus pada kumparan arus sebesar
5% Id (Arus dasar meter) dengan faktor daya 1 ( untuk tera beban rendah
(LL)
Jika dalam pengujian di atas kesalahannya melebihi batas yang diizinkan,
maka dilakukan penyetelan, antara lain:
1) Pada Titik Tera 1, penyetelan dilakukan dengan mengatur shunt magnetis
rem magnet, yang pada kWh meter ditandai dengan tulisan FL
2) Pada Titik Tera 2, penyetelan dilakukan dengan mengubah kedudukan alat
penyetel faktor daya.
3) Pada Titik Tera 3, penyetelan dilakukan pada alat penyetelan Beban
rendah, yang pada kWh meter ditandai dengan tulisan LL
Di bawah ini adalah tabel batas kesalahan presentase yang dlizinkan.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 102

Di tinjau dari besarnya daya maupun tingkat tegangan pada pelanggan, yaitu
pelanggan TT-TM, TM-TM, TM-TR, dan TR-TR baik untuk pasangan luar maupun
pasangan dalam. Oleh karenanya disini hanya di tunjukkan beberapa saja dimana
sudah dianggap mewakili dari masing-masing jenis tersebut.
Pengukuran yang dipentingkan bukanlah kerugian-kerugian daya, akan tetapi
kesalahan-kesalahannya. Suatu keadaan yang menguntungkan dalam penggunaan
transformator alat-alat pengukuran adalah, bahwa alat pengukur akan mungkin
diisolasikan dari pada jaringan-jaringan utama. Transformator untuk alat-alat
pengukuran dapat berupa transformator untuk arus dan tegangan. Transformator
untuk arus dikenal sebagai transformator arus (TA), dan transformator untuk
tegangan dikenal sebagai transformator tegangan (TP). Penggunaan transformatortransformator tersebut pada umumnya dilakukan pada frekuensi-frekuensi komersiil
akan tetapi kadang-kadang pula dipergunakan pada frekuensi audio.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 103

3-3-4-1 Prinsip-prinsip Kerja


Dalam Gambar 3-5 diperlihatkan transformator yang mempunyai lilitan primer N1,
dan lilitan sekunder sebanyak N2, yang dihubungkan dengan beban Z pada lilitanlilitan sekundemya. Dengan lilitan primernya dihubungkan dengan sumber daya arus
bolak balik seperti diperlihatkan pada Gambar 3-5(a), rasio dari lilitan-lilitan adalah
n = N1/N2. Misal tegangan primer arus V1, dan tegangan sekunder V2, arus primer
I1, dan arus sekunder I2.
Mengingat suatu transformator yang ideal akan memenuhi persamaanpersamaan:

maka persamaan antara tegangan primer dan tegangan sekunder, serta antara arus
primer dan arus sekunder hanya ditentukan oleh rasio dari lilitan-lilitan. Akan tetapi
dalam prakteknya, sebagian dari arus I, dipakai untuk membangkitkan fluksi
magnitis di dalam kumparan besi. Nyatakanlah bagian ini sebagai Io, maka:
n l1 = - I2 + Io.
(3.3)
Kemudian arus primer I1, membangkitkan fluksi magnitis )1, yang hanya memotong
kumparan-kumparan primer yang mengakibatkan adanya satu reaktansi X1, yang
dihubungkan di dalam seri dengan kumparan-kumparan primer. Akan tetapi
disamping reaktansi ini kumparan primer masih mempunyai tahanan rx. Jadi dengan
kombinasi r1, dan x1, kumparan primer dapat dianggap sebagai kumparan ideal yang
dihubungkan secara seri dengan suatu impedansi (r1 + jx1). Impedansi ini akan
disebut impedansi kebocoran primer; kumparan sekunder dapat pula dianggap
sebagai kumparan ideal yang dihubungkan secara seri dengan impedansi bocor (r1 +
jX2). Jadi cara kerja dari transformator ini dapat dinyatakan dengan Gambar 3-5(b).
Oleh sebab itu maka persamaan-persamaan diatas tidak berlaku. Arus IO disebut arus
magnitisasi, dan YO disebut aknitansi magnitisasi. Rasio

dimana V1n dan V2n. adalah harga-harga nominal dari tegangan- tegangan primer
dan sekunder dari transformator, dan rasio

dimana I1n dan I2n adalah harga-harga nominal dari arus-arus primer dan sekunder,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 104

disebut rasio-rasio transformator nominal yaitu untuk masing-masing arus dan


tegangan. Bila, rasio transformator yang sebenarnya, dinyatakan dengan K maka
untuk transformator tegangan,

dan dengan demikian, maka kesalahan transformasi atau juga disebut kesalahan ratio
dapat dinyatakan sebagai

Demikian pula dalam keadaan yang sama maka kesalahan ratio untuk transformator
arus dapat dinyatakan sebagai

Dalam pengukuran daya dengan mempergunakan transformatortransformator


pengukuran, maka terdapat suatu masalah yang disebabkan oleh persamaanpersamaan fasa antara ()1 dan )2, lagi pula berkaitan dengan I1 dan I2. Bila V2 atau
I2, yang didapatkan dengan memutarkan fasor-fasor dari kebesaran sekunder
dengan 180O mempunyai fasa di depan terhadap V1 atau I1, maka secara
konvensionil disebutkan, bahwa perbedaan fasa dari transformator adalah positif.
Besar perbedaan fasa ini dinyatakan dalam menit. Impedansi beban pada
transformator ini disebut beban, dan besarnya dinyatakan dalam daya nyata atau VA,
sesuai dengan harga-harga nominal dari kebesaran- kebesaran sekunder. Sebagai
contoh, bila beban dari suatu transformator adalah 100 VA, dan tegangan nominal
dari transformator adalah 110 V, maka Zb = 1102 /100 = 121 :. Demikian pula bila
beban dari suatu transformator arus adalah 20 VA dan arus nominal sekunder adalah
5 A, maka Zb = 20/52 = 0,8 :. Sebagai catatan, maka komponen reaktif dari beban
biasanya, dinyatakan dengan faktor kerjanya, sebagai contoh misalnya beban 20 VA,
faktor kerja 0,8.
3-3-4-2 Transformator-transformator Arus
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 3-6, transformator arus dipergunakan dengan
dihubungkannya dalam seri kumparan primernya dengan beban, kumparan
sekundernya dihubungkan dengan sirkit arus dari alat pengukur amper atau alat
pengukur watt. Dalam transformator arus, kesalahan terjadi terutama disebabkan oleh
adanya magnitisasi, yang didapat dari sebagian arus primer.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 105

Arus magnitisasi tersebut yang akan membangkitkan fluksi di dalam inti


magnitnya. Untuk membuat kesalahan ini kecil maka inti besi dibuat dari material
yang mempunyai permeabilitas yang tinggi dan jumlah lilitan diperbanyak.
Disamping ini, maka jumlah lilitan dari kumparan sekunder dalam banyak hal
dikurangi dengan I % bila dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh
transformator nominalnya. Cara-cara untuk membuat lilitan dari transformator arus
adalah sebagai berikut. Terdapat pada dasarnya dua cara pokok yaitu yang
menghasilkan transformator arus dari type lilitan dan dari type tusukan. Dalam type
lilitan maka kedua kumparan primer dan sekunder dililitkan melalui satu inti besi
sedangkan dalam type tusukan, maka sebagai kumparan primer dipergunakan satu
konduktor tunggal yang ditusukkan melalui jendela yang dibentuk dari inti-inti
besinya. Disamping tipe lilitan dan tusukan tersebut, masih terdapat apa yang dikenal
sebagai tipe jendela dimana lilitan primernya tidak diberikan akan tetapi pemakai
dapat membentuknya sendiri pada saat penggunaannya dengan memberikan
sejumlah lilitan yang diperlukan pada sisi primemya. Tipe lilitan dipergunakan pada
umumnya bila harga nominal dari arus primer adalah di bawah 1.000 A. Sedangkan
tipe-tipe lainnya dipergunakan pada arus-arus primer yang mempunyai harga
nominal lebih tinggi.
Cara-cara menempatkan isolasi adalah sebagai berikut. Pada umumnya
terdapat tiga isolasi, yaitu isolasi kering, yang hanya mempergunakan isolasi udara,
di samping isolasi-isolasi yang terdapat pada pengantar masing-masing, yang
biasanya mempergunakan pengantar-pengantar khusus diperuntukkan lilitan-lilitan
transformator; isolasi kering padat dimana lilitan-lilitan dimasukkan ke dalam zat
yang pada mulanya adalah cair, akan tetapi dalam keadaan akhimya membeku dan
dengan demikian maka seluruh lilitan-lilitan tersebut terdapat di dalam suatu rumah
yang dibentuk oleh material isolasi yang telah membeku tersebut. Isolasi minyak
dimana kumparan-kumparan dimasukkan di dalam suatu bejana yang berisi minyak
khusus untuk isolasi. Seleksi dari pada cara-cara isolasi tersebut tergantung kepada
penggunaan dari pada transformator, arus atau tegangan, pula dari pada jala-jala
dimana transformator, arus tersebut dipergunakan.
Gambar 3-7 memperlihatkan transformator arus yang dipergunakan dalam
jala-jala tegangan tinggi. Transformator tersebut ditempatkan pada suatu isolator
tegak yang tinggi. Bila kumparan sekunder dari transformator arus dibuka sedangkan
arus primemya mengalir maka tidak ada arus sekunder yang mengalir, dan arus
primer secara menyeluruh dipakai untuk magnitisasi. Hasilnya adalah kerugianSugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 106

kerugian besi akan menaik secara berlebihan dan akan memungkinkan menyebabkan
pemanasan yang sangat besar atau tegangan yang diinduksikan pada kumparan
sekunder akan mungkin menaik secara berlebihan sehingga menyebabkan isolasiisolasinya pecah dan tidak mungkin menahan tegangan yang demikian besamya. Jadi
pada penggunaan transformator arus tidak diperkenankan untuk membuka
kumparan-kumparan sekundemya bila arus primernya mengalir. Sebagai contoh, bila,
dalam penggunaan diperlukan untuk mengganti sesuatu alat pengukur pada jaringanjaringan sekunder dari transformator arus, adalah suatu keharusan untuk
menghubung pendek kumparan-kumparan arus terlebih dahulu.
3-3-4-3 Transformator Tegangan
Seperti diperlihatkan pada Gambar 3-8 transformator tegangan dipergunakan dengan
menghubungkan kumparan-kumparan primernya secara paralel dengan beban, dan
kumparan sekundernya dihubungkan dengan sirkit tegangan dari pengukur Volt atau
pengukur Watt. Dengan cara demikian, maka kumparan primer dan sekunder
diisolasikan secara cukup dari satu dan lainnya, sehingga tegangan tinggi bisa
ditransformasikan ketegangan rendah, untuk keperluan pengukuran dengan aman.
Dalam kebanyakan penggunaan maka tegangan primer adalah di bawah 300 kV. Pada
transformator tegangan, suatu kesalahan negatif sering terjadi, yang disebabkan oleh
adanya kerugian tegangan pada kumparan-kumparan sekundernya dan arus
magnitisasinya. Untuk mengkompensasikan kesalahan ini, maka jumlah lilitan pada
tegangan primer sedikit dikurangi dari pada rasio nominal dari lilitan-lilitannya.
Cara-- cara isolasi sama untuk transformator arus pada Gambar 3-9 memperlihatkan
transformator tegangan yang biasanya dipergunakan.
3-3-4-4 Pembagi Tegangan Kapasitip
Penggunaan dari transformator tegangan yang dijelaskan pada paragraf yang
lalu terbatas dalam penggunaannya kira-kira pada 300 kV. Untuk pengukuran pada
tegangan yang lebih tinggi, pembagi tegangan kapasitip seperti diperlihatkan pada
Gambar 3-10 lebih menguntungkan terutama karena masalah-masalah isolasinya
lebih mudah dipecahkan.
Akan tetapi karena pengambilan langsung
dari
arus
melalui
terminalterminal
pengukurannya akan mungkin menyebabkan
kesalahan yang besar, suatu induktansi
ditempatkan seperti diperlihatkan pada
Gambar 3- 10(b). Dengan cara ini, dan
karena adanya resonansi maka ratio dari V1,
ke V2 hanya
tergantung kepada C1 dan C2 dan tidak
dipengaruhi oleh beban. Alat pembagi
tegangan, tersebut disebut sebagai pembagi
tegangan kapasitip. Dengan melihat pada
Gbr. 3-10(b),

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 107

Jadi V1/V2, tidak tergantung dari beban, yaitu Zb. Akan tetapi karena persamaan
4.54 tergantung dari frekuensi maka V1/V2 akan mempunyai karakteristik frekuensi.

3-3-4-5 Pengukuran arus pada jaringan


Bila arus yang melalui suatu jaringan akan diukur sedangkan tidak
memungkinkan memotong jaringan tersebut untuk menghubungkan alat pengukur
ampere, atau melalui suatu transformator arus, maka penggunaan dari alat ukur
ampere jaringan, akan merupakan pemecahan yang sangat baik. Seperti diperlihatkan
dalam Gambar 3-11(a), alat ukur ampere jaringan dibuat dengan kumparan besi
dalam bentuk seperti garpu yang mempunyai banyak lilitan, dan membentuk
kumparan sekunder, dan satu pengantar sebagai kumparan primer dari satu lilitan,
yang terdiri dari pengantar dimana arus yang akan diukur mengalir. Bila pengantar
ditempatkan di antara inti besi seperti diperlihatkan dalam gambar, arus sekunder
yang berbanding lurus dengan arus yang akan diukur didapat pada penunjukan dari
alat pengukur ampere. Akan tetapi dengan cara pengukuran ini dimana jalan magnitis
tidak menutup, maka kesalahan-kesalahan yang tergantung dari

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 108

posisi pemasukan dari pengantar ke dalam inti, ditambah pula kesalahan bentuk
gelombang dan frekuensi adalah besar. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan
tersebut maka alat ukur ampere yang digantungkan seperti diperlihatkan dalam
Gambar 3-12(b) lebih baik dipergunakan. Dalam alat ukur ini jalan garis-garis
magnit hanya terbuka pada saat memasukan pengantar ke dalam inti besi, sedangkan
garis-garis magnit tersebut menutup pada saat pengukuran dijalankan.
3-4 Jenis-jenis kWH Meter
Berdasarkan kebutuhan pelayanan kWh meter dapat dibedakan menjadi 2 Jenis,
yaitu:
3-4-1 kWh meter 1 phasa
kWh meter jenis ini sering kita jumpai dan lebih dikenal karena kWh ini
banyak terpasang di rumah-rumah. kWh meter 1 phasa mempunyai kemampuan
tegangan 127/220 V dan 220/380 V, 5(20) A, 50 Hz dan digunakan untuk daya
sampai 4400 VA. Di bawah adalah gambar pengawatan kWh meter I phasa 2 kawat.

3-4-2 kWh meter 3 phasa


kWh meter ini banyak digunakan di industri-industri ataupun rumah mewah. kWh
meter 3 phasa dapat dibedakan lagi menjadi 2 macam menurut diagram
pengawatannya (jumlah kawat), yaitu:
3-4-2-1 kWh meter 3 phasa 4 kawat
kWh meter 3 phasa 4 kawat adalah yang paling umum digunakan atau
terpasang di industri-industri. Hal ini disebabkan dalam pengawatan dan
pemasangannya lebih mudah untuk dikerjakan. Oleh karena tegangannya 3 phasa,
maka kWh meter ini mempunyai 3 kumparan arus, 3 kumparan tegangan, dan 3

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 109

kumparan pengatur cos M. kWh meter ini dilengkapi 2 register (angka pencatat
energi), yaitu yang satu untuk beban maksimum (WBP) sedangkan yang lain untuk
beban normal (LWBP). Untuk diketahui, beban puncak biasanya diberlakukan mulai
pukul 18.00 - 22.00. KWh meter ini juga dilengkapi 10 terminal untuk
penyambungan ke beban dan 2 terminal untuk penyambungan ke timer (sebagal
pemindah register). Gambar rangkaian dari kWH meter 3 phasa 4 kawat dapat dilihat
pada gambar 3-14.
3-4-2-2 kWh meter 3 phasa 3 kawat

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 110

Sekarang ini kWh meter 3 phasa 3 kawat


sedang direkomen dasikan pemakaian/
pemasangan nya pada industri-industri. Hal
ini
dikarenakan
konstruksinya
dan
pengawatannya sederhana, sehingga dalam,
pemasangannya lebih efisien dan ekonomis
(untuk beban seimbang tanpa netral (A).
Perbedaan kWh meter 3 phasa 3 kawat
dengan kWh meter 3 phasa 4 kawat adalah,
kWh meter 3 phasa 3 kawat ini hanya
mempunyai 2 kumparan tegangan, 2
kumparan arus, 2 pengatur cos M serta, 7
terminal beban. Sama halnya dengan kWh
meter 3 phasa 4 kawat, kWh meter 3 phasa
3 kawat ini uga dilengkapi dengan 2 register
dan 2 terminal timer. Pada kWh meter ini

tidak terdapat kawat nol (netral), untuk


lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3-15, di bawah ini. Ketiga jenis kWh meter
di atas merupakan alat ukur yang cara bekerjanya secara analog. Tetapi dewasa ini
telah diciptakan kWh meter elektromik (digital) dan sampai saat ini banyak yang
sudah menggunakannya, khususnya untuk pelanggan-pelanggan besar atau industri
yang daya terpasangnya di atas 200 kVA. Dengan memasang kWh meter elektronik
ini dapat memudahkan kinerja PLN dalam mengecek pemakaian energi listrik para
pelanggan. Hal ini dikarenakan kWh meter elektronik ini dihubungkan ke sebuah
modem, sehingga dapat diakses secara on-line dengan komputer. Dari pernasangan
kWh meter elektronik dapat diketahui arus tiap phasa, tegangan tiap phasa, faktor
kerja (cos M) tiap phasa, frekuensi dan daya.
kWh meter elektronik ini dilengkapi dengan baterai 9 Volt dan pada modem terdapat
kartu handphone yang digunakan untuk pernanggilan (akses). Gambar 3-16
menunjukkan bentuk dari kWh meter elektronik tersebut.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 111

3-4-3 Meter Standar


Suatu kWh meter yang akan dipasang pada pelanggan sebelumnya harus
sudah dilakukan peneraan terhadap kesalahan- kesalahan (error) kWh meter sesuai
dengan batas dan kelasnya. Peneraan ini menggunakan suatu alat yang disebut meter
standar.
Meter standar adalah suatu alat ukur energi yang dibuat khusus dengan
ketelitian tertentu. Meter standar ini digunakan sebagai alat pembanding kesalahankesalahan (error) pada kWh meter. Karena fungsinya sebagai pembanding, maka,
meter standar ini memiliki akurasi kesalahan sampai dengan 0,5 % dan
spesifikasinya, adalah 127 V, 5 A dan 500 rev/kWh.
Meter standar ini dihubungkan ke alat penghubung yang dinamakan meja
tera. Jadi dalam pelaksanaan pengujian, meter standar tidak langsung dihubungkan
ke kWh meter yang diuji melainkan melalui meja tera lebih dahulu. Suatu pengujian
kWh meter dapat dilakukan sampai 3-20 buah kWh meter secara bersamaan. Gambar
3-17 memperlihatkan bentuk meter standar.
3-4-4 Sistem Pengamanan
kWh Meter Seperti yang telah diketahui bahwa PLN sering mengalami
kerugian-kerugian, ini tidak hanya pada material namun juga energi listrik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 112

yang secara langsung pada kerugian finansial. Kerugian-kerugian PLN sering


disebabkan adanya pelanggaran-pelanggaran energi listrik yang dilakukan para
pelanggan. Banyak cara yang dilakukan pelanggan dalam melakukan pelanggaran
energi listrik. Salah satunya adalah dengan membuka/merusak segel kWh meter.
PLN sebagai perusahaan listrik negara dalam hal ini sudah mengantisipasi tindakantindakan pencurian tersebut dengan memberikan segel-segel di bagian alat ukur,
antara lain:

Seiring dengan kemajuan jaman yang serba canggih ini, PLN juga memanfaatkannya
untuk keperluan sistem pengamanan kWh meter. Sistem pengamanan ini berupa
kunci elektronik (cyber key). Dinamakan kunci elektronik karena kunci ini
dilengkapi bateri 9 volt, validator dan didalamnya menggunakan software. Fungsi
validitor adalah sebagai alat penghubung dari kunci elektronik ke komputer yang
digunakan untuk memasukkan (download) data. Kunci elektronik ini mempunyai
nomor seri atau alamat sehingga dalam memasukkan data tidak terjadi kesalahan.
Seperti pada umumnya, kunci elektronik terdiri dari 2 bagian yaitu kunci dan
gembok. Pemasangan kunci elektronik ialah khusus untuk pelanggan yang dayanya
di atas 200 kVA (industri-industri) dan dipasang pada pintu APP (Alat Pembatas dan
Pengukur) dari suatu gardu listrik.

BAB IV JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH


Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 113

4.1 Tiang Saluran Tegangan Rendah


4.1.1 Jenis Tiang
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat dari beton
bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya
(umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang besi
jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton, disamping
itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Dilihat dari fungsinya, tiang listrik
dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi
untuk memikul konduktor dan isolator, sedang tiang tarik fungsinya untuk menarik
konduktor. Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan
posisi sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku pembuatan tiang beton untuk tiang
tegangan menengah dan tegangan rendah adalah sama, hanya dimensinya yang
berbeda.
4.1.2 Menentukan/memilih Panjang Tiang

Gambar 4-1. Konstruksi Tiang Beton


Tiang beton untuk saluran tegangan menengah dan tegangan
rendah dipilih berdasarkan spesifikasi sebagai berikut:

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 114

Gambar 4-2. Jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang
Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama
dengan jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (Span) harus di
jaga agar tidak lebih dari 60 meter.
Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan adalah; 1) jarak aman antara saluran tegangan menengah
dan tegangan rendah, 2) Posisi trafo tiang, dan 3) tinggi
rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang. Gambar 4-2 menunjukkan jarak aman
yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang. Pada gambar tersebut
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 115

diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum untuk tegangan menengah 11 meter


(9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan rendah 9 meter ( 7,5 meter diatas tanah).
4-1-3 Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah
Tabel 4-2. Batas minimum penggunaan tiang beton Pada jaring SUTR TIC
khusus

Dari tabel 5-1 disebutkan bahwa tiang 9 meter type 200 dan dapat digunakan sampai
jarak tiang 60 meter, sedang tiang 9 meter type 100 dan dapat digunakan terbatas
sampai jarak tiang 40 meter, bahkan lebih pendek dengan pengurangan beban kawat,
karena batas ketahanan momen hampir nol pada pada jarak(span) 40 meter, bila
tekanan angin pada konduktor dan tiang mendekati momen ketahanan sebesar 724
kgm. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut:
A: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada konduktor = 522 kgm untuk jarak
tiang 40 meter.
B: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada tiang = 214 kgm
A + B = 736 kgm 724 kgm.
Ini berarti batas momen ketahanan tidak terlampaui untuk penurunan kawat. Tabel 5
2 menunjukkan batas minimum penggunaan tiang beton pada jaring SUTR TIC
khusus.
4-1-4 Merencanakan dan mempersiapkan mendirikan tiang
Untuk menentukan jumlah (kebutuhan) dan jenis tiang pada suatu lokasi, diperlukan
data survai jaringan yang akan dipasang. Dari gambar situasi jaringan dapat
ditentukan jenis dan perlengkapan tiang untuk lokasi tersebut, yaitu jumlah tiang TR
dan penunjangnya. Tiang beton untuk Tegangan Rendah digunakan ukuran 9 meter,
Gambar 4-5 dan gambar berikutnya menunjukkan konstruksi tiang beton dengan
perlengkapannya sesuai dengan kebutuhan di lokasi. Telah diuraikan diatas, jarak
antar tiang ditetapkan sebesar 40-60 meter, namun jarak tersebut masih perlu
disesuaikan dengan kondisi lokasi (masih bisa digeser). Dari gambar situasi jaringan
dapat ditentukan jenis dan perlengkapan yang diperlukan (Material Distribusi Utama)
untuk lokasi tersebut, yaitu jumlah tiang beton, konduktor, Kabel tanah dan Udara,
serta isolator dan perlengkapannya. Setelah mengetahui jumlah tiang beton yang
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 116

diperlukan, selanjut-nya mempersiapkan peralatan minimal yang diperlukan (yang


harus disediakan oleh pemborong) untuk pekerjaan mendirikan tiang adalah sebagai
berikut:
a. Tool kit lengkap g. Kantong kerja
b. Sabuk Pengaman h. Tas kerja
c. Derek-tangan i. Topi pengaman
d. Besi kaki tiga j. Tampar 16 mm
e. Bor tanah k. Linggis dan lain-lain.
f. Gerobak (untuk mengangkut tiang) l. Tangga
4-1-5 Mendirikan/menanam Tiang
Bagian tiang yang harus ditanam di bawah permukaan tanah adalah 1/6 dari panjang
tiang. Jadi kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang yang akan dipasang.
Pada tanah yang lembek bagian bawah tiang harus di pasang bantalan (beton blok)
agar bagian tiang yang tertanam dalam tanah tetap 1/6 panjang tiang. Dari gambar 41 tampak bahwa untuk panjang tiang 13 meter bagian yang berada diatas tanah
adalah 10,2 meter, untuk panjang tiang 11 meter bagian yang berada diatas tanah
adalah 9,2 meter, dan untuk panjang tiang 9 meter bagian yang berada diatas tanah
adalah 7,5 meter. Pekerjaan mendirikan tiang beton diawali dengan menyiapkan
gambar rencana penempatan tiang. Dari gambar rencana dapat ditentukan jumlah
tiang yang diperlukan dan ditentukan pula letak dimana tiang akan didirikan
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah 99
(ditandai dengan patok). Selanjutnya untuk mendiri-kan tiang dapat dilakukan
langkahlangah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan alat-alat kerja dan perlengkapan yang diperlukan untuk
mendirikan tiang tersebut,
2) Mendistribusikan tiang-tiang tersebut ke lokasi dimana letak tiang akan didirikan,
3) Menggali lubang pada setiap tempat yang akan didirikan tiang,
4) Jika galian sudah siap, maka kegiatan mendirikan tiang dapat dilakukan.
Mendirikan tiang beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan dengan dua cara;
pertama secara manual (konvensional), yaitu menggunakan derek-tangan dan
dengan menggunakan penyangga (tangga). Cara ini dilaksanakan terutama pada
lokasi-lokasi penanaman tiang yang sulit dijangkau dengan mobil derek. Pada tiang
tegangan rendah (9 meter) hal ini sangat mungkin terjadi. Mendirikan tiang dengan
cara manual dilakukan sebagai berikut:
1) Sebelum tangga untuk penyangga tiang ditinggikan, terlebih dahulu tiang beton
diangkat dengan derek-tangan,
2) Mengikatkan rantai derek-tangan pada bagian tengah tiang. Derek-tangan ini
digantungkan pada besi kaki tiga yang disiapkan untuk pekerjaan ini.
3) Jika tiang beton sudah mulai dinailkkan, maka diikuti dengan tangga atau
penopang yang lain untuk mendorong ke atas.
4) Disamping itu untuk mengendalikan arah tiang beton pada saat diangkat, dipasang
tali tampar sebanyak 4(empat) atau 3(tiga) direntangkan ke arah berbeda, diikatkan
pada posisi (15-20) % dari ujung atas tiang, untuk mengendalikan arah tiang pada
saat diangkat.
5)Selanjutnya tiang ditarik/didorong ke atas sambil dikendalikan dari arah tali
tampar tersebut, sampai bagian pangkal tiang mendekati dan masuk
lubang.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 117

6) Untuk tiang beton bertulang sebelum diuruk tanah, perhatikan arah lubang
baut untuk penempat an croos
arm.
7) Jika arah lubang belum sesuai
putarlah
tiang
dengan
mengikatkan tali pada tiang,
kemudian tiang diputar sesuai
dengan arah lubang tempat baut
yang diinginkan.
Selanjutnya uruk dengan tanah
pada sekitar tiang sampai
padat. Untuk tanah yang
lembek pada pangkal tiang
perlu dipasang pondasi atau
diberi bantalan. Kedua,
mendirikan tiang dengan alat
pengangkat lebih cepat dan
praktis, tidak memerlukan
banyak tenaga manusia (lihat Gambar 4-4). Setelah lubang tempat tiang disiapkan,
maka tiang cukup diangkat dengan alat pengangkat, dan
selanjutnya diperlukan bantuan untuk mengarahkan supaya pangkal tiang tepat
berada diatas lubang, kemudian
tiang dimasukkan ke dalam lubang.
Persyaratan yang lain sehubungan
dengan kondisi tanah,
sama dengan cara pertama.
4-2 Saluran Tegangan Rendah
Saluran Tegangan Rendah
terdiri dari 3(tiga) macam, yaitu
Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR), Saluran Kabel Udara
Tegangan rendah (SKUTR), dan
Saluran Kabel Tanah Tegangan
Rendah.
4-2-1 Saluran Udara Tegangan Rendah
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low
Voltage Twistad Cable), saat ini sudah dikembangkan, hal ini untuk
mempertinggi keandalan, faktor keamanan dan lain-lain. Untuk kabel LVTC
ini pemasangannya, 1) di bawah SUTM (Underbuilt) dan 2) khusus LVTC
(JTR murni). Spesifikasi kabel LVTC seperti tercantum pada tabel 4-3
halaman 99.
- Accesoreis twisted cable terdiri dari :
1. Suspension assembly
2. Large angle assembly
3. Dead end assembly
4. Insulated tap connector berbagai ukuran

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 118

5. Insulated Nontension joint


6. Insulated tension joint.
7. Guy set / stay set SUTR
Pemakaian guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stay set SUTR ini tidak
mempergunakan guy insulator.
Spesifikasi material guy set sesuai dengan gambar standar, sedang kawat baja
galvanisnya sbb. :
1. Ultimate load : 17 kN
2. Penampang : 22 mm2
3. Material : baja
Dalam pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang dan
juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak menderita kerusakan mekanis
maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak dicapai penghematan
pemakaian konduktor. Dalam pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri, sambil
menggelar kabel dari haspel terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu
(klem service), pengikat, pemegang dan sebagainya. Untuk kabel penghantar
berisolasi, bagian yang diikat pada pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik
untuk dua kabel (sistem satu fasa) maupun empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan
kabel dimulai dari salah satu tiang ujung, kemudian ditarik dengan alat penegang
(hand tracker. Setelah tarikan dianggap cukup kuat, maka pada setiap tiang kabel Nol
diikat dengan pemegang yang telah disiapkan. Sebagaimana diketahui bahwa harga
konduktor berkisar 40% dari harga perkilometer jaringan. Batasan-batasannya adalah
sebagai berikut:
a) Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari tegangan putus
(Ultimate tensile strength).
b) Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari tegangan
putus dari kawat penggantung.
c) Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter,
tidak boleh lebih dari 1 meter.

Pada kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus


diperhatikan lintasan yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel
udara melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 119

konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan lain yang perlu
perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan keselamatan mereka yang berada
di sekitar kabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk saluran kabel
udara yang melewati lokasi tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap
lingkungan yang tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan
tugas pemasangan kabel.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 120

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 121

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 122

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 123

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 124

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 125

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 126

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 127

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 128

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 129

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 130

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 131

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 132

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 133

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 134

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 135

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 136

4-2-2-2 Perkakas kerja dan penggunaannya.


1) Pemakaian perkakas kerja dengan tepat.
Apabila kita dapat menggunakan perkakas kerja dengan tepat, maka di dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut akan memperoleh manfaat sebagai berikut;
1) Efisiensi kerja meningkat,
2) Jumlah pemakaian/pengerahan tenaga kerja yang berkurang,
3) waktu pelaksanaan menjadi lebih pendek / pekerjaan cepat terselesaikan,
4) Kualitas pekerjaan lebih baik,
5) Pembiayaan menurun,
6) Menaikkan daya saing.
2) Efisiensi akibat penggunaan perkakas sederhana.
Perlu diketahui bahwa untuk melaksanakan pekerjaan besar dengan
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 137

hanya memakai alat yang sederhana sudah tak efisien lagi. Contoh: a)
Untuk melaksanakan koneksi kabel pada suatu gardu kontrol dimana jumlah kabel
mencapai ratusan jalur, maka pengupasan kabel dengan pisau akan memerlukan
waktu sangat lama, karena itu harus memakai tang pengupas kabel.
b) Untuk pemasangan label yang tertanam di dalam rumah dengan volume pekerjaan
yang sangat besar, maka penggalian saluran kabel dengan memakai alat konvensional
seperti cangkul, sekop atau linggis saja, hasilnya sangat tidak efisien. Untuk
menanggulangi hal ini maka penggalian harus memakai alat pengeruk yang
berkapasitas besar (misalnya menggunakan Back Hoe).
c) Pemasangan transformator tenaga dengan daya puluhan Mega Watt membutuhkan
bantuan mobil derek dan mobil trailer dengan daya angkat puluhan ton. Perlu
diketahui bahwa dalam melaksanakan proyek/pekerjaan di Indonesia, banyak alat
kerja yang cepat rusak, hal ini disebabkan karena pemakai, kurang tahu cara
pemakaian atau pemakainya yang serampangan, serta tata cara pemeliharaan yang
kurang diperhatikan.
Contoh: a) Membuat lubang besar pada plat besi dengan memakai bor listrik dengan
mata bor yang kecil dengan menggoyang-goyangkan mata bornya, hal ini akan
merusak mesin bor listrik tersebut. B) Mengukur arus besar suatu beban listrik
dengan memakai Ampere Meter yang mempunyai kapasitas arus kecil akan merusak
alat ini.
3) Kemampuan menggunakan perkakas kerja.
Mengingat harga peralatan relatif mahal, bahkan kadang-kadang harus dipesan dari
luar negeri dan memerlukan waktu yang cukup lama, apabila alat mengalami
kerusakan dan tidak bisa dipakai, akan mengganggu jalannya pekerjaan. Oleh
karenanya kemampuan orang yang menggunakan alat tersebut harus memadai benarbenar terlatih. Untuk pemakaian alat kerja khusus, dimana diperlukan ketelitian dan
rumit, misal : mencari lokasi gangguan kabel tanah dengan 122 menggunakan
Jembatan Wheatstone, maka calon pemakai harus dilatih terlebih dahulu mengenai
cara pemakaian alat tersebut. Hal penting yang harus diperhatikan, alat kerja di
lapangan harus dikelola dengan baik, terutama pada proyek-proyek besar, dimana
alat kerja harus dikelola oleh pengelola material (Material Controller) dan pengatur
alat kerja (Tool Kipp) mulai dari pemesanan, penerimaan barang, pemakaian keluar
masuk gudang dan pemeliharaan alat kerja tersebut. Untuk menanggulangi hal
tersebut diatas, tenaga kerja bidang teknik listrik harus mampu memakai alat dengan
baik, demikian juga dalam memeliharanya.
4) Pengelompokan dan penggunaan perkakas kerja.
Perkakas kerja dapat dikelompokkan menjadi 4(empat), yaitu Perkakas, Alat Ukur
dan Tes, Alat Pengaman, dan Alat Bantu. Untuk mempermudah
pengelompokan/pemilahan alat kerja suatu proyek, berikut ini diberikan nama dan
gambar peralatan untuk berbagai pekerjaan. Suatu proyek besar memerlukan alat
kerja khusus yang tidak terdapat di lokasi. Oleh karena itu pengadaan alat tersebut
harus dijadwalkan dengan tepat waktu. Tekniksi listrik yang memasang instalasi
listrik dalam bangunan, dituntut keterampilan dalam berbagai bidang pekerjaan di
bangunan tersebut. Hal ini meliputi teknik menandai, memotong, memahat dan
menggergaji.
5) Berikut ini adalah gambar-gambar alat perkakas yang harus disiapkan
oleh pelaksana sebelum melaksanakan pekerjaan penanaman kabel

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 138

tanah. Alat kerja yang tercantum disini cukup lengkap, tetapi untuk
pemakaian di proyek disesuaikan dengan kebutuhan.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 139

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 140

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 141

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 142

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 143

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 144

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 145

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 146

4-3 Memasang Instalasi Pembumian


4-3-1 Definisi-Definisi Sistem Pembumian
Sesuai dengan PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000) terdapat
beberapa definisi yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Bumi (Earth) adalah massa konduktif bumi yang potensial listriknya di
setiap titik manapun menurut konvensi, sama dengan nol.
- Elektrode Bumi (Earth Electrode) adalah bagian konduktif atau kelompok bagian
konduktif yang membuat kontak langsung dan memberikan hubungan listrik dengan
bumi.
- Gangguan Bumi (Earth Fault) merupakan :
1). Kegagalan isolasi antara penghantar dan bumi atau kerangka. Gangguan yang
disebabkan oleh penghantar yang terhubung ke bumi atau karena resistansi isolasi ke
bumi menjadi lebih kecil dari pada nilai tertentu.
- Isolasi (Insulation) adalah :
1). (Sebagai bahan) merupakan segala jenis bahan yang dipakai
untuk menyekat sesuatu.
2). (Pada kabel) merupakan bahan yang dipakai untuk menyekat
penghantar dari penghantar lain dan dari selubungnya, jika ada,
- Elektrode Batang adalah elektrode dari pipa logam, baja profil atau
batang logam lainnya yang dipancangkan ke bumi.
- Pembumian (Earthing) adalah penghubung suatu titik sirkit listrik atau

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 147

suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi menurut cara
tertentu.
- Penghantar pembumian (Earthing Conductor) adalah :
1). Penghantar berimpedasi rendah yang dihubungkan ke bumi.
2). Penghantar proteksi yang menghubungkan terminal pembumian
utama atau batang ke elektrode bumi.
- Rel pembumian adalah batang penghantar tempat menghubungkan
beberapa penghantar pembumian.
4-3-2 Jenis Tanah
Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :
1). Tanah rawa,
2). Tanah liat dan tanah ladang,
3). Pasir basah,
4). Krikil basah,
5). Pasir dan kerikil kering,
6). Tanah berbatu.
4-3-3 Tahanan Jenis Tanah
Masing-masing jenis tanah mempunyai nilai tahanan jenis tanah yang berbeda-beda
dan bergantung dari jenis tanahnya, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, merupakan
nilai tipikal.

4-3-4 Tahanan pembumian


Tahanan pembumian dari elektrode bumi, tergantung pada jenis tanah dan keadaan
tanah serta ukuran dan susunan elektrode. Dari Tabel Tahanan Pembumian pada
tahanan jenis (rho 1) = 100 ohm-meter dibawah ini, menunjukkan nilai rata-rata
tahanan elektrode bumi, untuk panjang tertentu.

Untuk tahanan jenis pembumian yang lain (rho), maka besar tahanan pembumiannya
merupakan perkalian nilai dalam tabel dengan :
Rho / rho 1 atau Rho / 100
4-3-5 Perencanaan pemasangan peralatan
4-3-5-1 Tujuan Pembumian Peralatan
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 148

Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada kerja
normal, tidak dilalui arus. Tujuan pembumian peralatan adalah :
a). Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus
dan antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal.
b). Untuk memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung
singkat ke tanah. Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke
tanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksanakan mengalir
melalui impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan potensial yang
besar dan berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada
rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang
besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.
4-3-5-2 Pemasangan dan Susunan Elektrode Bumi
Untuk memilih macam elektrode bumi yang akan dipakai, harus diperhatikan terlebih
dahulu kondisi setempat, sifat tanah dan tahanan pembumian yang diijinkan.
Permukaan elektrode bumi harus berhubungan baik dengan tanah sekitarnya. Batu
dan kerikil yang langsung mengenai elektrode bumi, akan memperbesar tahanan
pembumian. Elektrode batang, dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah dan panjang
disesuaikan dengan tahanan pembumian yang diperlukan. Tahanan pembumian
sebagian besar tergantung pada panjangnya dan sedikit bergantung pada ukuran
penampangnya. Jika beberapa elektrode diperlukan untuk memperoleh tahanan
pembumian yang rendah, maka jarak antara elektrode tersebut minimum harus dua
kali panjangnya. Jika elektrode tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh
panjangnya, maka jarak minimum antara elektrode, harus dua kali panjang
efektifnya. Penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas untuk
keperluan pengujian tahanan pembumian, pada tempat yang mudah dicapai dan
sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena susunan instalasinya
memang harus ada. Sambungan penghantar bumi elektrode bumi, harus kuat secara
mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya dengan
menggunakan las, klem atau baut kunci yang tidak mudah lepas. Klem pada
elektrode pipa, harus menggunakan baut dengan diameter minimal 10 mm.
4-3-5-3 Alat Ukur dan Pemeliharaan Tahanan Pembumian
a) Alat Ukur Tahanan Pembumian
Untuk mengukur nilai tahanan pembumian dengan cara :
1). Memakai model empat terminal (Motode Wenner) dengan
generator putar tangan (DC).

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 149

2). Pengukuran tahanan pembumian dengan menyambungkan terminal C1 ke E yang


akan diukur, terminal P2 ke P dan terminal C2 ke R. Jarak E P R di buat berjarak
sama pada satu garis lurus. Meter akan memberikan pembacaan langsung dalam
tahanan dan tahanan pembumian dihitung dengan rumus :
(Rho) = 2 . . a . R (ohm-m)
dimana :
(Rho) = resistivitas tanah (ohm-m)
a = jarak antara electrode (meter)
R = tahanan (ohm)
(Phi ) = 3,14
3). Memakai Earth Tester (analog) berdasarkan harga potensial.

E (elektrode tanah) yang akan diukur dan elektrode bantu P serta elektrode bantu R
diletakkan pada satu garis lurus dengan elektrode E. Volt meter akan menunjuk pada
potensial E P. Menurut hukum Ohm, beda potensial akan berbanding langsung
dengan tahanan pembumian.
Terlihat bahwa tahanan membesar dengan kedudukan P semakin jauh dari E, dan
kenaikan tersebut dengan cepat berkurang dan bahkan pada jarak tertentu dari E,
kenaikan dapat diabaikan karena sangat
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 150

kecil.
Persyaratan yang harus diperhatikan adalah :
a). Elektrode R harus cukup jauh dari elektrode E, sehingga daerah
tahanan tidak saling menutup (over lap).
b). Elektrode P harus ditempatkan di luar dua daerah tahanan, dalam
hal ini ditempatkan pada daerah datar dari kurva.
c). Elektrode P harus terletak diantara elektrode-elektrode R dan E,
pada garis penghubungnya.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 151

4-3-5-4 Pemeliharaan Tahanan Pembumian


Pemeliharaan pembumian (pentanahan) dilaksanakan minimal sekali dalam setahun
diadakan pengukuran nilai pembumian pada musim kemarau. Diambilnya
pengukuran pada musim kemarau, karena pada kondisi tersebut nilai tahanan
pembumian akan menunjukkan nilai sebenarnya. Jika nilai tahanan pembumian, pada
pengukuran di musim kemarau sudah kecil, maka dimusim penghujan akan semakin
kecil. Untuk mengetahui nilai tahanan total pembumian, dipakai rumus :
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ........................... + 1/Rn (Ohm)

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 152

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 153

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 154

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 155

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 156

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 157

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 158

4-4 Memasang Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah


4-4-1 Pengecekan Pekerjaan Penarikan Kabel
Sebelum melaksanakan pekerjaan penarikan kabel, maka perlu
diadakan pengecekan secara menyeluruh apakah semua hal yang terkait

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 159

dengan pekerjaan penarikan kabel sudah dipersiapkan dengan baik. Untuk


pengecekan pekerjaan penarikan kabel dapat diikuti acuan berikut:
No. Kontrak ....................... Daerah ........................ No. Tag....................
Gbr. Referensi............................................................Uraian.....................

4-4-2 Penempatan Kabel pada Galian tanah


Gambar 4-105 sampai dengan 4-134 menunjukkan ukuran lebar dan
kedalaman galian dan persyaratan lain berkaitan dengan pekerjaan
penanaman kabel tanah.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 160

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 161

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 162

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 163

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 164

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 165

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 166

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 167

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 168

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 169

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 170

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 171

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 172

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 173

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 174

Jika kabel tanah dilindungi dengan pipa beton digunakan acuan sebagai
berikut:
Tabel 4-6. Ukuran galian tanah untuk beberapa pipa beton

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 175

4-5 Sambungan Pelayanan


4-5-1 Ketentuan Umum Sambungan Pelayanan
Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan
pelayanan pelanggan, antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah
pelanggan pada setiap sambungan luar pelanggan (SLP). Batasan-batasan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5-139.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 176

Keterangan :
JTR = STR s/d APP (STR + SLP + SMP + APP)
SP = SLP s/d APP (SLP + SMP + APP)
SR = SLP s/d SMP (SLP + SMP)
L = 30 m u/ Kabel isolasi dipilin (LVTC)
45 m u/ Kabel jenis Dx/Qx
T = 6 m Melintasi Simpang Jalan Umum
5,5 m Melintasi Rel Kereta Api
5 m Melintasi Jalan Umum
4 m Tidak melintasi Jalan Umum

Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan.


1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimum 5 SLP.
2. Dari SLP 1 boleh disambung berturut-turut (seri) maksimum 5
pelanggan dan tetap memperhatikan beban dan susut tegangan.
3. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah
maksimum 30 meter u/ SLP jenis twisted dan maksimum 45 meter
u/ SLP jenis DX/QX.
4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimum 150
meter dan tetap memperhatikan susut tegangan yang diijinkan.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 177

5. Susut tegangan sepanjang SR yang diijinkan maksimum 2% bila


SLP disambung pada STR, maksimum 10% bila SLP disambung
pada Gardu Trafo/Peti TR.
6. Pada satu tiang atap boleh dipasang maksimum 3 SLP.
4-5-2 Konstruksi Sambungan Luar Pelayanan (SLP)

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 178

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 179

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 180

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 181

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 182

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 183

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 184

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 185

4-5-3 Penggunaan Pipa Instalasi.


Jika menggunakan pipa instalasi dengan bahan logam harus
dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Sambungan-sambungan harus kontak langsung dan bebas isolasi.
b. Ujung pipa bagian atas dihubung pada pangkal tiang atap dengan kawat
tembaga minimum 6 mm2 dan dilas/disolder.
c. Ujung pipa bagian bawah dihubungkan ke kawat pentanahan pada peti
tegangan rendah.
Tabel 4-7. Daftar material konstruksi SMP dengan tiang atap dan titik tumpu
untuk SR 1 phasa/3 phasa dengan SLP jenis DX/QX dan SMP

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 186

jenis NYM/NYY.

4-5-4 Konstruksi Sambungan Masuk Pelanggan (SMP)


Gambar berikut menunjukkan beberapa jenis Sambungan Masuk
Pelanggan (SMP) melalui kerangka tiang atap dan atau tidak melalui tiang
atap.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 187

Tab
el 4-8 Daftar material konstruksi SMP dengan tiang atap/titik tumpu
untuk SR 1 phasa/3 phasa tanpa sambungan jenis Twisted

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 188

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 189

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 190

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 191

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 192

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 193

4-6 Gangguan pada Saluran Udara Tegangan Rendah


4-6-1 Gangguan Hilang Pembangkit
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 194

Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari sub sistem
tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi dan pelelangan,
karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan areanya, menyebabkan
timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub sistem yang kemungkinan
mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga listrik. Bentuk gangguan tersebut
adalah hilangnya daya atau pasokan daya pada pembangkit atau biasa disebut
hilangnya pembangkit. Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit
diakibatkan oleh dua hal, yaitu yang bersifat internal dan gangguan yang bersifat
ekstemal.
1) Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri, misalnya:
kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan kerusakan/gangguan
pada generator, atau komponen lain yang ada di pembangkitan.
2) Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari luar
pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal ini akan
menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker) bekerja dan memisahkan
suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya. Apabila tingkat kemampuan
pembebanan pembangkitan yang hilang atau terlepas dari sistem tersebut melampaui
spinning reserve sistem, maka terjadi penurunan frekuensi terus menerus. Hal ini
harus segera diatasi, karena akan menyebabkan trip pada unit pembangkitan yang
lain, sehingga berakibat lebih fatal, yaitu sistem akan mengalami padam total
(collapse).
4-6-2 Gangguan Beban Lebih
Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih adalah
pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga listrik
yang ada, misal: trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang 100 KVA, akan
tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo
bekerja pada kondisi abnormal. Beban lebih akan menyebabkan arus yang mengalir
pada jaringan listrik menjadi besar, selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan,
yang akhirnya akan menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan material
pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan
kerusakan.
4-6-3 Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara phasa dengan
phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah. Timbulnya
gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan gangguan yang bersifat
permanent (persistant). Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya gangguan
bersifat sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan tersebut akan
hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Jenis
gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar penghantar dan tanah (tiang, traverse
atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan pohon-pohon, dan lain
sebagainya. Gangguan yang bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang
bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan
perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan
menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik
gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Contoh: menurunnya kemampuan
isolasi padat atau minyak

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 195

trafo. Di sini akan menyebabkan kerusakan permanen pada trafo, sehingga untuk
dapat beroperasi kembali harus dilakukan perbaikan. Beberapa, penyebab yang
mengakibatkan terjadinya, gangguan hubung singkat, antara lain:
1) Terjadinya angin kencang, sehingga menimbulkan gesekan pohon
dengan jaringan listrik.
2) Kesadaran masyarakat yang kurang, misalnya bermain layang-layang
dengan menggunakan benang yang bisa dilalui aliran listrik. Ini sangat
berbahaya jika benang tersebut mengenai jaringan listrik.
3) Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misaInya: pada JTR
yang memakai Twested Cable dengan mutu yang kurang baik, sehingga
isolasinya mempunyai tegangan tembus yang rendah, mudah
mengelupas dan tidak tahan panas. Hal ini juga akan menyebabkan
hubung singkat antar phasa.
4) Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya: pemasangan konektor
pada JTR yang memakai TC, apabila pemasangannya kurang baik akan
menyebabkan timbulnya bunga api dan akan menyebabkan kerusakan
phasa yang lainnya. Akibatnya akan terjadi hubung singkat.
5) Terjadinya hujan, adanya sambaran petir, karena terkena galian (kabel
tanah), umur jaringan (kabeI tanah) sudah tua yang mengakibatkan
pengelupasan isolasi dan menyebabkan hubung singkat dan
sebagainya.
4-6-4 Gangguan Tegangan Lebih
Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan
yang ada pada jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang
disebabkan oleh switching karena gangguan atau disebabkan karena
manuver.
2) Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage
regulator (AVR) pada generator atau pada on load tap chenger
transformer.
3) Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang
diakibatkan karena kehilangan beban.
4) Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang
mengakibatkan hubung singkat dan tegangan lebih.
5) Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat
akibat bekerjanya circuit breaker, sehingga menimbulkan tegangan
transient yang tinggi. Hal ini sering terjadi pada sistem jaringan
tegangan ekstra tinggi.
Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan
merusak peralatan karena insulation break down (hubung singkat) atau
setidak-tidaknya akan mempercepat proses penuaan peralatan dan
memperpendek umur peralatan.
Sebenarnya kondisi abnormal ini kurang tepat jika disebut sebagai
gangguan. Akan tetapi kondisi abnormal ini jika berlangsung terus menerus
akan menyebabkan peralatan cepat rusak, umur peralatan pendek dan
membahayakan sistem.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 196

Sebenamya timbulnya gangguan beban lebih ini, khususnya terhadap


pasok daya ke pelanggan, bisa dieliminir oleh pihak PLN dengan cara:
pembebanan pada tiap-tiap trafo harus diinventarisir dan dimonitor dengan
seksama, sehingga pembebanannya tidak melebihi kapasitas trafo.
Beberapa penyebab yang mengakibatkan timbulnya gangguan beban
lebih ialah:
1) Semakin meningkatnya permintaan energi listrik dari pelangggan,
sehingga memaksa trafo dan saluran dengan beban maksimum, bahkan
mungkin lebih besar dari kemampuannya. Hal ini disebabkan:
a. Jumlah volume jaringan listrik yang terbatas dan kurang bisa
mengimbangi jumlah pelanggan.
b. Kurangnya pengertian dan ketidaktahuan masyarakat pelanggan
listrik terhadap masaIah kelistrikan. Contoh: pada suatu daerah
tertentu terdapat sambungan listrik ke pelanggan dengan kondisi
beban trafo dan jaringan yang telah maksimum. Ada calon pelanggan
lain yang berdekatan dengan pelanggan PLN tersebut, ngotot untuk
bisa disambungkan aliran listrik ke rumahnya. Akhirnya dengan
sangat terpaksa PLN melayani, sehingga beban trafo dan jaringan di
daerah tersebut menjadi lebih (over load).
c. Terjadinya loses daya pada jaringan dan trafo, yang diakibatkan oleh
berbagai hal, sehingga trafo beserta jaringannya tidak bisa bekerja
pada beban penuh.
2) Adanya manuver atau perubahan aliran beban di jaringan, setelah
timbulnya gangguan.
3) Adanya pemakaian energi listrik yang di luar kontrol dan catatan PLN
atau tanpa sepengetahuan PLN, sehingga PLN sulit mendeteksi beban
trafo dan jaringan yang ada. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
gangguan beban lebih.
4-6-5 Gangguan Instabilitas
Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan
ketidakstabilan pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan
adanya hubung singkat dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya akan
menimbulkan ayunan daya (power swing).
Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah,
mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai pengaman
salah kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih luas.
Untuk mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi, ada
beberapa cara yaitu: konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi harus
andal, pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar, dan
sebagainya.
4-6-6 Gangguan karena konstruksi jaringan yang kurang baik
Yang dimaksud sistem jaringan di sini adalah, mulai dari
pembangkitan, penyaluran, distribusi sampai dengan instalasi listrik
pelanggan. Sedangkan yang dimaksud gangguan konstruksi jaringan
adalah, gangguan yang terjadi akibat kondisi jaringan yang tidak memenuhi
ketentuan dan standard teknik.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 197

Di sini ingin ditekankan bahwa sistem jaringan sangat menentukan


tingkat keberhasilan dan keandalan sistem tenaga listrik. Beberapa hal yang
mengakibatkan gangguan sistem jaringan, adalah:
1) Perencanaan yang kurang baik misalnya: tidak mempertimbangkan
keseimbangan antara supply and demand (daya yang tersedia dan
kebutuhan beban pelanggan), design konstruksi yang kurang tepat, dan
lain sebagainya.
2) Peralatan dan material yang dipasang mempunyai standard teknik
yang rendah (under quality).
3) Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana
pekerjaan yang rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang
ketat.
4) Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem
proteksi (peralatan pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material jaringan. Hal
tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada jaringan
listrik. Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap perencanaan,
pelaksanaan pekerjaan, pengawasan pelakpekerjaan, komisioning, pengoperasian dan
pemeliharaan jaringan listrik, harus mengikuti kaidah, ketentuan dan standard teknik
yang telah ditentukan.
4-7 Mengatasi Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik
4-7-1 Konstruksi Jaringan Listrik yang Baik
Terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, tidak mungkin dihilangkan dan tidak
dapat dihindari sama sekali. Upaya yang bisa kita tempuh adalah mengurangi
terjadinya gangguan tersebut. Mengurangi terjadinya gangguan pada sistem tenaga
listrik merupakan upaya yang bersifat represif dan antisipasif, yaitu memasang dan
mewujudkan adanya konstruksi jaringan listrik yang baik, dengan cara sebagai
berikut:
1) Pada saat perencanaan sistem tenaga listrik, harus ditentukan design yang baik dan
penentuan spesifikasi peralatan dan material harus memenuhi ketentuan teknik,
sehingga pada saat beroperasi tahan terhadap kondisi kerja normal maupun dalam
keadaan terjadi gangguan. Tahan terhadap pengaruh elektris, thermis maupun
mekanis atau tidak terjadi overstress elektris dan mekanis, serta tidak terjadi
overheated.
2) Material yang akan dipasang harus dapat diandalkan, mempunyai kualitas yang
baik, mempunyai persyaratan dan standard teknik, yang dibuktikan dengan type test,
sertifikat LMK, SPLN, IEC dan lain sebagainya. Atau berdasarkan pengalaman,
peralatan/meterial tersebut telah terbukti keandalannya.
3) Pemasangan peralatan dan material harus dilaksanakan sebaikbaiknya, sesuai
dengan design, spesifikasi dan ketentuan dalam. RKS dan kontrak.
4) Pada saat pelaksanaan pekerjaan, harus ada pengawasan dari pihak
PLN, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dan ketidak sesuaian
dengan RKS dan kontrak, dapat dihindari.
5) Memasang kawat pentanahan (khususnya pada SUTET/SUTT), dengan tahanan
pentanahan yang rendah. Untuk keperluan pemeriksaan dan pemeliharaan, konduktor
pentanahannya harus bisa dilepas dari kaki tiangnya.
6) Setelah selesai dibangun dan sebelum dioperasikan, jaringan listrik
tersebut harus di test atau dilaksanakan komisioning, terlebih dahulu,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 198

sehingga bisa diyakinkan bahwa jaringan tersebut akan dapat beroperasi


dengan baik, andal dan aman.
7) Pengopcrasian yang baik, dengan memperhatikan dan melaksanakan:
a. Melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sesuai kebutuhan.
b. Mengadakan pemeriksaan dan perbaikan.
c. Melaksanakan penebangan/pemaprasan ranting dan dahan pohon yang ada di
sekitar jaringan SUTET, SUTT, SUTM dan SUTR, yang kemungkinan akan
menyebabkan gangguan. Harus diperhitungkan, bahwa pada saat terjadi hembusan
angin, dahan-dahan pohon tersebut harus tetap mempunyai jarak yang aman dengan
kawat phasa jaringan.
8) Pada jaringan SUTR dan SLJTM, digunakan kawat penghantar
(konduktor) yang berisolasi, misalnya: AAAC OC, AAC OC dan Twested
Cable.
9) Mengidentifikasi dan menginventarisir penyebab gangguan serta, melakukan
penyelidikan, sebagai umpan balik dan masukan di dalam menentukan sistem
proteksi yang lebih baik.
4-7-2 Pemasangan Sistem Proteksi yang Andal
Pemasangan peralatan pengaman (sistem proteksi) pada jaringan listrik, bertujuan
untuk mengurangi akibat terjadinya gangguan. Hal ini harus dilakukan, karena
timbulnya gangguan pada jaringan listrik tidak mungkin dicegah sama sekali.
1) Fungsi peralatan pengaman (proteksi).
Sistem proteksi merupakan kesatuan (gabungan) dari alat-alat (sub
sistem) proteksi, berfungsi untuk:
a. Mendeteksi adanya gangguan (kondisi abnormal) pada sistem tenaga listrik yang
diamankannya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
b. Melepaskan atau memisahkan (mengisolasi) bagian sistem yang terganggu
sehingga, tidak meluas ke bagian sistem yang tidak terganggu dan bagian sistem
lainnya dapat terus beroperasi.
2) Pertimbangan pemasangan sistem proteksi.
Dalam menentukan dan menetapkan pemasangan sistem proteksi pada jaringan
listrik, ada beberapa hal yang dijadikan sebagai pertimbangan, yaitu:
a. Fungsi peralatan proteksi, yaitu: pemasangan peralatan proteksi pada masingmasing sub sistem jaringan listrik harus tepat, sesuai dengan fungsinya.
b. Area pengamanan, yaitu: pemasangan peralatan pengaman (relay pengaman) pada
tiap-tiap sub area (section), dimaksudkan apabila terjadi gangguan pada section
tertentu, maka relay dapat mendeteksi gangguan dengan bantuan PMT, melepaskan
section yang terganggu dari bagian jaringan (sistem) yang lainnya. Antara section
yang satu dengan section lainnya dalam satu sistem tenaga listik, bisa dihubungkan
dan diputuskan oleh PMT.
c. Sistem pengaman ganda, yaitu: pemasangan peralatan pengaman
ganda. (utama dan cadangan) dengan maksud apabila pengaman utama gagal
bekerja, masih ada pengaman lain yang bisa mengamankan sistem dari gangguan.
Pengaman cadangan akan bekerja setelah pengaman utama gagal bekerja, sehingga
pengaman cadangan bekerja dengan waktu tunda (time delay) untuk memberi
kesempatan pengaman utama terlebih dahulu.
d. Kriteria peralatan pengaman yang mehputi:
- Peralatan pengaman harus mempunyai kepekaan (sensitivity) yang

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 199

tinggi, sehingga cukup peka dalam mendeteksi gangguan di daerah pengamanannya,


meskipun gangguan yang timbul hanya memberikan rangsangan yang minim.
- Peralatan pengaman harus mempunyai keandalan (reliability yang tinggi, dengan
tingkat kepastian bekerja (dependability) yang bisa diandalkan, dapat mendeteksi dan
melepaskan sub sistem yang mengalami gangguan serta tidak boleh gagal bekerja
(mempunyai dependality tinggi). Realibility peralatan pengaman juga harus
mempunyai tingkat keamanan (security) yang tinggi atau tidak boleh salah keja.
Contoh salah kerja ialah : peralatan pengaman mengalami trip, padahal tidak ada
gangguan pada jaringan atau gangguan terjadi pada sub are (sub sistem) di luar
pengamanan peralatan pengaman tersebut. Hal ini akan merugikan, karena
menimbulkan pemadaman aliran listrik, yang sebenamya tidak boleh terjadi.
- Peralatan pengaman harus mempunyai selektivitas (selectivity) yang tinggi, yaitu :
harus bisa mengamankan pada sub area (sub sistem) yang di kawasan pengaman
utamanya. Relay harus bisa bekerja sesuai kebutuhan, misalnya harus bekerja cepat
atau bekerja dengan waktu tunda (tyme delay) atau bahkan tidak harus bekerja,
sehingga relay harus bersifat selektif
- Peralatan pengaman harus mempunyai kecepatan (speed) yang tinggi, yaitu dapat
memisahkan sub sistem yang terganggu secepat mungkin, sehingga kerusakan akibat
gangguan dapat diperkecil.
4-8 Pengaman terhadap Tegangan Sentuh
Jika suatu obyek bertegangan tersentuh oleh tubuh manusia, maka pada umumnya
arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia tersebut. Tetapi sebenarnya yang
berbahaya bagi tubuh bukanlah tegangan itu sendiri, melainkan arus listrik yang
mengalir ke dalam tubuh manusia, sedangkan tegangan barulah berbahaya apabila
akibat sentuhan dengan tegangan itu menyebabkan mengalirnya arus listrik yang
cukup besar di dalam tubuh. Jika tidak menyebabkan mengalirnya arus maka
tegangan itu tidak berbahaya. Oleh karena itu, sering kita lihat burung-burung
bertengger dengan enaknya pada SUTT 70 kV.

Banyak riset yang telah dilakukan terkait dengan akibat arus listrikmengalir ke dalam
tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilaporkan oleh IEC
Report Publication 479 mengemukakan hal-hal sebagai berikut (seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 4-169.)
Daerah (1) Daerah di mana arus tidak menimbulkan reaksi apa-apa
Daerah (2) Daerah di mana arus mungkin sudah terasa, tetapi biasanya
tidak menimbulkan akibat pathophsiologis
Daerah (3) Daerah di mana biasanya tidak mengakibatkan bahaya fibrilasi
(denyut jantung tak teratur atau berhenti)
Daerah (4) Daerah di mana fibrilasi bisa terjadi dengan kemungkinan
sampai 50%
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 200

Daerah (5) Daerah di mana fibrilasi bisa terjadi dengan kemungkinan lebih
dari 50%.
Jika tegangan tersentuh ke suatu tubuh, dengan kaki menginjak ke tanah, maka akan
mengalirlah arus listrik di dalam tubuh yang besarnya tergantung dari tahanan tubuh
dan tahanan kontak pada kedua titik sentuhan. Meskipun yang berbahaya bagi tubuh
adalah arus sebagai dasar untuk menetapkan persyaratan instalasi listrik adalah lebih
praktis jika dinyatakan sebagai tegangan sentuh sebagai fungsi dari waktu. Dalam
Standar IEC Publication 364 4-41, 1977 (Amandemen 1) dinyatakan bahwa tegangan
sentuh sebagai fungsi dari waktu yang diijinkan (Tabel 4-9).
Tabel 4-9 Tegangan sentuh yang aman sebagai fungsi dari waktu

bergantung pada tegangan listrik yang mengenainya dan lintasan yang dilalui arus
listrik. Besar tahanan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan kelembaban
tubuh dan lintasan tubuh yang dilalui arus dan besar tegangan yang disentuh. Gambar
4-169 memperlihatkan besar tahanan tubuh sebagai fungsi dari tegangan sentuh.
Garis e dalam Gambar 4-169 menunjukkan arus yang merupakan hasil bagi tegangan
sentuh dengan besar tahanan tubuh yang berkaitan. Ternyata garis e selalu
mengambil jarak dengan garis c di sebelah kirinya, hal ini berarti bahwa jika
persyaratan seperti dalam Tabel 4-7 itu dipenuhi, maka bahaya fibrilasi dihindari.
Tabel 4-10 Tahanan tubuh sebagai fungsi dari tegangan sentuh

*) Kurva ini menyatakan tahanan tubuh antara satu tangan dan satu kaki, atau antara
tangan
kiri dan tangan kanan.
4-8-1 Cara Pengamanan terhadap Tegangan Sentuh
Sentuhan dengan tegangan dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Pengamanan terhadap sentuhan langsung adalah pengamanan
terhadap sentuhan pada bagian yang aktif dari suatu peralatan atau instalasi
yang dalam keadaan normalnya bertegangan. Sedangkan pengamanan
terhadap sentuhan tidak langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan
pada badan peralatan atau instalasi yang menjadi bertegangan pada
waktu ada gangguan atau hubungan singkat ke badan itu. Yang dimaksud
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 201

badan adalah bagian konduktif yang tidak merupakan bagian sirkit.


Pengamanan terhadap tak langsung disebut pula pengamanan terhadap
tegangan sentuh pada waktu ada gangguan.
Secara ringkas cara-cara pengamanan terhadap tegangan sentuh
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengamanan terhadap tegangan sentuh baik yang langsung maupun yang
tidak langsung, mencakup:
Tegangan rendah pengaman (PUIL pasal 323) yaitu di bawah 50 V,
misalnya 42 V, 24 V, 12 V dan sebagainya, sehingga bila terjadi sentuhan
baik yang langsung ataupun tak langsung tidak berbahaya. Tegangan
rendah pengamanan dapat diperoleh dengan cara-cara berikut:
a) Dengan trafo pengaman, yaitu yang mempunyai belitan sekunder
yang terpisah dari primernya yang didisain khusus sehingga tidak
memungkinkan terjadinya hubungan singkat antara belitan primer
dan sekunder.
b) Motor-generator set
c) Battery accu dan cell kering
Pengaman terhadap sentuhan langsung mencakup:
a) Pengamanan dengan isolasi pada bagian-bagian yang aktif (PUIL,
pasal 310), misalnya kabel, porselin, karet berisolasi dan
sebagainya.
b) Pengamanan dengan selungkup atau sekat f (PUIL, pasal 310 B dan
C), misalnya kotak saklar, perlengkapan hubung bagi (PHB).
c) Pengamanan dengan penghalang (PUIL, pasal 213), misalnya
sekedar dipagari agar orang tidak bisa mendekat, atau
meletakkannya dibelakang kisi-kisi.
d) Pengamanan dengan penempatan di luar jangkauan tangan,
misalnya bagian yang bertegangan ditempatkan 2,5 m di atas lantai.
e) Pengamanan tambahan dengan Saklar Pengaman Arus ke Tanah
(SPAT, earth leakage circuit breaker). Ini hanyalah merupakan
pengamanan tambahan (extra) di samping pengamananpengamanan
lainnya, dimaksudkan untuk mengamankan terhadap
sentuhan langsung yang mungkin masih terjadi. Saklar ini bekerja
berdasarkan pada adanya arus bocor ke tanah yang disebut juga
arus sisa (residual current) yang timbul akibat sentuhan langsung
karena arus bocor ke tanah sebagai akibat sentuhan langsung ini
sangat kecil, maka saklar inipun harus sangan sensitif, yaitu
arusbocor sebesar 30 mA sudah mampu menyebabkan trip-nya
saklar.
Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung, mencakup:
a) Pengamanan dengan pemutusan secara otomatis dari suplai, yang
memerlukan pengaman dan alat-alat pengaman seperti misalnya
sekring dan saklar pengaman.
b) Pengamanan dengan isolasi pengaman (lihat PUIL, pasal 322A.I.a),
yaitu dengan cara memberi isolasi tambahan di samping isolasi
utamanya (berisolasi ganda), sehingga apabila terjadi kerusakan
pada isolasi utamanya, badan peralatan yang mungkin tersentuh

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 202

tangan itu dengan bahan isolasi, memasang selungkup dari bahan


isolasi, atau dapat juga badan peralatan sendiri dari bukan bahan
konduktif.
c) Pengamanan dengan alas isolasi (lihat PUIL, pasal 322A), yaitu
memberikan isolasi pada tempat kaki berpijak atau pada lantai dan
benda-benda konduktif lainnya yang berhubungan dengan tanah
yang terjangkau tangan sedemikian sehingga tercegahlah orang
terkena tegangan sentuh yang berbahaya bila terjadi kegagalan
isolasi.
d) Pengamanan dengan hubungan alas kaki yang konduktif dengan
badan atau bagian peralatan yang terpegang dengan tangan
sedemikian sehingga tidak ada beda potensial antara alas kaki dan
badan/bagian peralatan yang terpegang tangan bila terjadi
kegagalan isolasi.
e) Pengamanan dengan pemisah pengaman (electrical separation)
(lihat PUIL pasal 329), yaitu dengan memakai generator motor set
atau trafo pemisah. Trafo pemisah adalah trafo yang belitan
sekundernya terpisah dari belitan primernya dan rangkaian
sekundernya, di mana peralatan itu tersambung, tidak diketanahkan
sehingga bila terjadi kegagalan isolasi peralatan tercegahlah
timbulnya tegangan sentuh yang berbahaya.
4-8-2 Pentanahan Tegangan Rendah
Fungsi Pentanahan tegangan rendah untuk menghindari bahaya
tegangan sentuh bila terjadi gangguan atau kegagalan isolasi pada
peralatan atau instalasi. Pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah
adalah yang efektif, di mana menurut persyaratan pentanahan netral harus
mempunyai tahanan pentanahan kurang dari 5 Ohm. Ketentuan ini sesuai
dengan standar konstruksi PUIL, SPLN 3:1978 bahwa semua jaringan
tegangan rendah dan instalasi harus menggunakan sistem Pentanahan
Netral Pengaman (PNP), yaitu system pentanahan dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral
yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sedemikian rupa, sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi, tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi karena pemutusan arus lebih oleh alat pengaman arus lebih.
4-8-2-1 Pentanahan sistem dan peralatan
Tegangan sentuh yang timbul pada beban peralatan atau instalasi
akibat kegagalan isolasi sangat tergantung pada pentanahan. Bekerjanya
alat-alat pengaman juga ditentukan oleh system pentanahan dan
pentanahan sistem ini. Pentanahan system dalam distribusi tegangan
rendah dilakukan pada titik bintang sumber (transformator distribusi atau
generator) dan dalam jaringan distribusi serta badan/peralatan instalasi.
Secara garis besar ada 3 macam system pentanahan netral dan
badan/peralatan instalasi, yaitu:
1) Sistem IT
Titik netral terisolasi atau tidak diketanahkan (huruf pertama
menyatakan isolasi), sedangkan badan peralatan diketanahkan. Dalam
PUIL 1987, sistem IT ini dikenal dengan nama sistem penghantar

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 203

pengaman atau HP. Titik netral trafo atau sumber tidak diketanahkan
atau diketanahkan melalui tahanan yang tinggi (lebih dari 1000 Ohm).
Sedangkan bagian konduktif terbuka peralatan, termasuk juga instalasi
dan bangunan saling dihubungkan dan diketanahkan.
Karena netralnya tidak diketanahkan, maka arus gangguan ke tanah
yang jadi sangat kecil, yaitu hanya terdiri dari arus kapasitansi dan arus
bocor instalasi serta arus detektor tegangan (bila digunakan).
Persyaratan pentanahan ringan yaitu hanya maksimum 50 Ohm dengan
tegangan satuannya hanya kecil. Karena arus gangguan kecil, pengaman
arus lebih tidak akan bekerja karena kecilnya tegangan sentuh, sistem
dimungkinkan operasi dalam keadaan gangguan satu fasa ke tanah atau
badan peralatan. Pada waktu terjadi gangguan satu fasa ke tanah,
tegangan antara fasa yang baik dengan tanah akan naik. Untuk
mengetahui adanya kenaikan tegangan ini, dapat dipasang detektor (alat
ukur tegangan) pada setiap fasa dengan tanah. Bila gangguan tidak
dapat diperbaiki, akan terjadi kegagalan isolasi kedua di tempat lain pada
fasa yang lain, maka akan terjadi gangguan hubung singkat yang besar
dan alat pengaman akan bekerja.
Sistem HP ini hanya dipakai dalam instalasi terbatas, misalnya dalam
pabrik dengan pembangkit tersendiri atau trafo sendiri dengan kumparan
terpisah, atau sumber listrik darurat portabel untuk melayani beban yang
dapat dipindah-pindah.
2) Sistem TT
Huruf pertama menyatakan pentanahan sistemnya ( titik netral trafo
atau generator), sedangkan huruf kedua menyatakan bagaimana
hubungan peralatan atau instalasi dengan penghantar atau pengaman.
Sistem TT berarti: (i) titik netral trafo (sistem) diketanahkan dan (ii) badan
peralatan/instalasi dihubungkan ke tanah.
3) Sistem TN
Titik netral sistem di ketanahkan (huruf pertama T), badan peralatan
atau instalasi dihubungkan dengan penghantar atau pengaman (huruf
kedua N). Menurut PUIL, penghantar netral yang berfungsi juga sebagai
penghantar pengaman disebut penghantar NOL (IEC menyebutnya
sebagai PEN conductor).

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 204

4-8-2-2 Sistem Pentanahan Netral Pengaman (PNP)


Bagian konduktor terbuka (BKT) peralatan atau perlengkapan
dihubungkan dengan penghantar netral yang ditanahkan (penghantar nol)
sedemikian rupa, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah
bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena bekerjanya
pengaman arus lebih.
Sistem PNP terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai pengaman untuk seluruh sistem (untuk penghantar tembaga
yang lebih besar dari 10 mm2) (Gambar 4-170 C1)
2. Sistem PNP dengan penghantar netral dan penghantar pengaman
sendiri-sendiri di seluruh sistem (untuk penghantar tembaga yang
lebih kecil dari 10 mm2) (Gambar 4-170 C2)
3. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai pengaman untuk sebagian sistem , sedangkan bagiansistem yang lainnya,
penghantar netral dan pengaman terpisah
sendiri-sendiri. (Gambar 4-170 C1).
Persyaratan umum PNP
Dalam PUIL 1987 pasal 313 B1, disebutkan bahwa luas penampang
penghantar antara sumber atau trafo dan peralatan listrik, harus sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi hubung singkat antara fasa dengan
penghantar nol atau badan peralatan, besar arus gangguan minimal sama
dengan besar arus pemutus alat pengaman yang terdekat, yaitu IA = k. IN, di
mana k adalah faktor yang nilainya tergantung pada karakteristik alat
pengamannya.
Penghantar nol setidak-tidaknya harus diketanahkan pada titik
sumber, di setiap percabangan saluran, ujung saluran dan di setiap
pelanggan.Tahanan pentanahan total penghantar nol (RNE) harus tidak
melebihi 5 Ohm, dengan alasan berikut bila terjadi gangguan ke tanah yang
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 205

biasanya melalui tahanan gangguan RG, maka penghantar netral akan


mengalami kenaikan tegangan sesuai persamaan berikut (tahanan
penghantar diabaikan):

Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari 17 Ohm


jarang terjadi. Batas tegangan sentuh yang aman menurut PUIL atau IEC
adalah 50 volt.

4-8-2-3 Sistem PNP untuk JTR dan Instalasi Pelanggan


Pada jaringan tegangan rendah, penghantar netral berfungsi sebagai
penghantar pengaman dan diketanahkan di sepanjang saluran. Titik
bintang trafo distribusi diketanahkan. Pada instalasi pelanggan, mulai dari
PHB utama penghantar pengamannya terpisah tersendiri dari penghantar
pengamannya, bila penampangnya kurang dari 10 mm2. Setiap pelanggan
diharuskan memasang sebuah elektroda pentanahan melalui penghantar
pentanahan yang tersambung ke rel atau terminal netral pengaman dalam
PHB.
Tujuan pentanahan ganda pada penghantar netral sepanjang JTR
dan pentanahan di setiap pelanggan adalah untuk:
a) Mencecah terjadinya tegangan yang terlalu tinggi pada penghantar
netral, termasuk badan peralatan pelanggan bila terjadi gangguan
satu fasa ke tanah ataupun hubungan singkat fasa netral, ataupun
kegagalan isolasi peralatan.
b) Mencegah terjadinya kenaikan tegangan yang terlalu tinggi akibat
terputusnya penghantar netral. Pada pelanggan yang netralnya
terpisah dari sumber atau gardu distribusi.
c) Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk badan
peralatan, dalam hal ini ada arus netral akibat beban yang tidak

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 206

seimbang.
d) Mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat
netralnya, bila JTR yang ada di bawah JTM menyentuh JTM.
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral maka bila
terjadi kegagalan isolasi pada peralatan, arus gangguan akan lebih terjamin
cukup besarnya sehingga alat pengaman selalu bekerja/putus dengan
cepat, sebab penghantar netral merupakan jalan kembali yang baik, tidak
hanya tergantung pada elektroda pentanahan pada sistem PP. Tegangan
sentuh yang terjadipun relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem PP.
4-8-2-4 Bahaya Putusnya Penghantar Netral pada Sistem PNP
Bila penghantar netral terputus, arus beban masih mungkin mengalir
melalui tanah, akibatnya akan terjadi kenaikan tegangan pada penghantar
netral. Karena pengaman peralatan pelanggan terhubung ke netral, maka
kenaikan tegangan netral tersebut akan dirasakan di badan peralatan
pelanggan. Hal ini dapat membahayakan pelanggan. Bila pentanahan netral
yang seharusnya dilakukan di titik-titik tertentu (di netral trafo distribusi, di
tiang awal dan tiang akhir) tidak dilakukan, maka pada saat terjadi
penghantar netral putus akan terjadi kenaikan tegangan pada fasa-fasa
yang berbeban rendah dan penurunan tegangan pada fasa yang berbeban
tinggi di jaringan yang penghantar netralnya tidak terhubung pada sumber.

4-8-3 Pengaman Terhadap Arus Lebih TR


Pada umumnya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan arus
lebih karena adanya hubungan singkat dan adanya perubahan atau
perkembangan beban. Hubungan singkat yang dapat terjadi dalam
distribusi tegangan rendah adalah :
- Hubungan singkat 3 fasa
- Hubungan singkat fasa-fasa
- Hubungan singkat satu fasa ke tanah
Dengan mengakibatkan reaktansi pada jaringan karena harga yang
kecil dibandingkan tanahan jaringan, dan harga tanahan urutan nol, positif
dan negatif sama besar, besar arus hubung singkat secara sederhana dapat
ditentukan sebagai berikut :

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 207

Hubungan singkat fasa netral

R = Tahanan Jaringan
RG = Tahanan Gangguan
RX = Tahanan pengantar netral
RE = Tahanan pentanahan titik netral
Pada saluran tegangan rendah dengan penghantar telanjang
gangguan ketanah lebih sering terjadi dan dapat berupa :
a) Kawat fasa putus dan menyentuh tanah
b) Hubung singkat dengan penghantar netral
c) Hubung singkat dengan crossarm/tiang
- Yang penghantar netral dihubungkan ke tiang
- Yang menghantar netral tidak dihubungkan ke tiang

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 208

d) Sentuhan kawat fasa dengan pohon/benda


e) Sentuhan SUTM dengan SUTR
Gangguan butir a dan b umumnya gangguan melalui tahanan yang
cukup tinggi dan bahkan bisa mencapai ratusan ohm, tergantung kepada
keadaan tanah ataupun ranting pohon, tanah atau ranting yang basah
mempunyai tahanan yang lebih rendah dari pada tanah/ranting kering. Jadi
arus gangguan dalam hal ini kecil dan adakalanya tidak cukup besar untuk
mengoperasikan pelebur yang terpasang. Dalam hal hubungan singkat fasa
netral, tahanan gangguan hampir mendekati nol sehingga arus gangguan
akan besar sekali dan akan mengoperasikan pelebur.
Dalam hal hubungan singkat dengan crossarm yang penghantar
netralnya dihubungkan ke tiang besi maka keadaannya hampir sama
dengan hubungan singkat ke netral yaitu arusnya besar. Bila digunakan
tiang harus ada penghantar pentanahan yang menghubungkan crossarm
dengan elektroda pentanahan. Jika tiang besi tidak digunakan untuk
mentanahkan kawat netral dan tidak tersambung ke netral, maka tahanan
pentanahan akan tinggi (tiang besi ditanam 1/6 dari panjang tiang atau 1,5
2 m), bisa mencapai 50 ohm tergantung keadaan tanahnya arus gangguan
relative kecil dan ada kalanya tidak cukup besar untuk menyebabkan
beroperasinya pelebur di gardu. Bila tegangan sentuh yang timbul tidak
berada dalam batas yang diizinkan, maka hal ini akan merupakan hal yang
berbahaya bagi seseorang yang menyentuh tiang tersebut.
Dalam hal sentuhan SUTM dengan SUTR diharuskan memakai sistim PNP

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 209

dimana tahanan pentanahan secara menyeluruh rendah, maka gangguan ini akan
memberikan arus yang besar tergantung pada pentanahan netral SUTM nya. Pada
penghantar berisolasi gangguan biasanya berawal dari gagalnya isolasi penghantar
akibat panas yang berlebihan (beban lebih penghubung sadapan yang kurang
kencang dsb) yang kemudian menular kepenghantar lain sehingga menimbulkan
gangguan hubung singkat fasafasa netral dan bahkan hubungan singkat tiga fasa.
Akibat yang ditimbulkan oleh arus singkat adalah :
1. Akibat thermis berupa hangus/lumernya isolasinya penghantar atau
penghantar itu sendiri naiknya temperature minyak transformator.
2. Akibat pengasuh gaya elektro meknetis yang berupa bengkoknya
penghantar/rel berayunnya menggelumbungnya tangki transformator.
4-8-4 Pengaman Arus Lebih TR
Pengaman arus lebih di sisi tegangan ada beberapa macam :
1. No. Fus Breaker NFB
No. Fuse Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus apabila
arus yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas maka sistim
magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan
memerintahkan breaker melepas beban.
2. Pengaman lebur (sekering)
Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya
bagian dari komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan
ukurannya untuk itu membuka rangkaian dimana sekering tersebut
dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai
tertentu dalam jangka waktu yang cukup (SPLN 64 : 1985 : 1). Fungsi
sekering dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatannya yang tersambung dari
kerusakan dalam batas nilai pengenalnya setiap saat (PUIL 64:1985:24).

4-8-5 Menentukan Kapasitas Pengaman Lebur


Untuk menentukan arus pengenal pelebur yang akan digunakan
patokan-patokan berikut :
a) Tegangan pengenal pelebur harus dipilih sesuai dengan tegangan
jaringan yang akan diamankan.
b) Arus pengenal pelebur harus lebih besar dari arus beban
penghantar. Untuk beban distribusi yang sebagian besar merupakan
penerangan arus pengenal diambil sebesar 1,1 1,2 arus beban
maksimum.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 210

c) Arus beban maksimum sebaiknya diambil sebesar 0,8 x KHA


penghantar.
d) Arus pengenal pelebur harus lebih kecil dari arus hubung singkat
(yang terbaik adalah terhadap hubung singkat fasa netral
sedangkan hubung singkat fasa-fasa dan hubung singkat 3 fasa
mutlak harus dapat diamankan) dititik terjatuh.
e) Untuk memberikan pengaman pada transformator distribusi harga ini
tidak boleh melebihi angka di dalam tabel 5-11.
Contoh soal : Suatu gardu distribusi dengan kapasitas trafo 100 kVA 3
fasa mempunyai jaringan TR 2 jurusan dengan menggunakan kabel TIC A1 4 x 70
mm2. Panjang jaringan
penjurusan 800 m.
Hitung : Besar arus pengenal lebur.
Jawab :
KHA TIC 70 mm2 dari tabel diperoleh 185 A (pada 400 C)
Arus beban maksimum yang dianjurkan adalah 80 % x 185 A = 150 A
Arus pengenal lebar 1,2 x 150 A = 180 A
Kapasitas pelebur yang ada yang terdekat dengan 180 A adalah 160 A.
Dari tabel 5-10 untuk trafo 100 KVA 3 fasa, arus pelebur sekunder minimum
160 A.
Dan maksimum 200 A jadi harga ini masih memenuhi.
Sekarang akan dihitung kecepatan untuk memutuskan arus hubung singkat
dititik ujung. Tahanan pengantar sampai dititik ujung = 0,8 x 0,54 Ohm =
0,432 Ohm.
Arus gangguan fasa netral.

Pada hubungan singkat fasa netral arus hubungan singkat akan diputus
dalam waktu 40 detik (lihat gambar 4-175)
Arus gangguan fasa-fasa ditik ujung adalah :

Bila digunakan pelebur 160 A, dari gambar 3B arus 484 A ini akan dapat
diputus dalam waktu 3,5 detik.
Arus gangguan 3 fasa dititik ujung adalah :

Dengan pelebur 160 A, arus ini akan diputus dalam 1,8 detik.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 211

Konstanta tahanan, reaksi dan KHA kabel pilin udara jenis NF A2X
Pada suhu keliling maksimum 400 C.

Tabel 4-13. Rekomendasi pemilihan arus pengenal pelebur 24 kV jenis


letupan (Publikasi IEC 282-2 (1970). NEMA disisi primer berikut
pelebur jenis pembatas arus (publikasi IEC 269-2
(1973)(230/400V) disisi sekunder yang merupakan pasangan
yang diserahkan sebagai pengaman trafo distribusi.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 212

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 213

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 214

4-8-6 Koordinasi Pengaman Lebur


Sistem pengaman lebur tidak bisa bekerja sendiri, perlu adanya koordinasi
antara pelebur sisi primer dan sekunder pada trafo distribusi. Bila pada sisi
primer trafo dipakai pelebur untuk pembatas arus, pelebur disisi primer
bertugas menjaga batas ketahanan trafo terhadap gangguan hubung singkat
pada belitan trafo tetapi tidak sampai melebur karena inrush current.
Sedangkan pelebur sisi sekunder bertugas mengamankan trafo dari arus
lebih karena gangguan pada JTR untuk lebih jelasnya lihat tabel 5-10.

BAB V JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH


5-2 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah
Kabel tanah Tegangan Menengah yang dipakai adalah kabel tanah dengan
pelindung mekanis bagian luar (pita baja), dengan berpelindung medan magnet dan
elektris. Kabel dapat berbentuk multicore belted cable atau single core full isolated
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 215

cable. Dipakai kabel Alluminium berurat dipilin dengan bahan isolasi XLPE. Pada
umumnya kabel tegangan menengah ini terdiri atas 3 x 1 core atau 1 x 1 core dengan
ukuran penampang 300 mm2 , 240 mm2 , 185 mm2 , 150 mm2 , 70 mm2 , dan 25
mm2 . Pemilihan pemakaian tergantung beban/kerapatan beban yang dilayani.
Kabel tanah diletakkan pada minimum:
- 0,8 meter di bawah permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan.
- 0,6 meter di bawah permukaan tanah pada jalan yang tidak dilewati kendaraan.
- Lebar galian sekurang-kurangnya 0,4 meter
Catatan:
Ketentuan ini sangat bergantung pada peraturan daerah setempat.
Contoh di Jakarta kabel digelar pada minimum 1,1 meter di bawah
permukaan tanah.
Kabel harus dilapisi pasir halus setebal minimum 5 cm dari permukaan kulit
kabel dan bagian atas diberi pelindung mekanis untuk maksud keamanan terbuat dari
beton, batu atau bata (lihat gambar penampang galian kabel tanah menurut standard
konstruksi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Tangerang). Kabel tegangan lebih
tinggi berada di bawah yang bertegangan rendah.
5-2-1 Konstruksi persilangan kabel telekomunikasi dan kabel listrik non PLN.
- Kabel listrik harus di bawah kabel telekomunikasi kabel harus dilindungi dengan
pelindung (pipa beton belah, plat beton, pipa yang tahan api). Kedua sisi persilangan
pelindung di tambah 0,5 meter.
- Jika jarak antara kabel tanah dengan kabel telekomunikasi kurang dari 0,5 meter
pelindung harus di dua kalikan (tambahan pelat beton).
- Bila kabel telekom sejajar dengan kabel TM panjang selama sejajar harus
dimasukkan dalam pipa beton belah, pelat beton atau sejenis.
- Jarak kabel tanah dengan instalasi telekom minimal 0,3 meter dan harus diberi
pelindung (termasuk tiang telekom). (lihat standard konstruksi PT. PLN (Persero) ).
5-2-2 Persilangan kabel tanah TM dengan rel kereta api,
- Rel ka bel harus berjarak minimal 2 meter dari rel kereta api.
- Jika terjadi persilangan, kabel harus dimasukkan dalam pipa gas dengan diameter
minimal 4 inchier (10 cm) dan diiebihkan 0,5 meter dari masing-masing garis
vertikal kid kanan rel kereta dengan kedalaman 2 meter dibawah rel kereta api.
- Hal yang sama jika melintas dipekarangan atau bangunan PT. KAI.
Catatan:
1. Harus dilaksanakan pengaturan agar kabel dapat diambil kembali dengan
tidak usah menggali lagi bagian bawah jalan kereta api
2. Pekerjaan yang dilaksanakan di atas tanah milik PJKA agar dilakukan oleh
kontraktor yang disetujui PJKA
3. Sama halnya dengan perlintasan pada jalan raya, pada penyebrangan jalan
kereta api juga harus ditambahkan 2 pipa cadangan.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 216

5-2-3 Persilangan dengan jalan raya atau jalan lingkungan.


- Kabel harus di masukkan kedalam pipa beton atau PVC atau selubung baja, yang
diiebihkan masing-masing 0,5 meter sisi kiri
- Dibawah penerangan, melintasi jalan lingkungan kabel harus dilindungi dengan
pelindung pipa beton separuh, PVC atau sejenis.
5-2-4 Persilangan dengan saluran air dan bangunan air.
- Kabel harus ditanam minimal 1 meter di bawah saluran air. Jika dibawah laut harus
ditanam sedapat mungkin 2 meter di bawah dasar laut.
- Jarak minimal ka{ bel tanah dengan bangunan air adalah 0,3 meter dan harus
dimasukkan kedalam pipa beton/logam dengan diameter minimal 10 cm dan
dilebihkan 0,5 meter pada kedua sisi perlintasan.
- Pada kedua tepi saluran air dimana kabel tanah ditanam harus diberi tanda yang
cukup untuk dilihat pengemudi kapal.
- Jika harus menyeberangi saluran air jembatan kabel khusus harus tersedia.
5-2-5 Pendekatan kabel dengan konstruksi instalasi diatas tanah.
- Jarak kabel minimal 0,3 meter dari kaki keluar konstruksi dan harus dilindungi
dengan pipe baja atau bahan yang kuat, tahan lama, tahan api. Jika jaraknya kurang
dari 0,8 meter dan diberi tambahan 0,5 meter dari sisi kin kanan lintasan.
- Kabel keluar dari tanah (opstik kabel) pada tiang harus dilindungi pipa galvanis
minimal panjang 2,5 meter di atas tanah. 5-2-6 Prosedur Peletakan Kabel Tanah
- Kabel diletakkan minimal berjarak 2 x diameter kabel atau 20 cm dari kulit luar
kabel.
- Perletakan kabel yang lebih dari 2 kabel baik vertikal atau horizontal mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Kondisi ini menurut KHA kabel faktor perkalian
ini disebut faktor perletakan, untuk jelasnya lihat 7.3-34 s/d 7.3-35 PUIL 2000.
(berlaku untuk perletakan di udara atau di tanam).
- Pada tiap jarak 5 meter jalur kabel harus diberi patok tanda kabel.
- Pada tiap sambungan kabel harus diberi patok tanda sambungan kabel.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 217

5-2-7 Ketentuan-ketentuan yang tidak terdapat dalam PUIL


- Lintasan di atas rel kereta api.
D 1,5 meter di atas fasilitas kereta api (misalnya tiang rel-kereta listrik)
- Jarak tiang terhadap rel kereta api.
D panjang tiang.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 218

- Lintasan dengan SUTT.


D 3 meter ( 70 kV)
D 4 meter (150 kV)
- Jarak terhadap tower transmisi
D tinggi tiang atau
D 1,5 tinggi tiang
- Lintasan di atas jalan raya utama
D 6 meter pada temperatur 60O C tanpa angin
- Sudut lintasan maksimum dengan jalan raya utama atau sungai sebesar 30O C
- Lintasan di atas saluran/sungai, minimum 6 meter saat air pasang ditambah 1,5
meter diatas tiang layar. (untuk sungai besar tidak dianjurkan saluran TM melintasi
sungai).
5-2-8 Persiapan Pelaksanaan Penggelaran Kabel Tanah
- Persiapan gambar rencana pelaksanaan pada peta 1 : 5000 atau 1: 200
- Survai dalam pembersihan jalur kabel.
- Penggalian titik kontrol jalur kabel pada tiap 50 meter (injeksi test galian) untuk
meneliti kemungkinan adanya utilitas lain.
- Check dokumentasi asbuilt drawing utilitas-utilitas lain.
- Persiapan material penunjang (Pasir urug, Batu patok/tanda, Batu peringatan, Pipa
beton/PVC/ sejenis).
- Pekerjaan pendahuluan telah dilaksanakan {Lintasan/CrossingBoring
- Jembatan kabel, Pembersihan rencana jalur kabel, Rambu-rambu K3, Alat-alat kerja
(rol kabel, dan lain-lain)}.
- Pelaksanaan penggelaran/penarikan kabel dengan 1 supervisor, 1 mandor, 1 kuli
tiap 5 meter.
Berikut ini adalah gambar perlengkapan persiapan penanaman kabel tanah
dan alat angkut untuk menunjang pemasangan kabel tanah dan selanjutnya gambargambar pekerjaan sebelum penanaman kabel tanah.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 219

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 220

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 221

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 222

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 223

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 224

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 225

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 226

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 227

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 228

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 229

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 230

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 231

5-3 Penyambungan kabel tanah


5-3-1 Ujung kabel sebelum penyambungan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 232

- Apabila dua kabel akan di sambung, maka kedua ujung yang akan disambung itu
harus dilebihkan satu dari yang lainnya sepanjang 1 meter.
- Sebagai ketentuan umum, kabel pada setiap sisi kotak sambungan tidak dilebihkan
panjangnya.
5-3-2 Tutup/Dop Ujung Kabel
- Kabel di dalam lubang galian, baik sesudah maupun sebelum diurug, harus
dipasangkan tutup/dop ujungnya sebagaimana mestinya atau diperiksa apakah betul
sudah baik pemasangannya.
- Dalam hubungan ini perlu diperhatikan, agar di antara ujung kabel dengan
tutup/dop ujung kabel harus ada bagian kabel yang dikupas bersih.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 233

5-3-3 Memberi label nama pada kabel bawah tanah


- Agar pemberian tanda kabel bawah tanah lebih mudah, maka akan diberi label-label
tanah dengan jarak antara yang sama (setiap 6 meter). Label-label ini akan dicetak
seperti contoh ini.
- Permukaan label timah yang ada tulisannya itu akan diletakkan diatas kabel : label
itu akan diikat dengan kawat yang digalvanizir.

5-3-4 Pemberian tanda pada kotak sambungan (junction box)

Catatan: Label-label harus ditempatkan sedekat mungkin dengan kotak sambung


Mengubah mengatur kembali jaringan tenaga listrik yang sudah
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 234

terpasang/beroperasi:
Sebelum membuat sesuatu perubahan terhadap sistem jaringan yang sudah terpasang
harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:
- putuskan saluran listrik pada kabel dan hubungkan kedua ujung kabel ke
dalam tanah;
- bila galian sudah terbuka, lepaslah kedua kabel dan periksalah apakah nama,
jumlah, seksi,
tegangan, tahun penanaman sesuai dengan apa tertera pada gambar;
- pastikan bahwa kabel yang akan dipotong telah benar dengan menggunakan
alat deteksi kabel
(radio detection)
- pengawas pekerjaan dari PLN harus memeriksa apakah pada bagian kabel
yang akan dipotong
itu sudah tidak bertegangan.
5-3-5 Peralatan untuk memeriksa tegangan listrik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 235

Catatan:
1. Sarung tangan harus dibawa dalam tas khusus
2. Periksa keadaan sarung tangan sebelum dipakai
5-4 Saluran Udara Tegangan Menengah
5.4.1 Prosedur Penggelaran Kabel Tegangan Menengah.
a. Kabel inti tunggal tegangan menengah harus dilakukan transposisi pada tiap
jarak 4 meter
b. Transportasi kabel dilakukan secara gelondongan/haspel. Penggelaran harus
memakai besi penyangga agar haspel mudah diputar.
c. Jika kabel sangat pendek di bawah 30 meter transportasi dapat dilakukan tanpa
haspel namun kabel diangkut dalam gelondongan menyerupai angka 8.
d. Untuk mencegah deformasi penampang kabel, tidak diperboleh- kan tergilas
kendaraan umum.
e. Peralatan kerja yang diperlukan; Dongkrak/penyangga kabel, rol datar
dipasang tiap jarak 5 meter, rol belok, rol tikungan, penarik ujung kabel,
peralatan penggulung.
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 236

f. Sebelum digelar, dilakukan penyuntikan guna mendapatkan kemungkinan


adanya fasilitas-fasilitas lain di dalam tanah.
g. Penggelaran dilakukan per haspel.
h. Setelah penggelaran lubang galian harus di timbun kembali.
i. Kabel di beri identitas yang terbuat dari logam timah/dyno dengan
mencantumkan; nama pelaksana/jointer, tanggal penyambungan, nama kabel,
merk sambungan, kode sambungan.
5-4-2 Mengidentifikasi masalah penggelaran SKTM
a. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam penggelaran kabel tanah adalah
pengawasan pada saat menggelar kabel, baik kabel itu sudah dalam kemasan
haspel atau dalam bentuk gulungan membentuk angka 8. Hal ini menyangkut
keamanan dan keselamatan pada saat pembebanan kabel.
b. Jika terdapat kabel ciri/cacat pada selubung atau isolasinya (terutama isolasi)
yang disebabkan oleh kesalahan pada saat penggelaran, akan mempengaruhi
KHA kabel. Walaupun pada setiap kabel sudah mempunyai batas toleransi (faktor
koreksi), terutama pada kabel yang dibebani terus-menerus.
5-4-3 Membuat laporan
a. Setiap akhir pekerjaan wajib membuat peta pelaksanaan (asbuilt drawing) pada
peta 1: 200 dan peta 1:5000 yang mencamtumkan; nama penyulang/kabel, titik
sambungan, posisi perletakan kabel, tanggal dan nama pelaksana, jenis kabel,
posisi transposisi jika memakai single corecable/kabel inti tunggal, posisi lintasan
kabel dengan inti lintasan lain, nomor haspel.
b. Dokumentasi pelaksanaan (photo/gambar pelaksanaan)
c. Laporan pelaksanaan, nomor perintah kerja. 5-4-4 Kotak Sambung dan Kotak
Ujung Saluran Kabel Tegangan Menengah 5-4-4-1 Merencanakan dan
mempersiapkan pemasangan kotak sambung dan kotak ujung SKTM
5-4-4 Kotak Sambung dan Kotak Ujung Saluran Kabel Tegangan Menengah
5-4-4-1 Merencanakan dan mempersiapkan pemasangan kotak sambung
dan kotak ujung SKTM
a. Sambungan kabel tanah setelah penggelaran tiap 1 haspel ( 300 meter) perlu
disambung.
b. Tata cara penyambungan sesuai dengan teknologi yang dianut dan dilakukan
oleh pelaksana bersertifikat. Contoh: metode Raychem, Premoulded, 3m dan
lain-lain.
c. Hal yang sama dengan terminasi kabel.
d. Sambungan terminasi kabel pada saluran udara penghantar tak berionisasi
harus dilindungi dengan Arrester. Arus pengenal Arrester 5 kA, jika sambungan
di tengah saluran. Arus pengenal Arrester 10 kA, jika sambungan di ujung
saluran.
e. Pada titik sambungan kabel harus diberi cadangan lintasan dengan cara digelar
seperti gambar berikut Demikian pula pada kabel yang naik tiang kesaluran
udara.
5-4-4-2 Memasang kotak sambung
Ada 2 macam sambungan berdasarkan tempatnya:
a. Sambungan yang mengalami tegangan tarik dipakai tention joint / joint sleve
b. Sambungan yang tidak mengalami tegangan tarik dipakai non tention joint /
Connector atau paralel groove yaitu pada section pole. Paralel groove ini dipakai

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 237

agar bisa dibuka waktu mencari gangguan, pemakaiannya harus double per phasa
karena konduktiviti parallel groove ini hanya 60% dari konduktiviti kawatnya per
buah. Section pole / tention pole sendiri dipasang pada setiap 10 gawang dan
pada tention pole ini paralel groove dipasang.
5-4-4-3 Mengidentifikasi masalah pemasangan kotak sambung dan kotak
ujung
a. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pemasangan kotak sambung adalah
pengawasan pada saat menyambung kabel, jangan sampai terdapat celah atau
cacat lubang (void) yang bisa menyebabkan timbulnya udara atau air yang
menerobos ke dalam kotak sambungan, sehingga bisa terjadi arus bocor atau
flesh over.
b. Permukaan kontak antara kedua kabel yang disambung harus seluas mungkin
sehingga tidak akan mempengaruhi/mengurangi KHA kabel. Walaupun pada
setiap sambungan kabel sudah mempunyai batas toleransi (faktor koreksi),
terutama pada kabel yang dibebani terus-menerus. Namun demikian secara
praktis sulit dicapai pada sambungan agar KHA tidak berkurang.
5-5 Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah
5-5-1 Ketentuan-ketentuan Melaksanakan Konstruksi Saluran Udara Tegangan
Menengah (sesuai PUIL 2000)
Penghantar udara telanjang yang di pasang, direntangkan diatas tiang penyangga
dengan isolator penunjang. 240 Gambar 5-43 Jarak aman antara kereta api dengan
tiang
Persilangan saluran udara dengan saluran telekomunikasi dengan jarak Penghantar telanjang berjarak 1 meter, bersilangan 1 meter. - Penghantar berisolasi
berjajar 1 meter, bersilangan 1 meter.
Pemasangan saluran udara TM dengan saluran telekomunikasi harus lebih besar
dari jarak 2,5 meter.
Pemasangan pada satu tiang saluran udara TM dengan saluran udara TR
(underbuilt) pada setiap 3 tiang harus di pasang penghantar pembumian yang
dihubungkan dengan penghantar netral. Contoh : Lihat standard konstruksi PT. PLN
(Persero).
Jarak aman saluran udara terhadap bagian yang terhubung dengan bumi adalah
minimum 5 cm + 2/3 x kV sistem. . Contoh : 5 cm + 2/3 x 24 kV = 5 cm + 16 cm =
21 cm, (Pada tabel 4.131 PUIL tercantum 60 cm untuk Tegangan kerja 20 kV).
Namun jarak aman saluran pada lingkungan umum ditentukan juga oleh pemerintah
daerah.
Jarak antara 2 penghantar saluran udara TM (%20 kV) minimal 60 cm. Jarak
minimum lendutan penghantar terhadap tanah adalah 6 meter. (menurut PUIL-2000,
cukup 5 meter).

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 238

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 239

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 240

5-5-2 Hantaran dan Pemasangan Saluran Udara


1. Penghantar udara yang dipakai adalah dari jenis-jenis :
a. Hantaran tak berisolasi : A2C, ABC, ACSR.
b. Hantaran kabel i. Kabel pilin TM. ii. Kabel inti tunggal (full atau
halfinsulated) Dengan
ukuran : 25 mm2 , 50 mm2 , 70mm2 , 120 mm2 ; 150mm2 , 187, 5
mm2 , 240 mm2 .
2. Tiang yang dipakai adalah dari jenis tiang besi, tower, beton dengan ukuran
panjang 11 m, 12
m, 13 m, 15 m dan dengan kekuatan 350 daN, 500 daN, 800 daN.
3. Isolator yang dipakai adalah :
- Jenis penopang PIN/PIN post/ post isolator untuk tiang tengah
- Jenis isolator penegang, umbrella lipe/model payung-piring atau
- rod non puncher. - Jenis TOEI isolator untuk kawat penegang (guy
wire).
4. Arrester yang dipakai adalah Type 5KA untuk pemasangan pada tiang
tengah. Type 10 KA untuk
pemasangan pada tiang akhir kawat.
5. Penghantar pentanahan, memakai kawat tembaga tak berisolasi minimal
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 241

ukuran 35 MM2
dengan elektoda batang minimal 3 meter.
6. Peralatan bantu lain
Bending wire/preformed
Stainless steelstrap
Uclamp, sengkang
Link.
Mur baut galvanized
7. Tiang ditanam sedalam 1/6 X tinggi tiang
8. Pemilihan kekuatan tiang Besarnya kekuatan tiang dipilih berdasarkan:
- Luas penampang hantaran.
- Sistem jaringan ( 1 fasa, 3 asa)
- Sudut belokan hantaran
- Fungsi tiang (misalnya tiang seksi)
Besarnya kekuatan tiang didasarkan atas temperatur maksimum hantaran,
tanpa hembusan angin Tabel berikut ini memberikan tuntunan pemilihan
besarnya kekuatan tiang.

5-5-3 Kekuatan Tiang Seksi


1. Apabila terjadi perubahan luas penghantar pada satu tiang maka besarnya tiang
yang dipilih, dihitung dengan cara perubahan kekuatan tiang, diasumsikan berfungsi
sebagai tiang awal masing-masing penghantar.
Contoh
Penampang A3C 3 x 150 mm2 bertemu dengan A3C 3 x 35 mm2 , Jarak gawang 40
meter. Berapa kekuatan tiang seksi tersebut.
Jawab:
Tiang awal
A3C 3 x 150 mm2
= 2 x 800 daN
Tiang awal
A3C 3 x 35 mm2
= 800 daN

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 242

Beda kekuatan
= 800 daN
Dipilih besar kekuatan tiang seksi 800 daN.
Sagging (lendutan) dari Jarak Gawang
2. Lendutan atau sagging menentukan besamya kekuatan tarik tiang khususnya tiang
ujung.
3. Perhitungan sederhana besarnya lendutan / sagging adalah
40 cm untuk jarak gawang 40 meter
60 cm untuk jarak gawang 50 meter
85 cm untuk jarak gawang 60 meter
dengan catatan
Temperatur 20 C
Kekuatan angin 50 km/jam
Angka keamanan 2 4.
Untuk kekuatan tiang sebagai fungsi sagging dan jarak gawang dapat dilihat
pada tabel lembar berikut.
5-5-4 Konstruksi Pemasangan Isolator
a. Untuk tiang lurus (line pole), memakai satu isolator Pin atau sejenis.
b. Untuk tiang sudut 0 -15, memakai satu isolator Pin atau sejenis
c. Untuk tiang sudut 15 - 30 memakai dua isolator Pin atau sejenis.
d. Untuk tiang sudut diatas 30 memakai dua isolator tarik dengan cross arm
minimal panjang
2200 cm.
e. Untuk pemakaian isolator jenis post insulator, dapat dipakai dengan sudut
sampai dengan 15,
lebih besar dari 15 memakai 2 isolator tarik (hang isolator).
5-5-5 Konstruksi Elektroda Pembumian
a. Elektroda pembumian ditanam 0,3 meter dari titik tanam tiang atau dari sisi luar
fondasi.
b. Terminal sambungan dengan penghantar pembumian disambung 0,2 meter
dibawah permukaan tanah.
c. Sambungan dilakukan dengan mur baut anti korosif / anti karat.
5-5-6 Palang Sangga (Crossarm, Travers) dengan Ukuran Tertentu
a. Contoh : Panjang 240 cm untuk tiang sudut. Panjang 180 cm untuk tiang tengah
lurus. Material harus terbuat dari metal UNP 8, 15 dan digalvanisir. Contoh
konstruksi PT. PLN (Persero) pada gambar lampiran
5-5-7 Ikatan Isolator pada Hantaran
a. Hantaran diikat dengan isolator memakai bending wire (A3C) atau preformed.
Panjang minimum bending wire 2 meter.
b. Agar diperhatikan tata cara mengikatnya.
5-5-8 Guy Wire (Trekskur) atau Kawat Penarik
a. Guy wire dirancang untuk memungkinkan pemakaian tiang akhir dengan kekuatan
yang kecil, sejauh ruang batas memungkinkan.
b. Guy wire terbuat dad kawat baja anti karat jenis "stranded steel wire", dengan
ukuran minimal 90 mml
c. Dengan memakai guy wire, besar kuat tarik tiang akhir dapat dipilih seminimal
mungkin. Contoh: Konstruksi guy wire standaro konstruksi PT. PLN (Persero).

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 243

5-5-9 Konstruksi Pole Top Switch


Pole top switch memakai tiang 2 x 500 daN atau 800 daN atau 2 x 800 daN, jika
berfungsi sebagai tiang seksi.
5-5-10 Konstruksi Arrester
Arus pengenal Arrester pada tiang ujung, memakai arrester 10 kA.
Arus pengenal pada tiang tengah, memakai arrester 5 KA (lihat konstruksi
Arrester standard konstruksi PT. PLN (Persero)
5-5-11 Konstruksi Cut Out Fused
Cut Out Fused mempunyai fungsi ganda menurut sistem jarngan yang
dianut baik sebagai pengaman hubung tanah satu fasa atau sebagai pengaman
hubung singkat pada gardu.
5-5-12 Konstruksi Kawat Tanah (earth wire)
Konstruksi kawat tanah dipakai di daerah Jawa Timur, dipasang di atas
penghantar fasa
5-5-13 Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah Sistem Multi Grounded
3 Fasa 4 Kawat
Konstruksi sistem 3 fasa 4 kawat atau disebut pentanahan netral bersama
dipergunakan di daerah Jawa Tengah.
Saluran Tegangan Menengah mempunyai penghantar netral yang dijadikan
satu dengan penghantar netral sisi jaringan tegangan rendah.
Konstruksi Saluran Udara sedikit berbeda dengan konstruksi 3 fasa 3 kawat
(di daerah DKI Jaya, Jabar, Jatim & Luar Jawa).
5-5-14 Konstruksi-konstruksi Setempat
Pada beberapa daerah (Sumsel, Lampung, dll) pemakaian model atau ,
masih ada.
Ketentuan pemakaiannya tergantung atas Standard setempat yang dipakai.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 244

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 245

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 246

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 247

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 248

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 249

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 250

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 251

Konstruksi tiang tarik akhir (TM-4), sebagai tiang akhir dari suatu jaringan.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 252

Material Distribusi Kecil (MDK) seperti tertera pada keterangan gambar 5-6.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 253

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 254

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 255

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 256

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 257

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 258

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 259

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 260

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 261

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 262

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 263

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 264

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 265

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 266

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 267

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 268

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 269

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 270

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 271

5-7 Telekomunikasi untuk Industri Tenaga Listrik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 272

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 273

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 274

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 275

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 276

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 277

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 278

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 279

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 280

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 281

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 282

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 283

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 284

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 285

BAB VI
SAKELAR DAN PENGAMAN
PADA JARING DISTRIBUSI
6-1 Perlengkapan Penghubung dan Pemisah
Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali ialah suatu perlengkapan atau
peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, pengubung dan pelindung serta
membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik seperti; pembangkit, gardu induk,
gardu distribusi dan transformator ke saluran pelayanan atau ke pelanggan. Jika
komponen-komponen dari PHB terlihat dari luar tanpa perlindungan selungkup
tertutup maka PHB itu dari jenis terbuka. Pembuatan lain adalah PHB tertutup.
Menurut ukuran dan bentuknya PHB disebut elmari, kotak atau meja hubung bagi.
Ciri-ciri lemari hubung bagi antara lain:
1. Selungkup dan kerangka pada umumnya terbuat dari besi.
2. Dapat bediri sendiri pada lantai, pada dinding atau dipasang dalam dinding.
3. Di bagian papan terdapat panel atau konstruksi panel-panel logam sebagai
penutup dan perlindungan dari komponen-komponen yang terdapat di
dalamnya dan panel itu ditempatkan alat pelayanan atau alat ukur.
Fungsi PHB untuk :
o Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 286

o Melindungi sirkuit dilakukan oleh fase/pelebur


o Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok
Syarat-syarat umum PHB :
Secara umum sebuah PHB harus disusun dan dipasang sedemikian rupa
sehingga terlihat rapi dan teratur, selain itu keberadaan PHB juga menentukan bahwa
pemeliharaan, pemeriksaan dan pelayanan harus dapat dilaksanakan dengan mudah
dan aman. Selanjutnya sesuai dengan syarat pengoperasian kemudahan pengamatan
pengukuran, penekanan tombol, pemutaran atau pelayanan saklar, maka perkerjaanpekerjaan ini harus dapat dilakukan dari bagian depan, tanpa alat bantuan, seperti
tangga atau alat-alat lainya.
Sehubungan dengan itu syarat PHB juga menentukan bahwa di bagian depan,
lorong dan sisi kiri kanan PHB harus terdapat ruang bebas selebar sekurangkurangnya 0,75 meter untuk tegangan rendah atau 1 meter pada tegangan menengah
dan tinggi PHB sekurang-kurangnya 2 meter. Lorong yang di sisi kanan kirinya
terdapat instalasi listrik tanpa dinding pengaman, lebarnya harus sekurang-kurangnya
1,5 meter.
Di sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu kebebasan
bergerak. Untuk pemasangan pada dinding di tempat-tempat umum lemari dan kotak
PHB harus dipasang pada ketinggian sekurang-kurangnya 1,2 meter dari lantai. Pada
instalasi perumahan ketinggian ini ditetapkan 1,5 meter dari lantai.
Syarat PHB menetapkan bahwa lemari dan kontak hubung bagi tidak boleh
dipasang di kamar mandi, tempat cuci tangan, di atas kompor atau di atas bak air.
Macam-macam PHB :
Menurut kebutuhannya PHB dibedakan menjadi 2 macam yaitu : PHB Utama
dan PHB sub instalasi atau PHB cabang.
PHB Utama ialah PHB yang menerima aliran tenaga listrik dari sumber melalui
saklar utama konsumen dan membagikan tenaga listrik tersebut ke seluruh alat
pemakai pada instalasi konsumen.
PHB Sub Instalasi atau PHB Cabang ialah PHB dari suatu instalasi untuk
mensuplai tenaga listrik kepada satu konsumen dan instalasi tersebut merupakan
bagian dari instalasi yang mensuplai konsumen
Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan menjadi sesuai dengan tingkat
tegangan sistemnya yaitu : PHB tegangan rendah (TR), PHB tegangan menengah
(TM) dan PHB tegangan tinggi (TT).
PHB TR yaitu PHB yang banyak dipasang pada instalasi baik milik PLN maupun
milik pelanggan, PHB yang terpasang milik pelanggan, PHB yang terpasang milik

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 287

PLN biasanya ditempatkan gardu induk distribusi sisi sekunder trafo distribusi
sedangkan PHB yang di pelanggan biasanya terpasang pada dinding atau ruangan
tertentu setelah APP ditempat pelanggan tersebut.
PHB TM ialah PHB yang terdapat pada pembangkit atau GI sisi TM berbentuk
lemari panel (kubikel) tertutup terbuat dari bahan besi atau berbentuk gardu sel
terbuka yang dilengkapi peralatan ukur dan
PHB TT adalah PHB yang menggunakan peralatan-peralatan dengan kapasitas yang
besar dan mempunyai resiko bahaya yang tinggi pula sehingga pemasangan PHB TT
ini biasanya ditempat khusus dan terbuka (switch yard) yang dilengkapi ramburambu, pagar dan peralatan pengaman yang memadai.
Menurut tipenya PHB di kelompokkan menjadi 2 tipe yaitu tipe tertutup dan tipe
terbuka.
PHB dengan tipe tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada disuatu
tempat yang tertutup oleh selungkup/pelindung mekanis maupun pelindung elektris.
PHB tipe terbuka yaitu PHB yang semua peralatan atau komponennya berada diluar
dan tampak secara kasar mata dan dilengkapi dengan pagar maupun peralatan isolasi
huna melindungi dari bahaya mekanis

Gambar 6-1. Bentuk lemari dengan bagian yang dapat ditarik keluar

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 288

Gambar 6-2. Busbar tipe terbuka (pandangan depan)


1. Tipe Tertutup (Close Type)
Tipe tertutup ini banyak digunakan dan dikembangkan saat ini di pembangkitan atau
digardu induk yang areal kerjanya tidak luas, biasanya dipasang di lemari hubung
bagi atau kubikel karena bentuknya yang sederhana dengan konstruksi pemasangan
yang sederhana dengan konstruksi pemasangan yang praktis dan lebih aman, sebab
setiap pintu lemari PHB nya dilengkapi dengan penataan sistem interlock dimana
saklar pentanahannya terdapat didalam PHB tersebut.
Apabila pintu PHB akan dibuka maka terlebih dahulu posisi PMT harus terbuka dan
saklar pentanahan dimasukkan, baru pintu PHB dapat dibuka. Begitu pula pada
waktu akan menutup PMT maka posisi pintu tertutup dan saklar pentanahannya
dalam keadaan terbuka.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 289

Gambar 6-3. Salah satu contoh Busbar tipe tertutup (Kubikel)


Busbar pada tipe terbuka ini banyak dijumpai digardu sel atau gardu open
type, dimana semua peralatan termasuk rel pengumpul (Busbar) kelihatan secara
visual. Hal ini menunjukkan bahwa semua peralatan yang terpasang memerlukan
tempat tersendiri sehingga membutuhkan areal yang luas untuk tipe terbuka ini,
karena masing-masing peralatan secara utuh akan terpasang pada PHB tipe terbuka
ini. Oleh karena keadaan terbuka tersebut sehingga bagian-bagian yang bertegangan
dari PHB ini sangat membahayakan operatornya, untuk mengatasi hal tersebut maka
pada PHB/Gardu terbuka selalu diberi pagar dan tanda rambu keselamatan kerja
untuk membatasi daerah berbahaya dan memperingatkan kepada semua petugas agar
lebih berhati-hati.
6-1-1 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR)
Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung Bagi yang
dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu Distribusi baik Gardu
beton, Gardu kios, Gardu portal maupun Gardu cantol. Adapun PHB TR yang
banyak kita jumpai adalah PHB TR yang ada pada PHB TR yang terpasang pada
Gardu Trafo Tiang berbentuk lemari besi yang didalamnya terdapat komponenkomponen antara lain :
1. Kerangka / Rak TR
2. Saklar Utama
3. NH Fuse Utama

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 290

Gambar 6-4. PHB/Gardu terbuka

Gambar 6-5. PHB TR (Out Door)


4. Rel Tembaga
5. NH Fuse jurusan
6. Isolator penumpu Rel
7. Sirkuit Pengukuran

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 291

8. Alat ukur Ampere & Volt meter


9. Trafo Arus (CT)
10. Sistem Pembumian
11. Lampu Kontrol / Indikator
Fungsi PHB TR
Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel
pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan
(Opstyg Cable) yang diamankan oleh NH Fuse
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak unit
PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas atau tidak memfungsikan
rangkaian pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak
banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol terbuang untuk
keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus, sedangkan untuk
mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran pada saat di
perlukan saja dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau Tang
Ampere saja.
6-1-2 Konstruksi PHB TR
Menurut Konstruksinya PHB TR dibagi menjadi 2 (dua) macam
1. Konstruksi PHB TR 2 Jurusan
2. Konstruksi PHB TR 4 Jurusan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 292

Gambar 6-6. PHB-TR Dua Jurusan dan Empat Jurusan


6-1-3 Pengoperasian PHB TR
Untuk mengoperasikan PHB TR baru harus mengikuti prosedur yang sudah
ditetapkan oleh manajemen dalam hal ini adalah unit operasi Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dalam bentuk Standing Operation
Adapun pembuatan SOP bisa mengambil contoh dari beberapa referensi
x Instruction Manual Books
x Data Spesifikasi peralatan PHB TR
x Operation Guidance
x Pengalaman (Experience)
6-1-4 Konstruksi PHB TR Berdiri (Standing)

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 293

Kondisi (Isi) Panel


Gambar 6-7. Diagram Pengawatan PHB-TR
Langkah-langkah Kerja Pengoperasian PHB-TR
1. Petugas Pelaksana Menerima PK dari Asman Distrbusi untuk melakukan
pengoperasian Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Alat K-3. Material Kerja dan Alat Bantu sesuai
dengan kebutuhan
3. Setelah Petugas sampai di Lokasi gunakan Alat K-3 dan selanjutnya lapor ke
Posko, petugas akan mengoperasikan PHB - TR baru
4. Periksa konstruksi PHB TR baru meliputi :
- Buka tutup Saklar Utama
- Lampu kerja dan Lampu Test
- Isolator Fuse Holder
- Konduktor pentanahan (arde)
- Kekencangan Baut
- Rating NH Fuse sesuai dengan kapasitas Trafo Terpasang
5. Barikan Vaselin pada Pisau Saklar Utama dan Fuse Holder

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 294

6. Lakukan pengukuran tahanan isolasi antar arel dan antara Rel dengan Body serta
tahanan pembumian dan dicatat dalam Formulir Berita
7. Bersihkan Rel. Dudukan Fuse Holder, Pisau Saklar Utama (Hefboom Saklar).
Sepatu Kabel dari kotoran/korosi. Dan bersihkan ruangan dalam panel hubung bagi.
8. Periksa kekencangan peningkatan mur/baut pada Saklar Utama, Sepatu Kabel,
Rel, Fuse Holder, kondisi isolator binnen dan Sistem
9. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan secara visual dan amankan
10. Lapor ke posko bahwa kondisi PHB TR dan Petugas dalam keadaan aman dan
selanjutnya meminta tegangan dimasukkan (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh
petugas operasi SUTM).
11. Setelah menerima ijin pemasukan tegangan dari posko masukan CUT
12. Lakukan penukaran tegangan pada sisi masuk saklar utama dan amati putaran
fasa dan selanjutnya catat dalam formulir BA.
13. Masukkan saklar utama (Hefbom Saklar).
14. Masukkan NH Fuse masing-masing jurusan.
15. Lapor ke posko, bahwa pekerjaan pengoperasian PHB TR baru telah selesai
dan petugas akan meninggalkan lokasi pekerjaan.
16. Lepaskan Alat K-3 yang sudah tidak dipergunakan lagi.
17. Buat laporan dan berita acara pelaksanaan pekerjaan pengoperasian
18. Buat laporan pekerjaan pengoperasian PHB TR baru dan berita acara
diserahkan kepada Asman Distribusi. Sebagaimana pengoperasian PHB TR pada
kegiatan pemeliharaanpun diperlukan langkah-langka atau prosedur pemeliharaan
rutin periodik dan berkala yang disahkan oleh manajemen unit setempat sebagai
prosedur
Langkah-langkah pemeliharaan antara lain :
x Persiapan Pemeliharaan
x Pemeriksaan dan Pengukuran
x Pemeriksaaan Pemeliharaan
x Pemeriksaan Hasil Pemeliharaan
x Pembuatan Laporan Pemeliharaan

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 295

Pelaksanaan Pemeliharaan PHB TR


Di bawah ini ditunjukkan gambar pelaksanaan Pemeliharaan PHB TR dengan
membongkar, membersihkan, memeriksa, mengganti dengan peralatan yang baru
bila peralatan yang diperiksa tersebut sudah rusak dan

Gambar 6-10. Pemeriksaan titik sambungan dengan Thermavision


memasangkan kembali ke posisi semula kemudian mencoba dioperasikan oleh
teknisi pemeliharaan yang selanjutnya dibuatkan laporan pengganti peralatan hasil
pemeliharaan PHB TR tersebut.
Langkah-langkah Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan PHB-TR
1. Petugas Pelaksana Menerima PK dari Asman Distrbusi untuk melakukan
pemeliharaan Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Alat K-3. Material Kerja dan Alat Bantu sesuai
dengan kebutuhan
3. Setelah Petugas sampai di Lokasi gunakan Alat K-3 dan selanjutnya lakukan
pengukuran tegangan, arus beban, dan putaran fasa serta catat dalam formulir.
4. Lepas beban jurusan dan buka saklar utama.
5. Laporkan pada Posko bahwa pekerjaan akan dilaksanakan dan meminta pelepasan
CO gardu (pelepasan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi SUTM).
6. Tanahkan (Grounding) seluruh kabel jurusan dengan menggunakan Grounding
cabel TR
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 296

7. Bersihkan Rel, Dudukan Fuse Holder, Pisau Saklar Utama (Hefboom Saklar).
Sepatu Kabel dari kotoran/korosi. Dan bersihkan ruangan dalam Panel Hubung Bagi.

Gambar 6-11. Pelaksanaan Pemeliharaan Salah Satu Komponen PHB TR

Gambar 6-12. Diagram Segaris Gardu Trafo Tiang (GTT)


Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 297

Gambar 6-13. Pemasangan PHB-TR pada Gardu

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 298

Gambar 6-14. Diagram Satu Garis PHB-TR Gardu Tiang Trafo

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 299

Gambar 6-15. Pemasangan PHB-TR pada Gardu Control


8. Periksa kekencangan peningkatan mur/baut pada Saklar Utama, Sepatu, Kabel,
Rel, Fuse Holder, Kondisi Isolator Binnen dan Sistem
9. Bila ada komponen PHB-TR yang rusak maka perbaiki atau ganti
10. Berikan Vaseline pada Pisau Saklar Utama, Terminal Fuse Holder.
11. Ukur dan Catat nilai tahanan isolasi antar Rel dan atau Rel terhadap body setelah
Tahanan Pentanahan dan catat dalam formulir berita
12. Lakukan pada posko bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan meminta
pemasukan CO gardu (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi
SUTM).
13. Lepaskan pentanahan (Grounding cable TR) pada seluruh kabel
14. Laporkan pada posko bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan meminta
pemasukan CO gardu (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi
SUTM).
15. Masukkan saklar utama tanpa beban, kemudian ukur besaran tegangan antara
fasa dan fasa, dan atara fasa dengan nol di rel, serta check arah putaran fasa dan
selanjutnya catat dalam formulir BA.
16. Lakukan pengecekkan Rating NH Fuse untuk disesuaikan dengan
17. Masukkan NH Fuse jurusan secara bertahap.
18. Lakukan pengukuran beban dan catat dalam formulir BA.
19. Tutup dan kunci pintu Panel PHB TR.
20. Tutup ke Posko bahwa pekerjaan memelihara PHB TR telah selesai dan petugas
akan meninggalkan lokasi pekerjaan.
21. Lepaskan alat K-3 yang sudah tidak dipergunakan lagi.
22. Buat laporan Berita Acara pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan PHB
23. Laporkan penyelesaian pekerjaan dan penyerahan Formulir BA kepada Asman
Distribusi. Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk
memindahkan/menyalurkan tenaga listrik tegangan rendah ke tegangan menengah
atau sebaliknya, sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit atau induksi
magnit.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 300

6-2-1 Bagian-Bagian Dari Transformator


Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena arus
listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari lempenganlempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang diakibatkan
oleh arus eddy (weddy current).
6-2-1-1 Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder
Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi baik antar kumparan
maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua kumparan pada inti tersebut
yaitu kumparan primair dan kumparan skunder, bila salah satu kumparan tersebut
diberikan tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada inti serta
menginduksi kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul
tegangan. Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak
trafo, hal ini dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti
trafo oleh minyak trafo dan selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada
kumparan dan inti besi. Pada ujung kedua kumparan trafo baik primair ataupun
sekunder keluar menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar
kumparan dengan body badan trafo.
6-2-1-2 Komponen Utama GTT
Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV)
menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu
(trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di
pasang pada sisi tegangan
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh
samabaran petir dan switching (SPLN
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi
tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih
yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena
beban lebih.
5. Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh
tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat
bila terjadi gangguan satu fasa ketanah maupun yang disebutkan oleh beban tidak
seimbang

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 301

7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di
LV panel.
6-2-1-3 Peralatan Pendukung
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang
memadai baik peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang
dibutuhkan sebagai berikut :
x Megger 1.0 Volt, 5.000 Volt, 10.000 Volt
x Tang Amper dengan range 1.000 Amper
x Drivelt/Phasa Detector dll.
x Shcakel Stick 20kV 13 meter
x Kunci Shock (satu set)
x Kunci Ring (satu set)
x Tang Kupas/Potong
x Pompa Minyak (plastik)
x Dies Compression
x Cable Cutter 600 900 mm
x Tangga Fiber Glass 7 m
x Stainless Steel Belt/Stopping Tool
x Boto Kosong Bersih + Tutup
x Sarung Tangan Katun
x Sepatu Kerja dan lain-lain
Daftar material untuk pekerjaan pemeliharaan seperti tercantum pada
Tabel 6-1. Material Pemeliharaan GTT
No. Material Satuan Jumlah
1 Ground rod 2,5 m Buah 2

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 302

2 Ground rod 1,5 m Buah 4


3 Cincin rod Buah 6
Meter 10
Meter 6
Meter 46
Meter 6
7 BC Draad 50 mm Meter 5
9 NYAF 50 mm Meter 2
10 CCT 6 T 6 (95 / 95 mm) Buah 6
11 STT 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 6
12 STT 7 T 7 (120 / 120 mm) Buah 4
13 STT 8 T 8 (150 / 150 mm) Buah 4
14 SAA 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
15 SAA 5 T 4 (70 / 50 mm) Buah 6
16 SAT 4 (50 mm) Buah 6
17 SKT 6 (95 mm) Buah 12
18 SKT 7 (120 mm) Buah 12
19 SKT 8 (150 mm) Buah 8
20 SKA 5 (70 mm) Buah 2
21 CCO 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
22 Skaklar Utama 630 A (bila rusak) Buah 1
23 Fuse base 400 A Buah 6
24 Fuse Holder/Smeldraad Holder Buah 6

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 303

25 Smel Draad 80 200 A Buah 6


26 Fuse Ling 3 8 A Buah 3
27 Pipa PVC AW 34 Buah 6
28 Stopping Buckle Buah 10
29 Link Buah 10
30 Isolasi PVC Pipa Rol 1
31 Isolator Scot 23 Rol 1
32 Contac Cliner/Sakapen Botol 1
33 Silikon gress/Vaseline CC 50
34 Stainless Steel Strap Meter 15
35 Semen Kg 4
36 Minyak Trafo Liter 25
37 Alkohol Liter 1
38 Kain Majun Kg 1
39 Cat/Meni Besi (abu-abu) Kg 1
40 Thinner Liter 1
41 Engsel Buah 1
6-3 Load Break Switch (LBS)
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus
arus tiga fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan
secara elektronis. Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan
melalui control jarak jauh dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga
merupakan sebuah system penginterupsi hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam
sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem kabelnya yang full-insulated dan
system pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang membuat proses
instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah. Sistem pengendalian elektroniknya
ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja anti karat sehingga
dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 304

friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak
jauh juga dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit
(RTU).
Pada umumnya versi-versi peralatan terdiri dari:
x Pole Top Load Break Switch
x Pole Top Control Cubicle
x Control & Protection Module
Dokumen-dokumen yang terkait antara lain:
x Window Switchgear Operating Sistem (WSOS)
x Tes and Training Set (TTS)
x Database Access Protocol (DAP)
x Specific Telemetry Protocol Implementations
x Panel Kontrol Jarak Jauh
x Workshop Field dan Test Procedures
x Prosedur Penggantian CAPM
Versi-Versi Peralatan mencakup Contact Close dari penerimaan perintah tutup <1.2
sec dan Contact Open sejak diterimanya perintah buka <1.2 sec. Tegangan Line
Maksimum pada Swicthgear Ratings antara 12 atau 24kV dengan arus kontinyu 630
A RMS. Media Isolasi Gas SF6 dengan tekanan operasional gas SF6 pada suhu 20 C
adalah 200kPa Gauge.Pengoperasian secara manual dapat dilakukan secara
independent oleh operator. Tekanan untuk mengoperasikan tuas Max 20 kg. Switch
pemutus beban dilengkapi dengan bushing boots elastomeric untuk ruang terbuka.
Boots tersebut dapat menampung kabel berisolasi dengan ukuran diameter antara 16
32 mm dan akan menghasilkan sistem yang terisolir penuh. Kabel pre-cut yang
telah diberi terminal dapat digunakan langsung untuk bushing switch Pemutus Beban
dan telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan peralatan tersebut. Namun
demikian, untuk kabel, dapat menggunakan yang telah disediakan oleh peralatan
tersebut sepanjang masih memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Konstruksi dan Operasi Load Break Switch dan Sectionaliser diuraikan sebagai
berikut. Load Break Swicth menggunakan puffer interrupter di dalam sebuah tangki
baja anti karat yang dilas penuh yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut
diletakkan secara berkelompok dan digerakkan oleh mekanisme pegas. Ini

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 305

dioperasikan baik secara manual maupun dengan sebuah motor DC dalam


kompartemen motor di bawah tangki.Listrik motor berasal dari batere-batere 24V
dalam ruang kontrol.Transformer-transformer arus dipasang di dalam tangki dan
dihubungkan ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan indikasi gangguan dan
line measurement. Terdapat bushing-bushing epoksi dengan transformer tegangan
kapasitif, ini terhubung ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan line sensing
dan pengukuran. Elemen-elemen elektronik control terletak dalam ruang kontrol
memiliki standar yang sama yang digunakan untuk mengoperasikan swicthgear
intelijen, yang dihubungkan ke switchgear dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke
Swicth Cable Entry Module (SCEM) yang terletak di dalam kompartemen motor.
6-3-1-1 Fitur-fitur Swicthgear
Instalasi penting dan fitur-fitur operator dari load break switch. Mounting
bracket yang cocok untuk pemasangan semua jenis kutup daya. Mounting bracket ini
dipasang ke kutup sebelum hoisting load Poin-poin pengangkatan to hoist Load
Breaket Switch ke dalam posisi untuk dikancing dengan baut ke bracket.
Hubungan tegangan tinggi dibuat dengan kabel berisolasi yang diterminasi pada
bushing-bushing epoksi. Kabel dan bushing-bushing ditutup dengan boot elastomerik
yang terisi dengan lemak silicon untuk menciptakan sistem isolasi. Penangkal arus
kejutan bisa dipasang pada lubang-lubang yang tersedia atau pada kutub. Jika
dipasang ditempat lain maka penangkal arus dipasang pada tangki Load Break
Switch. Sebuah earth bolt M12 disediakan untuk meletakkan load break switch.
Jika terjadi internal arc fault, sebuah vent sisi kutup tangki load break pecah
untuk memberikan ventilasi bagi tekanan yang berlebihan. Ini menghilangkan resiko
ledakan atau lepas dari kutub daya dank arena
Sebuah lengan operasi manual pada sisi yang paling lauh dari kutub
membiarkan operasi hoolstick dari tanah. Dengan menarik sisi lengan yang tepat
maka load break switch bisaditrip atau ditutup. Mekanisme ini tergantung pada
operator: sehingga tidak ada masalah seberapa cepat atau lambat lengan tersebut
digerakkan oleh operator.Indikator-indikator posisiload break switch disediakan di
bagian bawah dan pada lengan operasi.
Sebuah counter operasi-operasi mekanis bisa dilihat melalui jendela pada
bagian bawah kompartemen motor.Kunci untuk mekanisme load break switch
disediakan dengan menarik turun gagang manual loack dengan sebuah hookstick.
Saat terkunci mekanisme tidak bisa trip atau close baik secara mekanisme atau Status
interloack mekanis low gas ditunjukkan pada sisi bawah load break switch. Jika gas
low maka sebuah penutup mengayun ke samping untuk mengekspos tanda merah
low gas warning. Mekanisme juga dikunci secara mekanis sehingga tidak bisa trip

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 306

Gambar 6-16. Detail Load Break Switch


6-3-1-2 Sensor Tekanan SF6.
Load break switch menggabungkan dua sensor tekanan yang memonitor
tekanan gas SF6. Satu sensor dimonitor oleh elemen-elemen elektronik control dan
digunakan untuk menampilkan tekanan gas panel control operator. Jika tekanan gas
jatuh di bawah ambang yang telah diset maka indikasi rendah tekanan SF6
ditunjukkan pada panel control operator (SF6 Pressure Low) dan semua operasi
elektrik dikunci elektronik. Ambang untuk deteksi tekanan rendah dikompensasi
dengan Sensor kedua bersifat mekanis dan mengunci semua operasi jika tekanan gas
hilang. Pemicuan interlock ini terindikasi ketika muncul tanda tekanan rendah yang
berwarna merah pada sisi bawah kompartemen motor. Jika sudah dipicu interlock
hanya bisa direset dengan prosedur untuk pengisian ulang gas pada swicth. Interlock
gas ini hanya merupakan alat-alat pendukung. Operator harus selalu memeriksa
tampilan tekanan gas dalam ruang kontrol dan indicator tekanan gas rendah sebelum
operasi load break switch.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 307

6-3-1-3 Memori Switchgear


SCEM di dalam kompartemen motor memiliki sebuah memori elektronik
untuk menyimpan informasi tentang unit tersebut. Informasi ini meliputi nomor seri,
breaking rating, continuous current rating, jumlah operasi mekanis, jumlah operasi
mekanis , tegangan terukur, dan sisa umur kontak (per fasa) yang kesemuanya
tersedia pada tampilan operator. Yang perlu mendapat perhatian bahwa counter
operasi-operasi mekanis pada bagian bawah load break switch bisa berada di luar
jalur ketika hitungan operasi disimpan dalam memori jika switch dioperasikan secara
manual tanpa koneksi dan power up ruang kontrol.
Demikian pula, umur kontak pada memori switchgear bisa tidak benar jika operasi
switching manual dilakukan tanpa ruang kontrol terhubung Puffer interrupter dalam
load break switch memiliki rating tugas yang diberikan pada Bagian 3. elemenelemen elektronik kontrol mengukur making/breaking current setiap saat load break
switch beroperasi. Arus terukur ini digunakan untuk menghitung jumlah pemakaian
kontak yang telah dialami setiap interrupter dan sisa umur kontakpun diupdate. Sisa
umur kontak disimpan dalam memori switchgear dan dapat ditampilkan dalam ruang
kontrol. Jika sisa umur kontak mencapai nol pada fasa manapun maka load break
switch harus diperbaharui. Karena breaking current aktual diukur dan sebagian besar
beban benar-benar lebih rendah dari line current maksimum, maka metode
pemantauan ini diharapkan akan memberikan umur operasi yang lebih panjang dari
metode penghitung operasi sederhana.
6-3-1-5 Penyambung ke Kontak Kontrol
Load break switch dihubungkan ke ruang kontrol dengan sebuah kabel
kontrol. Kabel ini dimasukkan ke kompartemen motor pada bagian
Kabel kontrol membawa hubungan-hubungan berikut ini :
Signal-signal operasi motor Travel switches yang memantau posisi kontak-kontak
(satu switch yang menandakan close dan lainnya menandakan open) dan posisi gas
interlock/interlock mekanis. Transformer-transformer arus dan layar-layar tegangan
yang dimasukkan dalam bushing-bushing yang mengirimkan signal ke elemenelemen elektronik untuk memonitor line current arus bumi dan tegangan fasa/bumi.
Jika kabel kontrol dilepas (pada salah satu ujungnya) maka sigmal-sigmal ini secara
otomatis dipersingkat oleh elemen arus di dalam load break switch. Signal-signal
untuk membaca dan menulis memori switch.
6-3-1-6 Kontak Kontrol dan Panel Peralatan
Kontak control dirancang untuk tujuan pengoperasian untuk tiang pancang di
ruang terbuka. Kontak kontrol tersebut mempunyai jendela ber-engsel yang dapat
diakses oleh petugas operasional dalam segala cuaca sebuah pintu masuk untuk staf
pemeliharaan.
Baik pintu maupun jendela tersebut dapat digembok untuk demi keamanan dan pintu

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 308

bisa dipindahkan jika perlu. Gambar 6-20 menunjukkan dimensi ruang control. Di
dalam cover terdapat sebuah panel peralatan dengan ciri-ciri utama berikut.
x Ruang kabel-kabel menampung transformer-transformer kabel LV dan sakelar
pemutus untuk batere dan suplai Bantu.
x Ruang elemen-elemen elektronik menampung Modul Kontrol dan Proteksi
(CAPM) dan Sub-Sistem Panel Operator (OPS). Ruang ini disegel untuk melindungi
elemen-elemen elektronik dari polusi udara.
x Ruang batere menampung 2 batere 12 Volt.
x Slot untuk radio digunakan untuk menaikkan radio komunikasi,modem atau kartu
IOEX. Nampan ini tergantung ke bawah untuk mengekpos radio/modem dan dapat
dilepaskan untuk pemasangan
x Modul Entri Kabel Kontrol menyediakan terminasi dan penyaringan untuk kabel
control, modul ini ditempatkan di belakang sebuah panel yang dapat dipindahkan.
x Kabel control yang masuk dihubungkan ke P1 dari CCEM, alat pemasang kabel
N03-505 dihubungkan ke P2 dari CCEM.
x Kompartemen pemanas untuk pemanas ruang control.
Di tengah panel peralatan terdapat sebuah pipa karet untuk saluran kabel yang
menampung sistem kabel internal. Panel peralatan dapat dipindahkan dengan
melepaskan hubungan-hubungan eksternal dan baut-baut ini bisa dilakukan di
lapangan jika dianggap perlu untuk mengganti keseluruhan panel peralatan.
Demikian pula mungkin lebih mudah untuk mengganti seluruh ruang control.
Panel peralatan diatur sedemikian sehingga komponen-komponen yang sensitif
terdapat panas, batere ditempatkan di bagian bawah dekat tempat masuknya udara.
Pada keadaan-keadaan tropis, pengaturan ini menjamin batere dapat bertahan dalam
beberapa derajat suhu sekitar setiap saat dan dengan demikian memaksimalkan umur
batere.
Di samping bagian yang paling menimbulkan panas, suplai listrik ditempatkan di
bagian atas ruang sehingga dapat meminimalkan dampak pemanasan pada bagianbagian lain.
6-3-1-7 Sumber Tenaga Tambahan
Supply tenaga tambahan digunakan oleh kotak control untuk
mempertahankan daya pada batere lead-acid yang telah disegel yang digunakan
untuk tenaga cadangan saat tenaga tambahan padam.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 309

Tenaga tambahan berasal dari salah satu dari dua sumber berikut ini :
x Suplain LV disediakan oleh utility. Sehingga terhubung ke kotak control. Dalam
hal ini ruang control dipasang dengan sebuah transformer yang cocok dan plat
namanya menunjukkan tegangan supply tambahan yang diperlukan.
x Supply kabel HV ke transformer tegangan (VT), dipasang pada kutub dan
dihubungkan ke dalam Swicth Cabel Entry Module (SCEM) dalam kompartemen
motor. Ini disebut HV supply. Dalam hal ini plat rating pada transformer
mengindikasikan rating tegangan.
x Bagian 6 memberikan rincian tentang earthing dan hubungan listrik
6-3-1-8 Slot untuk memasukkan kabel
x Kabel control dari recloser yang disambungkan ke connector P1
x Satu atau dua mains supply yang di belakang panel peralatan. Dua lubang 20 mm
yang disediakan untuk entri kabel.
x Kabel komunikasi/antenna radio, lubang 16 mm disediakan
Sebuah konektor enam arah yang disebut Poin Injeksi Arus terletak pada
kompartemen utama. Konektor ini digunakan dengan Test and Training Set (TTS)
untuk melakukan injeksi sekunder sementara switchgear terhubung. Proses ini
membuat injeksi peralatan tanpa Indikator gangguan eksternal pilihan dapat dipasang
pada bagian atas kontrol atas ruang kontrol. Ini adalah xenon stobe yang akan
menyala jika elemen elektronik kontrol mendeteksi adanya gangguan
Setelah suatu event Maximum Current diadakan (di mana gangguan telah berakhir)
arus-arus line dipantau selama satu detik. Jika arus pada ketiga fasa jatuh ke nol
selama waktu ini maka event Supply Interrupt akan diadakan yang mengindikasikan
pembukaan sebuah pemutus arus hulu. Arus nol ditentukan sebagai ambang untuk
tampil pada panel kontrol operator.
Sebuah Supply Interruption Current ditambah setiap saat suatu event Supply
Interrupt terjadi. Current tersebut diset ke nol jika line-nya bebas dari gangguan
selama waktu reclaim yang dikonfigurasikan oleh user (Reclaim Time 30s)
sementara load break switch tertutup. Dengan cara ini Supply Interruption Counter
menghitung operasi pemutus arus hulu (atau reclose) dalam suatu urutan gangguan.
Nilai Supply Interruption Counter ditunjukkan dalam event Supply Interrupt. Ketika
reclaim timer telah lewat waktu berlalu maka suatu event Reclaim

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 310

Gambar 6-17. Ruang Kontak Kontrol Load break switch

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 311

Gambar 6-18. Panel Perlengkapan Load break switch


Jika arus jatuh ke nol hanya pada fasa yang mengalami gangguan (mungkin
karena operasi sekring) maka suatu event Phase Interrupt diadakan hanya untuk fasa
tersebut dan Supply Interruption Counter Elemen elektronik control memantau layarlayar tegangan yang ada di dalam H.V bushings untuk menentukan apakah bushingbushing dalam keadaan hidup. Live line ditunjukkan pada tampilan real time ketika
tegangan fasa/tanah bushing melebihi ambang yang dikonfigurasikan oleh user.
Status live line digunakan untuk membangkitkan event-event saat kehilangan supply.
Untuk menentukan apakah supplynya hidup, maka status live line harus
ditambah pada ke tiga bushing pada sisi line selama waktu yang Event-event deteksi
gangguan yang digambarkan di atas bias mengeset bendera-bendera deteksi dalam
memori microprocessor elektronik kontrol. Event-event ini digunakan untuk
mengindikasikan gangguan yang menggunakan indikator gangguan eksternal pilihan.
User bisa mengkonfigurasikan sistem sehingga bendera-bendera diset hanya dengan
event-event Supply Interrupt dan Phase Interrupt (interrupted fault). Setting pertama
ini akan mengindikasikan semua gangguan. Setting kedua hanya akan
mengindikasikan gangguan-gangguan yang telah diinterupsi dengan suatu sekring
hulu atau Circuit Breaker. Bendera-bendera ini mungkin tersedia untuk telemetry
pada sebuah komputer pengawas jika didukung dengan protocol telemetry yang

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 312

dipasang dalam CAPM. Load Break Switch dilengkapi dengan automatic


sectionalising logic. Sectionalising logic membuka Load Break Switch selama waktu
matinya circuit breaker hulu setelah trip dan recluse sebanyak jumlah yang
dikonfigurasikan oleh recluser. Waktu mati circuit breaker hulu harus diset menjadi
lebih besar dari 1,2 detik.
Keistimewaan sectionaliser bisa dimungkinkan atau tidak dimungkinkan oleh
operator dari panel kontrol operator. Sectionaliser menggunakan supply Interruption
Counter untuk menghitung trip dari sebuah circuit breaker hulu selama suatu fault
sequence. Ketika counter tersebut mencapai nilai yang dikonfigurasikan user Load
Break Switch. Trip secara otomatis. Ini menimbulkan event sectionaliser trip.

6-5 Relai Arus Gangguan Tanah


Relai arus gangguan tanah (ground fault relay) merupakan pengaman utama
terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem yang ditanahkan
langsung atau melalui tahanan rendah.
6-5-1 Relai Arus Gangguan Tanah Berarah
Relai arus gangguan tanah berarah (directional ground fault relay) adalah
pengaman utama terhadap hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem yang
ditanahkan melalui tahnan tinggi. Relai penutup balik (reclosing relay) adalah
pengaman pelengkap untuk membebaskan gangguan yang bersifat temporer untuk
keandalan
6-5-2 Penutup Balik Otomatis
Penutup balik otomatis (PBO, automatic circuit recloser) digunakan sebagai
pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah
yang padam akibat gangguan. PBO menurut media peredam busur apinya dibedakan
menjadi 3
PBO menurut peralatan pengendalinya (control) dibedakan menjadi 2 jenis,
a) PBO Hidraulik (kontrol hidraulik)
a) Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui PBO sangat besar
sehingga menyebabkan kontak PBO terbuka (trip) dalam operasi cepat (fast trip)
b) Kontak PBO akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose sesuai setting.
Tujuan memberi selang waktu ini adalah untuk memberikan waktu pada penyebab
gangguan agar hilang, terutama gangguan yang bersifat temporer
c) Jika gangguan bersifat permanen, PBO akan membuka dan menutup balik sesuai

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 313

dengan settingnya dan akan lock-out (terkunci)


d) Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru PBO dapat dimasukkan ke
sistem.
6-6 Saklar Seksi Otomatis
Saklar seksi otomatis (SSO, Sectionalizer) adalah alat pemutus untuk
mengurangi luas daerah yang padam karena gangguan. Ada dua jenis SSO yaitu
dengan pengindera arus yang disebut Automatic Sectionalizer dan pengindera
tegangan yang disebut Automatic Vacum Switch (AVS). Agar SSO berfungsi dengan
baik, harus dikoordinasikan dengan PBO (recloser) yang ada di sisi hulu. Apabila
SSO tidak dikoordinasikan dengan PBO, SSO hanya akan berfungsi sebagai saklar
biasa.

6-7 Kegagalan Pengaman


Seperti telah diuraikan di depan, untuk mendapatkan pengaman yang baik,
maka kurva arus waktu ketahanan trafo/penghantar harus berada di atas kurva arus
waktu pengamannya (atau jarak terdekat sekitar 25%) jika tidak maka akan terjadi
kegagalan pengaman.
Penyebab berikutnya ialah kurva ketahanan trafo/penghantar tidak sesuai
standar atau dengan data yang diberikan oleh pabrik. Jadi perlu pemutakiran data
untuk koordinadi antara kurva arus waktu trafo dengan pengaman untuk menentukan
pasangan pengamannya.
Penyebab lainnya ialah kurva pemutusan (trip) arus-waktu pengaman tidak
sesuai dengan data yang diberikan pabrik sehingga perlu dilakukan pengujian ulang.
Jika terjadi kegagalan pengamanan, maka kemungkinan yang akan terjadi antara lain
perubahan kurva arus-waktu pengaman relai, pelebur, PMT terlalu banyak beroperasi
/umur tua , kotor atau rusak. Jika kotor dapat dibersihkan, tetapi jika terlalu tua atau
rusak Contoh penempatan PMT, PBO, PL dan SSO pada pangkal saluran cabang
jaringan TM. Sedangkan penempatan PMT dan PL pada jaringan Spindel SKTM
dapat dilihat pada Contoh penempatan pengaman arus lebih pada jaringan TM

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 314

Gambar 6-18 Penempatan PMT dan PL pada jaringan Spindel SKTM (PMT tanpa
PBO) Pola 2
6-7-2 Pengaman Terhadap Tegangan Lebih
Dalam keadaan operasi, suatu sistem tenaga sering mengalami gangguan
yang dapat mengakibatkan teputusnya pelayanan daya ke pelanggan. Gangguan
tersebut lebih sering terjadi pada jaringan distribusi. Terjadinya gangguan disebabkan
oleh peningkatan tegangan pada hantaran distribusi, yang dikenal dengan tegangan
lebih, yang besar tegangan itu melampaui tingkat ketahanan isolasi dari hantaran
distribusi. Dengan demikian terjadi hubung singkat antar kawat-kawat fasa ke tanah
yang dapat Tegangan lebih ini antara lain ditimbulkan oleh:
a. Sambaran petir pada hantaran distribusi, baik merupakan sambaran langsung atau
tidak langsung. Oleh sebab itu, kebutuhan tingkat ketahanan isolasi dari suatu sistem
tenaga ditentukan oleh tegangan lebih akibat sambaran petir (tegangan lebih
atmosfir) dan tegangan lebih akibat transien pada waktu switching.
a) Tegangan Lebih Atmosfir
Tegangan lebih ini muncul pada JTM karena sambaran petir baik langsung (jarang
terjadi) maupun sambaran tidak langsung (sering terjadi), misalnya petir menyambar
pohon atau benda lain yang lebih tinggi dari JTM lain menginduksi ke JTM yang
berada di sekitar lokasi sambaran petir. Tegangan lebih atmosfir ini berkisar 345 kV.
Kondisi dalam jaringan listrik dibedakan menjadi dua, yaitu keadaan
stasioner (misalnya keadaan masa kerja suatu jaringan) dan keadaan sementara atau
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 315

proses menuju keseimbangan (transien), yang timbul pada waktu switching atau
memutus arus. Proses transien adalah peralihan dari kondisi stasioner I ke kondisi
stasioner II yang hampir selalu menyebabkan osilasi tegangan dan arus, dan oleh
karena itu menimbulkan
Karena adanya tahanan dalam jaringan, maka tegangan lebih diredam dan
sesudah beberapa waktu tertentu tegangan itu menghilang. Dalam Gambar 6-41
digambarkan kondisi stasioner I dan II. Pada kondisi I, generator memberikan daya
melalui suatu penghantar, transformator diteruskan ke pemakai. Fenomena itu tidak
hanya merupakan penghantaran daya dari pembangkit ke pemakai melalui
penghantar, melainkan dalam distribusi daya itu juga terdapat medan magnet yang
mengelilingi penghantar-penghantar dan medan listrik antara penghantar-penghantar
sendiri dan antara penghantar-penghantar dengan tanah. Medan magnet dan medan
listrik itu mengandung energi berpulsa sebesar harga rata-rata frekuensi jaringan.
Selama kondisi stasioner I energi dari pembangkit itu disimpan pada transformator,
penghantar dan pemakai.

Gambar 6-19 Penempatan Arester, PL dan PMT pada SUTM

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 316

Gambar 6-20 Sambaran petir pada SUTM


Sesudah membuka sakelar S (keadaan II) generator itu tidak menyerahkan daya lagi
kepada pemakai, tetapi generator tetap memeberi energi medan listrik pada
penghantar, walaupun energi itu hanya sedikit. Proses keseimbangan itu membawa
keadaan energi antara kondisi stasioner yang masing-masing mempunyai muatanmuatan energi

Gambar 6-21. Kondisi I dan II dari Jaringan Distribusi


c) Karakteristik Tegangan Lebih
Teori tentang petir yang telah diterima secara luas bahwa awan dari daerah
bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan muatan
memiliki polaritas berlawanan ke awan yang terdekat atau ke bumi. Gradien potensi
awan di udara dntara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak
seragam, tetapi gradien tersebar timbul pada bagian konsentrasi muatan tertinggi.
Konsentrasi muatan tertinggi dan gradien tegangan tertinggi dari awan ke bumi
menimbulkan pelepasan muatan pada awan. Ketika gradien mencapai batas untuk
udara-udara di daerah konsentrasi tekanan tinggi mengionisasi atau Muatan dari
pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi, mempertahankan gradien
tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan proses tembus listrik. Formasi
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 317

suatu sambaran petir berikutnya dalam tembus listrik progresif pada jalur busur api
lebih kecil dari pada tembus listrik sesaat dan terintegrasi di udara sepanjang kanal.

Gambar 6-22. Muatan sepanjang tepi awan menginduksikan muatan lawan pada
bumi
Sambaran petir ke bumi diawali ketika muatan sepanjang tepi awan
menginduksikan suatu muatan lawan ke bumi, lidah arah bawah menyebar dari awan
ke arah bumi. Jika pusat muatan kecil, semua muatan bisa saja dilepaskan selama
lidah utama (pilot leader) terbentuk dan sambaran tidak lengkap. Ketika sambaran
lengkap, pusat muatan kecil tampaknya dikosongkan, akibatnya lidah petir juga
berhenti. Begitu pusat muatan baru terbentuk maka lidah petir terbentuk lagi secara
cepat.

Gambar 6-23. Lidah petir menjalar ke arah bumi

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 318

Gambar 6-24 Kilat sambaran balik dari bumi ke awan


Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke arah atas terbentuk dan
biasanya berawal dari titik tertinggi di sekitarnya. Bila lidah petir ke arah atas dan ke
bawah bertemu suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan dari
awan dilepaskan ke dalam tanah. Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan listrik
yang berada di sekitar sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan awan dan bumi
dinetralisir melalui jalur awan ke tanah, muatan dapat terjebak pada jaringan listrik .
Besar muatan yang terjebak ini tergantung pada gradien mula awan ke bumi
dan kedekatan sambaran ke jaringan. Tegangan terinduksi pada jaringan listrik dari
sambaran di tempat jauh, akan menjalar sepanjang jaringan dalam bentuk gelombang
berjalan sampai dihilangkan oleh pengurangan (attenuasi), kebocoran, isolator
rusak/pecah atau arester beroperasi bila sambaran langsung ke jaringan listrik dan
tegangan meningkat secara cepat pada titik kontak. Tegangan ini juga menjalar dalam
bentuk gelombang berjalan dalam dua arah dari titik sambaran, berusaha menaikkan
tegangan potensial jaringan terhadap tegangan lidah petir arah ke bawah. Tegangan
ini melampaui ketahanan tegangan jaringan terhadap tanah dari isolasi sistem dan
jika tidak cukup dilengkapi dengan pengaman tegangan lebih, dapat berakibat pada
kerusakan (kegagalan) isolasi.
Operasi arester akan membentuk suatu jalur dari kawat jaringan ke tanah
untuk sambaran petir. Hal ini menyempurnakan mata rantai antara awan dan bumi
untuk melepas energi awan dalam bentuk arus surja.
Karena titik hubung jaringan ke tanah makin jauh dari titik kontak sambaran,
maka sebagian kawat jaringan dapat membentuk suatu bagian dari jalur arus petir.
Arester surja mempunyai karakteristik tembus listrik terkontrol yaitu pengaliran arus
surja ke bumi melalui arester akan terhenti ketika tegangan benar-benar di bawah
kawat tahanan isolasi sistem. Keadaan ini menyebabkan keberadaan arester surja
begitu penting sebagai bagian dari Menurut karakteristiknya, tegangan yang
dihasilkan oleh sambaran petir akan meningkat mencapai nilai puncak secara cepat
dan kemudian menurun menuju nol pada laju yang sangat lambat. Waktu yang
diperlukan tegangan mencapai puncak biasanya dalam beberapa mikro detik atau
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 319

kurang. Waktu ekor gelombang dapat mencapai 10 atau ratusan mikro detik,
tegangan pada penghantar jaringan distribusi tang tersambar petir tidak seragam
terjadi induksi muatan. Ketika lidah ini mendekati penghantar pada
kecepatan 0,3048 m/mikro detik terjadi kenaikan tegangan induksi. Bila sambaran
petir mencapai penghantar, kenaikan tegangan menjadi lebih cepat karena arester
yang biasanya dipakai pada jaringan distribusi mempunyai tegangan pengenal yang
rendah, maka bisa saja arester beroperasi pada tegangan terinduksi tersebut.
Perbandingan kenaikan tegangan terhadap waktu beroperasinya arester akan lebih
rendah pada JTM dan JTT. Untuk mengetahui ketahanan tegangan isolasi terhadap
tegangan petir dilakukan uji tegangan impuls di laboratorium. Bentuk gelombang
tegangan impuls ini distandarisasi (SPLN) sebesar 1,2 x 50 mikro detik, seperti
terlihat pada gambar 6-49. Bentuk gelombang dan besar arus sambaran petir juga
bervariasi. Hal ini juga telah distandarisasi untuk gelombang arus uji yaitu meningkat
dari nol hingga mencapai nilai puncak dalam 8 mikro detik dan menurun mencapai
nilai 12 puncak dalam 20 mikro detik sejak awal.

6-7-4 Pengamanan Terhadap Tegangan Lebih


Pengaman saluran distribusi menurut metode yang lama adalah merupakan
pengembangan dari metode yang digunakan pada saluran transmisi. Terdapat
beberapa metode pengaman yang digunakan pada metode lama, antara lain kawat
tanah, kawat netral dan sela batang.
a) Kawat Tanah (Overhead Statics)
Metode pertama yang digunakan untuk pengaman saluran distribusi adalah kawat
tanah. Metode ini biasanya digunakan pada saluran transmisi, yang memerlukan
ketahanan impuls isolasi sangat tinggi. Pada jaringan distribusi hal ini tidak mungkin
dipenuhi, khususnya pada tempat-tempat peralatan seperti pada transformator atau
gardu distribusi. Kriteria utama perencanaan dalam mengevaluasi kawat tanah adalah
persoalan back-over ke tanah. Penggunaan kawat tanah memerlukan tahanan
pentanahan yang sangat rendah untuk setiap struktur dan ketahanan impuls isolasi
yang tinggi. Pada sistem multi grounded Y, kawat netral dihubungkan pada titik
dengan tanah, yang selanjutnya mempengaruhi arus petir pada seluruh peralatan pada
saluran. Ketika arus petir yang besar terjadi dan mengenai transformator dan
peralatannya, hasil kerja kawat btanah ini tidak signifikan dalam mengamankan
saluran dan flash over.
Kawat netral ditempatkan di atas kawat penghantar fasa menggantikan
kedudukan kawat tanah, tetapi persoalan yang sama menyangkut back flash over
tetap saja terjadi. Hasil riset yang telah dilakukan di Australia menunjukkan bahwa
baik kawat tanah (di atas kawat fasa) maupun kawat netral (di bawah kawat fasa),
keduanya meredam sedikit gelombang surja. Kawat netral di atas kawat fasa,
ternyata tidak ekonomis atau tidak merupakan metode yang baik untuk melindungi
peralatan terhadap sambaran petir. Latar belakang dari metode pengamanan terhadap
tegangan lebih menggunakan sela batang adalah apabila saluran harus flash over,

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 320

maka dibuat ketahanan impuls dari saluran tinggi dan dibuat pada beberapa titik dari
saluran ketahanan impuls isolasi yang lebih rendah, sehingga flash over akan terjadi
pada ketahanan impuls isolasi yang lebih rendah tersebut, yaitu melalui sela batang.
Untuk hal ini memerlukan beroperasinya pemutus daya (circuit breaker) untuk
menghilangkan gangguan 50 Hz tersebut. Dengan adanya PBO berkecepatan tinggi,
jenis pengaman ini agak banyak digunakan pada beberapa wilayah di dunia misalnya
di Inggris. Ada satu persoalan yang timbul dengan penggunaan metode sela batang
ini, yaitu mengontrol jarak sela (gap) karena hal ini sangat menentukan flash over.
Jika arus gangguan sangat besar, maka bunga api pada sela batang dapat merusak
peralatan di sekitarnya.
6-7-5 Arrester pada Transformator Distribusi
Terminal pentanahan arrester diinterkoneksikan dengan terminal pentanahan
tangki trafo dan terminal pentanahan netral trafo (netral diketanahkan langsung). Jika
ditanahkan bersama maka arus surja yang mengalir ke tanah melalui suatu impedansi
(Z) menyebabkan jatuh tegangan (drop voltage) pada impedansi tersebut hingga
tegangan tinggi pada kumparan primer. Karena kumparan sekunder dan tangki
mempunyai

Gambar 6-25. Pengamanan ke terminal pentanahan (solid)


Pengamanan dengan arrester dan interkoneksi pentanahan melalui celah (gap)
beda potensial terhadap tanah, maka timbul beda potensial di antara kedua kumparan,
dan di antara kumparan primer dengan tangki. Jika ditanahkan bersama maka akan
menurunkan drop tegangan pada impedansi tersebut di atas, yaitu menghilangkan
beda potensial yang dihasilkan oleh drop tegangan pada impedansi tanah.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 321

Gambar 6-26 Hubungan arrester pada sistem bintang yang diketanahkan


Jika interkoneksi (solid) antara tangki dan titik pentanahan bersama tidak
dimungkinkan, dapat digunakan celah antara titik pentanahan dan netral kumparan
sekunder.
Hal ini menyebabkan arus surja dilewatkan melalui beberapa impedansi
pentanahan paralel dan bahaya terhadap kerusakan isolasi diminimalkan, meskipun
dalam kondisi arus surja besar dan impedansi

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 322

Gambar 6-27. Pemakaian arrester pada sistem delta


a) Arrester dipasang pada tiang kawat penghantar, baik pada trafo tiga fasa maupun
satu fasa untuk sistem bintang (Y).
b) Pemakaian arrester pada sistem delta (tidak ditanahkan), tegangan arrester adalah
tegangan line to line.
6-7-7 Arrester pada Recloser (PBO)
Arrester dipasang sedekat mungkin ke PBO di kedua sisi (sisi primer dan
beban) pada tiap penghantar fasa dan pertimbangan lain seperti pada trafo. Jika dari
segi ekonomis arrester dipasang hanya pada satu sisi, maka arrester sebaiknya
dipasang pada sisi sumber PBO. Surja petir pada sisi sumber dapat menyebabkan
flash over pada bushing sisi sumber dan mengakibatkan gangguan fasa ke tanah, dan
harus diamankan oleh PBO cadangan.
Suatu arrester pada sisi sumber akan mengamankan surja di sisinya sendiri
yang mengamankan arus ikutan frekuensi daya (50 Hz). Jika bushing sisi beban
dikenali petir dari sisi beban, maka PBO berfungsi secara normal untuk
menginterupsi dan mengamankan arus ikutan frekuensi daya 50 Hz.
Bila PBO dipakai pada GI, arrester mengamankan sisi sumber pada tiap fasa,
karenanya pada sisi beban tiap fasa memerlukan satu arrester.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 323

6-7-8 Arrester pada Kapasitor Distribusi


Penggunaan arrester pada kapasitor distribusi mempertimbangan faktor-faktor
yang sama dengan pada PBO, yaitu faktor jarak yang terdekat dengan bangku
kapasitor dan interkoneksi pentanahan seperti pada trafo.
Arrester surja direkomendasikan untuk semua instalasi kapasitor, mencakup bangku
kapasitor hubungan delta, bangku kapasitor hubungan bintang dengan netral
diketanahkan bercelah, bangku kapasitor hubungan bintang netral tidak diketanahkan
dan bangku saklar. Arrester juga direkomendasikan untuk semua hubungan bintang
netral ditanahkan secara solid (batang) bangku kapasitor tiga fasa dengan kapasitas
500 kVAr atau lebih kecil. Untuk kapasitas di atas 500 kVAr, bangku kapasitor tanpa
saklar pengatur daya, harus dipelajari secara tersendiri dalam menentukan

Gambar 6-28. Hubungan arrester yang direkomendasikan untuk sisi beban di bagian
primer pelebur (PL) kebutuhan pengaman dengan arrester.
Untuk bangku kapasitor besar yang diketanahkan dengan batang padat (tanpa
tahanan), tanpa saklar pengatur daya, tidak mudah surja petir memberikan tegangan
berbahaya pada bangku kapasitor. Arrester harus dipasang pada sisi sumber saklar
kapasitor dari semua bangku kapasitor yang mempunyai saklar pengatur faktor daya.
Penempatan ini umum dan praktis, dan secara empirik diperlukan untuk mengatasi
kemungkinan timbulnya tegangan lebih dari pukulan balik saklar.
6-7-9 Arrester pada Pengaman Lebur
Arrester yang dipasang pada sisi primer pengaman lebur (PL) dimaksudkan
agar ketika terjadi surja petir, arus surja petir mengalir ke arrester diteruskan ke
tanah, tidak melalui PL, sehingga PL tidak putus (lebur).
Penempatan arrester pada SUTM dilaksanakan sebagai berikut.
Arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada ujung-ujung
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 324

saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran cabang. Jarak antara
arrester yang satu dengan yang lain tidak boleh melebihi 1000 meter dan di daerah
yang berpotensi banyak petir berjarak tidak boleh melebihi 500 meter. Jika terdapat
kabel tanah sebagai bagian dari sistem, arrester sebaiknya dipasang pada ujung kabel
dan dipasang. Saluran kabel tegangan menengah bawah tanah tahan terhadap
gangguan petir. Saluran kabel bawah tanah mulai dari generator sampai pelanggan.
Jika SKTM digabung dengan SUTM, maka petir dapat masuk ke SKTM melalui
SUTM pada tiang naik. Jadi arrester harus dipasang pada tiang naik dan pada tiap
kawat penghantar fasa.
6-7-10 Kegagalan Pengamanan dan Penyebabnya
Pengamanan tegangan lebih yang terbaik adalah arrester. Ada kalanya alat
pengaman sudah terpasang dengan baik tetapi mengalami kerusakan pada saat
terkena sambaran petir baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
menyebabkan kegagalan dalam pengamanan.
Kegagalan pengaman mencakup komponen sebagai berikut:
a) Pada arrester dapat disebabkan antara lain:
x Sambungan kawat arrester pada terminal arrester tidak baik atau tidak
x Sambungan kawat arrester pada kawat fasa jaringan tidak baik atau tidak cukup
kencang
x Sambungan kawat arrester ke terminal tanah arrester tidak baik atau tidak cukup
kencang
x Sambungankawat pentanahan arrester dengan kawat (batang pentanahan) tidak
baik atau tidak cukup kencang
x Tahanan pentanahan arrester > 1 Ohm
x Jarak arester terlalu jauh dari trafo
x Jarak panjang arrester pada tiang yang satu dengan arrester pada tiang yang lain
terlalu jauh
x Arrester tidak bekerja optimal, meskipun tidak ada petir menyambar secara
langsung maupun tidak langsung arrester bekerja atau jika ada
x Pentanahan kawat tanah tidak sempurna (> 1 ohm) misalnya sambungan pada
konektor longgar, elektroda bumi berkarat, perubahan kondisi dan struktur tanah dan
sebagainya.
x Sambaran dan arrester bekerja tapi alat yang diamankan juga rusak. Hal ini

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 325

disebabkan oleh jarak celah arrester tidak sesuai atau arrester sudah rusak, sehingga
perlu diganti dengan yang baru.
x Jika arrester meledak karena terkena sambaran petir secara langsung atau tidak
langsung baik pada JTM maupun pada arrester, berarti arrester tidak dapat bekerja
dan tidak dapat mengubah dirinya menjadi penghantar lagi sehingga arrester juga
harus diganti dengan yang baru.
b) Turunnya rodgap/sparkgap (trafo, isolator dan bushing) dapat disebabkan
x Posisi dan jarak antara rodgap pada terminal sekunder trafo GI maupun pada
terminal primer trafo distribusi perlu dikembalikan ke posisi dan jarak semula yang
benar.
x Rodgap juga perlu dibersihkan
x dari akumulasi kotoran dan polusi, bushing tua, kotor, retak rambut dan
sebagainya.
x Isolator kotor perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran dan polusi dan retak dan
sebagai nya.
x Trafo sudah tua atau kualitas tahanan isolasi kumparan menurun
x Minyak trafo kotor sehingga banyak mengandung bahan konduktif seperti endapan
karbon dan uap/air.
x Jarak kawat tanah dengan kawat fasa tidak standar (sudut perlindungan maksimum
45o)
x Kawat tanah mengendor

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 326

Gambar 6-29. Penghantar putus sehingga arus mengalir ke tanah


x Terjadi perubahan konstruksi JTM karena gangguan alam, tiang miring
c) Perencanaan salah, misalnya penempatan pengaman, penentuan jenis dan ukuran
pengaman, koordinasi isolasi, salah pemilihan dan survai tahanan tanah tidak akurat.
d) Pemeliharaan tidak baik pada jaringan trafo, penghantar maupun pada

Gambar 6-30. Kegagalan sambungan Bushing trafo pecah kawat pada terminal trafo

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 327

Gambar 6-31. Perangkat Relai Pengaman Arus Lebih


6-7-11 Pengawatan Pengaman
Pengawatan relai pengaman bertujuan untuk menjadikan seluruh komponenkomponen perangkat pengaman dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Dengan
demikian komponen-komponen berfungsi sebagai relai pengaman yang dapat
beroperasi menjatuhkan pemutus tenaga atau melepaskan aliran arus dan tegangan
jika terjadi gangguan. Komponen-komponen tersebut adalah relai arus lebih (OCR),
pemutus tenaga (PMT), trafo arus, trafo tegangan, batery dan kabel kontrol. Diagram
satu garis pengaman jaringan tegangan menengah. Bila terjadi gangguan pada
penyulang, relai 51 atau 51 N akan bekerja memerintahkan trip pada PMT secara
otomatis. Dan relai recloser 79 akan memerintah PMT untuk menutup kembali.

Gambar 6-32. Diagram satu garis pengaman JTM


Keterangan: 50/51 = Relai OCR antar fasa dengan penundaan waktu
51 N = Relai hubung tanah
79 = Relai recloser dikombinasi dengan instant
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 328

Gambar 6-33. Pengawatan pengaman dengan relai OCR


Keterangan : 51 = Relai OCR antar fasa dengan penundaan waktu
676 = Relai gangguan tanah terarah (DGFR)
79 = Relai recloser
PT = Trafo tenaga
CT = Trafo arus
Diagram pengawatan pengaman arus bolak-balik (AC) dengan kendali arus
searah (kontrol DC). Diagram pengawatan AC adalah pengawatan dari terminalterminal trafo arus ke terminal kumparan arus dari relai dan terminal trafo tenaga ke
kumparan tegangan dari relai. Diagram kontrol DC adalah pengawatan dari kontakkontak relai ke terminal kumparan trip dari pemutus tenaga dan baterai.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 329

Gambar 6-34. Diagram pengawatan AC dengan kontrol DC dari OCR/GFR (Metoda


2 OCP)
Bila gangguan terjadi, maka relai OCR (R), OCR (T) dan GFR akan bekerja,
tergantung pada jenis gangguan (fasa atau tanah) sehingga akan menutup kontaknya.
Kontak R adalah OCR fasa R dan kontak T adalah OCR fasa T,serta G adalah GFR
fasa R. Bila salah satu atau ketiga kontak menutup, maka relai waktu RT akan
mendapat tegangan DC dan akan bereaksi untuk menutup kontak D1 sesuai dengan
tunda waktunya. Karena D1 menutup, maka triping coil dari PMT (52) akan
mendapat tegangan serta membuka PMT. Internal diagram dari relai pengaman
diperlukan untuk menentukan terminal-terminal arus DC suplai dan kontak trip.

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 330

DAFTAR PUSTAKA
(1) Ashby M.F, 2009, Engineering Materials and Processes, Butterworth
Heinemann Burlington, USA
(2) Godse A.P, Bakshi U.A, 2009, Basic Electronic Engineering, Technical
Publication Pune, Shaniwar, India.
(3) Mittle Arvind Mittal V.N, 2006, Basic Electrical Engineering, Mc Graw
Hill Co, West Nagar , New Delhi.
(4) Rajput R.K, 2006, Power System Engineering, Laxmi Publication,
Daryagan, New Delhi
(5) Theraja B.L, 2006, Fundamentals of Electrical Engineering and
Electronics, Division of Ninja and Development Co , New Delhi.
(6) Wasito S, Vademekum Elektronika, 2006, PT Gramedia, Jakarta
(7) Brydson J.A, 1999, Plastic Materials, Butterworth Heinemann Oxford,
Great Britain.
(8) Madras Technical Teachers Institute, 1988, Electrical Engineering
Materials, Tata Mc Graw Hill Publishing Co Ltd, India.
(9) The Houw Liong , PhD, 1986, Elektromagnetika Teknologi, Erlangga,
Jakarta.
(10)
(11)
(12)

Kapoor P.L, 1984, Electrical Engineering Materials, Khana

Publisher, New Delhi.


Hand out dan Buku Pegangan Kuliah
Internet : : images, youtube

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 331

NYA : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjB06u23N_KAhUDB4
4KHfBPD9EQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.kahael.com
%2Fdownload2.php%3Ff%3DSupreme%2520NYA%2520Building%2520Wire
%2520Catalogue.pdf&usg=AFQjCNGBqPSq262fs6mLx4aGy0TXfr3mKQ&bvm=b
v.113370389,d.c2E&cad=rja
NYAF : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwj7qent3N_KAhVHJI4
KHfSXDYsQFgglMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.kahael.com
%2Fdownload2.php%3Ff%3DMAKITA%2520NYAF
%2520Cable.pdf&usg=AFQjCNG21G3lj7RmDRUZ5VS7bx6TBQkAxg&bvm=bv.1
13370389,d.c2E&cad=rja
NYY : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjC_OaZ3d_KAhXWW
44KHfNxAw4QFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.kahael.com
%2Fdownload2.php%3Ff%3DSupreme%2520NYY%2520Building%2520Wire
%2520Catalogue.pdf&usg=AFQjCNH8A2UY8jqLX28r_nFedsjjaWcrAQ&bvm=bv.
113370389,d.c2E&cad=rja
NYM : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjLiL
is3d_KAhXQjo4KHTXfBdEQFggbMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.kahael.com
%2Fdownload2.php%3Ff%3DSupreme%2520NYM%2520Building%2520Wire
%2520Catalogue.pdf&usg=AFQjCNHPiQZ3hUHZ1_N0Gb7OG85HddIGMA&bvm
=bv.113370389,d.c2E
NYFGbY :http://files.kabelmetalindonesia.com/contents/IEC/LV/CPConductor/PVC/NYFGbY.pdf
ACSR : https://www.midalcable.com/sites/default/files/ACSR-metric.PDF
AAAC : https://www.midalcable.com/sites/default/files/AAAC-metric.PDF
BC : http://www.cerrowire.com/files/file/Bare%20Copper%2814%29.pdf
ACAR : https://www.midalcable.com/sites/default/files/ACAR-Imperial.pdf

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 332

BAHAN BAHAN LISTRIK


Semester I

SUGIJONO, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2007

DAFTAR ISI
Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 333

Hal
HALAMAN JUDUL
...............
HALAMAN KATA PENGANTAR ...
ii
HALAMAN DAFTAR ISI
...

i
iii

1. PENDAHULUAN
Tujuan Mata Kuliah

Teori Atom

Klasifikasi Bahan Listrik

1
1
1
2

2. KONDUKTOR

Konduktivitas dan resistivitas

Peningkatan Daya Hantar dan Daya Hambat

Koefisien Temperatur

Jenis Konduktor ..................................................................

4
4
4
5
6

3. LOGAM KONDUKTIF, RESISTIF, DAN PADUAN .. 8


Logam Konduktif

Logam Resistif

Paduan Logam

8
9
10

4. SEMI KONDUKTOR
Energi Elektron
Hubungan Lapisan P N

16
16
16

5. MAGNET

Karakteristik Histerisis

Energi Magnetisasi

Magnet Lunak dan Keras

18
18
18
19

6. DIELEKTRIK

Kekuatan Dielektrik

Kapasitansi

Konstanta Dielektrik

23
23
23
23

7. ISOLASI

Sifat Bahan Isolasi

Wujud Bahan Isolasi

27
27
28

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 334

8. KONVERTER ENERGI

Konverter Energi Langsung

44
44

9. KOMPONEN LISTRIK ............................................................


BAB 2 sd BAB 6 Buku Suhadi Jilid 1 sd 3
DAFTAR PUSTAKA

45
47

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
hidayah dan inayahNya sehingga selesainya penyusunan Buku Pegangan Kuliah
Mahasiswa (BPKM) untuk Mata Kuliah Bahan Bahan Listrik.
Guna memudahkan mahasiswa dalam mempelajari Mata Kuliah Bahan Bahan Listrik
sesuai dengan silabus maka penyusunan disajikan secara ringkas dan sederhana serta
sistematis. Agar ingatan mahasiswa lebih kuat disarankan untuk membuka internet
khususnya mengenai gambar (image) dan youtube yang relevan.
BPKM ini berisi tentang tinjauan praktis, jenis, sifat dan guna dari bahan bahan
listrik seperti : konduktor, semi konduktor, logam konduktif/ resistif, magnet,
dielektrik, isolasi, dan konverter energi langsung.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan BPKM ini dan sangat
mengharapkan masukan serta saran guna penyempurnaan.

Penulis

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 335

PROFIL PENULIS
Sugijono lahir di Semarang 4 Agustus 1955.
Pendidikan :
Sekolah Teknik Menengah Pembangunan Semarang lulus 1975.
Diploma tiga Politeknik ITB Bandung lulus 1989.
Strata satu UNDIP Semarang lulus 1995.
Strata dua UNISBANK Semarang lulus 2012.
Pengalaman kerja :
PT Indonesia Steel Tube Works (ISTW) Semarang 1976
PT Inti Steel Semarang 1978
PT Indo Nanya Indah Semarang 1981
Politeknik UNDIP dan POLINES Semarang
Politeknik Jawa Dwipa Ungaran
BLKI Semarang
Diklat PLN Semarang
Training / pelatihan / workshop:
Didaktik PEDC (Polytechnic Education Development Center) Bandung 1982
PLC Omron di PEN-ITS (Politeknik Elektronika Negeri) Surabaya 1997
PLC Omron di PT Panca Manunggal Semarang 1999
Sertifikasi Ketenagalistrikan GEMA PDKB Semarang 2005
PLC Schneider di Universitas Maranatha Bandung 2010
SCADA Schneider di Universitas Maranatha Bandung 2011
Pengampu Mata Kuliah di Program Studi Listrik POLINES :
Bahan Listrik
Praktikum Listrik Dasar
Praktikum Elektronika dan Digital
Praktikum Teknik Tenaga Listrik
Praktikum PLC

Sugijono : BPKM Bahan Bahan Listrik

Page 336

Anda mungkin juga menyukai