Oleh
Dinda Nur Oktaviani
M. Rizki Suhendro
Wira Mahadika Elrangga
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Al-Azhar Indonesia
dindanoktaa@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebangkitan fasisme baru yang muncul di
era globalisasi khusnya di Eropa Timur sebagai politik dan budaya, adapun tujuan yang
ingin dicapai peneliti; (1)untuk mencari dampak dari kebangkitan neo nazi di era
globalisasi, (2)mencari fenomena menarik dari gerakan Neonazi, (3) menyadari
pentingnya perspektif sosial-ekonomi untuk konteks Neonazi dalam masyarakat Jerman.
Awal terbentuknya Fasisme atau yang biasa diketahui sebagai Nazisme itu dirikan oleh
Adolf Hitler. Kemunculan Nazi dilatar belakangi oleh kekalahan jerman diperang dunia
1, hingga saat ini di era globalisasi masih terlihat jelas adanya kebangkitan fasisme ini.
Kemunculan fasisme sendiri bisa dilihat jelas dari dua faktor yang memegang kunci, dan
paling menonjol: Kekuatan music barat dan Internet. Kekuatan music barat secara
konsisten kompatibel dengan sudut pandang ekstremis sayap kanan. Lirik pujian
nasionalisme militan, kekakuan, dan agresivitas. Selain itu, musik ini menyediakan
pendengar dengan rasa memiliki, kekuatan, dan kegembiraan.
Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini menggunakan data/metode kualitatif
sebagai rujukan Analisa data.
Kata Kunci: Fasisme, Globalisasi, Neonazi
Pendahuluan
Fasisme merupakan ideologi abad ke-20, bisa disebut ideologi yang paling baik
didefinisikan oleh apa yang ditentang. Fasisme adalah hasil paradoks dari keberutalan
perang dunia I. Paradoks berdampak terhadap situasi menyeramkan, yang menelan
banyak korban jiwa. Ini mencakup perang dan kekerasan sebagai wadah untuk
mengekspresikan kemarahan, pengkhianatan dan frustrasi yang dialami dari kekalahan
perang dunia pertama.
Kaum fasis memandang demokrasi liberal sangatlah klasik. Mereka menganggap
mobilisasi masyarakat di bawah negara satu partai totaliterisme sebagai hal yang
dibutuhkan sebagai bentuk persiapan negara jika suatu waktu menghadapi konflik
bersenjata, dan menanggapi kesulitan ekonomi secara efektif. Negara fasis dipimpin oleh
pemimpin yang kuat (diktator). Darurat militer pemerintahannya terdiri dari anggota
partai fasis yang memerintah untuk mencipatakan persatuan nasional serta memelihara
masyarakat yang stabil dan teratur. Fasisme menolak pernyataan jika kekerasan secara
otomatis bersifat negatif. Fasisme memandang imperialisme, kekerasan politik dan perang
merupakan suatu wadah sarana untuk mencapai peremajaan nasional.
Fasis menganjurkan adirigisme ekonomi, dengan tujuan utama mencapai autarki
(swasembada ekonomi nasional) melalui proteksionis dan intervensionis ekonomi
kebijakan. Otoritarianisme ekstrim dan nasionalisme fasisme sering menjadikan
pewujudan kepercayaan pada kemurnian ras atau ras master, biasanya disatukan pada
beberapa varian rasisme atau kefanatikan terhadap orang yang jahat. Gagasan ini menjadi
salah satu hasil untuk fasisme melakukan genosida, pembantaian, sterilisasi paksa,
pembunuhan massal, dan deportasi paksa.
Fasisme memiliki kata lain, yang paling banyak diketahui ialah Nazisme, di Jerman yang
dipimpin oleh Adolf Hitler. Nazi merupakan partai social jerman pada 1930an, Adolf
Hitler ialah pendirinya. Kemunculan Nazi dilatar belakangi oleh kekalahan jerman
diperang dunia 1, Hitler menganggap jika kaum arya jerman dinjak-injak dan tidak
memiliki wibawanya Kembali. Dibawah pemerintahan Hitler, Nazi telah melakukan
genosida kepada kaum yahudi dan bangsa-bangsa lain. Hitler meerasa jika bangsa Arya
merupakan yang paling tinggi diantara bangsa lainnya. Sampai pada tahun 1945 jerman
kalah perang dan nazi pun dibubarkan bersamaan dengan pemimpinya yaitu Adolf Hitler
yang melakukan tindakan bunuh diri.
Maksud dari penelitian ilmiah ini adalah bahwa penulis menganalisa adanya kebangkitan
fasisme baru atau yang dinamakan Neonazisme yang tanpa disadari ada di era globalisasi,
khusnya di Eropa Timur sebagai politik dan budaya, peneliti berniat untuk mencari
dampak dari kebangkitan neo nazi di era globalisasi. Gerakan Neonazi di Jerman menjadi
fenomena yang menarik, tak hanya oleh publik Jerman sendiri bahkan dunia internasional.
Perolehan 6 di antara 71 kursi di parlemen oleh partai NPD atau Partai Demokrasi
Nasional yang merupakan partai dari gerakan Neonazi menunjukkan adanya kebangkitan
gerakan yang ideologinya searah dengan Nazi yang rasis dan anti imigran. Bagi Jerman
dan dunia internasional kekejaman partai tersebut masih merupakan trauma atas tragedi
kemanusiaan terbesar dalam Perang Dunia II.
Gerakan Neonazi semakin jelas, terutama di daerah bekas Jerman Timur yang memiliki
tingkat pengangguran tinggi. Minimnya lapangan pekerjaan melatarbelakangi
kekecewaan terhadap partai koalisi yang tengah berkuasa. Koalisi besar yang dipimpin
oleh Angela Merkel dianggap belum menepati janji reformasinya dalam memperbaiki
ekonomi. Gerakan partai Neonazi menjadi bentuk perlawanan terhadap pemerintah
koalisi. Perspektif sosial-ekonomi penting untuk menyadari konteks Neonazi dalam
masyarakat Jerman. Kemunculan rasa kecewa ini juga disebabkan banyaknya imigran
yang mendatangi Jerman. Tujuan imigran ini salah satunya untuk mencari suaka yang
mendapat tunjangan hidup dari pemerintah. Selain para pencari suaka, terdapat kelompok
imigran dari Turki, yang merupakan populasi imigran terbesar di Jerman.
Tidak hanya di Jerman, di Eropa Timur juga mulai bwrmunculan pengaruh-pengaruh
ideologi atau budaya dari fasisme neonazi, Ukraina menjadi salah satu negara yang
terdampak fasisme, yang diberi nama Azov battalion. Azov Battalion memiliki tradisi
Neo-Nazi dan menilai dirinya sebagai pengikut dari Hitler Ukraina subdivions SS dan
pro-Hitler organisasi Ukraina Nationaliast Oun. Dan yang menariknya, Azoy Battalion
mendapat dukungan langsung dari president Ukraina.
Tinjauan Pustaka
1. Fasisme
Fasisme adalah bentuk revolusioner transkelas anti-liberal dan nasionalisme anti-
konservatif yang dibangun di berbagai kompleks pengaruh teoritis dan budaya. (Rogger
Griffin)
Sedangkan menurut Moore fasisme adalah suatu cerminan dari kapitalisme yang
berkembang seiring pengertian demokrasi kediktatoran yang tergantung pada aliansi kelas
tuan tanah, buruh tani, dan borjuis perkotaan, di mana pertanian yang represif berkuasa.
2. Globalisasi
Globalisasi adalah proses intergrasi internasional yang terjadi karena pertukaran
pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek kebudayaan lainya. (Theodore Levitte:
1985)
Secara umum, Globalisasi adalah proses interaksi dan integrasi di antara masyarakat,
perusahaan, pemerintahan dari negara atau bangsa yang berbeda
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2006) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2006) mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun
dalam peristilahnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena peneliti menganggap permasalahan
yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari para data
deskriptif ataupun kata-kata tertulis dari orang yang sebelumnya telah membuat artikel
maupun makalah langsung sehingga didapatkan jawaban yang sesuai. Selain itu, peneliti
bermaksud untuk memahami situasi fasisme di era global, menemukan pola, hipotesis,
dan teori yang sesuai dengan data yang diperoleh.
Referensi
BBC ( Mei 17,2013). National Action: Neo-Nazi Alex Davies 'at heart and soul' of
views.Dipetik juli 12,2022 dari BBC..com: https://www.bbc.com/news/av/uk-wales-61464851
History.com ( November 9,2009 ). Nazi Party. Dipetik Juli 10,2022 dari History.com:
https://www.history.com/topics/world-war-ii/nazi-party
Lindahl,Kent. Mattson, Janne, EXIT Ein Neonazi steigt aus, Munchen: Deutscher Taschenbuch
Verlag, 2001.
Sitzer, P., & Heitmeyer, W. (2008). Right‐wing extremist violence among adolescents in
Germany. New Directions for Youth Development, 2008(119), 169-185.
Gindler, A. (2021). How and Why Fascism and Nazism Became the “Right”. Journal of
Libertarian Studies, 25(1), 30822.
Maruta, H. (2015). Fasisme. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 4(1), 15-24.