Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL REVIUW

Buku

PEMIKIRAN POLITIK BARAT : Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya


Terhadap Dunia Ke-3, Bagian Ideologi Liberalisme-Kapitalis, Dr. Syam Firdaus, M.A

DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS KE-2

MATA KULIAH KEKUATAN POLITIK

Pengajar : Dr. Firdaus Syam

Semester/Tahun Akademik : Genap/ 2022-2023

Oleh

Syaiful Asrobuanam

Nim : 221186918028

Kelas : C2 Regular

Program Magister Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana

Universitas Nasional

Tahun 2023
A. IDENTITAS BUKU
Nama Buku : PEMIKIRAN POLITIK BARAT
Nama Penulis : Dr. Syam Firdaus
Tahun : 2007
Penerbit : Bumi Aksara

B. PENDAHULUAN
Maxime Rodinson dalam Dalam buku Pemikiran Politik Barat Syam Firdaus
mengartikan secara etimologis, berasal dari kata atau Bahasa latin yang berarti free,
selanjutnya liberal berarti nonrestriced, tidak dibatasi atau Independet in options yang
berarti bebas dalam pendapat. Sedangkan kapitalisme menurut Soekarno dalam Syam
Firdaus mengartikan kapitalisme merupakan cara produksi yang secara luas adalah
“suatu cara perekonomian yang berhubungan dengan prosuksi-produksi apa saja yang
dapat diselenggarakan dalam suatu perusahaan”. Sukarna dalam Syam Firdaus
memperjelas kapitalisme adalah stelsel pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi
yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi. Kapitalisme juga merupakan
system ekonomi yang filsafat social dan politiknya didasarkan perluasan paham
kebebasan. Sehingga (Lembaga pengkajian dan penelitian, WAMI dalam Syam),
system ini telah melahirkan banyak malapetaka terhadap dunia. Akan tetapi, ia terus
melakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis, social, kultural terhadap
bangsa-bangsa di dunia.1

C. PEMBAHASAN
Sejarah Kelahiranya
Liberalisme dan kapitalisme lahir menjadi suatu paham dan melembaga sekitar
abad 18 di daratan Eropa dan Inggris. Sistem kapitalis dan liberal menandai cara dalam
menjawab persoalan kehidupan yang berkaitan dengan ekonomi dan politik. Eropa
daratan yang sebelumnya berkuasa para raja-raja, kaum feodal tidak saja memegang
kendali kekuasaan politik, tetapi berperan dalam penguasaan ekonomi, baik di tingkat
pemilikan sampai kepada produksi. Raja bekerja sama dengan tuan tanah dan gereja
memiliki peranan dalam mengendalikan kehidupan politik, social, ekonomi

1
Syam Firdaus, “PEMIKIRAN POLITIK BARAT Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3”.
Penerbit: Bumi Aksara, (2007), Hlm 245
masyarakat. Sumber ekonomi dan factor produksi dikuasai oleh tiga kelompok dalam
masyarakat itu. Gereja saat itu adalah salah satu yang mempunyai kekuasaan besar,
dimana gereja memiliki hak untuk menentukan bagaimana kegiatan ekonomi, politik
dan keagamaan harus berjalan. Gereja memiliki hak untuk memasung kebebasan
individu dalam mengemukakan pendapat yang berbeda, bahkan melakukan tindakan
inkuisisi terhadap mereka yang menentang keputusan gereja, utamanya atas nama
ajaran kristiani. Rakyat tidak hanya mengalami penderitaan, ekspolitasi dan
kesengsaraan, persoalan yang asasi hak mengemukakan pendapat yang berbeda akan
menghadapi hukuman dan siksaan dari penguasa gereja. Gereja demikian absolut dalam
mengatur kehidupan politik, kemasyarakatan, keagamaan dan dunia ilmu pengetahuan
dan Pendidikan.
Akibat tindakan gereja, raja feodal yang tirani, rakyat melakukan perlawanan.
Mereka menuntut kebebasan, persamaan dan keadilan liberty, fraternity, dan equality,
sebuah semboyan yang dikumandangkan dalam revolusi di Prancis, telah melahirkan
liberalism dalam revolusi di Prancis, telah melahirkan liberalism dalam lapangan
politik, kapitalisme dalam lapangan ekonomi, hedonism dalam lapangan social
kebudayaan, dan free value dalam lapangan ilmu pengetahuan. Dalam lapangan teologi,
pembatasan peran agama (gereja). Gereja hanya berperan dalam lapangan keagamaan,
bahkan dari segi teologis menimbulkan aliran baru yang diakibatkan ketidakpuasan
terhadap kepemimpinan Paus di Roma serta kebijakan gereja. Ini kemudian melahirkan
kristiani dengan aliran yang lain seperti protestan, Calvin, Anglikan, selain Kristen
Ortodok dan lainya. Disini lahir pandangan Martin Luther, Calvin dan sebagainya.
Revolusi Prancis tahun 1789, dan rvolusi indsutri di awal abad 19, telah
melahirkan suatu abad baru di Eropa, abad pencerahan renaissance, atau Aufklarung.
Adanya liberalism dan kapitalisme di Eropa telah membentuk masyarakat Eropa
dengan perubahan nilai etika dan moral dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya
dalam lapangan keagamaan saja. runtuhnya dominasi gereja berarti runtuhnya cara
berpikir agama dipahami secara lwbih fungsional atau bahkan agama berada pada
tempat yang tidak diabaikan oleh masyarakat dan individu kecuali dalam batas
seremonial atau ritual. Orang-orang eropa menjadi terbelah diantara yang ragu pada
agama (agnotis), kelompok yang tegas memisahkan agama dengan kehidupan dunia
(sekularisme moderat), sampai kepada yang anti agama (Kristen) yaitu kalangan yang
berpaham (sekulerisme radikal).
Dalam lapangan politik, lahirnya gagasan nasionalisme dan perubahan format
politik maupun kehidupan social dan ekonomi yang bersifat negara kerajaan feodalistik
kepada konsep negara demokrasi (nasionalistik). Disini di inspirasikan oleh hasil
pemikrian, diantaranya adalah John Locke, Montesque, JJ.Rousseau, Robert Owe,
fourir, Betric Webb. Ada juga pandangan yang memandang politik tetap dikelola
dengan lebih menekankan peranan negara dan penguasa politik dalam peran lebih besar
dubanding dengan kehendak rakyat, lahir tokoh di antaranya Thomas Hobbes dan
Machiavelli, Karl Marx, F Engels, dan Lenin.
Dilapangan ekonomi, lahir perubahan kegiatan ekonomi masyarakat yang
berorientasi dari pertanian ke industry, tetapi yang berubah alat-alat produksi, sedang
pola hubungan pemilik modal dengan pekerja tetap terjadi eksploitasi. Apabila masa
feodalisme pola hubungan yang terjadi adalah pemilik tanah dengan para petani, masa
industry pola hubungannya adalah hubungan antara kapital sebagai pemilik modal
dengan buruh-pekerja di pabrik-pabrik. Revolusi ini melahirkan semangat
individualism dan kapitalisme.
Kebebasan berpikir yang tumbuh demikian besar disebabkan oleh adanya
pengakuan hak-hak individu untuk menembangkan kreativitas dan berpendapat. Hal ini
mendorong masyarakat Eropa untuk melakukan exsplorasi ilmu. Melalui penjelajahan,
penemuan dan pembaruan terjadilah revolusi ilmu pengetahuan yang demikian cepat
yang ditandai dengan ditemukanya mesin uap oleh James Watt, Listrik oleh Thomas
Alva Edison, radio leh Marcuni, dinamit oleh Nobel, lokomotif oleh Stephenson, Louis
Pasteur, Spalazani dan Fransisco Redy, penemuan penangkal petir oleh Bunyamin
Franklin.
Revolusi diberbagai bidang itu, diaman titik apinya lahir pada masa abad
pencerahan atau Renaisance telah mengubah cara pandang manusia telah menjadi pusat
di alam semesta (centre of nature), terjadi radikalisme manusia, masyarakat dan sejarah
di Eropa (Barat). Masyarakat barat menjadikan eksistensi diri dengan kekuatan berpikir
(raisoning of power) atau rasionalisme dan kebebasan individu (Indivisualisme),
menjadikan manusia yang egsosentris, pragmatise, kapitalisme, hedonisme, dan
sekularisme merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar untuk membangun masyarakat.
Nilai-nilai ini kemudian yang membangun semangat kolonialisme dan imperialism
dalam sejarah peradaban barat. Manusia tidak saja sebagai pengagung ilmu, melainkan
kapitalis.
Akibatnya kebebasan demi kebebasan, melahirkan persaingan, yang menang
mengendalikan yang kalah. Jiwa manusia terjangkit paham kebendaan (materialime).
Materi menjadikan sebagai ukuran hidup setelah pengaguman akal pikiran
(rasionalisme). Nilai-nilai spiritual telah terasing dalam hidupnya. Manusia bagaikan
kardus indah dan cantik (kado) namun kosong (tanpa spiritual). Manusia berlomba-
lomba mengumpulkan benda/harta modal besar-besaran. Mereka menguasai factor-
faktor produksi demikian tanpa batas, akibatnya manusia nasibnya ditentukan manusia
lainya dalam ketergantungan, penindasan. Buruh menjadi mesin murah, intelektual
hanya menjadi scrup bagi kepentingan pengusaha dan penguasa, agama sebagai alat
legitimasi moral belaka bukan sebagai spirit pnecerahan. Kaum liberalis dan kapitalis
tidak terikat akan nilai agama sebagai katup pengamanan moralitas (savety clep).
Demokrasi yang lahir dari semangat individu untuk menyampaikan hak-hak politiknya,
bukan semata alat atau system, demokrasi dalam konteks politik masyarakat Barat telah
menjadi tujuan dan paradigmatic.
Pada akhirnya, kemajuan bangsa Eropa (Barat), harus dibayar mahal dengan
melakukan eksploitasi terhadap bangsa lainya dikawasan Afrika, Asia dan Amerika.
Penjajahan , perbudakan, eksploitasi sumber alam, pangsa pasar dan membangun pola
hubungan ketergantungan dunia yang tertinggal terhadap dunia yang telah maju.
Ideologi besar yang dibangunnya melahirkan bangsa superior menindas dan
menciptakan ketergantungan diatas bangsa yang imperior. Dengan kata lain, ideologi
liberal kapitalis merupakan ideologi yang membangun kemajuan kejayaan di bagian
belahan bumi diatas penderitaan bangsa-bangsa.2

Sistem Politik Liberal


Liberalisme, menurut Huszar dan Stevensen dalam bukunya political science
bersumber kepada pemikiran politik dari teori John Lock (1632-1704), yang
mengemukakan bahwa manusia itu dijamin oleh konstitusi dan dilindungi oleh
pemerintah. Pemerintah harus memakai system perwakilan, jadi harus dalam kerangka
demokratis. System politik liberal ini sangat kuat mempengaruhi bentuk negara di
Eropa barat pada awalnya, kemudian berkembang Kawasan Asia dan Amerika Latin,
dan secara perlahan mengorbit dalam system demokrasi liberal. Bentuk negara dapat

2
Ibid, Hlm 245-248
dibedakan dalam dua macam, yakni bentuk negara Republik dan bentuk negara
Kerajaan.
Dengan pengaruh liberalisme, bentuk republic bersifat parlementer seperti
Jerman, Prancis, dan Italia. Adapun yang monarki absolut bergeser menjadi monarki
konstitusional atau monarki parlementer, seperti Inggris, Belanda, Belgia, dan Spanyol.
Lebih jauh dapat diamati negara-negara dikawasan Eropa Barat khususnya, serta
Kawasan lainya setelah berakhirnya perang dunia di pertengahan abad 20 dan setelah
runtuhnya paham komunisme disejumlah negara pada paruh akhir era 80-an. Pada
awalnya suara raja dan suara paus adalah suara tuhan, setelah liberalism demikian kuat
melanda Eropa, kekuatan suara ada di tangan setiap warga, itu berarti suara rakyat
adalah suara Tuhan (Fox dei-Fox Popule). 3

Demokrasi Dalam Ideologi Liberalisme Dan Kapitalisme


Ada hubungan yang erat antara Liberalisme, Kapitalisme, dan Demokrasi.
Semuanya itu bermula berkembang di satu negara yakni Inggris. Sebagai negara
demokrasi yang politiknya menganut liberal dan ekonominya menganut paham
perekonomian kapitalis telah meraih kepemimpinan atas dunia hampir selama abad 19,
baru pada abad 20 peranan itu diambil alih Ameerika Serikat. Bagi masyarakat Barat
demokrasi itu sendiri menjadi bagian dari pandangan hidup yang demikian luas
jangkaunya serta mengandung unsur-unsur pokok yang menggariskan hubungan antara
individu dengan masyarakat serta pemerintah. Unsur ini merupakan ukuran walaupun
tidak selalau terwujud dalam kenyataan, tetapi dapat dijadikan kriteria suatu
masyarakay itu demokratis. Kriteria itu meliputi empirisme rasional, kepentingan
individu, teori instrumental tentang negara, prinsip kesukarelaan, hukum , penekanan
kepada soal cara, musyawarah mufakat dan mufakat dalam hubungan antar manusia,
kemudian persamaan asasi sesame manusia.
Ciri khas yang fundamental dari setiap system demokrasi, sesuai dengan
karakteristiknya ialah pandangan bahwa warga negara (rakyat) harus dilibatkan dalam
pengambilan keputusan politik, baik dengan cara langsung ataupun melalui perwakilan
yang mereka pilih. Demokrasi diakui sebagai system dalam kehidupan system politik
liberal. Dasarnya adalah karena demokrasi dinilai sesuai dengan nilai-nilai luhur
manusia. Demokrasi dinilai sesuai tuntutan kebutuhan ‘nonmateril’ manusia. Nilai

3
Ibid, Hlm 248-249
demokrasi akan dapat memanusiakan manusia (humanization of man), sebab nilai-
nilainya bertolak dari nilai-nilai luhur. Anggapan ini berkembang, diantaranya akibat
fasisme, totaliterisme, komunisme, dan paham antidmeokrasi lainya serta sejarah
perang dunia I dan II.
Demokrasi seperti yang dikatakan sebelumnya bukanlah konsep yang statis,
Miriiam Budiarjo menulis bahwa abad XX terjadi perubahan mendasar mengenai
orientasi negara demokrasi. Kalau masa sebelumnya bentuk negara penjaga malam
hanya berhak campur tangan dalam kehidupan rakyat dalam batas-batas yang sempit,
maka pada abad XX negara memiliki peranan lebih besar, dimana negara demokrasi
ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Sehingga gagasan negara
welfare state atau social service ia tidak lagi menjadi demokrasi politik, melainkan juga
demokrasi ekonomi. perkembangan ini terjadi secara pragmatis dan alamiah sebagai
produk usaha mengatasi tantangan-tantanan dan perubahan yang terjadi di abad XX.4

Sistem Ekonomi Kapitalis


Secara historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari Gerakan
individulisme. Gerakan ini memang memiliki dampak yang luas ke berbagai bidang,
yang dalam ekonomi melahirkan system ekonomi kapitalisme. Kapitalisme adalah
system social yang menyeluruh, lebih dari sekedar satu tipe tertentu dalam
perekonomian. System ini mulai berkembang di Inggris pada abad 18. Kemudian
menyebar luas ke Kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Inggris sampai tahun
1875, merupakan negara dengan system Kapitalisme terbesar dan termaju. Akan tetapi,
pada perempat akhir abad ke 19, posisi itu digantikan oleh Amerika Serikat dan Jerman,
menyusul Jepang setelah Perang Dunia ke-2.
System ekonomi kapitalis mempunyai beberapa prinsip. Adanya pemilikan
perorangan (indivisual ownership) merupakan prinsip dari kapitalisme, dimana
pemilikan alat-alat produksi seperti tanah, pabrik, mesin, sumber alam, dikuasai secara
perorangan, bukan oleh negara. Prinsip ini tetap mengakui adanya pemilikan negara
yang berwujud monopoli yang bersifat alamiah atau menyangkut pelayanan kepada
masyarakat umum, misalnya kantor pos. Selanjutnya adalah adanya persaingan, ciri
pokok dari ekonomi pasar adalah persaingan. Dalam perekonomian prakapitalis factor
adat atau kebiasaan dan kegunaan menentukan sesatu barang atau jasa berharga atau

4
Ibid, Hlm 249-251
tidak, dan ada banyak orang yang sama sekali tidak dapat bersaing karena mereka
berada diluar beberapa jenis perdagangan atau pekerjaan.
Dari individualism itu melahirkan liberalism, dalam bidang ekonomi, liberalism
melahirkan panen ekonomi kapitalistik atau kapitalisme, ini berbasis pada teori Adam
Smith (1723-1790), yang menemukakan bahwa dalam masyarakat itu diatur oleh
hukum-hukum tertentu, yakni supply dan demand, yang dapat menjamin kemakmuran
ekonomi tiap-tiap individu. Negara seolah-olah tidak diperkenankan untuk ikut campur
dalam bidang ekonomi, industry dan perdagangan. System ekonomi kapitalis ini
melihat bahwa kebebasan ekonomi dan persaingan individu menuju kepada kemajuan
di bidang ekonomi itu sendiri. Mereka beranggapan, apabila tiap-tiap individu diberi
kebebasan seluas-luasnya untuk bersaing dalam bidang kehidupan, khusunya
perdagangan.
Cara pandang ini menjiwai orang-orang di barat, dengan liberalism , seolah-
olah ruang gerak dari peran negara dibatasi. Negara tidak boleh mengancampuri
kebebasan individu, kecuali tindakan individu itu telah melanggar hak-hak orang lain.
Sikap negara dalam konteks ini pasif sehingga ada ungkapan yang mengatakan
“pemerintahan yang paling sedikit adalah yang paling baik (the least government is the
best government) negara hanya berperan sebagai “penjaga malam” (nacth wacthers
staat). Untuk pandangan dibidang ekonomi liberalism memiliki pandangan dibidang
ekonomi liberalism memiliki prinsip laissez faire laissez aller, artinya biarlah manusia
mengurus ekonominya sendiri-sendiri, maka ekonomi seluruh negara akan kuat dan
rakyat akan makmur.
Dari industry yang dimiliki individu sebagai pemegang kapital besar ini, telah
menimbulkan kelas dalam masyarakat. Kelas kapital (pemiliki modal), ini sering
disebut kaum borjuis. Kelas lainya adalah kelas pekerja pabrik, mereka ini hanya
memiliki modal berupa tenaga, yang kemudian sering disebut kaum buruh. Buruh yang
bekerja di pabrik-pabrik besar tersebut dikarenakan tidak memiliki modal dalam
kehidupan dan pekerjaannya memiliki ketergantungan yang disebabkan oleh
ketergantungan upah yang diharapkannya. Akibatnya, buruh tidak mempunyai
kekuatan untuk keluar apalagi melakukan perlawanan. Puncaknya dari
ketidakberdayaan adalah eksploitasi tenaga buruh secara berlebihan adanya merwarde
atau laba yang membentuk capitalis consentratie.
Apa yang dijelaskan diatas mengenai system politik liberal dan system ekonomi
kapitalis merupakan suatu ideologi, yakni system nilai dalam mengatur kehidupan
bernegara, bahkan dalam berperan secara lebih luas menembus batas-batas negara.
Sebagaimana dikatakan Ali Syariati sesungguhnya ideologi itu memiliki esensi sebagai
berikut : “Ideologi menjabarkan status quo, lengkap dengan keadaan dan tindakan
social historis, geografis, politis dan pengikutnya, serta keadaan mereka dalam
perbandingannya dengan kelompok lain yang terlibat dalam masyarakat yang sama.
Ideologi dapat pula menafsirkan kondisi seseorang serta tingkatan-tingakatan
kelompok, social, kelas, daerah dan bangsanya. Ia menjawab berbagai masalah yang
berhubungan dengan kemanusiaan, kelompok, kelas social, dan alam semesta.”
Dalam kenyataan bagi masyarakat dunia ketiga, negara berkembang atau yang
memiliki prinsip-prinsip dasar dalam mengatur kehidupan kenegaraan dengan caranya
sendiri, keberadaan ideologi kemanfaatanya tidak seperti yang diharapkan dan dicita-
citakan. Apa yang dikatakan kalangan penganut liberalis dan kapitalis, bahwa apabila
tiap individu diberi kebebasan seluas-luasnya, dengan tidak terikat kepada norma,
agama sebagai control kehidupan dan perilaku, diganti dengan persaingan semata, akan
memberikan kompetisi yang baik untuk menjawab kemakmuran Bersama. Dalam
kenyataanya jauh dari apa yang dibayangkan sebagai welfare state. Pada tingkat
masyarakat, lahir sejumlah kecil dan minoritas sebagai pemegang modal besar
sekaligus sebagai kelompok penentu ekonomi turut mewarnai keputusan politik negara.
Pada sisi lain, timbulnya kelompok mayoritas kaum buruh dan rakyat kecil terperas dan
tergantung pada kelompok kecil it. Dengan kekuatan dalam segala hal yang dimiliki
kelompok kecil itu, ia dapat mengendalikan kelompok besar yang lemah tadi, jika perlu
dengan tindakan pecah belah (devide at empera). Hal ini dapat dilakukan bila individua
tau kelompok yang berjuang untuk membela buruh rakyat kecil, didasarkan rasa
keadilan, bagi pemilik modal besar ini dapat dianggap sebagai ancaman.
Ada dua pertimbangan dasar penyimpangan dinatara para kapitalis. Yang
pertama, pemilikan atas harta bersifat produktif berarti penguasaan atas kehidupan
orang lain; kedua, ada anggapan kapitalis klasik bahwa kemajuan tegnologi (techlogical
progress) lebih mudah dicapai kalau orang menangani urusan atau kepentingan-
kepentinganta sendiri dan memiliki dorongan pribadi untuk melakukan hal itu. Dalam
sekup hubungan pola antar negara, negara kapitalis terhadap negara berkembang atau
negara yang lemah, atau yang tidak mau mengikuti pola system politik, ekonomi yang
mereka inginkan, maka menciptakan adanya pola hubungan suatu ketergantungan,
dengan dimulai kerja sama dan bantuan yang menjanjikan serta seolah memberikan
harapan. Hal ini kemudian membangun spirit ideologi yang ekspansif dan hegemonic
seperti superioritas sejarah dunia sebagai imperialism dan neokolonialisme.
Ketidakrelakan ini, terutama terjadi oleh perkembangan kesejarahan yang tidak
berimbang antara masyarakat barat dengan masyarakat berkembang (pada umumnya
negara dikawasan Asia, afrika dan Amerika Latin) yang sebelumnya merupakan
masyarakat korban kolonialisme dan imperialism yang telah dimulai sejak abad ke
enam belas. Ketidakberimbangan ini disebabkan oleh keterlambatan pembangunan di
dunia ketiga atau negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena dirampasnya
surplus dari tangan pihak yang satu, kemudian dimiliki pihak yang lain, Monopoli
kapitalis dalam bentuk polarisasi hubungan antara metropol dan satelit, dan adanya
ekspansi dan pertumbuhan dalam system kapitalis.5

D. ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


Dalam buku Pemikiran Politik Barat ini Syam Firdaus sangat memudahkan kita
untuk mengetahui bagaimana dampak dan prinsip-prinsip Ideologi Liberalisme dan
Kapitalisme yang telah melahirkan banyak malapetaka terhadap dunia. Sebagaimana
kebebasan berpikir manusia yang mengklaim dirinya sebagai ras superior telah
menyebabkan dampak negative dari pada perang dunia I dan II. Selain itu exspansi
ekonomi yang dilakukan oleh kaum kapitalis juga memberikan dampak
ketidakberimbangan pembangunan dan ketergantungan bagi negara-negara sasaran
imperialism dan kolonialisme. Akan tetapi liberialisme sendiri juga tidak selalu
memberikan dampak negative, dan lahirnya liberalism kapitalis sendiripun juga telah
mendorong cara pengaturan ekonomi kapitalis yang baik untuk melindungi
kesejahteraan masyarakat di wilayah atau negaranya.
Liberalisme adalah upaya untuk mempromosikan kebebasan individu. Kaum
liberal mengakui bahwa orang memang memiliki nafsu keinginan, tetapi mereka
mempertahankan bahwa orang juga memiliki kemampuan, melalui akal, untuk
mengendalikan dan mengarahkan keinginan mereka.6 Di dalam Islam sendiri pun juga
sudah mengajarkan bahwa Alloh tidak akan mengubah (nasib) suatu kaum apabila
kaum itu sendiri tidak merubah keadaan yang ada pada dirinya (Al-Quran surat Ar-Rad
ayat 11). Sebagai dampak positif dari kebebasan berpikir adalah berbagai penemuan

5
Ibid, Hlm 251-257
6
Ball, Terence dan Richard Dagger. “Political Ideologis an The Democratic Ideal”. New York : Harper Collins
Publiser, Inc. (1991), Hlm, 44-45
pada abad pencerahan renaissance telah mendorong exsplorasi ilmu pengetahuan dan
tegnologi yang berdampak pada kemudahan infromasi dan tegnoligi yang telah kita
rasakan hari ini dari pada ilmu pengetahuan dan tegnologi itu. Dalam paham politik,
hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, kaum liberalism sendiri sebenarnya
mengalami ketidaksepakatan terhadap cara pandang bentuk negara. Ketidaksepakatan
ini melahirkan perpecahan liberalism mejadi dua kubu diantaranya adalah liberalism
neo klasik dan liberalism kesejahteraan.
Perpecahan diantara kaum liberal berasal dari reaksi yang berbeda terhadap
dampak social revolusi indsutri. Penderitaan Sebagian besar kelas pekerja inggris
semakin jelas, Sebagian melalui penggambaran penderitaan mereka dalam novel-novel
popular Charles Dicknes. Gerakan reformasi sedang berlangsung, dan sosialisme
mendapat dukungan, terutama di benua Eropa. Kaum liberalism kesejahteraan
berpendapat bahwa pemerintah harus menyelamatkan orang dari kemiskinan,
kebodohan, dan penyakit. Kaum liberalism ini mempunyai kepedulian terhadap
kesejahteraan dan pandangan bahwa pemerintah besar diperlukan untuk menahan dan
mengatur bisnis besar. Kaum liberal kesejahteraan ini kemudian dikenal dengan kaum
liberal negara kesejahteraan. Meskipun hal ini ditentang oleh kaum liberal neo klasik,
yang berpandangan bahwa negara atau pemerintah seharusnya tidak lebih dari “penjaga
malam” (yang mendukung bentuk negara berbentuk minimalis “night watch state”),
dimana bisnis lain dengan cepat akan berubah menjadi kekuatan dan pengaruh politik
yang tidak semestinya dan tidak proporsional, sehingga membahayakan demokrasi,
akan tetapi kaum liberal kesejahteraan berpendapat bahwa pemerintah bukan hanya
kejahatan yang diperlukan. Sebaliknya, jika diarahkan dengan benar, pemerintah dapat
menjadi kekuatan positif untuk mempromosikan kebebasan individu dengan
memastikan setiap orang menikmati kesempatan yang sama dalam hidup.7
Thomas Hobbes berpendapat bahwa, individu harus mematuhi siapa pun yang
berkuasa, selama orang-orang yang berkuasa melindungi individu tersebut. Hukum
alam yang pertama mengharuskan kita untuk menjaga diri kita sendiri. Pelestarian diri
sangat dibantu oleh pemerintah dan sangat terdegradasi oleh ketidakhadiranya. Untuk
memberikan perlindungan atau keamanan adalah satu-satunya alasan bagi pemerintah
di tempat pertama. Sedangkan John Lock menulis risalah “Bahwa semua manusia
diciptakan sama, bahwa nereka diberkahi oleh pencipta mereka dengan hak-hak

7
Op cit, Hlm 72-74
tertentu yang tidak patut dicabut, bahwa diantaranya adalah kehidupan, kebebasan, dan
pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk mengamankan hak-hak ini, pemerintah
dilembagakan diantara manusia, memperoleh kekusaan mereka yang adil dari
persetujuan yang diperintah. Bahwa bila suatu bentuk pemerintahan merusak tujuan-
tujuan ini, adalah rakyat untuk mengubah atau menghapusnya, dan untuk
melembagakan pemerintahan baru, meletakan dasarnya diatas prinsip-prinsip tersebut,
dan mengaturnya kekuatan dalam bentuk sedemikian rupa, yang bagi mereka
tampaknya paling mungkin mempengaruhi keselamatan dan kebahagiaan mereka.
Dalam Revolusi Amerika, koloni-koloni Amerika harus memutuskan hubungan
mereka dengan Inggris Raya dan memantapkan diri mereka sebagai negara yang
mandiri dan pemerintahan sendiri. Kongres continental menyatakan pada tanggal 2 Juli
1776, koloni-koloni ini adalah, dan memang seharunya, negara-negara bebas dan
merdeka. Setelah perang Prancis dan India pada tahun 1763, pemerintah Inggris mulai
memungut pajak atas penjajah Amerika, singkatnya terjadilah pertengkaran yang
menyebabkan pemberontakan bersenjata pada tahun 1775. Para koloni ini menyatakan
bahwa mereka adalah rakyat setia kepada Mahkota yang seharusnya dilindungi oleh
pemerintah Inggris tetapi malah sebaliknya.8
Amerika telah didominasi oleh pasangan-pasangan partai politik besar berturut-
turut sejak tak lama setelah berdirinya republik Amerika Serikat. Sejak tahun 1850-an,
dua partai politik terbesar adalah Partai Demokrat dan Partai Republik yang bersama-
sama memenangkan setiap pemilihan presiden Amerika Serikat sejak 1852 dan
menguasai Kongres Amerika Serikat setidaknya sejak 1856. Dua partai besar ini adalah
Partai Republic dan Partai Demokrat.9 Dua partai besar ini menganut paham liberal
negara kesejahteraan yang dianut oleh Partai Demokrat sedangkan paham negara liberal
neo klasik dianut oleh partai Republik. Hal ini bisa dilihat dari praktek dan kebijakan
dua partai besar ini, dimana Partai Demokrat lebih berpihak kepada para
pekerja/karyawan pabrik atau perusahaan sedangkan Partai Republik lebih berpihak
kepada pelaku bisnis besar. Ideologi dari Partai Demokrat yang menganut liberalisme
kesejahteraan adalah pemerintah diperlukan untuk menahan dan mengatur bisnis besar,
sehinggan pelaku bisnis besar terpaksa harus mentransfer property mereka, melalui
pajak, kepada orang lain. Masyarakat yang bertindak melalui pemerintahan harus

8
Op cit, Hlm 53-57
9
https://en.wikipedia.org/wiki/Political_parties_in_the_United_States
mendirikan sekolah dan rumah sakit umum, membantu yang membutuhkan, dan
mengatur kondisi kerja untuk meningkatkan Kesehatan dan kesejahteraan pekerja.
Karena dalam pandangan Green (kaum liberalism kesejahteraan) bahwa manusia
bukanlah diri yang terisolasi, menyendiri, tetapi diri yang social dan mudah bergaul
yang membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain untuk mengembangkan
kemampuan dan bakat kita secara maksimal.10 Singkatnya, dari pespektif liberal
kesejahteraan, peran pemerintah adalah mengatur persaingan ekonomi untuk
menyembuhkan penyakit social dan memulihkan cedera individu yang ditimbulkan dari
persaingan kapitalis.
Sistem politik di Amerika Serikat telah mempunyai budaya politik yang
partisipan, dimana masyarakatnya tahu hak dan kewajibanya, adanya kebebasan
berpendapat dan kebebasan berorganisasi. Selain itu system politik di Amerika Serikat
juga berbentuk Sistem Presidensial, dimana terdapat Demokrasi konstitusional,
Pemerintahan Federal, Senat (wakil negara bagaian), dan DPR. Hal ini dapat kita
gunakan sebagai perbandingan apabila kita ingin melihat bagaimana system politiknya.

10
Op cit, Hlm 75
E. PENUTUP
Membaca buku Pemikiran Politik Barat ini dapat memudahkan kita memahami
sejumlah prinsip yang dapat dijelaskan dari Ideologi Liberalisme dan Kapitalisme.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Mementingkan Invidu (the emphasis on the individual). Mendewakan hak milik
pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar setiap orang mengerahkan
kemampuan dan potensi yang ada untuk meningkatkan kekayaan dan
memeliharanya serta tidak ada yang menjahatinya. Oleh karena itu, dibuat peraturan
yang cocok untuk meningkatkan dan melancarkan usaha serta tidak ada campur
tangan negara dalam kehidupan ekonomi, kecuali dalam batas-batas yang sangat
diperlukan oleh pengaturan umum dalam rangka mengokohkan kegamaan.
2. Memperlakukan pemikiran orang lain secara sama (threat the order’s reason
equality). Konsep satu orang satu suara (one man one vote) adalah bukti, bahwa
pendekatan kualitatif lebih dikedepankan berbanding kulaitatif dalam pengambilan
keputusan politik atau kebijakan apapun. Cara seperti ini memang
mempresentasikan setiap individu, tetapi benarkan suara terbanyak suara
kebajikan? Itu tidak penting, dengan demikian personal moral, etika dapat
dikalahkan dengan banyak suara.
3. Percaya terhadap persamaan dasar semua manusia (Hold the basic equality of all
human). Equality dalam semboyan revolusi di prancis, telah mengilhami semangat
ideologi Liberalisme dan Kapitalisme. Bahwa manusia, setiap individu memiliki
peluang yang sama dalam berkompetisi, hak-hak yang sama.
4. Kebebasan berbicara (free of speakers). Dalam berpolitik setiap individu bebas
mengemukakan pendapat, melakukan kritik dan debat mengenai berbagai masalah
yang ada dan dibincangkan masyarakat umum. Kebebasan bicara merupakan sarana
untuk mendapatkan akses informasi secara lebih terbuka dan jelas.
5. Pemerintah dilakukan dengan persetujuan yang diperintah (Government by the
cousent of the people or the governed). Rakyat setiap individu memiliki hak
partisipasi politik secara aktif melalui berbagai alat atau sarana politik secara aktif
melalui berbagai alat atau sarana politik yang ada guna mengontrol pemimpin
politik yang menjadi kepercayaan sekaligus wakil dalam menjalankan kebijakan
politik menuju kepada kesejahteraan rakyat.
6. Pemerintah berdasarkan hukum (the rule of law). Ini menegaskan walau politik juga
dihasilkan dari proses demokrasi, artinya yang menang memang memiliki hak
untuk mengendalikan kekuasaan. Akan tetapi, kekuasaan itu bukan segalanya,
kekuasaan tunduk pada hukum dan dikontrol oleh hukum melalui Lembaga politik
lainya. Kekuasan hanya salah satu sarana kepemilikan pribadi dalam merebut
kepentinganya. Namun agar itu tidak disalhgunakan (corruption), diperlukan
pernagkat hukum untuk mengomtrol kekuasaan itu.
7. Negara adalah alat (The state instrument). Negara berperan untuk melindungi
rakyat sebagai warga negara. Negara sebagai organisasi tertinggi dan terkuat bagi
mengekspresikan kepentingan warga negaranya mengenai apa yang harus
diperjuangkan. Sebab itu negara tidak memiliki hak semena-mena.
8. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada Lembaga negara (the
separation and distribution of state institusions). Hal ini diperlukan agar terjadi apa
yang dikenal dengan check and balance, terjadinya kehidupan politik, pemerintahan
negara dalam kewenangan kekuasaan yang “terbelah” agar tidak terjadi tindakan
tirani atau dictator dari negara atas warganya.
9. Percaya terhadap Tuhan sebagai pencipta (trust in god as the creator), kaum
liberalism dan kapitalisme, percaya adanya Tuhan, tetapi ini sebagai sesuatu yang
pribadi dan bersifat ritual. Agama bukan pandangan hidup, ia hanya sarana untuk
pemenuhan rohani serta spiritual. Mereka tidak anti tuhan akan tetapi agama tidak
perlu melibatkan peranya dalam politik.
10. Menolak dogmatis (refuse dogmatism), inidisebabkan filosofis kaum liberalism dan
kapitalisme adalah rasionalisme. Pengagungan akan kemampuan berpikir manusia,
menempatkan hal bersikap doktrin menjadi tidak menarik bagi penganut ini.11

11
Ibid, Hlm 263-264
Daftar Pustaka

Syam, Firdaus. (2010), “PEMIKIRAN POLITIK BARAT Sejarah, Filsafat, Ideologi dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3”. Penerbit: Bumi Aksara.

Ball, Terence dan Richard Dagger. (1991), “Political Ideologis an The Democratic Ideal”.
New York : Harper Collins Publiser, Inc.

Sejarah Partai Politik di Amerika Serikat


https://en.wikipedia.org/wiki/Political_parties_in_the_United_States, diakses pada, 02
Juli 2023.

Anda mungkin juga menyukai