Salah satu contohnya adalah satuan kerja yang menerapkan pengelolaan Badan Layanan
Umum/Daerah (BLU/BLUD). BLU adalah salah satu hasil reformasi keuangan negara yang
bertujuan meningkatkan kinerja termasuk pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu BLU
diberikan fleksibilitas dalam kelembagaan maupun sistem pengelolaan keuangan. Namun, masih
banyak BLU yang kinerjanya tidak seperti yang diharapkan.
Kondisi di atas terjadi karena pola pikir (mind-set) SDM yang belum berubah, mulai dari
pimpinan sampai level pegawai yang terendah. Kondisi yang sama juga terjadi pada banyak
organisasi pemerintah lainnya, walaupun telah dilakukan pembenahan kelembagaan dan sistem.
Bahkan Pemerintah telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak tahun 2010 melalui Perpres
Nomor 81Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Urgensi Perubahan Mind Set Birokrat
Mind-set atau pola pikir merupakan nilai-nilai atau keyakinan dalam diri seseorang yang
mempengaruhi perilaku termasuk dalam bekerja. Mind-set seseorang dipengaruhi antara lain
mentalitas,budaya, pendidikan, pegalaman. Mind-set dapat diubah namun membutuhkan waktu
yang relatif lama. Berdasarkan beberapa penelitian, mind-set sesorang dapat diubah paling cepat
2 (dua) tahun.
Sesuai dengan Grand Design Reformasi Birokrasi Indonesia, perubahan mind-set dan cultureset
akan mendorong tercapainya birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN,peningkatan kualitas
layanan publik, kapasitas dan akuntablitas kinerja birokrasi. Ketiga hal tersebut akan
menciptakan organisasi pemerintah yang efektif dan efisien.
Untuk mencapai tujuan diatas, harus dilakukan perubahan mind-set (pola pikir) SDM pemerintah
dan budaya kerja (culture-set) sehingga tercipta birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan
profesional. Birokrat harus mempunyai mind-set yang melayani masyarakat, memberikan
capaian kinerja terbaik (best performance),dan berorientasi pada hasil (outcomes).
- Pimpinan sebagai role model. Birokrat pemerintah Indonesia masih dipengaruhi budaya
patrilinial dan budaya ”feodal”. Hal ini dapat dimaklumi karena sebelum kemerdekaan
Indonesia, Nusantara terdiri dari berbagai kerajaan. Pengaruh budaya tersebut menempatkan
pimpinan sebagai panutan. Oleh sebab itu pimpinan pemerintahan harus melaksanakan
semboyan Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya MangunKarsa, Tut Wuri
Handayani"
- Seleksi pegawai pemerintahyang bebas dari KKN dan pengembangan SDM dengan merit
system. Seleksi penerimaan SDM yang menerapkan best pratices, akan menghasilkan pegawai
yang berkualitas dan kinerja yang terbaik. Demikian juga, pengembangan karir, selayaknya
menggunakan merit system. Kebijakan dan manajemen SDM harus berdasarkan kompetensi,
kinerja, adil, dan bebas dari primordialisme. Buah yang manis hanya bisa dipetik dari pemilihan
bibit yang baik dan cara menanam yang benar (Harry Slyman).
- Peningkatan SDM pemerintah secara berkelanjutan. Salah satu unsur terpenting dalam
mengubah mind-set SDM pemerintah adalah melakukan pengembangan kualitas SDM dengan
peningkatan soft dan hard competency. Soft competency berkaitan erat dengan kemampuan
untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan
orang lain. Soft competency (orientasi pelayanan, integritas, berpikir inovatif dan kreatif,
mengelola emosi dengan baik, problem solving dan lain-lain) akan mempengaruhi hard
competency dan kinerja SDM. Hard competency berkaitan kemampuan melaksanakan teknis
pekerjaan. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan pendidikan dan latihan pekerjaan teknis
personil pemerintah yang bersangkutan.
--------------“G00D LUCK”-----------------