18042111
JAWABAN UAS TIK NOMOR 4
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak memberikan perhatian besar
pada reformasi administrasi. Hal ini terbukti dengan program reformasi kepegawian
yang justru terlihat jalan ditempat. Setelah melakukan reformasi melalui
Ditetapkannya Undang - Undang No 43 Tahun 1999 tentang PokokPokok
Kepegawaian, tidak terlihat upaya konkrit pemerintah untuk segera mereformasi
sistem kepegawaian secara menyeluruh. Seolah dapat dilihat bahwa reformasi
kepegawaian identik dengan perubahan remunerasi semata, bukan upaya peningkatan
kompetensi dan profesionalisme kerja. Padahal kualitas kepegawaian berkorelasi
dengan kualitas birokrasi di suatu negara di mana reformasi kepegawaian adalah
prasyarat mutlak untuk menjamin terselenggaranya manajemen tata pemerintahan
yang profesional.
Ketiga, pola pengembangan aparatur yang belum diorientasikan pada sistem karir,
dan tidak adanya rancana pengembangan karir secara jelas.
Keempat, sistem yang selama ini digunakan dalam penelitian kinerja pegawai adalah
DP3, sehingga sangat sulit untuk mencari ukuran bahwa PNS di Indonesia memiliki
karakter profesionalisme dalam kinerja, hal ini dikarenakan ukuran-ukuran kinerja
dalam DP3 sangat bersifat umum dan sangat memungkinkan memasukkan unsur-
unsur like and dislike pimpinan kepada bawahan.
Kelima, sistem kenaikan pangkat, yang berjalan secara otomatis menjadikan pegawai
bersikap apatis, pasif dan menerima apa adanya, tanpa ada suatu tantangan, untuk
meningkatkan prestasi kerja.
Keenam, sistem penggajian atau imbalan yang diberikan sama sesuai dengan pangkat,
ruang dan golongan, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa gaji PNS di Indonesia
dibayarkan sama tanpa memperhatikan dan mengakomodasi perbedaan prestasi kerja,
tingkat kompe-tensi dan kinerja pegawai yang lebih baik.
Ketujuh, peraturan disiplin pegawai yang tidak mampu mengikat secara tegas, karena
kurangnya pengawasan dari unsur pimpinan serta ketidakjelasan sistem rekrutmen,
penggajian, pengukuran kinerja dan promosi yang berdampak pada Iemahnya
penegakan pengawasan terhadap perilaku dan pengawasan.
Selain itu, Secara eksternal carut marutnya sistem kepegawaian di Indonesia
juga diwarnai oleh kooptasi partai politik terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ketidaknetralan Pegawai Negeri Sipil (PNS) seringkali menye-babkan
penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sulitnya
membedakan antara tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keberpihakannya
pada partai politik, menyebabkan sistem kepegawaian tidak lagi berdasarkan kepada
sistem merit, tetapi kepada spoil system. (Iqbal, 2017)
Menurut Miftah Thoha (2002: 78), Pembinaan adalah suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya
kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. (Gebangrejo et al., 2019)
Pembinaan sumber daya manusia dalam hal ini adalah pegawai mencakup
semua usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan karyawan baik teoritis,
konseptual, keahlian maupun sikap dan mental untuk itu pembinaan harus dilakukan
secara terus menerus karena merupakan suatu proses yang lama untuk meningkatkan
potensi seorang pegawai. Dalam rangka pembinaan, pemerintah memfasilitasi
penyelenggaraan otonomi daerah maka pemerintah mengupayakan pemberdayaan
otonomi daerah melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan. Semua hal diatas
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil karena
bagaimanapun juga apabila sumber daya manusianya belum memadai, maka akan
sulit untuk mewujudkan kinerja yang sesuai dengan tujuan. (Rusdia et al., 2020)