Anda di halaman 1dari 30

IDEOLOGI POLITIK

Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si


Dr. Gilang Nur Alam, S.Ip., M.Sc
Wandi Adiansah, S.Kesos., M.Kesos
IDEOLOGI POLITIK

 Liberalisme
 Sosialisme
 Konservatisme dan Fasisme
 Nasionalisme
 Pancasila
IDEOLOGI POLITIK LIBERALISME

 Hal yang paling menjelaskan liberal adalah prioritas tertinggi yang mereka berikan bagi kebebasan
individu. Umat manusia tentunya memiliki kepercayaan atas nilai kebaikan masing-masing - kejujuran,
kesetiaan, keamanan, keluarga dan banyak lagi.
 Tetapi ketika datang pada kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, liberal percaya bahwa kita harus
berusaha untuk memaksimalkan kebebasan yang dinikmati oleh individu.
 Liberal mempertahankan bahwa orang harus dibiarkan untuk menghidupkan kehidupan yang mereka
pilih sendiri, dengan hanya kekangan minimum yang diperlukan dari pribadi atau kekuasaan yang lain.
IDEOLOGI POLITIK LIBERALISME

 Liberalisme menerima bahwa kebebasan tidak akan pernah bisa mutlak, karena kebebasan seseorang
bisa saja bertentangan dengan kebebasan orang lain: kita semua bisa memiliki kebebasan untuk
bergerak, tetapi kita secara bersama tidak bisa berpindah ke satu titik pada saat yang bersamaan.
 Dan kebebasan tidak berarti bahwa anda bebas untuk mencuri, mengancam, memaksa, menyerang,
atau membunuh orang lain, yang mana hal ini akan melanggar kebebasan mereka.
IDEOLOGI POLITIK LIBERALISME

Terdapat sepuluh prinsip dari idologi liberalisme ini, yaitu:

1) Praduga Kebebasan
2) Keutamaan Individu
3) Minimalisasi Pemaksaan
4) Toleransi
5) Pemerintahan Perwakilan dan Terbatas
6) Supremasi Hukum
7) Keteraturan Spontan
8) Kepemilikan, Perdagangan, dan Pasar
9) Masyarakal Sipil
10) Nilai Manusia yang Sama
IDEOLOGI POLITIK LIBERALISME

 Kebebasan berbicara dan toleransi bersama dilihat sebagai landasan penting bagi terciptanya kerjasama
yang damai antara orang-orang merdeka.
 Liberal berpendapat bahwa kerja sama seperti ini menumbuhkan keteraturan sosial spontan (seperti
pasar, adat istiadat, budaya dan bahasa) yang tak terhingga kerumitannya, efeisiensi-nya dan
kemampuan adaptasi-nya dibandingkan dengan segala hal apa saja yang dirancang secara terpusat.
 Dalam bidang ekonomi, liberal percaya bahwa kesejahteraan tidak diciptakan oleh pemerintah, tetapi
oleh kerja sama dari pribadi-pribadi merdeka.
 Kemakmuran dihasilkan lewat individu-individu yang menemukan, menciptakan, menabung,
berinvestasi, dan pastinya mepertukarkan barang dan jasanya secara sukarela, demi kentungan bersama
- keteraturan spontan dari ekonomi pasar bebas.
IDEOLOGI POLITIK LIBERALISME

 Liberalisme bukanlah ide yang tetap, tetapi sebuah spektrum cara pandang permasalahan sosial,
ekonomi, dan politik, yang didasarkan pada kepercayaan terhadap kebebasan dan penghindaran
pemaksaan terhadap satu individu dan lainnya.
 Liberalisme mengalami kebangkitan kembali dalam dekade-dekade terakhir, tetapi saat ini menghadapi
pertanyaan yang baru dan mendesak - seperti apakah kebebasan harus diperluas bagi mereka yang
ingin menghancurkan kebebasan.
IDEOLOGI POLITIK SOSIALISME

 Secara umum term sosialisme digunakan untuk mengacu pada sebuah ideologi, Paham yang bertujuan
perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki bersama dan
pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara
menyeluruh.
 Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup yang menjamin hak asasi manusia, hak
sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan sekularisme.
 Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan
 Term “sosialis” pertama kali dipakai pada tahun 1827 dalam cooperative magazine sebagai gambaran
umum doktrin kooperatif Robert Owen, dan kemudian sebagai “sosialisme” pada tahun 1832 dalam la
globe, jurnal milik pengikut tokoh siosialis Claude Henri de Rouvroy dan Comte de Saint Simon
(1760-1825).
IDEOLOGI POLITIK SOSIALISME

 Dalam perkembangan dan cita-cita sosialisme berikutnya, perjuangan sosialisme mencapai puncak
prosesnya pada Karl Marx, yang popular dengan istilah Marxisme. Pada akhir abad ke-19, Karl Marx
dan Friedrich Engels mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah.
 Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang
hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang
disebut sosialisme.
 Oleh karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan antara
sosialisme dan komunisme. Menurut mereka, sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat
untuk mencapai komunisme.
 Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir sejarah.
Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme,
seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap sosialisme
IDEOLOGI POLITIK SOSIALISME

 Sosialisme memandang bahwa kehidupan ini sebagai materi yang terdiri atas manusia, alam semesta,
dan kehidupan.
 Materi adalah asal dari segala sesuatu, serta evolusi materi akan mewujudkan segala sesuatu. Ini berarti
mereka menolak adanya Pencipta sesuatu yang ada dan mengingkari aspek ruhani pada segala sesuatu
itu.
 Mengakui adanya aspek ruhani – menurut sosialisme – berbahaya bagi manusia, mereka menyadari
agama adalah candu bagi masyarakat, sebagaimana yang dikatakan oleh Marx, dan atas dasar inilah
asas sosialisme ditegakkan
IDEOLOGI POLITIK SOSIALISME

 Sosialisme hanya berdiri tegak diatas asas pemikiran “Tidak ada Tuhan, dan kehidupan hanya berupa
materi belaka”.
 Artinya, tidak ada Zat yang telah menciptakan alam semesta, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya
hanya berupa materi yang berkembang (berevolusi) karena kemauannya sendiri. Dari sini lahirlah
berbagai bentuk materi yang menjadi bagian dari alam semesta ini.
 Materi yang paling tinggi dari yang ada adalah manusia. Dan sesuatu yang paling tinggi pada manusia
adalah otaknya, yang merupakan hasil evolusi dari materi. Jadi, menurut sosialisme, tidak ada sesuatu
yang lain di luar bingkai alam semesta, manusia dan kehidupan.
 Pemikiran (ide) tentang adanya sang Pencipta hanyalah sebuah kebohongan belaka, dan hal itu adalah
penyesatan yang dilakukan oleh orang kaya untuk menghisap darah orang miskin (proletar).
IDEOLOGI POLITIK SOSIALISME

 Agama adalah candu bagi umat manusia (bangsa), dan agama merupakan kesadaran palsu tentang
alam, karena sebenarnya manusialah yang membangun agama, dan bukan sebaliknya. Begitu pula
kelemahan dan kebodohan menjadi dua sumber bagi akhlak dan agama. Karenanya agama tidak akan
diikuti kecuali hanya oleh mereka yang lemah akalnya.
 Argumentasi ini tidak sesuai dengan fitrah manusia, sebab, kecenderungan beragama dalam diri
manusia menjadi sesuatu yang pasti adanya, dan ketiadaan-pengakuan akan keberadaan naluri
beragama sama seperti tidak mengakui bahwa manusia yang haus amat membutuhkan air.
 Menurut Sosialisme tidak mungkin ada sesuatu yang disebut dengan kebebasan beragama, kebebasan
berpendapat, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan berperilaku. Akidah dan pendapat itu menjadi
sesuatu yang dibatasi atau ditentukan oleh apa yang diinginkan negara. Begitupula ekonomi, menjadi
sesuatu yang ditentukan oleh keinginan negara. Karena itu negara menjadi sesuatu yang disucikan oleh
ideologi ini. Dari filsafat materialisme ini lahir seluruh aturan-aturan (sistem) kehidupan d ekonominya
menjadi asas pertama bagi seluruh sistem yang lain.
IDEOLOGI POLITIK KONSERVATISME

 Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari
bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki
nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda.
 Konservatisme adalah paham politik yg ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata
yg sudah ada, menghendaki perkembangan langkah demi, serta menentang perubahan yg radikal konservatisme
diartikan sebagai ideologi dan filsafat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Samuel Francis
mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan
ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan”.
 Istilah konservatisme pertama kali digunakan dalam pengertian modern yang khas dalam konteks ini yakni untuk
menunjukan pandagan politik yang dibedakan dengan politik ideologis,ketika Chateubriand (1768-1848 ) member
nama conservateur pada sebuah junal yang diterbitkan untuk melawan penyebaran politk baru,dan terutama ide-
ide demokrasi yang merupakan perwujudan utamanya.Nama itu kemudian segera dipakai oleh kelompok-
kelompok lain yang menentang kemajuan demokrasi setidaknya dalam bentuk-bentuk yang lebih radikal.
IDEOLOGI POLITIK KONSERVATISME

 R.J. White pernah mengatakannya demikian: "Menempatkan konservatisme di dalam botol dengan
sebuah label adalah seperti berusaha mengubah atmosfer menjadi cair … Kesulitannya muncul dari
sifat konservatisme sendiri. Karena konservatisme lebih merupakan suatu kebiasaan pikiran, cara
merasa, cara hidup, daripada sebuah doktrin politik.”
 Berdasarkan pemikiran-pemikiran para tokoh konservatisme seperti Clark (1991, pp. 79-80)
mengidentifikasi beberapa prinsip-prinsip aliran konservatif, diantaranya:
1. Pada dasarnya manusia itu punya dorongan kuat untuk dapat diarahkan menjadi pribadi jahat atau
baik. Pada kenyataannya manusia tidak dapat berkembang tanpa ikatan organisasi sosial;
2. Masyarakat sebagai sebuah struktur organik didasarkan pada sebuah tuntutan hirarki alamiah. Tanpa
hirarki, setiap orang akan jadi homogen dan proses pembentukan pribadi individu dapat terhambat;
3. Tujuan dari pemerintah adalah untuk menjaga dan memelihara kebutuhan dasar masyarakat.
Pemerintah seharusnya tidak hanya menegakkan hukum yang melindungi hak milik, tetapi harus
secara aktif membina lembaga-lembaga seperti keluarga dan lingkungan yang secara konteks sosial
merupakan tempat dimana individu berkembang;
IDEOLOGI POLITIK KONSERVATISME

4. Moralitas, keberadaannya tidak tergantung dari pendapat individu benar dan salah, dan karena itu setiap orang
harus memiliki prioritas untuk mengejar kebajikan daripada keinginan pribadi. Nilai-nilai moral termasuk terdiri
dari loyalitas, patriotisme, ksatria, ketaatan, keberanian, kesetiaan, menghormati otoritas, ramah, dan
kehormatan.; 
5. Kebebasan itu ada ketika individu-individu tidak berlaku sewenang-wenang yang dikuasai oleh nafsu mereka
sendiri. Kebebesan itu mensyaratkan otoritas, tradisi, dan masyarakat yang stabil; 
6. Wewenang adalah sah ketika itu berada diantara orang-orang yang terbiasa dengan kepemimpinan tradisional dan
memiliki yang memiliki pemahaman tentang kebenaran dan kebajikan; 
7. Masyarakat itu bisa dinyatakan setara (equality) hanya dalam status formalnya sebagai warga negara; 
8. Keadilan dapat terpenuhi ketika tata tertib itu dijaga, hukum diatur dengan seimbang, dan kedudukan individu
diatur melalui hirarki sosial; 
9. Efisiensi berarti bahwa masyarakat berfungsi dengan baik menuju sebuah keberhasilan tidak hanya dalam
menghasilkan sebuah materi, tetapi juga dalam pencapaian nonmaterial seperti menjaga tata tertib, kesatuan
komunitas, dan kebaikan individu.
IDEOLOGI POLITIK KONSERVATISME

 Ciri-ciri dari ideologi politik konservatisme ini adalah:


a. Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja
b. Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam
tata kehidupan masyarakat.
c. Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap suci.
d. Konservatisme juga menentang radikalisme dan skeptisme
IDEOLOGI POLITIK FASISME

 Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain.
Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan.
 Fasisme dapat menghambat proses multikulturalisme karena bersifat Ultra Nasionalis, Rasis, Militeris,
dan Imperialis.
 Fasisme berasal dari filsafat radikal yang muncul dari revolusi industri yakni sindikatisme. Eksponen
sindikatisme adalah George Sorel (1847-1922).
 Penganjur sindikatisme menginginkan reorganisasi masyarakat menjadi: asosiasi-asosiasi yang
mencakup seluruh industri, atau sindikat-sindikat pekerja.
 Dianjurkan agar ada sindikat-sindikat pabrik baja yang dimiliki dan dioperasikan oleh para pekerja di
dalam industri batu bara, dan demikian pula halnya pada industri-industri lain.
IDEOLOGI POLITIK FASISME

 Dengan demikian sindikat-sindikat yang ada pada dasarnya merupakan serikat buruh yang akan
menggantikan negara. Dalam sistem ekonomi fasisme, pemerintah melakukan pengendalian dalam
bidang produksi, sedangkan kekayaan dimiliki oleh pihak swasta.
 Dalam praktik Fasisme dan Komunisme adalah dua gejala dari penyakit yang sama. Keduanya sering
dikelompokkan sebagai sistem totaliter. Keduanya sama dalam hal pemerintahan, yaitu kediktatoran
satu partai.
 Paham fasisme mencuat ketika dimulainya masa Perang Dunia II. Setidaknya perang yang muncul saat
itu, terjadi sebagai akibat perkembangan ideology fasis di Italia, Jerman dan Jepang, yang ingin
meluaskan pengaruh ekstra-nasionalisnya.
 Sehabis berlangsungnya Perang Dunia II, ideologi fasisme seakan-akan berakhir, tetapi hal yang terjadi
tidak nyata demikian. Sebagai sebuah produk pemikiran, benih-benih fasisme akan terus ada selama
terdapat kondisi obyektif yang membentuknya.
IDEOLOGI POLITIK FASISME

 Ebenstein mencatat bahwa“jika komunisme adalah pemberontakan pertama terhadap liberalisme,


maka fasisme adalah pemberontakan kedua. Fasisme muncul dengan pengorganisasian pemerintahan
dan masyarakat secara totaliter, kediktatoran partai tunggal yang bersifat: ultra-nasionalis, rasis,
militeris dan imperialis.
 Fasisme juga muncul pada masyarakat pasca-demokrasi dan pasca-industri.
 Jadi, fasisme hanya muncul di negara yang memiliki pengalaman demokrasi.
 Hal- hal yang penting dalam penbentukan suatu karakter negara fasis adalah militer, birokrasi, prestise
individu sang diktator dan terpenting, dukungan massa. Semakin keras pola kepemimpinan suatu
negara fasis, semakin besar pula dukungan yang didapatnya.
IDEOLOGI POLITIK FASISME

 Kondisi penting lainnya dalam pertumbuhan negara fasis adalah perkembangan industrialisasi.
Munculnya negara industri, memunculkan ketegangan sosial dan ekonomi.
 Jika liberalisme adalah penyelesaian ketegangan dengan jalan damai yang mengakomodasi
kepentingan yang ada, maka fasisme mengingkari perbedaan kepentingan secara paksaan.
 Fasisme mendapat dukungan pembiayaan dari industriawan dan tuan tanah, karena kedua kelompok
ini mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh bebas, yang dianggapnya menghambat kemajuan
proses produksi dalam industri.
 Sumber dukungan lain bagi rezim fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka
melihat fasisme adalah sebuah sarana untuk mempertahankan prestise yang ada sekaligus perlindungan
politik.
 Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, sebagaimana fasisme Jerman, Italia dan
Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi rakyat.
IDEOLOGI POLITIK FASISME

 Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:


1. Ketidak Percayaan Pada Kemampuan Nalar
2. Pengingkaran Derajat Kemanusiaan
3. Kode Prilaku Yang Didasarkan Pada Kekerasan Dan Kebohongan
4. Pemerintahan Oleh Kelompok Elit
5. Totaliterisme
6. Rasialisme Dan Imperialisme
7. Fasisime Memiliki Unsur Menentang Hukum Dan Ketertiban Internasional.
IDEOLOGI POLITIK NASIONALISME

 Sarman (1995) secara kritis menulis sempitnya kerangka pikir sebagian besar orang mengenai
nasionalisme. Menurutnya, nasionalisme sering diartikan sebagai kecintaan terhadap tanah air yang
tanpa reserve, yang merupakan simbol patriotisme heroik semata sebagai bentuk perjuangan yang
seolah-olah menghalalkan segala cara demi negara yang dicintai.
 Definisi tersebut menyebabkan makna nasionalisme menjadi usang dan tidak relevan dengan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masa kini, yang tidak lagi bergelut dengan persoalan
penjajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialis.
 Menurut Hara (2000), nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas yaitu persamaan keanggotaan
dan kewarganegaraan dari semua kelompok etnis dan budaya di dalam suatu bangsa.
 Dalam kerangka nasionalisme, juga diperlukan sebuah kebanggaan untuk menampilkan identitasnya
sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu sendiri merupakan proses yang lahir karena dipelajari dan bukan
warisan yang turun temurun dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
IDEOLOGI POLITIK NASIONALISME
 Konskuensi dari pergeseran konteks nasionalisme menyebabkan orang tidak lagi bergantung hanya
kepada identitas nasional, yang sifatnya makrokosmos abstrak (Sindhunata, 2000), namun lebih
menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti negara modern, pemerintah yang bersih,
demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia.
 Oleh karena itu, kebanggaan terhadap identitas suatu bangsa menjadi hal yang mustahil apabila
seorang warga negara tidak menemukan kebanggaan tersebut dalam diri negaranya. Orang bukan saja
malu terhadap identitas bangsanya bahkan orang tersebut tidak mengakui kebangsaan yang
dimilikinya.
 Nasionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencintai bangsa dan negara. Mulyana
(dalam Martaniah, 1990) mendefinisikan nasionalisme dengan kesadaran bernegara atau semangat
nasional.
 Nasionalisme atau kebangsaan bukan sekedar instrumen yang berfungsi sebagai perekat kemajemukan
secara eksternal, namun juga merupakan wadah yang menegaskan identitas Indonesia yang bersifat
plural dalam berbagai dimensi kulturalnya.
 Nasionalisme menuntut adanya perwujudan nilai-nilai dasar yang berorientasi kepada kepentingan
bersama dan menghindarkan segala legalisasi kepentingan pribadi yang merusak tatanan kehidupan
IDEOLOGI POLITIK NASIONALISME

 Suatu bangsa hanya dapat muncul apabila terdapat keinginan untuk hidup bersama, adanya jiwa dan
pendirian rohaniah, adanya perasaan setia kawan yang besar yang terbentuk bukan disebabkan
persamaan ras, bahasa, agama atau batas-batas negeri, melainkan terbentuk karena pengalaman-
pengalaman historis yang menjembatani kesediaan untuk berkorban bersama.
 Suatu bangsa adalah sekelompok manusia dengan persamaan karakter atau watak yang tumbuh karena
persamaan nasib atau pengalaman yang telah dijalani.
 Nasionalisme merupakan suatu kesadaran atau keinsyafan rakyat sebagai suatu bangsa. Stoddart
menegaskan bahwa nasionalisme merupakan keyakinan yang diteguh sejumlah besar orang, yang
merupakan suatu nasionalitas (Abdulgani, 1964).
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

 Pancasila berakar pada pandangan dan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga memenuhi
persyaratan suatu ideologi terbuka.
 Sekalipun suatu ideologi itu bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaanya adalah sebegitu rupa
sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, hal mana merupakan suatu yang
tidak nalar.
 Suatu ideologi sebagai suatu rangkuman gagasan-gagasan dasar yang terpadu dan bulat tanpa
kontradiksi atau saling bertentangan dalam aspek-aspeknya, pada hakikatnya berupa suatu tata nilai,
dimana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal ihwal buruk baiknya sesuatu, yang dalam hal ini ialah
apa yang dicita-citakan (padomo Wahyono, 1991. Hal 39-40)
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

 Sesuai dengan sifat ideology yang memiliki tiga dimensi penting (BP-7 Pusat, 1993) bebagai berikut.
a. Dimensi realisme.
 Menurut Pandangan Alfian bahwa; Dimensi realitas Pancasila mengandung dimensi realita ini dalam dirinya.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai rill yang hidup dalam masyarakat, terutama
pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati, bahwa nilai-nilai dasar itu
adalah milik mereka bersama. Dengan begitu, nilai-nilai dasar ideologi tertanam dan berakar di dalam
masyarakatnya.
b. Dimensi Idealisme
 Menurut Syahrial tentang dimensi Idealisme ialah; Dalam hal ini Pancasila mengandung cita-cita yang ingin
dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi
harapan yang masuk akal, bukanlah lambungan angan-angan yang sama sekali tidak mungkin direalisasikan.
Kadar serta idelisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan optimisme serta mampu
menggugah motivasi para pendukungnya untuk berupaya mewujudkan apa yang dicita-citakan (Koento Wibisno,
1989).
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

c. Dimensi Fleksibilitas
 Menurut Alfian terkait dengan Dimensi ini ialah: Dimensi ini mencerminkan kemampuan suatu
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakatnya. Dalam hal ini bahwa hakekat ideologi itu tidak lain adalah pandangan
hidup yang sudah disertai dengan cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan, dan sudah menjadi milik kelompok tertentu, seperti ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia,
maka dalam diri Ideologi harus memuat tiga komponen dasar, yaitu:
1. Keyakinan hidup; yaitu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta (kosmos)
2. Tujuan hidup; yaitu konsepsi tentang cita-cita hidup yang diidam-idamkan (Reasoned conception of
the purpose of human life, the perspective of life).
3. Cara-cara yang dipilih untuk mencapapai tujuan hidup; dalam pengertian cara-cara yang dipilih ini
termasuk juga didalamnya berbagai macam institusi atau lembaga, program aksi dan sebagainya.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

 Berbicara tentang Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik tentunya yang dimaksudkan
adalah bagaimana peran dan fungsi Pancasila sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan
politik bangsa Indonesia.
 Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup dan falasafah bangsa Indonesia. Dalam kehidupan
berpolitik harus dilalankan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
 Dalam Etika berpolitik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
 Tujuannya adalah bisa menciptakan suasana politik yang kondusif, yang demokratis, yang bisa
mencapai cita-cita bangsa Indonesia yakni merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
 Serta tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

 Dalam proses pembangunan politik yang ada dan berlaku menjadi sistem politik yang bukan saja
mantap tetapi sekaligus memiliki kualitas kemandirian yang tinggi yang memungkinkannya untuk
membangun atau mengembangkan dirinya secara terus-menerus sesuai dengan tuntutan
perkembangan aspirasi masyarakatnya dan laju perubahan zaman.
 Sejalan dengan itu ideologi bersama kita itu akan berhasil mempertahankan, memelihara dan bahkan
memperkuat relevansinya yang tinggi dalam kehidupan politik bangsa kita.
 Nilai-nialainya bukan saja dihayati dan dibudayakan, tetapi sekaligus diamalkan dalam kehidupan
politik bangsa kita yang terus berkembang.
 Dalam segi politik, terkait dengan hakekat demokrasi adalah bahwa kedaulatan atau kekuasaan berada
di tangan rakyat.
 Dalam mewujudkan kedaulatan rakyat itu berbagai masyarakat atau bangsa memperlihatkan berbagai
macam paham yang melandasinya, serta gaya, proses dan prosedur dalam pelaksanaanya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai