Anda di halaman 1dari 22

Liberalis

Fahruddin Faiz

me
ETIMOLOGI-TERMINOLOGI

• Kata liberal, liberty, libertarian, and libertine semuanya


berasal dari bahasa Latin liber, yang berarti "free“
(bebas)
• Sebuah ideologi, filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan
persamaan hak adalah nilai yang utama. Liberalisme
mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan
oleh kebebasan berpikir dan berekspresi bagi para
individu.
KEYWORDS
 Freedom of speech
 3 natural rights-
 Life- not under anyone
 Liberty- freedom to do things
 Property- freedom to own things
 Against absolute power
LATAR PERISTIWA PENTING
 Revolusi Perancis
 Perubahan Sistem pemerintahan

 Revolusi Amerika
 Declaration of Independence
Liberty Leading The People,
Delacroix
LOCKE & HOBBES: STATE OF NATURE

• Thomas Hobbes: individu itu pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan
fitrahnya. Namun, manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu mereka
membentuk suatu masyarakat baru – suatu masyarakat politik yang
terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari
individu lain dimana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa)
• John Locke: individu pada dasarnya adalah baik, namun karena adanya
kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu
akan diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang
diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah.
LIBERALISME KLASIK

 Didasarkan kepada ‘kebebasan negatif’ (bebas dari)


 Masyarakat harus dikonstruksi sedemikian rupa untuk
meminimalisir pembatasan terhadap kebebasan individu
 Peran negara harus dibatasi dalam hal penataan,
penertiban serta ‘pertahanan’, untuk menjamin
kebebasan individu.
LIBERALISME MODERN

 Kebebasan positif—satu situasi dimana setiap individu


dapat mengupayakan pengembangan diri, realisasi diri
dan otonom.
 Fokus pada pemberdayaan individu
 Negara dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi yang
memungkinkan setiap orang mewujudkan kebebasan
positif.
 Hold the Basic Equality of All Human Being
 Treat the Others Reason Equally
 Government by the Consent of The People or
NILAI-NILAI The Governed
UTAMA  The Emphasis of Individual
 The State is Instrument
 Refuse Dogatism
KONOTASI LIBERALISME

• Positif: faham yang menjunjung tinggi


kemerdekaan batin, yang menolak segala macam
pembatasan (lawan dari faham determinisme dan
naturalisme ).
• Negatif: faham yang membolehkan orang untuk
berbuat semaunya, keluar dari norma yang
berlaku dan pemberontakan terhadap tradisi.
KONTEKS LIBERALISME: PERSONAL
• Anti feodal, anti kemapanan, rasional, independent, open-
minded.
• Kritis terhadap adat-istiadat, tradisi dan konvensi.
• Tidak mau terikat pada yang sudah dditetapkan atau yang
sudah mapan, tetapi terbuka kepada kemungkinan-
kemungkinan lain yang menurut pertimbangan akalnya
akan lebih baik dan bermanfaat.
• Dalam arti ini liberalism merupakan suatu “ method” dan
bukan suatu ajaran, doktrin ataupun ideologi.
KONTEKS LIBERALISME: POLITIK
• Menentang sentralisasi dan absolutisme kekuasaan.
Munculnya republik-republik menggantikan
kerajaan-kerajaan tidak terlepas dari liberalisme ini.
• Mencurigai segala bentuk kuasa karena kuasa
cenderung berkembang menjadi semakin besar dan
menindas, maka harus dibatasi, misalnya dengan
konstitusi.
KONTEKS LIBERALISME: BUDAYA

• Menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan


dengan cara hidup setiap orang.
• Menentang keras campur tangan pemerintah yang
mengatur sastra, seni, akademis, perjudian, seks,
pelacuran, aborsi, keluarga berencana, dan segala
“yang dikontrol” lainnya.
KONTEKS LIBERALISME: SOSIAL
• John Stuart Mill dalam On Liberty (1859) memaparkan tentang
sejauh mana kuasa masyarakat bisa diterapkan atas individu. Ia
sangat menekankan pembelaan atas kebebasan berpikir dan
berpendapat setiap orang, karena hal itu merupakan prasyarat
wajib bagi perkembangan intelektual dan sosial.
• Mill mendefinisikan “kebebasan sosial” sebagai perlindungan dari
“penguasa politik yang tiran”. Ia juga menjelaskan beragam tirani
sosial, termasuk tirani mayoritas atas minoritas.
• Menurut mill, kebebasan sosial berarti membatasi kekuatan
penguasa melalui pengakuan terhadap kebebasan politik dan Ham
dengan control dari “konstitusi”
KONTEKS LIBERALISME: EKONOMI

• Free market, semua hubungan ekonomi tercipta


oleh pasar bebas, campur tangan dari pihak
manapun tidak dibenarkan.
• Mendukung kepemilikan harta pribadi
• Menentang peraturan-peraturan pemerintah yang
membatasi hak-hak terhadap harta pribadi.
CIRI EKONOMI LIBERAL

 Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu.


 Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
 Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
 Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik
sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
 Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari
keuntungan.
 Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
 Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi.
KEUNTUNGAN SISTEM
EKONOMI LIBERAL
Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan
ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah/komando
dari pemerintah.
Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang
nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan
semangat antar masyarakat.
Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan
motif mencari keuntungan
KELEMAHAN SISTEM
EKONOMI LIBERAL
Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat saat birokratnya
korup.
Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin
miskin.
Memungkinkan terjadi monopoli.
Memungkinkan terjadi gejolak dalam perekonomian karena
kesalahan alokasi sumber daya oleh individu
Pemerataan pendapatan sulit dilakukan karena persaingan bebas
Neo-liberalisme

Satu perspektif ekonomi yang didasarkan kepada nilai-nilai


berikut:
• Kepemilikan Pribadi
• Kebebasan Individual
• Menekankan penambahan kekayaan dibandingkan re-distribusi
• Kompetisi dalam pasar tanpa regulasi atau dengan regulasi minimal
• Efisiensi
• Tanpa Intervensi pemerintah atau intervensi pemerintah rendah
LIBERALISME AGAMA: AKAR SEJARAH

 Muncul pada abad pencerahan (Enlightenment Era), yaitu sekitar abad 17-19, saat
rasionalisme berkembang. Segala yang tidak dapat dicerna oleh rasio akan dianggap
mitos. 
 Rene Descartes, dengan jargon yang sangat populer "aku berpikir maka aku ada." 
Rasio manusia lah yang akan menuntun manusia pada kebenaran, dengan cara
meragukan segala sesuatu (teori keragu-raguan). 
 Langkah Descartes ini juga diikuti oleh John Locke (empirisisme), David Hume dan
juga Immanuel Kant. Kant menyimpulkan bahwa antara dunia Allah dan dunia
manusia (rasio, empiris, dsb) ada sebuah batas yang tak tertembuskan, sehingga harus
dibedakan antara ruang Allah dan ruang rasio. Allah tidak dapat ditemukan oleh rasio
manusia, yang merupakan ukuran sebuah kebenaran obyektif.
LIBERALISME AGAMA:
TIGA FRAMEWORK TEORITIS

– Rasionalisme
– Romantisisme (ide Kebebasan)
– Kosmologi Moderen (Naturalisme)
LIBERALISME AGAMA:
MODUS PEMIKIRAN
◦ Agama untuk manusia (kemaslahatan dan kebaikan manusia)
◦ Kontekstualisasi dalam pengalaman
◦ Moralitas sebagai substansi
◦ Otonomi rasio manusia
◦ Latar belakang budaya harus didahulukan dibandingkan aspek doktrinalnya
◦ Relevansi doktrin dengan kekinian
◦ Demitologisasi
◦ Bahasa modern untuk dapat diterima manusia moderen

Anda mungkin juga menyukai