Anda di halaman 1dari 4

Masyarakat memiliki struktur dan lapisan yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya, hal ini tergantung pada komplektifitas masyarakat itu sendiri.
Semakin besar perbedaan kebudayaan yang mereka miliki, maka semakin rumit
proses-proses sosial yang dapat dilakukan. Oleh karena itu komunikasi yang baik,
sangat diperlukan untuk mempermudah proses sosialisasi dalam lingkungan
masyarakat. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik berupa
pesan, ide, maupun gagasan dari suatu pihak kepada pihak yang lain. Komunikasi
dapat dilakukan dengan cara verbal/lisan seperti berbicara secara langsung denga
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kedua pihak, maupun dengan cara non
verbal apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti dengan cara
menggunakan bahasa tubuh atau gerak badan seperti menganggukan kepala,
menggelengkan kepala dan menunjukan ekspresi wajah dengan tersenyum.
Menurut Soejono Dirdjosisworo, pengertian sosialisasi memuat tiga arti.
Pertama yaitu proses belajar, proses belajar ialah suatu proses akomodasi dimana
manusia menahan, mengubah impuls- impuls dalam dirinya dan mengambil cara
hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Kedua, Kebiasaan berarti dalam bersosialisasi
setiap manusia mempelajari sikap, ide-ide, kebiasaan, pola-pola nilai dan tingkah
laku, serta ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di lingkungan ia
hidup. Dan terakhir adalah Sifat dan kecakapan, merupakan proses sosialisasi
mengajarkan manusia untuk merangkai dan mengembangkan dari semua sifat dan
kecakapan sebagai suatu kesatuan dalam diri seseorang. Sementara menurut Charlotte
Buhler, pengertian sosialisasi merupakan suatu proses belajar dan menyesuaikan diri
untuk membantu anggota masyarakat dalam memahami bagaimana cara hidup dan
bagaimana cara berpikir kelompoknya. Ia juga berpendapat bahwa sosialisasi
bertujuan agar anggota masyarakat dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok
tersebut. Hal ini membawa pada pengertian sosialisasi dalam arti luas, yakni suatu
proses interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga
akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat.
Sosialisasi melibatkan beberapa faktor penting. Pertama ialah Faktor
Intrinsik. Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-pembawaan
yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuan kemampuan khusus warisan orang
tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi bekal seseorang
untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi. Hasilnya akan sangat
berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai
dalam sosialisasi itu sendiri. Kedua ialah Faktor Ekstrinsik, sejak manusia dilahirkan
dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya yang disebut sebagai
faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaan kebiasaan, adat
istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata pencaharian
hidup yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat menjadi pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar
sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara sfaktor
intrinsik dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan
sosialisasi. Dalam hal ini, kebudayaan memang memegang peranan penting dalam
menentukan proses sosialisasi.
Menurut sudut pandang individu, fungsi dari sosialisasi adalah bahwa
bahwa setiap individu membutuhkan sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian
diri terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosial. Masyarakat memiliki sebuah
sistem sosial yang dapat menentukan anggota masyarakat mana yang tergolong baik
atau buruk. Anggota masyarakat yang baik adalah anggota masyarakat yang mampu
memenuhi harapan umum dari anggota masyarakat lainnya. Sementara, anggota
masyarakat yang buruk adalah anggota masyarakat yang tidak atau belum mampu
memenuhi harapan umum dari anggota masyarakat lainnya. Sedangkan menurut
kepentingan masyarakat, sosialisasi mempunyai fungsi sebagai sarana pelestarian,
penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma sosial. Nilai dan norma
terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat dapat menjadi ciri khas atau
karakteristik dari masyarakat tersebut.

Tujuan sosialisasi adalah agar setiap individu dapat menyesuaikan tingkah


lakunya dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat, agar setiap individu dapat
menyadari dan memahami peran dan posisinya dalam masyarakat, dan agar setiap
individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai dengan norma atau
nilai yang berlaku. Jika semua individu sudah bersosialisasi dengan baik, maka
keutuhan masyarakat di suatu daerah atau negara akan terwujud.

Pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi disebut agen atau


aktor sosialisasi. Bentuk agen sosialisasi yang pertama adalah Keluarga, interaksi
dalam keluarga yang biasanya terdiri dari ayah, ibu, saudara, dan lain-lain merupakan
tempat yang tepat untuk individu dalam mengenal dunia sekitarnya. Contoh
sosialisasi di keluarga bisa dilihat ketika makan malam bersama, ketika menonton tv
bersama, hingga ketika diskusi keluarga. Orang tua cenderung menyampaikan hal-hal
yang perlu diketahui oleh anak-anaknya, seperti nasihat atau arahan tentang cara
berperilaku di sekolah maupun di masyarakat. Kedua adalah Teman, setelah keluarga
proses sosialisasi terjadi melalui jalinan pertemanan. Interaksi anak-anak bersama
teman sebayanya dapat menjadikan proses sosialisasi. Yang mana, interaksi tersebut
dapat membuat anak sekaligus temannya dapat mempelajari nilai dan norma yang
baru. Contoh sosialisasi yang sering terjadi di lingkungan pertemanan seperti bermain,
bercanda, bekerja sama, dan lain sebagainya. Ketiga adalah Sekolah, setelah individu
mengalami pertumbuhan, ia akan dihadapkan pada tempat sosialisasi yang lebih besar
yaitu lembaga pendidikan atau sekolah. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang
memberikan pengaruh paling besar dalam bersosialisasi bagi semua orang. Sekolah
memiliki tempat dan lingkungan yang sangat mendukung bagi semua orang untuk
belajar dan melatih keterampilan serta kemandiriannya. Selain itu, interaksi di sekolah
yang sangat kuat membuat sosialisasi ini memberikan dampak yang sangat besar bagi
hidup individu di masa yang akan datang. Contoh sosialisasi yang terjadi di sekolah
yaitu saat seorang guru berinteraksi dengan para siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Tidak hanya itu, sosialisasi juga sering terjadi ketika para siswa bertanya
pada guru atau mengungkapkan pendapat tentang pelajaran di sekolah.

Keempat adalah Media Massa, media massa juga dapat menjadi tempat terjadinya
proses sosialisasi. Media massa dapat memberikan informasi-informasi baru yang
belum diketahui, baik itu positif ataupun negatif. Di era digital sekarang, media massa
menjelma menjadi media sosial yang tersaji di dalam gawai setiap orang. Tidak dapat
dipungkiri, media sosial ini merupakan menjadi agen sosialisasi paling berpengaruh.
Banyaknya informasi yang tercipta, baik itu dari media massa maupun dari media
sosial seperti instagram, twitter, youtube, tiktok dan lain sebagainya terbukti sangat
dinikmati oleh para generasi muda dan beberapa generasi tua yang masih melek
teknologi. Namun, melimpahnya berita bisa menjadi baik dan juga bisa menjadi
buruk. Oleh karena itu, sangat perlu kebijaksanaan dalam memanfaatkan teknologi
sosial media yang sekarang sedang digandrungi masyarakat.

Interaksi sosial adalah kemampuan seorang individu dalam melakukan


hubungan sosial dengan individu lainnya atau kelompok dengan ditandai adanya
kontak sosial dan komunikasi. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982)
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompokkelompok manusia
maupun antara orang perorangtan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang
bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam
itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Menurut Sosiologi Charles P. Loomis ciri-ciri interaksi sosial yaitu :


Pertama, jumlah pelaku lebih dari seorang. Kedua, adanya komunikasi diantara para
pelaku dengan menggunakan simbol-simbol. Ketiga, adanya tujuan-tujuan tertentu,
terlepas dari sama atau tidak samanya dengan yang diperkirakan oleh para pengamat.

Sebagai manusia tidak lepas dengan interaksi dalam kegiatan sehari-hari,


karena sudah pasti manusia akan membutuhkan seseorang untuk saling bertahan
hidup. Namun agar lebih jelas dalam interaksi sosial ada 2 syarat yang akan
mewujudkan terjadinya interaksi sosial, yaitu: Pertama, Kontak Sosial dalam
pengertian sosiologi, kontak sosial tidak hanya interaksi melalui tatap muka saja
namun adapun melakukan kontak tanpa bertemu langsung seperti informasi melalui,
radio, telepon bahkan surat elektronik ini termasuk interaksi sosial yang sudah
berkembang di kemajuan zaman. Kedua, Komunikasi dalam interaksi sosial,
komunikasi merupakan hal yang sangat penting dengan maksud adanya saling
mengungkapkan perilaku entah itu dalam berbicara, sikap bahkan gesture untuk
menyampaikan pesan.
Faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial diantaranya yaitu: Pertama,
Faktor imitasi, faktor ini telah di uraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa
seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja.
Pendapat ini dalam ralitasnya banyak yang mengatakan tidak seimbang atau berat
sebelah. Hal ini tidak lain karena tidak semua interaksi sosial tidak semua
interaksi disebabkan oleh faktor ini. Namun demikian, harus diakui dalam interaksi
sosial peranan imitasi tidaklah kecil. Terbukti, misalnya, kita sering melihat pada
anak–anak yang sedang belajar bahasa, seakan–akan mereka mengimitasi dirinya
sendiri, mengulang-ulangi bunyi katakata, melatih fungsi lidah dan mulut untuk
berbicara, kemudian mengimitasi orang lain. Memang suatu hal yang sukar orang
belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain. Kedua adalah faktor simpati, simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu dengan orang yang lain. Simpati muncul
dalam diri seorang individu tidak atas dasar rasional, melainkan berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses indentifikasi. Seorang individu tiba–tiba merasa
dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu
bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena kesluruhan cara-cara
bertingkah laku menarik baginya.

Interaksi sosial masyarakat memiliki jenis yaitu: Pertama, Interaksi Sosial Individu
dengan Individu. Merupakan pertemuan antara seseorang dengan individu lain yang
bertujuan untuk memberikan aksi atau respon untuk menjadi teman dan mengarah ke
arah bekerja sama jika reaksinya positif, namun jika reaksinya negatif kemungkinan
akan muncul konflik atau pertentangan. Kedua, Interaksi Sosial Individu dengan
Kelompok. Pada salah satu bahkan kelompok yang lebih besar biasanya terdiri lebih
dari 3 orang yang dimana akan memberikan informasi entah itu promosi, bahkan
seminar. Selain itu, biasanya interaksi sosial ini disampaikan oleh beberapa orang saja
yang kemudian informasi yang disampaikan akan didengarkan oleh banyak orang atau
kelompok. Ketiga, Interaksi Kelompok dengan kelompok merupakan pertemuan
antara dua kelompok atau lebih dengan kelompok yang berbeda, untuk
mengkomunikasikan hal yang berkaitan namun sifatnya bukan hal pribadi namun
untuk kepentingan kelompok itu sendiri. Namun untuk berkomunikasi antar kelompok
harus lebih berhati-hati, karena pendapat seseorang bisa saja menyerang kelompok
lainnya. Menyatukan individu dengan karakter yang berbeda tidak mudah dilakukan,
namun ada baiknya untuk saling berinteraksi secara baik, sopan dan jelas to the point
apa tujuannya. Karena komunikasi yang baik akan memberikan ketenangan dan
kesepakatan yang mungkin dapat menjadi suatu hal yang berjangka panjang.
Misalnya, keterkaitan tentang usaha bisnis menjadi pelanggan, menjadi seseorang
yang dipercaya, dan hal lainnya.

Anda mungkin juga menyukai