Anda di halaman 1dari 20

Modul 2

KB 3

SOSIALISASI
KB 3: SOSIALISASI

CPMK

Memahami pengetahuan Sosiologi tentang sosialisasi

POKOK-POKOK MATERI :

Dapat mengidentifikasi proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi


Peta Konsep:

A. Pendahuluan
Apakah anda mengetahui arti pentingnya mempelajari sosialisasi? Setidaknya kita bisa
mengetahui bagaimana individu berinteraksi dengan mempelajari kebudayaan, nilai serta peran-
peran yang diharapkan.Berinteraksi bukan sekedar saling sapa namun juga saling memperhatikan
satu sama lain, diri sendiri dan dapat memahami posisi kita di masyarakat, dengan demikian maka
dapat memahami bagaimana cara kita berpikir dan bertindak terhadap orang lain, bagaimana
orang lain merespon terhadap tingkah laku diri kita?
Pernahkah anda membayangkan jika di lingkungan sekitar anda tidak ada sosialisasi
diantara anak dengan orang tua atau dengan masyarakat? Kemungkinan terbesar yang terjadi
adalah anak-anak tidak dapat mengerti nilai-nilai, norma-norma dan peran-peran
dalamlingkungan masyarakat. Maka ketika mulai beranjak remaja atau bahkan dewasa akan ada
kesenjangan diantara masyarakat sehingga yang akan terjadi orang-orang mengetahui bahwa anda
itu mempunyai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya atau bahkan norma-norma
yang diharapkan, perilaku generasi berikutnya menjadi tidak sesuai atau buruk dengan generasi
terdahulu dan akan mengancam keberlangsungan atau perkembaangan sesuatu masyarakat. Tanpa
adanya proses sosialisasikehidupan sosial kita dalam masyarakat akan sulit untuk terjadi.

Oleh karena itu, diperlukan agen-agen sosialisasi yang meliputi keluarga, sekolah, teman
sebaya, televisi, rasio, koran, majalah dan lain-lain, bahkan kita semua dapat menjadi agen
sosialisasi bagi anak anda, saudara dan teman anda untuk berperilaku sesuai dengan apa yang anda
kehendaki.

B. Pengertian Sosialisasi
Apa yang dimaksud sosialisasi? Para sosiolog menjelaskan tentang sosialisasi adalah
proses dimana seseorang belajar untuk menyesuiakan diri dengan norma – norma sosial.
Sosialisasi sebuah proses yang memungkinkan masyarakat tetap bertahan dan terjadi transmisi
budaya dalam antar generasi (Abercrombie, Hill, Turner,2010 : 529) . Setiap individu akan
mengalami proses sosialisasi nilai-nilai, norma norma dan kebudayaan dari lingkungan sosial,
dalam hal ini kita tidak melihat bagaimana hasil dari proses sosialisasi itu karena setiap lingkungan
sosial atau masyarakat akan mempunyai sistem nilai yang berbeda-beda.
Menurut Cohen (1961) dapat dikatakan bahwa individu sebagai anggota masyarakat akan
selalu dijumpai suatu proses sosialisasi untuk mempelajari tata cara kehidupan untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun
anggota kelompok.
Pengertian tersebut dilihat dari sudut pandang masyarakat sedangkan jika dilihat dari sudut
pandang individu maka sosialisasi merupakan suatu proses dimana seorang individu akan
memperoleh pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku yang berlaku dalam
kelompok atau masyarakat.
Pemahaman sosialisasi dapat dijelaskan dari pendapat yang dinyatakan oleh Yinger (1965),
yang menyatakan bahwa sosialisasi akan membentuk kepribadian seseorang. Mengacu pada
pemikiran Yinger, kepribadian atau personality, merupakan keseluruhan perilaku dariseorang
individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dalam serangkaian situasi
tertentu. (Horton,1987: 90). Hal tersebut berarti sistem kecenderungan tertentu ini bermakna
bahwa setiap individu akan memiliki pola perilaku yang masing-masing berbeda, hal ini dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda tentang suatu pola perilaku, dimana suatu masyarakat akan
melihat pola perilaku masyarakat lain itu merupakan suatu penyimpangan karena berbeda dengan
nilai-nilai yang mereka miliki.

Gambar 1. Salah satu sosialisasi dalam peringatan World Rabies Day di Kota Semarang
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan gambar 1 memperlihatkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan


Perhimpunan Dokter Hewan (PDHI) Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan Hewan Jawa Tengah
melakukan sosialisasi. Peserta atau individu akan memiliki pemahaman tentang arti pentingnya
tidak boleh memakan daging hewan anjing, kucing dan kera merupakan nilai dan norma sehingga
para peserta sosialisasi berperan serta dalam aktivitas peringatan hari kesehatan hewan sedunia.
Apakah anda pernah punya pengalaman sosialisasi?, Proses sosialisasi apasaja yang
pernah aanda alami? misalnya ketika anda diangkat sebagai guru di sekolah, anda akan
memperoleh katalog atau penjelasan yang berisikan segala sesuatu aturan yang harus anda pahami
dan patuhi jika ingin menjadi guru di sebuah sekolah. Apabila ada hal-hal yang harus dikerjakan
tetapi anda tidak melaksanakannya maka anda akan mengalami kerugian sendiri.
Jika dalam katalog sudah dijelaskan bahwa setiap pagi anda harus melakukan presensi
(baik manual maupun Finger Print) agar dapat mentaati aturan sebagai seorang guru di sekolah,
dan anda secara otomatis melakukan setiap hari berarti anda telah tersosialisasi dengan nilai-nilai
aturan yang berlaku di sekolah.
Bentuk sosialisasi baik yang dilaksanakan dalam acara peringatan World Rabies Day dan
peraturan sekolah dapat dimaknai tidak hanya memungkinkan individu dapat berperan sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma, akan tetapi juga akan menjamin keberlangsungan suatu
lembaga, komunitas atau masyarakat. Hal ini dikarenakan ide-ide, nilai-nilai dan pola perilaku
yang mengikat masyarakat akan cenderung untuk tetap bertahan dari generasi ke genarasi.
Menurut Perter L. Berger, proses sosialisasi mempunyai makna dasar sebagai suatu proses
belajar seorang individu yang menjadi sesorang anggota yang dapat berpartisipasi dalam
masyarakat atau dikatakan akan mengubah dari seseorang yang belum dapat memahami tentang
diri dan lingkungannya menjadi lebih mengerti dan memahami.Misalnya bahasa Indonesia
disamping sebagai alat komunikasi berbagai suku yang tersebar di kepulauan nusantara sehingga
bangsa Indonesia dapat tetap bersatu.
Artinya sosialisasi sebagai suatu proses yang seseorang menghayati atau menginternalisasi
bahwa bahasa Indonesia sebagai nilai dan norma dasar bangsa Indonesia di mana kita hidup
sehingga memunculkan seseorang yang berbeda antara satu negara dengan negara lain dengan
yang lain atau unik. Artinyaapa yang disebut dengan proses sosial adalah proses suatu organisme
menjadi makhluk sosial, di mana hal tersebut melalui proses pembelajaran.
Secara sosiologis kepribadian seseorang diperoleh melalui proses di atas yang dimulai
sejak lahir. Pada tahap tersebut individu akan belajar pola perilaku yang ada dengan cara pertama
kali berhubungan dengan keluarganya, kemudian seiring dengan perkembangan si anak tersebut
maka dimulai dapat membedakan dirinya dengan orang-orang disekitarnya di luar keluarga.
Makatahap demi tahap ia akan memperoleh konsep tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang
tidak diperbolehkan dalam masyarakat, serta apa yang diharapkan oleh masyarkaat dari dirinya.
Tanpa sosialisasi, proses sosial dimana individu belajar nilai, norma dan perilaku yang sesuai
dengan peran mereka maka individu tidak akan mampu berinteraksi dan bekerja sama sebagai
suatu kelompok. Mengacu pada contoh diatas, tentang aturan-aturan yang harus anda patuhi
sebagai seorang guru, jika anda tidak melaksanakan segala tata aturan yang telah ditetapkan oleh
sekolah tempat anda bekerja maka anda tidak akanmendapatkan sanksi dan jika sanksi tidak anda
indahkan, maka anda dapat dikeluarkan dari lembaga tersebut.
Proses sosialisasi akan selalu terjadi dalam suatu keluarga maupun masyarakat. Seseorang
tidak akan dapat mengalami proses sosialisasi apabila hidup terisolasi dariorang lain, karena bila
terisolasi dari keluaga atau masyarakat maka tidak akan dapat belajar bagaimana cara hidup dalam
kelompoknya.
Agar seorang individu termasuk pula anda dan saya dapat menjalani suatu proses sosialisasi
dengan lancar maka ia tersebut harus mengupayakan terjadinya tiga hal berikutini yaitu: (Smelser,
1981;25).
1. Individu harus memahami perilaku apa yang diharapkan oleh masyarakat dari dirinya. Dengan
demikian seorang individu yang hidup di masyarakat haruslah berinteraksi dengan individu
lain.
2. Individu harus mampu mengembangkan kemampuan untuk bisa berperilaku sesuai peran yang
diharapkan oleh masyarakat. Proses pengembangan kemampuan dapat dilakukan dengan
belajar melalui agen-agen sosialisasi seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya.
3. Individu mengembangkan keinginan untuk berperilaku sesuai keinginan-keinginan dalam
masyarakat (konform). Sebab melalui proses sosialisasi individu akan belajar sehingga
memperoleh kemampuan untuk dapat berperilaku yang sesuai keinginan masyarakat akan
tetapi individu juga mempunyai keinginan sendiri untuk mau belajar agar dapat menyesuaikan
dengan keinginan dalam masyarakat (konform). Oleh karena sebagai mana diungkapkan dalam
uraian individu atau komunitas dalam masyarakat yang telah tersosialisasi penggunaan bahasa
Indonesia disatu sisi sebagai sarana interaksi berbagai suku di nusantara dan dapat pula sebagai
nilai dan norma dalam masyarakat yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Menurut Horton (1999) proses sosialisasi tidak akan dapat terlepas dari perdebatan yang
sudah lama berlangsung antar pakar ilmu sosial, yaitu faktor atau aspek yang berpengaruh
dalam proses sosialisasi tersebut. Pada satu sisi dinyatakan bahwa faktor biologislah yang
berperan penting, tetapi pada sisi lain dinyatakan bahwa lingkungan sosial atau faktor sosial
yang lebih menentukan dalam proses sosialisasi. Faktor biologis akan berkaitan dengan sifat
individu yang diperoleh karena keturunan dari orang tua atau bersifat warisan secara biologis.
Untuk beberapa kasus, faktor biologis memang berpengaruh kuat, tetapi untuk perilaku tertentu
seperti ramah-tamah dan perilaku kompulsif, sikap kepemimpinan serta minat dan lain-lain,
faktor biologis menjadi tidak begitu penting .
Para ahli teori sosiologi kontemporer menyakatan bahwa faktor biologis dan faktor
sosial berinteraksi dalam cara yang beragam untuk menghasilkan kepribadian individu yang
unik dan mendorong perilaku yang terpola. Artinyafaktor biologis mempengaruhi individu dan
membatasi individu untuk perilaku tertentu, tetapi lingkungan yang akan membentuk
bagaimana perilaku itu dikemukakan. Misalnya faktor intelegensia sebagian ditentukan oleh
gen keturunan dari orang tua, tetapi bagaimana kondisi lingkungan dia dibesarkan, tingkat
stimuliyang diberikan, serta kualitas sekolah akan mempengaruhi pula tingkat intelegensia
seseorang. Antara kedua faktor tersebut terjadi interaksi dalam hubungan yang dinamis
sehingga kontribusi biologis sering kali dilihat sebagai kontribusi lingkungan. Ketika seseorang
sedang tumbuh maka perilakunya akan berbeda dibanding pada waktu masih kanak-kanak, hal
tersebut tergantung pada usia dan terlebih lagi tergantung pada proses pembelajaran. Pemikiran
seorang anak adalah hasil konstruksi terhadap lingkungannya selain itu menjadi agen yang
aktif dalam membentuk diri dan lingkungannya dimana anak hidup. Sehingga dunia yang
ditempati bisa dimodifikasi yang pada akhirnya akan terbentuk sebagai akibat dari tindakan diri
sendiri.

C. Konsep Dalam Proses Sosialisasi


Konsep-konsep yang memberikan sumbangan yang berarti dalam diri seorang individu
yang mengalami sosialisasi yaitu the significant others, the generalizad other, looking glass
self serta impression management. Dalam rangka berinteraksi dengan orang lain seseorang
akan mengembangkan suatukeunikan dalam hal perilaku, pemikiran dan perasaan yang secara
bersama-sama akan membentuk self.Oleh karena itu, hasil akhir dari proses sosialisasi adalah
self personality/diri.
1. Looking glass self.
Gambar 2 Cermin Diri
(Sumber : http://husni-magz.blogspot.com/2015/05/mari-bercermin.html)

Gambar 2menggambarkan sebagaimana dalam konsep “diri” yang ditemukan melalui


tanggapan orang lain, inilah yang oleh Charles H. Cooley dinamakan sebagai “diri sebagai
cermin orang lain” atau looking glass self. Sebagaimana cermin memberikan bayangan
tentang diri sendiri (individu), demikian pula tanggapan dari individu lain memberikan
gambaran sosial tentang diri kita. Jadi dalam hal ini persepsi penilaian individu lainlah
yang menjadi faktor penting dalam pembentukan gambaran diri seseorang, terlepas dari
soal apakah dalam kenyataan orang lain memang berperasaan memang demikian atau
tidak.
Dalam konsep Looking glass self,seseorang dapat mengerti dan memahami dirinya
sendiri maka terjadilah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dalam
dirinyaseumur hidupnya, yang pada akhirnya terbentuk konsep diri yang merupakan
gambaran diri yang terbentuk dengan bantuan individu lain.
Sebagai mana cermin yang memberikan pantulan, demikian pula seseorang merasa
memang merasa pandai, bodoh, cantik, tampan, ketika ada orang lain atau lingkungan
sekitar anda yang menyatakaan demikian, meskipun sebenarnya pada awalnya anda tidak
merasa cantik atau pandai. Gambaran diri seseorang tidak perlu berkaitan dengan fakta-
fakta yang obyektif, artinya melalui tanggapan orang lainlah seseorang akan menentukan
apakah dirinya itu cantik, tidak cantik, pandai atau bodoh.
Dalam pembentukan proses diri melalui tanggapan dan individu lain ada tiga
langkah yang terlibat didalamnya, yaitu:
a. Membayangkan bagaimana penampilan diri dihadapan orang lain. Misalnya seseorang
ingin menjadi berpenampilan seperti cantik seperti barbie sehingga harus menjaga
kebugaran tubuh dan berat badannya agar penampilannya seperti barbie.
b. Membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita
c. Mengalami perasaan seperti bangga atau bahkan malu atas dasar penilaian dari orang
lain yang telahkita prediksi.

2. Pengambilan Peran(Role Taking : The Significant Others dan The Generalizad Other
Setiap orang pasti memiliki pada massa anak-anak, bagaimana dengan masa anak-
anak anda? Sebagimana yang disampikan George Herbert Mead kegiatan yang penting
di kehidupan pada masa kanak-kanak adalah ketika bermain dan permainan (Kornblum,
2000: 134).
Gambar 3

Gambar 3. Sosialisasi sosial Anak di luar lingkungan


(Sumber: http://www.jualmainananakonline.com/blog/akibat-anak-bermain-terus-
menerus)

Anda dapat melihat anak-anak yang sedang bermain adakalanya mereka berperan
sebagai ayah, ibu dan ada pula yang bermain sebagai anaknya. Atau ada yang berperan
sebagai insiyur, tukang kayu dan yang satu lagi sebagai pedagang yang sedang berjualan
makanan, atau seorang dokter yang sedang menolong seorang pasien yang diantar oleh
ibunya, semua peran itu dijalankan oleh anak-anak, setelah menentukan sendiri siapa yang
akan menjadi dokter, suster pasien ataupun ibu si pasien. Serta bagaiman jalannya cerita
masing-masing peran yang mereka mainkan.
Menurut Mead pengambilan peran oleh anak ini berkembang dalam beberapa tahap
dimana dalam setiap tahapan mereka akan memperoleh pemahaman keberadaan atas diri
atau self dan belajar bagaimana bertindak sebagai individu dalam masyarakat(Ritzer dan
Goodman, 2004).Dalam proses sosialisasi, pengambilan peran merupakan titik sentral
dalam pendekatan interaksionisme, karena pengambilan peran mengacu pada bagaimana
kita melihat situasi sosial dari sisi orang lain di mana dari dia kita akan memperoleh
respons.
Tahap-tahap tersebut meliputi :
a. Tahap Prepatory

Gambar 4. Kamampuan Sosialisasi Anak Dalam kehidupan sosial


(Sumber: https://www.paud.id/2015/09/faktor-pengaruh-kemampuan sosialisasi-
anak.html)
Apa yang dilakukan oleh anak-anak pada tahap prepatory? pada tahapan ini,
anak-anak meniru perilaku yang dianggap sesuai dengan kebutuhan kehidupnanya.
Significant others merupakan sekumpulan orang-orang yang sering muncul dalam
kehidupan kita, mereka adalah orang-orang yang cenderung kita jadikan model
perilaku atau malahan orang-orang yang perilakunya kita hindari.Suatu ketika jika
anak mulai mencoba menirukan perilaku orang-orang yang dianggap penting dalam
kehidupan mereka maka proses significantothers mulai terjadi. Misalnya dalam
gambar di atas seorang anak sedang bermain memasak melihat bagaimana ibunya
dalam memasak maka bagi si anak seorang ibu adalah significant others.
b. Tahap Play Stage
Gambar 5 Sosialisasi Pengenalan Rambu-Rambu Lalu Lintas Kepada Anak-
(Sumber: blogkkn.unsyiah.ac.id/wihnongkaltoa13/2017/08/29/sosialisasi-
pengenalan-rambu-rambu-lalu-lintas-pada-anak)

Dalam bermain, anak-anak akan memainkan peran yang mewakili significant


others, seperti peran guru, ayah, dokter dan lain-lain. Misalnya anak-anak bermain
sekolah-sekolahan maka ada yang berperan sebagai guru, murid bahkan ada yang
menjadi orang tua murid.
c. Tahap Game Stage
Kegiatan apa yang dilakukan anak dalam tahap game stage? Seorang anak
akan mempelajari apa yang menjadi harapan dalam sebuah interaksi, bukannya hanya
dari satu pemain saja tetapi seluruh pemain- pemainyang diperankansebagai suatu
kelompok. Menurut Mead, proses belajar pada tahap game stageketika anak dalam
bermain diwajibkan untuk memainkan peran sebagai seorang pemain yang harus
memahmi sikap dari semua pemain lainnya yang terlibat. Mead menyatakan bahwa
kemampuan tersebut disebut sebagai mengambil peran dari the generalized other.
Contohnya dalam sebuah permainan sepak bola.
Gambar 6 Sosialisasi Peer Group Melalui Sepak Bola
Sumber: blogkkn.unsyiah.ac.id/wihnongkaltoa13/2017/08/29
Dalam gambar 6 memperlihatkan anak-anak terlibat dalam permainan sepak
bola, dimana setiap pemain harus mengatahui peran yang akan dilakukan oleh pemain
lainnya dalam rangka untuk tercapainya tujuan permainan, bagaimana caranya agar
dapat memasukkan bola ke gawang lawan. Ketika si A menendang bola maka ia harus
tahu siapa yang akan menerima, siapa yang menendang ke gawang dan lain-lain.
3. Impression Management
Selanjutnya kita akan membahas tentang konsep impression management dimana
tokoh dari konsep ini adalah Erving Goffman yang memberikan sumbangan yang sangat
berarti bagi sosiologi dalam memahami self. Cooley dan Mead banyak menjelaskan
tentang konsep diri kita yang muncul dalam kaitannya dengan interaksi sosial dan
bagaimana kita memberikan respon berdasarkan umpan balik yang kita peroleh tentang
diri dan perilaku kita dari orang lain.
Menurut Goffman, hanya dengan mempengaruhi pendapat orang lain tentang diri
maka kita dapat memprediksi dan mengontrol apa yang terjadi pada diri kita. Dalam
mempresentasikan diri kita pada orang lain maka orang lain akan melihat diri kita,dalam
cara yang menarik dan dalam hal itu di sebut sebagai impression management, dimana
dalam proses itu kita memakai strategi maupun menyembunyikan sesuatu tentang diri kita
sebenarnya (Ritzer dan Goodman, 2004).
Anda pernah melakukan impression management, misalnya ketika pada waktu
melamar pekerjaan dan telah sampai tahapan test wawancara, anda akan berusaha
menampilkan sebaikmungkin dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Tim penguji,
sehingga sipewancara akan merespon dengan memberikan nilaiyang
tinggi.MenurutGoffman bahwa perilaku individu dalam dalam kehidupan dianalogikan
sebagai penampilan seorang aktor atau aktris dalam suatu panggung dimana interaksi
sosial berlangsung, demikian pula ketika setting panggung berganti maka perilaku aktor
(individu) akan berganti pula. Dramatolugi berkenaan dengan adanya naskah kultural
yang menekankan pada bagaimana individu mengatur kesan dan memainkan perannya.
Pada dasarnya individu memberikan tanda-tanda bagi individu lain merupakan suatu
informasi tentang bagaimana mereka akan memberikan respons.

D. Agen Sosialisasi

Gambar 7 Salah Satu Agen Sosialisasi


(Sumber Gambar: suara-tamiang.com)
Dalam perkembangan setiap tahapan kehidupan individu, akan mengalami agen-agen
sosialisasi yang berbeda-beda pula. Menurut Horton dan Hunt menyebutkan bahwa kelompok
acuan dapat berfungsi sebagai agen sosialisasi, dimana selama seseorang hidup maka ia akan
mengacu pada kelompok-kelompok tertentu sebagi model untuk gagasan atau norma dalam
berperilaku (Horton, 1987: 101). Pada awalnya kelompok acuan adalah keluarga yang
merupakan kelompok terpenting, karena dalam lingkungan keluargalah ciri-ciri kepribadian
yang mendasar dari individu akan terbentuk pada tahun-tahun pertama. Pada sosialisasi di
keluarga, anak akan mulai masuk pada tahap bermain atau play stage dalam proses
pengambilan peran, si anak akan mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anak laki-laki atau
perempuan dengan mengacu pada perilaku yang ditunjukkan oleh orang terdekatnya yaitu ayah
dan ibu.
Kemudian kelompok acuan berubah menjadi kelompok teman sebaya. Dalam
kelompok ini masing-masing individu yang terlibat mempunyai kesamaan antara lain dalam
usia dan status. Studi menunjukkan bahwa pada usia 15 tahun, kelompok sebaya telah menjadi
kelompok acuan yang sangat penting dan barangkali mempunyai pengaruh yang paling
penting pada sikap, tujuan dan norma perilaku (Horton, 1999). Artinya kelompok sebaya
merupakan agen sosialisasi yang efektif dalam membentuk perilaku. Fuller dan Jacobs secara
lebih spesifik lagi membagi agen sosialisasi dalam empat pihak (Kamanto, 2000) yaitu
keluarga, kelompok sebaya, sekolah dan media massa. Penjelasan Fuller dan Jacobs tentang
keluarga dan kelompok sebaya sebagai agen sosialisasi mempunyai persamaan pemahaman
dengan apa yang telah dijelaskan oleh Horton dan Hunt.
1. Keluarga
Mengapa keluarga dianggap sebagai agen sosialisasi utama? Dalam sosialisasi
primer keluarga dianggap sebagai agen utama. Setidaknya ada dua faktor yang
menyebabkan hal ini yaitu(1) proses sosialisasi paling awal adalah berada dalam keluarga.
Pada diri seorang anak, pengaruh nilai-nilai dan norma yang tertanam dalam dirinya
bertahan dalam kehidupannya. (2) Keluarga memiliki peran sebagai perantara antara
masyarakat dengan anak itu sendiri, karena untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat, merupakan proses yang panjang sehingga proses awal akan dimulai dari
keluarga.
Keluarga juga mengajarkan pada anak-anaknya nilai-nilai dan norma yang menjadi
pegangan yang dianut selama hidup mereka. Anak-anak sering kali meniru nilai-nilai
yang menjadi sikap para orang tuanya, antara lain dalam hal agama dan pendidikan
sampai pada pendirian atau sikap anak ditentukan atau paling tidak sebagiannya
ditentukan oleh orang tua si anak. Keluarga menentukan kelas sosial, kelompok etnik
serta agama dari si anak, dimana setiap faktor akan mempunyai pengaruh besar pada anak-
anak. Misalnya anak dari keluarga suku Jawa akan cenderung untuk berbahasa yang halus
dengan dialek bahasa Jawa serta menyukai masakan Jawa.
2. Kelompok Sebaya/Peer Group
Sebagai agen sosialisasi kelompok sebaya, anak akan belajar berinteraksi dengan
mereka yang sederajat dengannya dalam hal usia. Pada tahap ini anak belajar tentang
pengaturan peran orang-orang yang berkedudukan sederajat. Peer group mempunyai
pengaruh yang besar dalam perilaku dan nilai-nilai. Banyak studi yang menyatakan bahwa
individu terkadang mempunyai ikatan yang lebih dengan peer group-nya, dimana individu
memperoleh identitas dirinya serta mereka susah untuk berperilaku yang menyimpang dari
norma dan nilai peer group-nya.
Kenyataannya peer group mungkin menjadi lebih penting daripada keluarga dalam
perkembangan diri individu. Hal tersebut menyebabkan tingginya angka konflik dalam
keluarga berkaitan dengan semakin kuatnya pengaruh peer group terhadap perilaku
individu, dimana perilaku sering kali tidak disetujui oleh keluarga. Peer group pada
umumnya memberikan pada anak-anak pengalaman pertama tentang makna persahabatan
yang berada diluar keluarga, sehingga peer group menjadi subkultur bagi si anak yang
merupakan lingkaran teman dekat dengan usia yang sama.
Peer group bagi anak-anak biasanya berkaitan dengan aktivitas yang tidak
berhubungan dengan dunia orang dewasa, misalnya aktivitas bermain yang tidak lagi
dimainkan bahkan sudah dilupakan oleh orang dewasa. Menurut peneliti Inggris, Iona dan
Peter Opie tahun 1969 yang melakukan penelitian tentang permainan yang dimainkan
anak-anak, diidentifikasi bahwa elelen yang umumnya terdapat dalam permainan anak-
anak adalah sepertimengejar, berpura-pura atau mencari. Dalam banyak permainan, fokus
utama dalah memilih seseorang sebagai seseorang yang harus mengejar dan anak-anak
cenderung untuk menolak menjadi yang mengejar. Penolakan tersebut mengekspresikan
keinginan mereka untuk menolak peran-peran yang membuat mereka berbeda dengan
yang lainnya (Kornblum, 200: 143). Artinya bahwa dengan menjadi orang yang harus
mengejar ia akan berbeda dengan yang lain yang pada umumnya jumlah yang mengejar
hanya satu sedangkan yang dikejar lebih banyak sehingga ada perasaan solidaritas dan
kebersamaan.
Ketika peer group dihadapkan dengan perubahan sosial dan konflik dengan
lingkungan yang miskin ataupun juga lingkungan dimana banyak migran yang secara
leluasa masuk dan keluar maka mereka akan membentuk suatu kelompok untuk
mempertahankan subkultur mereka yang terkadang juga menggunakan sarana-sarana yang
illegal.

3. Sekolah
Gambar 8 Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi
(https://www.suara.com/news/2017/09/18/121628)

Sekolah sebagai agen sosialisasi, sejak usia dini anak-anak disosialisasi oleh sistem
pendidikan yang bersifat nasional. Sekolah sesuai kurikulum yang berlaku mengajarkan
peserta didik. Sehingga yang diajarkan para siswa dan siswi bukan hanya membaca,
menulis, berpikir ilmiah dan budi pekerti, dan diajarkan pula bagaimana pola kehidupan
berkebangsaan yang sesuai dengan Pancasila sebagai dasar negara dan sekolah
mengajarkan juga bagaimana cara murid itu mengembangkan dirinya, mengevaluasi
prestasi murid malalui kompetisi, mendisiplinkan murid dan hal lainnya yang dianggap
perlu sebagai bekal bagi anak-anak untuk menghadapi kehidupan dalam masyarakat
sehingga diharapkan siswa siap untuk menghadapi persaingan antar individu.
Sekolah juga mengajarkan tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik
antara lain seperti mempunyai rasa handarbeni terhadap bangsanya, mempelajari proses
sejarah bangsanya termasuk kepahlawanan sehingga sejak dini sekolah dapat menciptakan
rasa cinta tanah air.
Berbagai jenis pekerjaan juga diajarkan di sekolah, sehingga anak-anak mulai
belajar berbagai peran pekerjaan di masyarakat dan kemudian mereka akan mempelajari
pekerjaan itu secara lebih formal. Oleh karena itu sekolah juga belajar secara utuh baik
tentang kepribadian, emosi,dan dengan kemampuan peningkatan kemampuan intelektual.
Menurut Dreeben (1968) terdapat 4 (empat ) aspek lembaga pendidikan (sekolah
hal-hal yang dipelajari dan dipahami oleh anak didik mencakup kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism) dan spesifisitas
(specificity) (Kamanto, 2000: 25).
Pertama, sikap Mandiri dengan sikap mandiri anak diharapkan untuk dapat belajar
bertanggung jawab atas segala perilakunya yang nantinya akan menjadi bekal ke dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kedua semua sekolah akan selalu menuntut atau
mendorong murid-muridnya untuk selalu berprestasi, karena dengan berprestasi maka
anak akan belajar bersaing untuk mencapai keberhasilan. Dengan belajar bagaimana
upaya untuk mencapai preestasi dengan cara bersaing secara jujur, maka diharapkan anak
tersebut sudah mempunyai bekal kemampuan untuk berkompetisi masyarakat.
Dengan prestasi juga sekolah memotivasi murid-muridnya untuk menjadi yang
terbaik baik dalam kulikuler maupun ekstra kulikuler, karena dengan berprestasi maka anak
akan belajar bersaing untuk mencapai keberhasilan.
Ketiga, yang dipelajari adalah universalisme dari sekolah mengacu pada adanya
perlakuan yang sama untuk semua murid dan tidak ada pertimbangan apa latar belakang
masing-masing murid tersebut.
Keempat, Terakhir adalah spesifitas, dimana penilaian terhadap perilaku murid
dibatasi secara spesifik. Artinya, keberhasilan atau kegagalan dari murid pada satu bidang
pelajaran tidak mempunyai implikasi atau dampak pada pelajaran lainnya.
Menurut pandangan Dreeben bahwa sekolah merupakan suatu jenjang peralihan
antara keluarga dan masyarakat.
4. Media Massa

Gambar 9. Televisi Sebagai Agen Sosialisasi


(Sumber https://kominfo.go.id/content/detail/3620/enam-televisi-swasta-ditegur-
kpi/0/sorotan_media)
Gambar 9 menunjukkan tayangan di media Televisi yang mempunyai peran sebagai
agen sosialisasi. Di tengah-tengah masyarakat, media massa memainkan peran penting
dalam proses ini, hal ini terlihat bahwa sebagian besar anggota masyarakat menggunakan
waktunya untuk membaca surat kabar maupun mengulas berita di televisi.
"KPI Beri Sanksi 14 Program Siaran TV dan Radio",

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan teguran tertulis kepada
14 program yang disiarkan oleh televisi dan radio pada Kamis (5/9/2019). Ke-14 program yang diberi
sanksi adalah Program Siaran Jurnalistik “Borgol” GTV, "Big Movie Family: The Spongebob
Squarepants Movie" GTV, "Ruqyah" Trans 7, "Rahasia Hidup" ANTV, "Rumah Uya" Trans 7, dan
"Obsesi" GTV. Kemudian ada Promo Film "Gundala" TV One, "Ragam Perkara" TV One, "DJ Sore"
Gen FM, "Heits Abis" Trans 7, "Headline News" Metro TV, "Centhini" Trans TV, "Rumpi No Secret"
Trans TV, dan "Fitri" ANTV. KPI menilai ke-14 program itu melanggar aturan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) KPI tahun 2012. Jenis pelanggaran yang ditemukan
KPI dari ke-14 program tersebut bermacam-macam, yakni adanya muatan kekerasan, adegan
kesurupan, adegan horor, pemanggilan arwah, dan konflik pribadi. Selain itu ada dialog dan gerakan
sensual, ungkapan kasar, penayangan identitas pelaku pelecehan seksual, adegan berbahaya, privasi,
dan pelecehan status kelompok tertentu. Selain itu ada pula adegan kesurupan, penampakan
menyeramkan serta proses pemanggilan arwah di luar jam tayang sesuai peraturan. Hal itu sangat
bertentangan dengan SPS tentang pelarangan program supranatural, horor, dan mistik. Isi program
semacam itu mestinya diperuntukkan bagi khalayak dewasa bukan anak dan remaja. “Kami tidak
ingin muatan tersebut mendorong mereka percaya pada kekuatan paranormal, klenik, dan praktik-
praktik seputar supranatural," ujar Wakil Ketua KPI Pusat Mulyo Hadi Purnomo melalui keterangan
tertulis yang dikutip Kompas.com, Rabu (11/9/2019). "Perlindungan terhadap kepentingan tumbuh
kembang psikologis dan perilaku anak-anak remaja harus dijaga,” lanjut dia.

dihttps://entertainment.kompas.com/read/2019/09/11/095903010/kpi-beri-sanksi-14-program-
siaran-tv-dan-radio?page=all.
Penulis : Tri Susanto Setiawan, Editor : Kistyarini

Media massa merupakan alat efektif untuk menyampaikan pesan yang dapat menjangkau
sejumlah besar khalayak atau tidak dibatasi oleh wilayah geografis. Misalnya, peristiwa
tentang jatuhnya rezim Orde Baru yang juga diketaui oleh negara lain, inilah jasa media
massa yang menyebarkan pesan ke seluruh Indoneisa bahkan ke seluruh dunia.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh media dapat membentuk sikap penerima
pesan, baik itu sikap yang pro atau kontra terhadap pesan yang disampaikan. Oleh karena
itu, KPI memberikan peringatan ke empat belas acara penyiaran baik di telivisi dan radio
Penelitian yang dilakukan oleh Fullem dan Jacobs dengan mengacu pada studi yang
dilakukan Banacira dan Walters tentang televisi di Amerika Serikat, dinyatakan bahwa
acara televisi yang mengandung unsur kekerasan menyebabkan munculnya perilaku
agresif pada sejumlah anak yang menonton.
Anda dapat mencari contoh lainnya tentang dampak media massa antara lain media
televisi di Indonesia, fenomena tentang contoh yang berjudul KPI Beri Sanksi 14 Program
Siaran TV dan Radio", menyebabkan semua lapisan masyarakat ramai memperbincangkan
fenomena tersebut sehingga menimbulkan kelompok orang yang mendukung dengan
argumentasi bahwa acara yang disiarkan tersebut adalah bagian dari kreatifitas seseorang
yang selayaknya harus dihormati dan bukannya dihujat. Tetap disisi lain ada yang
mengaitkannya dengan nilai dan norma sehingga ada kelompok yang menyatakan ke 14
siaran tersebut itu tidak sesuai dengan nilai-nilai kesopanan yang dijunjung oleh
masyarakat Indonesia serta tidak sesuai juga dengan nilai agama.
Terlepas dari bagaimana sikap masyarakat, yang harus anda ketahui bahwa gambar
yang ditayangkan oleh media televisi itu telah meresosialsasi suatu simbol pada
pemirsanya sehingga memunculkan sikap yang beragam dari masing-masing individu
terhadap fenomena yang ada.

Rangkuman
Suatu proses pembelajaran individu tentang nilai-nilai dan norma- norma, dan peran
untuk memahami diri dan lingkungannya disebut sosialisasi. Sebagai proses seseorang
dalam menghayati nilai dan norma dalam kelompok atau masyarakat yang berakibat
keunikan diri dengan menggunkan beberapa konsep sosialisasi adalah the significant
others, the generalized other, looking glass self dan impression managament.
Adapun tujuan memahami sosialisasi agar dapat memahami dan meperhatikan perilaku
orang lain, diri sendiri serta memahami posisi atau peran seseorang dalam lingkungan
kemasyarakatan sehingga ada pemahaman terhadap cara berpikir dan bertindak. Tidak
ada sosialisasi tanpa interaksi dengan individu, kelompok atau masyarakat, sehingga
sosialsasi menghasilkan personality/self atau diri yang digunakan oleh seorang individu
untuk mengembangkan keunikan dalam pemikiran, perasaan dan perilaku, ketika
membentuk personality atau kepribadian seseorang.Untuk membentuk kesadaran diri
dalam sosilasasi diperlukan agen-agen antara lain; keluarga, teman bermain, sekolan dan
media massa.

Forum Diskusi
Dalam kehidupan sehari – hari ada seorang yang mempunyai penamampilan yang menarik.
Akan tetapi seorang (kalau Pria ganteng dan kalau perempuan cantik ) tersebut. Mengapa
orang yang berbakat dan penampilan menarik ( pria ganteng dan perempuan cantik ) tidak
yakin pada dirinya ?

Daftar Pustaka
Horton B. Paul dan Hunt L. Chester. : Sosiologi, Erlangga, Jakarta,1999
Johnson, Doyle Paul.. : Teori Sosiologi Klasik dan Modern :, Gramedia, Jakarta
Setiadi, Elly M dan Kolip Usman. 2011 : Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi dan Pemecahan, Kencana, Jakarta,1986
Narwoko.J Dwi dan Suyanto, Bagong : Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan.Kencana,jakarta,
2004
Ritzer, George – Goodman J Douglas ; Teori Sosiologi Modern,Jakarta, 2004
Usman, Suyoto. Sosiologi : Sejarah, Teori dan Metodologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015.
W.A Gerungan, Psikologi Sosial. PT Ersesco, Bandung,1987
Winarso, Heru Puji, Sosiologi Komunikasi Massa, Prestasi Pustaka,2005 Jakarta

Ingternet
http://husni-magz.blogspot.com/2015/05/mari-bercermin.html
http://www.jualmainananakonline.com/blog/akibat-anak-bermain-terus-menerus.
https://www.paud.id/2015/09/faktor-pengaruh-kemampuan-sosialisasi-anak.html
blogkkn.unsyiah.ac.id/wihnongkaltoa13/2017/08/29/sosialisasi-pengenalan-rambu-rambu-lalu-
lintas-pada-anak/
Sumber Gambar: suara-tamiang.com.
https://kominfo.go.id/content/detail/3620/enam-televisi-swasta-ditegur-kpi/0/sorotan_media
https://www.suara.com/news/2017/09/18/121628
dihttps://entertainment.kompas.com/read/2019/09/11/095903010/kpi-beri-sanksi-14-program-
siaran-tv-dan-radio?page=all

Anda mungkin juga menyukai