Anda di halaman 1dari 16

MODUL 1

KB: 2
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
CPMK: Mampu menganalisis kurikulum, memahami, mengkritisi konsep materi sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi sebagai ilmu sendiri, ciri-ciri Sosiologi, manfaat Sosiologi
dan hubunan Sosiologi dengan ilmu lainnya serta aplikasinya untuk pembelajaran Sosiologi.
Pokok-Pokok Materi: Mampu menguasai dan memahami sosiologi sebagai ilmu pengetahuan,
sosiologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ciri-cirinya, manfaat sosiologi dan hubungan sosiologi
dengan ilmu lainnya.
Materi : Ilmu Sosial dan Sosiologi, Ciri-ciri Sosiologi, Pengertian Sosiologi, Sifat dan Hakikat
Sosiologi, Obyek dan Kajian Sosiologi, Manfaat Sosiologi serta Hubungan Sosiologi dengan ilmu
lainnya.
Peta Konsep:

1. Pendahuluan
Jika seseorang berkeinginan belajar Sosiologi, sadar atau tidak, sebetulnya orang
tersebut telah bersentuhan dengan Sosiologi. Mengapa ? Karena manusia sendiri telah
menjadi bagian dari sebuah masyarakat, yang di dalamnya manusia telah punya
pengalaman ketika melakukan interaksi atau hubungan sosial dengan sesama manusia atau
sering disebut sebagai hubungan antar manusia. Hasil dari interaksi itu adalah pengalaman
yang selanjutnya mendorong munculnya kerangka pikir seseorang.
Tatkala manusia lahir, seseorang sudah berinteraksi dengan kelompok yang paling
kecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Semakin bertambah usianya semakin luaslah
interaksi dan pergaulannya dalam masyarakat. Semakin luas pergaulannya, semakin
banyak kebudayaan yang ada di sekitarnya yang diserap. Dari interaksi itu seseorang juga
mulai sadar tentang ciri-ciri yang dimilikinya, sekaligus juga sadar bahwa seseorang
tersebut juga mempunyai perbedaan dengan orang lain.
Pada awalnya, mereka yang tertarik mempelajari masyarakat, namun lebih kepada
persoalan-persoalan terkait munculnya kejahatan, kekuasaan golongan tertentu terhadap
golongan yang lain, masalah keagamaan atau juga peperangan. Dari proses panjang
perenungan, maka muncul pemikiran terkait dengan filsafat kemasyarakatan. Orang mulai
menguraikan harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkannya
(Soekanto, 1982). Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika kemudian muncul pemikiran-
pemikiran besar pada zamannya. Pemikiran ahli yang relevan dan sesuai dengan zamannya
berkembang pada saat itu, namun begitu di saat yang lain muncul pula pemikiran yang
membantah pemikiran tersebut, karena konteks zamannya yang memang berbeda,
sehingga muncul perbedaan dalam mencandra sebuah persoalan. Dengan latar belakang
pemikiran dan pengalaman yang berbeda itulah, maka selanjutnya muncullah pemikiran
dan teori-teori yang juga berbeda untuk menjawab persoalan yang ada dalam masyarakat.
Dari perdebatan pemikiran terkait dengan masyarakat tersebut, maka muncullah ilmu
pengetahuan tentang masyarakat dengan berbagai tokoh yang muncul sesuai dengan
zamannya.

2. Ilmu Pengetahuan
Apa yang dimaksud ilmu pengetahuan? Apakah sosiologi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan?. Mengapa sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan? Apa ciri-ciri dari
ilmu pengetahuan? Oleh para perintis sosiologi, sebenarnya sudah dikatakan bahwa
sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan. Sungguhpun demikian, hal tersebut masih
diragukan oleh ilmuwan yang lain. Keraguan tersebut akan bisa terjawab jika kita terlebih
dulu melihat apa pengertian dari ilmu pengetahuan.
Secara sederhana ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pikiran manusia, yang selalu dapat dikontrol
dengan sikap kritis oleh setiap orang yang berkeinginan memeriksa atau mengetahuinya.
Sehingga dengan demikian, kata kunci dari ilmu pengetahuan secara sederhana dapat
dilihat pada kata: pengetahuan, tersusun secara sistematis, menggunakan akal sehat atau
pemikiran kritis serta bersifat obyektif (bisa dikontrol oleh orang lain).

Dilihat dari tujuannya, ilmu pengetahuan itu adalah untuk mengetahui serta
mendalami berbagai problem yang muncul di masyarakat. Ilmu pengetahuan muncul
karena adanya hasrat ingin tahu pada diri seseorang. Banyak aspek kehidupan manusia
yang masih belum mampu dijawab oleh manusia. Dari hal tersebut muncul sikap ingin tahu
manusia, dan untuk menguak persoalan tersebut muncul beberapa cara atau metode untuk
menjawabnya. Metode atau cara tersebut bisa diperoleh dengan (Soekanto, 1984):

a. Penemuan secara kebetulan. Penemuan seperti ini, meski bisa mendatangkan manfaat,
namun karena cara kerjanya tidak pasti atau kurang mendekati kepastian maka
dianggap sebagai sesuatu yang belum ilmiah
b. Penemuan dengan percobaan dan kesalahan. Pada tahap ini manusia sudah lebih aktif
mengadakan percobaan, meskipun belum ada pengetahuan yang pasti terkait dengan
hasil-hasilnya. Percobaan yang gagal akan dilakukan percobaan kembali dan ada
dilakukan perbaikan terhadap suatu kesalahan yang pernah terjadi.
c. Penemuan berdasar kewibawaan. Kewibawaan berarti adalah berdasarkan pada
penghormatan atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu
yang mempunyai wewenang. Penemuan yang dihasilkan boleh diikuti, namun bisa juga
tidak diikuti oleh seseorang, dan perlu dikemukakan juga bahwa dalam penemuan ini,
tidak kemudian untuk menguji kebenaran pendapat orang atau lembaga yang
menemukan.
d. Penemuan yang bersifat spekulatif. Dari berbagai kemungkinan pilihan yang ada,
maka akan dipilih satu kemungkinan yang dianggap hal yang mencdekati benar.
Penemuan bersifat spekulatif ini sudah mulai agak teratur.
e. Pemuan berdasarkan pada pengalaman. Penemuan ini juga masih belum teratur dan
kadang masih belum bertujuan. Tidak jarang pengalam tersebut hanya dicatat saja
f. Penemuan dengan metode ilmiah. Tujuan dengan penemuan dengan cara ini lebih
untuk mempelajari satu atau lebih gejala dengan jalan melakukan analisis, pemeriksaan
yang intens terhadap persoalan yang dilihat dan selanjutnya mencoba mencari
pemecahannya
Dengan cara ilmiah inilah hasrat keingintahuan manusia disalurkan, disertai dengan
taraf keilmuan yang tinggi, disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat dikaji
atau ditelaah serta dicari sebab akibatnya dan dicari pemecahannya. Dengan
penelitian yang bersifat ilmiah ini, manusia mencoba mencari dan menemukan
kebenaran. Penelitian dapat dikatakan sebagai bagian yang pokok dari ilmu
pengetahuan, yang tujuannya adalah untuk mempelajari, mengkaji dan mencari
kebenaran tentang berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Penelitian merupakan
alat utama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dilihat dari sifatnya Ilmu
pengetahuan dapat dibedakan antara ilmu pengetahuan eksak dengan ilmu pengetahuan
non-eksak. Pada umumnya ilmu sosial bersifat non-eksak, termasuk di dalamnya
adalah sosiologi (Soekanto, 1982: 10).
Berbagai macam pengetahuan yang ada dalam masyarakat (Ilmu alam dan Ilmu
sosial) menjadi dasar pengembangannya berkolaborasi dengan teknologi menjadi
sebuah inovasi. Salah satu contoh bentuk inovasi yang didasarkan pengetahuan dan
teknloogi yang ada dalam masyarakat dan dirasakan manfaatnya adalah ojek online,
misalnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Bagaimana orang lalu
mendapat kemudahan dan kenyaman dalam memanfaatkan teknologi dalam memesan
kendaraan, makanan atau mengirim sesuatu. Itu sesuatu yang nyata dan bisa kita
rasakan.

3. Ilmu Sosial dan Sosiologi

Dinamakan sebagai ilmu sosial dikarenakan ilmu-ilmu yang tersebut di dalam imu sosial
mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai obyek yang dipelajarinya. Ilmu sosial
belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh sebagian terbesar
masyarakat karena ilmu tersebut belum berkembang, sedangkan yang menjadi obyek adalah
masyarakat yang selalu berubah-ubah, hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara
tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya
dengan ilmu pengetahuan alam yang telah lama berkembang sehingga telah mempunyai kaidah
dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat, yang juga disebabkan karena obyeknya
bukan manusia.
Bagaimana kedudukan ilmu sosial dan sosiologi ? Apakah ada persamaan ilmu sosial dan
sosiologi? Pada dasarnya Ilmu sosial mempelajari aspek manusiawi dari dunia ini, jadi segala
sesuatu yang berhubungan dengan manusia, mulai dari tingkah lakunya, bahasanya,
pendidikannya dan sebagainya (namun tidak termasuk kesehatan dan tubuh manusia, karena itu
masuk dalam kategori ilmu kedokteran). Sedangkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia, jadi hanya satu bagian dari ilmu sosial. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial. Persamaan sosiologi dan ilmu
sosial adalah sama-sama mempelajari tentang aspek manusia, namun sosiologi lebih spesifik
mempelajari hubungan antarmanusia baik individu dengan individu, individu dengan kelompok
juga kelompok dengan kelompok.
Bagi seorang sarjana ilmu sosial, masih agak sulit untuk dapat memberikan jawaban yang
tepat dan memuaskan atas pertanyaan seperti, apakah ekonomi dan sosiologi itu? Tentu akan
cukup sulit untuk menjawabnya. Lalu apa bedanya sosiologi dengan antropologi atau juga ilmu
politik? Oleh karena itu untuk memperoleh suatu gambaran yang cenderung untuk mendekati
tepat, akan dicoba untuk menyusun beberapa kriteria untuk menggambarkan beberapa kriteria
untuk menggambarkan beberapa ilmu sosial dan memperbandingkannya sehingga akan dapat
diperoleh suatu garis besar metodologi pokok dari masing-masing ilmu sosial tersebut dalam
mencapai tujuannya.
Menurut Smelser (Soekanto, 2006:12-13) untuk memperoleh gambaran yang sederhana
dari suatu ilmu, paling sedkit diperlukan kriteria sebagai berikut:

a. Isi ilmu sosial tersebut perlu dirinci secara konkrit. Secara lebih tegas, apa yang
menjadi pusat perhatian para ahli dan sarjana tidak akan memusatkan perhatiannya
pada aspek kehidupan keluarga; akan tetapi yang terutama disoroti adalah pola-pola
hak dan kewajiban dari setiap anggota keluarga, perubahan pada angka-angka
perkawinan atau perceraian, perbedaan pola garis ayah dan anak laki-laki dan
sebagian yang lain mengkhususkan diri pada suatu ilmu pengetahuan tertentu
misalnya.
b. Hal-hal yang dianggap sebagai sebab-sebab khusus dari variable tergantung
penting sekali untuk dirinci. Misal jika sosiolog ingin menelaah angka dan derajat
terjadinya perceraian, maka mungkin yang dicari adalah tentang bagaimana laju
urbanisasinya, hubungan antarsukunya, perkawinan antarkelas dan sebagainya.
c. Pusat perhatian suatu ilmu pengetahuan dapat dirinci dengan mengemukakan
variable bebas dan varibel tergantung serta ada susunan yang teratur dari variable-
variabel tadi yang dinamakan keteraturan logika. Keteraturan logika tersebut akan
menghasilkan hipotesis yang merumuskan kondisi dalam mana diduga bahwa
variable tergantung akan berubah atau bahkan mungkin tidak akan berubah.
d. Diperlukan teknik yang lazim dipakai oleh masing-masing ilmu pengetahuan untuk
mendapatkan kebenaran atau untuk mencapai sasarannya. Hal itu mencakup
metode dan teknik dari ilmu tersebut.

Bagaimana dengan sosiologi? Sosiologi bisa dilihat dari kekhususannya yaitu


bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur
kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi dan ditunjang bersama (Veeger,
1985:3). Hal tersebut tentu juga berbeda degan matematika, sebagai misal, yang
obyeknya mudah dikenal dan sifatnya pasti-yakni angka-angka- subyek kajian sulit
dimengerti dan diramalkan karena menyangkut perilaku manusia yang merupakan
persilangan antara individualitas dan sosialitas: yang keduanya saling mengisi dan
meresapi. Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia dengan meneliti
kelompoknya yang dibangunnya. Kelompok tersebut bisa keluarga, suku bangsa,
komunitas, pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis dan
organisasi lainnya (Suyanto, 2006: 2-3). Sosiolog mempelajari perilaku dan interaksi
kelompok, menelusuri pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan
kelompok terhadap anggotanya.

4. Ciri-ciri Sosiologi
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana membedakan sosiologi dengan ilmu lainnya
yang tergabung dalam ilmu-ilmu sosial? Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang obyeknya
adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah
memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah:
a. Sosiologi bersifat empiris yang artinya bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan
pada observasi (pengamatan) terhadap kenyataan dan akal sehat serta tidak bersifat
spekulatif.
b. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk
menyusun abstraksi dari hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-
unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan
sebab-akibat, sehingga tersusun menjadi sebuah teori
c. Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar
teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-
teori lama
d. Sosiologi itu bersifat non etis, artinya yang dipersoalkan bukanlah baik-buruknya fakta
tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Sedang Antropologi, pada dasarnya mempunyai lima lapangan penyelidikan (Soekanto,


2006: 14) yaitu sebagai berikut:

a. Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahluk biologis


b. Masalah sejarah terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh
dunia
c. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa-bahasa yang diucapkan oleh
manusia di seluruh dunia
d. Masalah perkembangan persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di
seluruh dunia
e. Masalah dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat suku-suku bangsa
yang tersebar di seluruh muka bumi, zaman sekarang ini. Contoh adalah hakikat karya
manusia untuk mencari nafkah
5. Pengertian Sosiologi

Dalam bahasan di KB 1 atau sebelumnya sudah diuraikan panjang lebar sejarah


perkembangan dan bagaimana posisi Sosiologi dalam ilmu pengetahuan. Sekarang akan diuraikan
apa yang dimaksud dengan Sosiologi, serta hakikatnya. Menurut beberapa ahli seperti (Soekanto,
1984: 17-18):

1. Pitirim Sorokin (Soekanto, 1984), Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:

a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (agama dan
ekonomi, keluarga dan moral, huku dan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik);

b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial
(geografi, biologis dan sebagainya);
c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
2. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antarmanusia dalam kelompok-kelompok
3. William Ogburn dan Meyer Nimkoff berpendapat bahwa Sosiologi adalah suatu
penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya adalah organisasi sosial.
4. J.A.A van Doorn dan C.J. Lammers mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat
stabil
5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk di dalamnya adalah
perubahan-perubahan sosial.

Lebih lanjut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan lebih jauh apa yang
yang dimaksud dengan struktur sosial yaitu keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang
pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-
kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Sedang apa yang dimaksud proses sosial adalah
pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik
antara segi kehidupan hukum dan kehidupan agama, kehidupan agama dan ekonomi. Yang lain
yang terkait dengan proses sosial adalah adanya perubahan-perubanhan dalam struktur sosial.

6. Sifat Dan Hakikat Sosiologi


Jika dilihat dari sudut sifat dan hakikatnya, maka sosiologi meliputi hal-hal sebagai berikut
(Soekanto, 1984):

a. Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial, dan bukan ilmu pengetahuan alam atau pun
ilmu pengetahuan kerohanian
b. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, akan tetapi merupakan suatu
displin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa
ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi
c. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan
ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science)
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan bukan merupakan
ilmu pengetahuan yang kongkrit
e. Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional
g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan yang bersifat khusus.

7. Obyek dan Kajian Sosiologi


Seperti halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya yang mempunyai obyek sebagai
kajian, maka sosiologi pun juga mempunyai obyek sebagai kajian. Obyek sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari
hubungan manusia di dalam masyarakat (Soekanto, 1984: 22). Adapun masyarakat itu
sendiri pada dasarnya dapat dicirikan dengan beberapa hal sebagai berikut:
a. Masyarakat nerupakan manusia yang hidup bersama
b. Bercampur atau tinggal untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Apa anda tahu tentang masyarakat? Masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang hidup secara bersama-sama di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik
semi terbuka maupun semi tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah
antara individu-individu yang ada di kelompok tersebut.
Berbeda dengan ilmu yang lain seperti kedokteran, teknik sipil, ekonomi, hukum,
farmasi dan lain sebagainya, yang mencetak sarjana atau professional yang siap praktek di
masyarakat atau dunia usaha. Sosiologi pada dasarnya memang tujuan utamanya tidak
menghasilkan praktisi semata-mata. Seperti dikatakan oleh Peter L. Berger (1985), produk
dari sosiologi adalah para pemikir yang senantiasa peka dan kritis terhadap realitas sosial.
Apa itu realitas sosial ? Realitas merupakan potret kehidupan masyarakat yang
benar-benar terjadi di lingkungan sosial dan biasanya justru berlawanan dengan apa yang
digambarkan sebagai dalam berbagai narasi sebagai masyarakat yang ideal. Realitas
sosiokultural adalah kenyataan atau keadaan yang dapat dilihat secara riil yang
menyangkut kondisi kehidupan manusia di dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat
(Elly, 2015: 31). Contoh: seorang anak mengamen karena orang tuanya tidak mampu
membayar uang sekolahnya.
Manusia senantiasa punya naluri kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya,
oleh sebab itu manusia sering disebut sebagai sosial animal. Manusia sejak dilahirkan telah
mempunyai naluri untuk hidup berkawan. Di samping itu manusia juga menjadi satu karena
mereka tidak bisa hidup sendirian. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia
memerlukan manusia lain. Saling bekerja sama, meski kadang muncul sikap berkompetisi,
dan kadang juga tidak lepas dari adanya konflik. Itulah dinamika terjadi di dalam
masyarakat.
Di atas kita sudah banyak bicara tentang ruang lingkup sosiologi (pengertian, ciri,
sifat hakikat) serta apa bedanya dengan anthropology. Untuk melengkapi bahasan tentang
masyarakat, ada baiknya jika kita juga berselancar menelusur proses munculnya pemikiran
tentang masyarakat dan bentuknya, sehingga memunculkan tokoh-tokoh dengan pemikiran
besarnya.
Kita coba lihat tokoh yang bernama Plato. Plato adalah seorang (427-347) filsuf
dari Athena yang telah menyumbang banyak pikiran dalam teori politik dan kehidupan
masyarakat. Teori sosialnya amat mementingkan masyarakat dan lebih mengesampingkan
kehidupan individu. Salah satu pemikiran Plato adalah bentuk pemerintahan (republik),
yang kemudian menginspirasi munculnya pemikiran dari Montesquieu yang digunakan
hingga saat ini tentang lembaga pemerintahan dan hukum.
Pada intinya Plato berupaya membeberkan seluruh angan-angannya untuk
membuat pemerintahan itu berdasar pada sebuah pemerintahan yang dilandaskan pada
konsep hukum dan keadilan. Dengan lain kata, negara itu bentuknya republik yang
berdasarkan pada hukum dan keadilan. Apa sebenarnya yang dimaksud republik ?
Republik adalah sebuah negara dimana tampuk pemerintahan berasal dari rakyat dan
biasanya dipimpin oleh presiden, bukan dari atau karena keturunan bangsawan.
Jika Anda berkesempatan untuk belajar tentang filsafat, sebenarnya jauh sebelum para
sosiolog bicara tentang masyarakat, ada seorang filosof bernama Aristoteles (384-322 SM)
sudah bicara tentang kelompok. Ia telah bicara tentang tingkah laku manusia. Manusia
disebutnya sebagai sosial animal. Aristoteles mengemukakan bahwa tingkah laku manusia
itu dapat dilihat dari empat segi, yaitu :
1. Adanya bawaan manusia pada sifat kebersamaan dan solidaritas.
2. Membentuk kelompok misalnya keluarga
3. Membentuk pemerintahan (republik)
4. Adanya ketaatan pada peraturan-peraturan sosial, adat istiadat, kaidah-kaidah moral dan
hukum.
jika tidak ada hukum (normless), maka masyarakat mengalami proses anomic. Anomik
adalah situasi dimana hukum lama sudah tidak berlaku, dan hukum yang baru masih belum
diakui masyarakat. Jika dalam masyarakat tidak ada hukum, tidak akan terdapat tertib sosial
yang muncul. Oleh sebab itu salah satu bentuk atau contoh dari tertib sosial adalah razia
terhadap pengendara motor. Contoh razia kendaraan di bawah ini adalah bentuk penegakan
norma atau hukum agar kehidupan masyarakat tertib. Menggunakan kendaraan harus lengkap
surat-suratnya, lengkap peralatan kendaraan misalnya.

8. Fungsi dan Manfaat Sosiologi


Kalau Anda mempelajari sosiologi mulai dari bahasan pertama tentang Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan, jika dilihat dari perkembangannya, Sosiologi telah berkembang
dengan sangat pesat. Hal itu makin terlihat lagi saat sosiologi memasuki abad 20.
Perkembangan sosiologi makin variatif bidang studi yang menjadi fokusnya. Jika Anda
pernah dengar seorang tokoh sosiologi kontemporer, bernama Anthony Giddens maka dia
adalah salah yang mengembangkan sosiologi lebih pada kehidupan sehari-hari kegiatan
manusia. Jika Anda telaten menelusur, maka lebih lanjut, akan anda temkan bahwa ia
adalah tokoh sosiologi yang minat utamanya dari hal yang terkait dengan struktur kepada
agency.
Saat ini perkembangan sosiologi semakin mantap kehadirannya dan diakui oleh banyak
pihak telah memberikan sumbangan yang sangat penting bagi usaha pembangunan dan
kehidupan sehari-hari masyarakat. Jika anda lihat, sekarang ini bidang-bidang kajian
sosiologi juga terus berkembang makin variatif dan juga telah menembus batas-batas
disiplin ilmu lain. Sejumlah bidang sosiologi saat ini telah lahir dan berkembang serta
dikenal oleh masyarakat. Beberapa di antaranya adalah sosiologi terapan, perilaku
kelompok, sosiologi budaya, perilaku menyimpang, sosiologi industri, sosiologi kesehatan,
sosiologi korupsi, dan sosiologi media, hukum dan masyarakat atau sosiologi hukum,
sosiologi politik, sosiologi militer, sosiologi Pendidikan, perubahan sosial, sosiologi
perkotaan, sosiologi pedesaan, sosiologi agama dan sebagainya (Suyanto, 2006: 8). Di
masa-masa mendatang, seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin kompleks,
akan bisa diprediksi bahwa perkembangan sosiologi juga akan makin beragam dan semakin
penting peran dan posisinya.

9. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Lainnya

Lalu bagaimana manfaat dan hubungan antara ilmu-ilmu sosial dengan ilmu sosiologi?
Hal tersebut akan terjawab dalam beberapa point berikut (Soekanto, 2006):

a. Adanya suatu terminologi umum yang menyeragamkan pelbagai disiplin perilaku;


b. Adanya suatu teknik penelitian terhadap organisasi-organisasi yang besar dan
kompleks;
c. Adanya suatu pendekatan sintesis yang meniadakan analisis fragmentaris dalam rangka
hubungan internal antara bagian-bagian yang tidak dapat diteliti di luar onteks yang
menyeluruh;
d. Suatu sudat pandang yang memungkinkan analisis terhadap masalah-masalah sosiologi
dasar;
e. Penelitian yang lebih banyak tertuju pada hubungan-hubungan dari bagian-bagian;
dengan tekanan pada proses dan kemungkinan terjadinya perubahan
f. Kemungkinan mengadakan penelitian secara operatif dan obyektif terhadap sistem
perilaku yang berorientasi pada tujuan atau didasarkan pada tujuan, proses kognitif-
simbolis, kesadaran diri dan sosial, tahap-tahap keadaan darurat secara sosial-budaya
dan seterusnya.

Perlu diketahui, bahwa dalam perkembangannya sosiologi merupakan ilmu murni


sekaligus juga merupakan ilmu terapan. Sehingga jika dilihat dari obyeknya, sosiologi
termasuk pada kelompok ilmu-ilmu sosial yang mempelajari manusia, khususnya yang
menyangkut perilaku manusia (Indianto, 2006, 9).
Jika dilihat dari aspek penerapannya, ilmu dapat digolongkan menjadi:

a. Ilmu pengetahuan murni, yaitu yang tujuannya untuk membentuk dan


mengembangkan pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi kualitas
pengetahuan tersebut, meski dari segi penerapannya bukan merupakan
perhatian utama
b. Ilmu pengetahuan terapan, yaitu ilmu yang bertujuan untuk mencari cara-cara
mempergunakan pengetahuan ilmiah guna memecahkan masalah praktis

Oleh sebab itu, sebagai ilmu murni sekaligus terapan, tujuan Sosiologi adalah
melakukan pencarian untuk mendapatkan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang
masyarakat dan mencari cara-cara untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di
masyarakat. Misalnya pada masyarakat industri, muncul bidang Sosiologi Industri, terkait
dengan maraknya korupsi muncul sosiologi korupsi, perkembangan yang sangat cepat
menimblkan penyakit sosial dalam masyarakat, lalu muncul bidang yang mengkaji
perilaku menyimpang dan sebagainya.

10. RANGKUMAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau knowledge yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan
dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Tujuan dari ilmu
pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan mendalami semua segi kehidupan. Untuk
mencari sebuah kebenaran, dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: Penemuan secara
kebetulan, dengan cara untung-untungan , dengan cara kewibawaan, usaha yang bersifat
spekulatif, pengalaman dan penelitian yang bersifat ilmiah. Posisi Sosiologi jelas
merupakan ilmu sosial karena obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi unsur ilmu pengetahuan dengan
ciri-ciri di antaranya: sosiologi bersifat empiris, sosiologi bersifat teoritis, sosiologi bersifat
kumulatif dan sosiologi bersifat nonetis.
Banyak definisi dari para ahli tentang sosiologi, salah satu definisi sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dalam kelompok-kelompok. Seperti sudah
disinggung di atas bahwa obyek sosiolog adalah masyarakat. Masyarakat adalah manusia
yang hidup bersama, bercampur dalam waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa
mereka merupakan suatu kesatuan dan merupakan suatu sistem hidup bersama. Perbedaan
antara sosiologi dengan antropologi adalah pada pangkal tolaknya. Sosiologi bertitik tolak
pada unsur-unsur modern, sedang Antropologi bertitik tolak pada unsur-unsur tradisional.

11. FORUM DISKUSI

Untuk diskusi kali ini, kelas kita bagi menjadi tiga kelompok. Kelompok satu
membahas tentang penemuan kebenaran secara kebetulan dan penemuan seara untung-
untungan. Kelompok dua membahas dan mendiskusikan penemuan dengan kewibawaan
dan penmuan yang bersifat spekulatif. Sedang kelompok ketiga membahas dan
mendiskusikan penemuan berdasarkan pada pengalaman dan penemuan dengan penelitian
ilmiah.
Setelah dibahas di dalam kelompok masing-masing, selanjutnya hasil diskusi
kelompok dipresentasikan pada forum antar kelompok. Dari diskusi ini diharapkan bisa
saling memberi pengetahuan dan menambah atau mengkritisi terhadap temuan diskusi
pada kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, Nicholas dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Grup.
Damsar. 2015. Jakarta. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana.
Giddens, Anthony. 2001. Sociology. 4th edition. Fully Revised and Updated.Oxford: Blackwell
Publisher Ltd.
Henslin, James M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jilid 1 Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Henslin, James M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jilid 2 Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1993. Sosiologi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1993. Sosiologi. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jary, David dan Julia Jary. 1991. Collins Dictionary of Sociology. Glasgow: Harper.
Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. (terjemahan: Robert Z. Lawang).
Jakarta: PT Gramedia.
Laeyendecker, L. 1983. Tata, Perubahan dan Ketimpangan. Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi.
Jakarta: PT Gramedia.
Macionis, John J. 2012. Socilogy. USA: Pearson Education.
Muin, Idianto.2006. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Narwoko, J. Dwi, dan Bagong Suyanto (ed.). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta.
Kencana Prenada Media Grup
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Edisi Revisi. Jakarta: LPFE-UI.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai