Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

HAKEKAT SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Sesungguhnya, seseorang yang telah lama menjadi anggota suatu masyarakat dan
mengenyam pendidikan –informal, formal, nonformal—seperti anda sebenarnya telah
mengetahui apa itu Sosiologi-Antropologi Pendidikan. Sejak lahir, anda sudah mengalami
sosialisasi dan pembudayaan dalam keluarga inti dan keluarga besar berupa nasehat atau
contoh bertingkah laku. Ketika menginjak masa kanak-kanak, anda mulai berinteraksi
dengan orang lain, maka dipahami bagaimana berinteraksi yang baik, pentingnya mentaati
aturan keluarga, kelompok, atau norma masyarakat. Ketika seseorang masuk sekolah ia pun
harus mentaati aturan-aturan sekolah misalnya berbaris sebelum masuk kelas, kapan pulang
rumah, dan harus taat pada guru. Ketika Ia melepaskan masa lajang, ia pun tidak langsung
menikah tetapi harus melewati norma masyarakat setempat misalnya –berkenalan,
berpacaran, melamar, akad/janji pernikahan, dan ada pestanya. Dengan kata lain setiap
anggota masyarakat telah mengenal sosiologi-antropologi dan setiap orang yang pernah
menjadi murid di sekolah atau suatu lembaga pembelajaran juga sudah mengenal sosiologi-
antropologi pendidikan.

Sosiologi-antropologi atau sosiologi-antropologi pendidikan yang telah dikenal


tersebut merupakan sosiologi-antropologi praktis. Praktis berarti pengetahuan tersebut
didasarkan pada pengalamannya yang tentu saja bersifat subjektif, terjadi pada suatu waktu
dan tempat tertentu. Walaupun pengetahuan tersebut mengandung kebenaran faktual, tetapi
ia belum dikatakan sebagai teori sosiologi. Ia memang tahu tentang masyarakat, tetapi
apakah pengetahuan itu ilmiah? Ia juga hidup dalam masyarakat, tetapi apakah masyarakat
itu? Ia pasti digolongkan dalam satu kelas sosial, tetapi apakah stratifikasi sosial itu? Ia
dipengaruhi oleh budaya tertentu, tetapi apakah hakekat kebudayaan itu? Ia memang
bersekolah tetapi apakah ia tahu pandangan masyarakat terhadap sekolah itu?

Ada 3 konsep yang terdapat dalam antropologi-sosiologi pendidikan yakni sosiologi,


antropologi, dan pendidikan. Manakah yang merupakan fokus kajian? Sebenarnya objek
yang hendak dipahami adalah PENDIDIKAN dengan menggunakan paradigma sosiologi dan
antropologi. Paradigma adalah cara pandang atau cara memahami. Dari paradigma
sosiologi, pendidikan dapat dipahami sebagai proses sosialisasi anak manusia. Paradigma
antropologi, pendidikan dipandang sebagai proses pembudayaan seseorang. Ilmuwan
pendidikan yang menggunakan paradigma sosiologi menamakannya sebagai sosiologi
pendidikan sebagaimana terdapat dalam buku-buku sosiologi pendidikan. Demikian juga jika

1|P age
digunakan paradigma antropologi maka dinamakan antropologi pendidikan. Oleh karena
sosiologi dan antropologi memiliki hubungan yang sulit dipisahkan atau dibedakan maka
digunakan sosiologi-antropologi pendidikan. Mengapa sulit dipisahkan? Karena setiap
masyarakat pasti memiliki budaya dan setiap budaya pasti juga dihasilkan oleh suatu
masyarakat.

Berikut marilah terlebih dahulu memahami ketiga konsep yang digunakan sebagai
nama mata kuliah ini.

A. HAKIKAT SOSIOLOGI

Apakah sosiologi itu sehingga ia dipilih sebagai sandingan pendidikan? Ilmukah dia?
Dan ilmu macam apa? Pertanyaan semacam ini mungkin timbul dalam pikiran anda. Kata
sosiologi dibentuk dari dua bahasa yakni bahasa Latin: socius yang artinya berteman atau
bersama, dan bahasa Yunani logos artinya pengetahuan atau ilmu. Jadi secara harafiah
sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang masyarakat.

1. Definisi Ilmu

Walaupun secara harafiah ia telah berpredikat ilmu karena disandangnya logi (logos)
yakni sosio (logi) tetapi masih timbul pertanyaan apakah ia merupakan suatu ilmu? Untuk
menjawab pertanyaan ini, perlulah diketahui terlebih dahulu apakah ilmu itu? Ilmu adalah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dibangun dengan menggunakan pikiran
dan penelitian serta kebenarannya dapat dikontrol. Pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui melalui observasi bukan tahayul atau kepercayaan. Tersusun secara sistematis
berarti ilmu itu ada ruang lingkup dan urut-urutan logisnya. Menggunakan pikiran dan
penelitian berarti ilmu itu didasarkan pada kekuatan berpikir dan pembuktian empiris. Dan
kebenaran teorinya harus dapat dikontrol oleh orang lain baik sefaham maupun tidak.

2. Sosiologi memenuhi syarat sebagai ilmu

Jika demikian syarat-syarat ilmu, apakah sosiologi memenuhi syarat-syarat itu?


Secara singkat sosiologi telah memenuhi syarat-syarat itu. Dikatakan demikian karena
sosiologi itu terdiri dari pengetahuan tentang masyarakat yang memiliki ruang lingkup dan
urut-urutan yang sistematis, pengetahuan itu dibangun dari kekuatan berpikir dan hasil
penelitian, serta kebenaran teori dapat dikontrol. Sampai di sini kita dapat mengtakan bahwa
adalah beralasan bahwa pendidikan memilih sosiologi sebagai salah satu sandarannya.

3. Sosiologi sebagai ilmu positif

2|P age
Sosiologi menjadi ilmu ketika August Comte (1798-1857) menamakan sosiologi
sebagai ilmu positif sehingga sosiologi diakui sebagai ilmu. Sebelum August Comte, banyak
pengetahuan sosiologis yang tercerai-berai atau tak dihimpun secara sistematis. Ciri-ciri
positif adalah:

1. Harus ada observasi. Menyaksikan dan meneliti kejadian yang dipelajari. Dengan ini
ditinggalkan metode imaginasi. Adanya kelas social dalam masyarakat bukanlah hasil
imaginasi tetapi dapat dilihat dan ditemui orang-orang dari kelas social tersebut.
2. Berjiwa relativisme. Nilai absolut perlu dilepaskan. Kesimpulan yang diperoleh hanya
bersifat relatif. Tidak boleh dipastikan bahwa setiap orang dari kelas elite mempunyai
tingkah laku eksklusif, sombong dan jual mahal. Dengan kata lain kebenarannya
relative.
3. Spontanitas kejadian sosial. Peristiwa sosial tidak ditentukan oleh pembuat undang-
undang. Tetapi muncul secara spontan seperti peristiwa alamiah lainnya. Bertegur
sapa dengan orang lain misalnya merupakan suatu kejadian social yang spontan
bukan dilakukan karena ada peraturan atau undang-undang.
4. Dapat diramalkan sebelumnya. Ini tanda khas pula dari pandangan positif. Walaupun
kebenaran sosiologi tidak setinggi ilmu Fisika tetapi dapat diramalkan bahwa peristiwa
sosial tertentu yang memiliki kuantitas dan kualitas tertentu kiranya dapat
menimbulkan suatu peristiwa sosial berikutnya. Dalam mengemban tugasnya
sosiologi bercita-cita “savoir pourpreveir”, yang tak lain: mengetahui untuk berjaga-
jaga.

4. Pengertian Sosiologi

Ilmuwan-ilmuwan sosiologi mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari


masyarakat dengan berbagai turunan sifatnya sebagai berikut.

a. Isodore Auguste Francois Marie Xavier Comte mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu
positif (empiris) tentang masyarakat.
b. Emile Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari fakta sosial;
dan fakta sosial bukanlah fakta individual. Fakta sosial itu bersifat eksternal,
memaksa, dan berlaku umum.
c. Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: i.
Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya; ii. Hubungan dengan
pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial (misalnya
gejala geografis, biologis dan sebagainya, iii. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.

3|P age
d. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
e. William F. Ogburn dan Meyer F.Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
f. J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
g. Selo Soemarjan dan Soeleman soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
kemasyarakatan ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sampai di sini anda telah mengetahui arti sosiologi dan ia memiliki kedudukan sebagai
ilmu. Sehubungan dengan mata kuliah ini—sosiologi pendidikan—anda pun mungkin
bertanya: apakah sosiologi pendidikan itu dan apakah ia ilmu murni atau terapan? Apa pula
gunanya ia dipelajari oleh calon guru atau konselor?

5. Hubungan Ilmu Murni dan Ilmu Terapan

Sebelum mengetahui apakah sosiologi pendidikan itu, terlebih dahulu perlu diketahui
tentang apakah ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu murni (pure science) adalah ilmu yang
bertujuan meneliti dan menghasilkan teori. Sedangkan ilmu terapan (applied science) adalah
ilmu yang memanfaatkan temuan teoretis dari ilmu murni. Fisika misalnya adalah ilmu murni
yang teori-teorinya misalnya tentang gaya, digunakan dalam teknik. Fisiologi adalah ilmu
murni yang digunakan dalam kedokteran. Psikologi adalah ilmu murni yang digunakan dalam
pengubahan tingkah laku.

Berikut adalah hubungan antara ilmu-ilmu murni (pre sciences) dan ilmu-ilmu terapan
(applied sciences) yang dipadukan dari Vernon (Susanto, 1979) dan Bierstedt (1957): Ilmu
murni adalah ilmu yang menghasilkan teori. Ilmu Terapan adalah ilmu yang memakai teori
dari ilmu murni.

PURE SCIENCES/Ilmu Murni APPLIED SCIENCES/Ilmu Terapan

Astronomi Navigasi

Fisika Teknik

Matematika Akuntansi

Kimia Farmasi

4|P age
Fisiologi Kedokteran

Geologi Perminyakan

Ilmu Tumbuh-tumbuhan Pertanian

Ekonomi Bisnis

Ilmu Politik Politik praktis

Sosiologi Administrasi, diplomasi, pekerjaan sosial,

pendidikan (SOSIOANROPENDIDIKAN)

Sosiologi sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa ia adalah ilmu murni maka ia
bertugas menghasilkan teori-teori. Teori-teori yang dihasilkan oleh sosiologi misalnya teori
interaksi manusia, teori-teori kelompok atau jenis masyarakat, teori-teori stratifikasi sosial,
teori-teori lembaga kemasyarakatan, teori perubahan sosial, teori kekuasaan dan wewenang.
Praktisi-praktisi yang memanfaatkan ilmu tersebut melahirkan cabang-cabang sosiologi
praktis misalnya sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi perkotaan, sosiologi
pembangunan dan sebagainya.

6. Hakekat Sosiologi sebagai Ilmu

Robert Biertstedt (1957) mengungkapkan hakekat sosiologi sebagai berikut:

a. Sosiologi adalah ilmu sosial bukan ilmu pasti. Objek yang dipelajari sosiologi adalah
masyarakat dengan interaksinya bukan obyek-obyek alamiah seperti yang dipelajari
dalam fisika, astronomi, kimia, dan geologi.
b. Sosiologi adalah ilmu kategoris bukan ilmu normatif. Sosiologi mencatat fakta-fakta
sosial yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu, tetapi tidak menilai apakah fakta
tersebut baik atau buruk, bernilai atau tidak. Contoh:pelacuran dan menyontek.
c. Sosiologi merupakan ilmu murni bukan terapan. Sebagai ilmu murni, sosiologi
menghasilkan pengetahan atau teori yang akan digunakan oleh praktisi-praktisi.
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak bukan konkret. Sosiologi tidak
tertarik pada kejadian konkret satu per satu tetapi pada bentuk dan pola-pola umum
peristiwa dalam masyarakat.
e. Sosiologi merupakan ilmu generaslisasi. Sosiologi menghasilkan pengertian dan pola-
pola umum.

5|P age
f. Sosiologi adalah ilmu rasional sekaligus empiris. Sosiologi menggunakan metode-
metode yang rasional dan empiris dalam bekerja tetapi ia bukan hanya mendasarkan
diri pada empiris.
g. Sosiologi merupakan imu pengetahuan yang umum bukan khsusus. Sosiologi
mempelajari gejala umum yang terjadi dalam interaksi manusia bukan kejadian demi
kejadian.

7. Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang memanfaatkan teori-teori sosiologi


untuk penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan dapat memanfaatkan teori interaksi yang
efektif ke dalam interaksi belajar-mengajar, memanfaatkan teori kelompok untuk dinamika
kelas, memanfaatkan proses-proses sosial seperti identifikasi, imitasi, dan sebagainya untuk
pembentukan watak anak, memanfaatkan stratifikasi sosial untuk memahami status dan jenis
siswa di sekolah, memanfaatkan lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk manajemen-
organisasi sekolah, meman-faatkan ciri-ciri masyarakat untuk mengadakan pendekatan pada
masyarakat, memanfaatkan teori mobilitas sosial untuk memotivasi siswa bersekolah dan
sebagainya.

Untuk lebih memahami apa itu sosiologi pendidikan dan apa pula tujuannya, kita mengikuti
Nasution (1999) tentang tujuan sosiologi pendidikan:

a. Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi. Dalam hal ini sosiologi
pendidikan menganalisis bagaimana seorang anak mengalami proses sosialisasi
dalam keluarga, kelompok, dan masyarakat sekitarnya dengan budayanya, sehingga
diperoleh kepribadian yang baik menurut ukuran masyarakat.
b. Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan/pengaruh pendidikan dalam
masyarakat.
Seberapa besar pengaruh pendidikan terhadap kemajuan suatu masyarakat.
c. Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial disekolah dan antara sekolah
dengan masyarakat. Slum area illiterate ➔literate stunting
d. Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan.
e. Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan.
f. Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan. Illitirate ➔literate

8. Pokok-Pokok Penelitian Sosiologi Pendidikan

6|P age
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok yang
berikut:

a. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.

Dalam kategori ini terdapat antara lain masalah-masalah sebagai berikut:

1) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.


2) Hubungan antara sitem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem
kekuasaan.
3) Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha
mempertahankan status quo.
4) Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status sosial. pendidikan sebagai
social elevator
5) Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan
sebagainya.

b. Hubungan antar-manusia di dalam sekolah


Lapangan kedua ini menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di
dalam sistem sekolah menunjukkan perbedaan dengan apa yang terdapat di dalam
masyarakat di luar sekolah. Di dalam bidang ini dapat dipelajari:
1) Hakekat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar
sekolah.
2) Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi
berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan
kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal sebagai terdapat dalam
clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.

B. Antropologi

1. Pengertian

Kata antropologi terdiri dari dua suku kata Yunani yakni antropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu. Jadi antropologi adalah ilmu tentang manusia.
George F.Kneller(1978, p1)) membatasi antropologi sebagai berikut:

Antropology is the study of man and his ways of living. It has two main
branches: physical antropology, which traces the evolution of the human
organism and its adaptation to different environments; and cultural
antropolgy, which is the study of cultures living and dead. At its broadest,

7|P age
cultural antropology includes linguistics (the study of speech forms),
archeology (the study of dead cultures), and ethnology, which is the study
of living cultures and those can be observed directly.

Pada kutipan ini, Kneller mengartikan antropologi adalah kajian terhadap


manusia dan kehidupannya. Ada 2 cabang utama antropologi adalah antropologi
fisik dan antropologi budaya. Antropologi fisik melacak jejak evolusi mnusia dan
adaptasinya terhadap lingkungan Antropologi budaya mengkaji kehidupan
budaya dan kepunahannya.

Menurut R. Benedict, antropologi adalah ilmu yang mempelajari sifat khusus


badaniah dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang
satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya. William A. Havilan mengartikan antropologi
sebagai studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisai yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia. David Hunter mengartikan antropologi adalah ilmu yang
lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang manusia. Menurut Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari
aneka warna, bentuk pada fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

2. Fase Perkembangan Antropologi

Ada tiga fase perkembangan antropologi sebagai ilmu.

a. Fase Pertama (sebelum 1800)


Ilmu ini sebenarnya lahir dari hasil perjalanan para misionaris dari Eropa yang menumpang
pada kapal-kapal dagang pengusaha orang Eropa ke benua Afrika, Amerika, Asia, dan
Australia dengan misi 3 G (three G) yang terkenal adalah Gold, Gospel, and Glory. Pada
abad ke 15 sampai dengan abad ke 16, para misionaris dalam perjalanannya ke benua-
benua lain itu, dilihatnya bahwa orang-orang yang menghuni benua itu berbeda dari
mereka. Bentuk badan dan perawakan, warna kulit, dan rambut berbeda dari mereka.
Demikian juga bahasa, adat-istiadat, mata pencaharian juga berbeda. Perbedaan itu terjadi
antara suku satu dengan suku lainnya. Nah, apa yang diamati itu dicatat dalam buku
harian atau jurnal perjalanan. Tulisan-tulisan yang berisi tentang deskripsi suku asing
tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau atau gambaran atau uraian
tentang bangsa-bangsa inilah yang menjadi awal mula lahirnya antropologi, namun
tulisannya masih tercerai berai sebagai suatu catattan, belum sistematik dan tematik.

8|P age
b. Fase Kedua (Pertengahan abad ke 19)
Pada pertengahan abad 19 terjadi integrasi yakni penyatuan tulisan-tulisan yang masih
tercerai-berai itu. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah tulisan-tulisan. Sekitar
tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke
dalam tingkat evolusi dan persebaran kebudayaan. Para penulis menggolongkan orang
dan kebudayaan di luar Eropa sebagai orang dan kebudayaan yang primitif dibandingkan
dengan orang dan kebudayaan Eropa. Jadi perkembangan tahap kedua lebih bersifat
akademis karena lebih sistematis.

c. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )


Pada fase ketiga ini antropologi menjadi ilmu yang praktis yakni hanya bertujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa
kini yang kompleks. Dengan kata lain, antropologi digunakan untuk memahami dan
menguasai suku-suku di luar Eropa untuk menguasainya. Pada fase ini antropologi
berkembang pesat di negara-negara penjajah, terutama Inggris—suatu negara yang
memiiki penjajahan paling besar di dunia.

d. Fase Keempat (Mulai tahun 1930-an)


Sejak tahun tersebut antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dikatakan
demikian karena dikembangkan pengetahuan yang jauh lebih teliti dan metode-metode
ilmiahnya yang semakin tajam untuk mengungkapkan kebudayaan setiap suku. Namun
timbul antipati terhadap kolonialisme setelah perang dunia 2. Antipati pertama karena
peneliti antropologi membawa budaya baru pada suku primitif sehingga hilangnya keaslian
hidup. Kedua, pemahaman terhadap suatu suku misalnya kekuatan dan kelemahan dapat
digunakan sebagai senjata untuk mengalahkan suatu suku tertentu yang memberontak
pada kolonilisme.

3. Pembagian Antropologi

Antropologi dibagi menjadi dua bagian besar yakni antropologi fisik dan budaya.
Menurut Wikipedia, antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu,
diantaranya yaitu:

a. Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia melalui penggalian bukti fosil-fosil manusia yang tersimpan dalam lapisan
bumi.

9|P age
b. Somatologi atau antropologi fisik adalah adalah ilmu yang mempelajari keberagaman
ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik: warna kulit, bentuk muka, rambut.
c. Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui
analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.
d. Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya
(mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeny: perkembangan manusia sejak
pembuahan sampai dewasa) dengan perspektif ekologis dan evolusi. Studi ekologi
manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon
adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan
dan variasinya.
e. Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya
berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan
(misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau
juga bukti-bukti stres pada fisik.
f. Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia.
Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi
sisa-sisa fosil kerangka manusia purba dalam rangka memahami variasi fisik manusia.
Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian,
desain industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi
dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan
digunakan konsumen.
g. Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang,
elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi,
dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-sisa tulang
(baik kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk menentukan jenis
kelamin, umur, pertumbuhan dan perkembangannya, sebab kematian, dan lain
sebagainya dalam konteks biokultural.
h. Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates).
Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat pada
homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri
manusia berkembang dalam primata.
i. Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum),
biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan
osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI: Federal Bureau of
Investigation, CIA: Central Intelligence Agency, dan militer) untuk menganalisis
kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena

10 | P a g e
mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah
menjadi kerangka tulang).
j. Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang mempelajari evolusi, migrasi, dan
persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan
perbandingan sekuens DNA dan protein dalam melihat variasi populasi dan
hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke
dalam grup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).

Sedangkan antropologi sosial budaya terdiri dari:

a. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan


semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
b. Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan
tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.
c. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam
kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
d. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan
individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal
dengan berpegang pada konsep psikologi.

4. Antropologi Pendidikan
Antropologi pendidikan menaruh perhatian pada:

a. Pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun


pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
b. Wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya
Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan
karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
c. Berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap
kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu
mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam
lingkungan masyarakatnya.

5. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah
sebagai berikut.

11 | P a g e
a. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar.
Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal,
tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.

b. Keterlibatan partisipasi masyarakat


Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam
merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber
sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.

c. Pemberian pendidikan kecakapan hidup


Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian
keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis,
berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
menggunakan teknologi.

d. Model pembelajaran berbasis budaya lokal


Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan
potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah sehingga siswa dapat
mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta
tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.

e. Metode pembelajaran karya wisata


Guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu
dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk
membantu mereka memahami kehidupan real dalam lingkungan beserta segala
masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan,
atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.

f. Pembelajaran dengan modeling


Modeling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai
objek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh
siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.

12 | P a g e
3. Pendidikan

Pendidikan yang diterjemahkan dari education (Bahasa Inggris) sebenarnya berasal


dari educare (Bahasa Latin) yang artinya mengeluarkan. Apa yang dikeluarkan adalah
potensi-potensi yang ada dalam diri anak agar terwujud menjadi nyata. Jadi pendidikan atau
educare itu adalah Upaya merealisasikan potensi anak didik. Di samping itu pendidikan juga
diartikan sebagai proses memberi makan (opvoden) atau menumbuhkembangkan seseorang.

Dari segi sosiologi-antropologi, pendidikan dapat diartikan sebagai proses


penanaman norma atau sosialisasi pada seseorang anak manusia atau proses
membudayakan seseorang. Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai, keterampilan-keterampilan
yang perlu diwariskan (generating) pada anak-anak muda. Nah di sinilah Sosiologi-
antropologi Pendidikan adalah upaya mendidik kelompok-kelompok masyarakat dengan
berlandaskan pada budaya-budaya yang telah dimiliki oleh suatu masyarakat dan budaya-
budaya yang berkembang dalam masyarakat dewasa ini. Pendidikan pada Zaman Spartha
dan Athena, pendidikan di Zaman Cina Kuno, pendidikan di Indonesia pada zaman
penjajahan, pendidikan di Amerika dewasa ini tentu dipengaruhi oleh perkembangan
masyarakat dan budayanya.

Pendidikan dan pembelajaran diwarnai oleh perkembangan masyarakat dan


kebudayaannya. Pendidikan pada zaman dahulu tentu dipengaruhi oleh masyarakat dan
kebudayaan pada zaman itu. Pendidikan sekarang tentu dipengaruhi oleh warisan-warisan
budaya masa silam tetapi pendidikan hendaknya adaptif terhadap perkembangan masyarakat
zaman sekarang yang tentu dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi,
interaksi antar-bangsa, menejemen ekonomi, bahkan perubahan pandangan dan gaya hidup.
Karena itu sosiologi-antropologi pendidikan bukanlah sejarah pendidikan tetapi pendidikan
masa kini yang dipengaruhi masa lampau dan secara tidak langsung mempersiapkan
manusia untuk hidup di masa yang akan datang.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai