Anda di halaman 1dari 8

08 December 2014

Jokowi Anjurkan Tanam Sengon

Home » Sosiologi » SOSIOLOGI DIKAJI MELALUI ASPEK ONTOLOGY, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

SOSIOLOGI DIKAJI MELALUI ASPEK


ONTOLOGY, EPISTEMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI
Written By Unknown on Kamis, 17 Mei 2012 | Kamis, Mei 17, 2012

pendahuluan
Sesuai dengan tumbuh berkembangnya peradaban manusia, maka berbagai ilmu
pengetahuan yang tergabung dalam filsafat kemudian memisahkan diri dan memihak pada
urusanya pada urusanya sendiri. Tepatnya pada abad 19, sosiologi muncul sebagai sesosok
ilmu pengetahuan yang berusaha berdiri sendiri dengan kajian tentang kehidupan manusia
dalam masyarakat, disamping muncul pula yang mempelajari manusia sebagai individu yang
berhubungan dengan perilaku dan sifat-sifat manusia. Sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat  dalam proses pertumbuhanya dapat
dibedakan dengan ilmu-ilmu kemasyrakatan lainya yaitu; ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu
antropologi dan lainya.
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan
pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive"
karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun
umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat

A.          Dipandang dari aspek ontology


PENGERTIAN ONTOLOGI
Didalam sosiologi, ontologi menunjuk pada keyakinan fundamental yang dipegang
oleh individu atau oleh masyarakat mengenai sifat dari sesuatu. Maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan apakah seorang peneliti apakah mungkin untuk memprediksi perilaku
social sebagaimana memprediksikan alam.
Pertanyaan-pertanyaan ontologis dan jawaban-jawabannya itu akan membentuk cara
kita berkeyakinan apakah mungkin untuk mempelajari dunia sosial. Cara memahami dunia
atau sebagian dari dunia, harus membuat asumsi (secara implisit maupun eksplisit) mengenai
ranah yang dipelajari.
Oleh karena itu setiap ilmu termasuk sosiologi memiliki masing-masing ontologi
(misalnya ontologi dari sosiologi adalah individu, lembaga sosial, proses sosial, norma,
struktur sosial, peranan,dll)..
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti    berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

1.    Objek yang ditelaah oleh ilmu sosiologi


Objek dari sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan menyoroti hubungan antar manusia
dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan-hubungan antar manusia tersebut.
Masyarakat sebagai objek studi sosiologi merupakan istilah tersendiri  dan mempunyai
definisi yang khusus. Istilah masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki
kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat,
perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunny. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat antara lain:
1.      Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relative lama, didalamnya manusia
dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagai akibat dari hidup
bersama itu. Terdapat system komunikasi dan peratusan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia dalam masyarakat tersebut.
2.      Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
3.      Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup
bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa
dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya.
2.    Wujud yang hakiki dari obyek ilmu sosiologi

 Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala


kemasyarakatan.
 Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori
yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau
seharusnya terjadi.
 Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan
terapan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
 Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala


umum yang ada pada interaksi antara manusia
3.    Bagaimana obyek ilmu sosiologi dengan daya tangkap manusia
Objek ilmu sosiologi lebih mengkhususkan objeknya kepada masyarakat dan
merupakan objek riil (berdasarkan fakta-fakta) dan abstrak yaitu hubungan yang ada pada
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian-penelitian terhadap objek
sosiologi dengan kekuatan pemikiran manusia. Pemikiran yang dimaksud adalah pemikiran
dengan menggunakan otak. Apakah artinya itu semua? Apabila pembicaraan dikembalikan
pada pengetahuan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat
dan mendengar sendiri, serta melalui alat komunikasi, seperti misalnya dengan membaca
surat kabar, mendengarkan radio atau melihat televise dan lain sebagainya.

B.   Dipandang dari aspek epistemology


Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti:
bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
Landasan epistemology imu sosiologi
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang
sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga
tentang watak pengetahuan manusia. (Kaelan, 2003: 67)
Obyek Studi sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan menyoroti hubungan antar
manusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan –hubungan antarmanusia
tersebut. (Abdulsyani, 1994:14). Berbeda dengan antropologi yang berusaha mencapai
pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian,
masyarakat serta kebudayaannya.(Malo, 1989: 279)
Dimensi epistemologis dalam perkembangan sosiologi di indonesia tentunya sebagaimana
dimensi metafisis juga terkait dengan ajaran positivisme yakni sumber kebenarannya hanya
pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia (empiri). Objek
penelaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca-pengalaman diserahkan
kepada pengetahuan lain. Asas epistemologi sosiologi mensyaratkan adanya verivikasi secara
empiris dalam proses penemuan dan penyususnan pernyataan yang bersifat benar secara
ilmiah.
Terkait dimensi epistemologi yaitu tentang bagaimana sosiolog memahami hakikat
realitas sosial (masyarakat) terdapat beberapa pendapat ahli sebagai berikut:
-          Selo Soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama,
yang menghasilkan kebudayaan.
-          Dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial (Abdulsyani, 1987) dijelaskan bahwa
masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru
yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola
perkembangannya sendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial
yang serta merta dan kebutuhannya.
-          Hassan Shadily mendefinisikan masyarakat sebagai suatu golongan besar kecil dari beberapa
manusia, yang dengan sendirinyabertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
kebatinan satu sama lain.
(Abdulsyani, 1989:15)

1.     Proses mendapatkan ilmu sosiologi


a.      Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas diterima,
ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari
pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai
pada pernyataan pernyataan universal.
b.      Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis teori itu
dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan
dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan secara empiris
kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
c.       Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang
diketahui yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar yang
ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif, adalah segala
yang nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada
bidang gejala-gejala sajaa.
d.      Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkanpun akan berbeda-beda seharusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang lewat
ini bisa diperoleh dengan cara seperti yang dilakukan Imam Al-Ghazali.
e.       Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jaujab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya
diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa
yang terkandung dalam pandangannya.
2.     Cara mendapatkan ilmu sosiologi              
Ø  Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-
ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut tersebut terdapat dengan nyata atau riil di
dalam masyarakat. Didalam metode kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif, keduanya
dikombinasikan menjadi historis komparatif.
Ø  Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-
bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya
Ø  Metode study khusus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata
dalam kehidupan masyarakat. Study khusus dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelo0mpok,
masyarakat setempat (community), lembaga-lembaga maupun individu-individu

3.     Syarat-syarat  ilmu sosiologi


Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. sosiologi sebagai
ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

 Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulasi (menduga-duga).
 Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.
 Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
 Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk
masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.

C.      dipandang dari aspek aksiologi


Pengertian Aksiologi
            Secara etimologi aksiologi berasal dari kata “axios” (Yunani) yang berarti “nilai”, dan
“logos” yang berarti teori. Jadi secara singkat aksiologi dapat diartikan sebagai teori nilai.
Menurut Suriasumantri (dalam ismaliani, 2008: 1), aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
             Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas
tentang kegunaan pengetahuan dalam kehidupan manusia yang mengkaji tentang nilai-nilai
etika dan estetika. Kegunaan dari aksiologi melalui dengan tiga
cara, description  (menjelaskan), prediction (meramal, memerkirakan),
dan controling (mengontrol).
Kegunaan ilmu sosiologi antara lain:
1.     Kegunaan sosiologi dalam perencanaan social
a.       Sosiologi mempunya dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan
masyarakatdari taraf tradisional sampai kepada taraf yang lebih modern, sebagai
kekompleksitas  masyarakat denganberbagai perubahan peradabanya. Dengan demikian
proses penyusunan dan memasyarakatkan suatu perencanaan social relative mudah dilakukan.
b.      Sosiologi mempunyai dasar kemampuan memahami tentang hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, hubungan antar golongan dalam masyarakat, disamping memahami pula proses
perubahan-perubahan dan pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Hal ini berarti cara
kerja sosiologis mengenai rancangan terhadap masa depan atas dasar kenyataan yang factual
dalam masyarakat, relative lebih dapat dipercaya.
c.       Sosiologi mempunyai disiplin ilmiah yang obyektif; proses pelaksanaan kerjanya lebih
didasarkan pada spekulasi dan harapan yang ideal. Dengan demikian pelaksanaan
perencanaan social dapat diharapkan lebih sedikit penyimpangan sosialnya.
d.      Menurut pandangan sosiologi, perancanaan social merupakan alat untuk mengetahui
perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga perencanaan tersebut dapat bermanfaat
dalam menghimpun kekuatan social dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat.
e.       Dengan berpikir secara sosiologis, maka perencanaan social dapat dimanfatka untuk
mengetahui batasan-batasan keterbelakangan dan kemajuan masyrakat dibidang kebudayaan,
yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dinamis dan cepat, diharapkan dapa disesuaikan dengan
pertumbuhan lembaga-lembaga.
                                                                                                  
2.     Kegunaan sosiologi dalam penelitian
Dengan melakukan penelitian Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih
mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan
mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja
tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif
pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun
di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi,
asalkan menggunakan prosedur ilmiah.

3.     Kegunaan sosiologi dalam pembangunan


Menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu proses pembangunan biasanya dikaitkan
dengan pandangan yang optimis, yang berwujud dalam usaha-usaha untuk mencapai taraf
kehidupan yang lebih baik.
Didalam mencapai taraf kehidupan tadi, maka dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut:
1.      Structural (perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga kemasyarakatan, prosedurnya
serta pembanguanan secara kebendaan)
2.      Spiritual (pembentukan watak dan pendidikan didalam penggunaan cara-cara berfikir dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi), atau kedua-duanya.
4.     Kegunaan sosiologi dalam pemecahan masalah social
Ada metode-metode yang bersifat preventif dan represif. Metode yang preventif jelas
lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap
sebab-sebab terjadinya masalah social. Metode represif lebih banyak digunakan. Artinya
setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah social, baru diambil tindakan-tindakan
untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah social, tidaklah semata-mata melihat aspek
sosiologis, tetapi juga aspek-aspek lainya. Dengan demikian, diperlukan suatu kerja sama
antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah social
yang dihadapi tadi( secara interdispliner).
Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah social (Abdul Syani: 1987), disebutkan ada
beberapa metode untuk menanggulangi social, yaitu;
1.      Metode coba-coba (trial and error method), yaitu dengan cara pada kepercayaan yang ada di
dalam masyarakat dan metode ini masih tergolong sederhana. Cuntoh; masyrakat yang
melakukan upacara adat tolak bala, yang dimaksudkan agar bahaya dan berbagai penyakit
tidak melanda kehidupan masyarakat setempat.
2.      Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah social dengan melakukan penelitian-
penelitian secara ilmiah.
Perencanaan social, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta berdasarkan
hasil dari penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau
penelitian-penelitian tanpa perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai