Anda di halaman 1dari 8

Tugas VII

Kurikulum Pendidikan IPS

Nama : Wahyu Tero Primadona Dosen : Prof. Dr. Azwar Ananda, MA


NIM : 19161025 Dr. Helmi Hasan, M.Pd

KETERKAITAN SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI DAN ILMU


PENGETAHUAN SOSIAL

Pendahuluan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merujuk pada kajian yang memusatkan
perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia di dalam masyarakat. Melalui
Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan peserta didik mampu memiliki kepakaan
terhadap kondisi sosial yang ada pada masyarakat. Berbeda dengan ilmu sosial
yang secara spesifik memiliki fakta, konsep dan generelasasi dengan metode
sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
disusun secara sederhana sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik
dengan materi ajar disiplin ilmu-ilmu sosial.
Dengan demikian dalam materi ajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
memuat aktivitas sosial masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial bukanlah disiplin
ilmu karena merupakan fusi dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Sehingga di dalam
penyusunan dan penyajiannya materi yang diajarkan memiliki keterkaitan seperti
keterkaiatan antara sosiologi, antropologi dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sosiologi
A. Perkembangan dan Pengertian
Secara umum kita mengenal sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan, baik hubungan yang terjalin antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok,
baik formal maupun material. sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan
manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan
tentunya melaksanakan interaksi dalam kehidupan sehari-harinya.

1
Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata Socious yang berarti
kawan dan Logos yang yang memiliki arti pengetahuan. Istilah sosiologi sebagai
cabang dari ilmu-ilmu sosial bermula dari pemikiran Auguste Comte dalam
bukunya Course De Philophie Positive. Dalam bukunya ini Auguste Comte
memiliki kekhawatiran bahwa akan kacaunya masyarakat sehingga mereka
membutuhkan suatu metode untuk mencapai keteraturan sosial. Dari pemikiran
yang dituangkan dalam buku ini (1842) maka Auguste Comte dikenal sebagai
Bapak Sosiologi Dunia.
Auguste Comte adalah orang yg pertama kali mengkaji sosiologi
berdasarkan ruang lingkup ilmu Sosiologi berdasarkan tahap perkembangan
masyarakat.Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia
dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut
mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
Durkheim menjelaskan bagaimana arti penting dari struktur masyarakat,
interaksi dan institusi sosial dalam memahami pemikiran dan tingkah laku
manusia. perbedaan perspektifnya terletak pada penekanannya terhadap seluruh
aspek perbuatan manusia-hukum dan moralitas. Emile Durkheim membangun
kerangka pemikirannya melalui kacamata sosiologi, ditangan Emile Durkheim
kemudian sosiologi mendapatkan posisi penting karena ia dianggap telah
meletakkan sosiologi ke arah yang lebih sistematis.
Auguste Comte menilai bahwa masyarakat merupakan sebuah keseluruhan
organis yang terdiri dari berbagai bagian yang memiliki keterkaitan. Maka
diperlukan suatu metode penelitian ilmiah yang dapat meyakinkan bahwa
masyarakat merupakan suatu bagian dari alam.
Menurut Auguste Comte perkembangan pemikiran manusia terdiri atas tiga
tahap yaitu tahap Teologis, Metafisis dan Positif. Berikut akan dijelaskan ketigas
tahap perkembangan manusia :
1. Teologis, tahap ini menekan bahwa ada kekuatan alam atau dibaliknya di
luar kemampuan manusia. Pada tahap ini seseorang mengarahkan rohnya

2
pada hakikat batinia segala sesuatu. Tahap ini merupakan periode paling
lama dalam sejarah manusia dan disebut sebagai masa kekanakan
intelegensia manusia.
Pada tahap ini manusia mempercayai adanya kekuatan-kekuatan
supranatural yang muncul dari kekuatan zat adikodrati atau jimat atau
kekuatan yang berasal dari luar diri manusia atau muncul dari kekuatan
tokoh-tokoh agamis yang diteladani oleh manusia. Dalam kehidupan sosial,
masyarakat di sini hidup berdasarakan pada penaklukan, yaitu hubungan
sosial bersifat militer yang senantiasa menaklukkan dan menundukkan
masyarakat lain. Oleh karenanya, pada tahapan ini pula terbagi menjadi tiga
sub-tahapan, yaitu: fetisisme, politheisme dan monotheisme.
- Fetesisme adalah pemikiran dasar dalam masyarakat primitif. Manusia
meyakini bahwa semua benda memiliki kekuatan-kekuatan di dalamnya
dirinya sendiri.
- Politheisme bahwa adanya kekuatan-kekuatan yang mengatur
kehidupan (dewa atau mahluk ghaib). Kehidupan manusia sudah mulai
maju karena lahirnya kehidupan bersama di kota, kepemilikan tanah,
penguasaan melalui kekuatan militer. Pada tahap terjadi perkembangan
teologi dan militer.
- Monotheisme ialah kepercayaan pada dewa yang mulai digantikan
dengan zat tunggal atau hanya Tuhan yang berdaulat dan berkuasa untuk
mengendalikan alam ini. Fase ini dapat dikatakan sebagai fase
modifikasi sistem teologi dan militer. Modifikasi sistem militer
(militerisme) yang dimaksud adalah suatu hubungan sosial masyarakat
bersifat militer di mana masyarakat senantiasa bertujuan untuk
menundukkan dan menaklukkan masyarakat lain.
2. Metafisis adalah tahap manusia menganggap bahwa di dalam segala gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya dapat
diungkapkan. Kepercayaan terhadap kekuatan dewa digantikan oleh
keyakinan yang bersifat metafisis (filosofi, abstrak dan universal) yang
diajarkan oleh seorang filosof atau agamawan.

3
3. Positivisme adalah sebuah tahap pemikiran dimana sesuatu yang dapat diuji
atau diverifikasi oleh setiap orang yang mau membuktikannya. Masyarakat
dalam perubahannya diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan.

B. Pokok Pembahasan Sosiologi


Sebagai sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, sosiologi merupakan
pengetahuan mengenai kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan dan diterima secara umum. Adapun yang menjadi
pokok dalam pembahasan sosiologi adalah sebagai berikut :
1. Fakta sosial adalah sebuah cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang
berada di luar individu serta mempunyai kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut.
2. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya. Tindakan sosial dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain, tindakan sosial memiliki arah serta
dampak.
3. Khayalan sosiologis adalah sebuah cara untuk memahami apa yang terjadi
di masyarakat maupun yang terjadi pada diri individu manusia. Menurut
Wright Mills dengan khayalan sosiologi kita mampu memahami sejarah
masyarakat, riwayat hidup pribadi dan hubungnan keduanya.
4. Realitas sosial adalah kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam
masyarakat. Realitas sosial terbentuk melalui kehidupan yang terus-
menerus.

C. Objek dan Fungsi Sosiologi


Objek kajian sosiologi adalah fokus penelitian yang menjadi kajian dalam
ilmu sosiologi. Masyarakat merupakan objek dalam kajian sosiologi. Di dalam
masyarakat terdapat interaksi sosial yang dilakukan oleh individu maupun
masyarakat melahirkan gejala sosial.
Masyarakat atau dalam bahasa Inggris adalah society, bahasa Latin socius
memiliki arti kawan. Secara ringkas kita memahami masyarakat adalah

4
sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam bahasanya ilmiah sosiologi
adalah berinteraksi.
Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa
masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai
sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun
unsur-unsur tersebut adalah :
- Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama.
- Bercampur dalam waktu yang cukup lama.
- Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan.
- Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Berdasarkan pembahasan di atas maka ilmu sosiologi berfungsi untuk


meningkatkan kemampuan individu menyesuaikan diri dalam kehidupan
sosialnya. Dengan adanya sosilogi maka seseorang akan mampu berperan dan
bertindak dalam kehidupan bermasyarakat.

Antropologi
1. Pengertian
Antropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos yang berarti
manusia dan logos berarti ilmu. Menurut William A. Haviland antropolgi adalah
studi tentang umat manusia, berusaha untuk membuat generalisasi yang berguna
tentang orang-orang dan perilaku mereka untuk mendapatkan pemahaman yang
lengkap dari keragaman manusia.
Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan
dengan karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan penduduk
atau suku bangsa di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk di luar Eropa
dipandang menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau para misionaris
karena perbedaan cara hidup antara masyarakat Eropa dengan masyarakat di luar
Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis tentang perjalanan atau yang
terkait dengan tugasnya tetapi juga melengkapinya dengan deskripsi tentang tata
cara kehidupan masyarakat yang mereka temui.

5
Perkembangan antropologi sebagai ilmu mengalami babak baru sejak
diadakan simposium internasional yang dihadiri 60 tokoh antropologi (Amerika,
Eropa, dan Uni Soviet) yang berupaya untuk meninjau kembali bahan-bahan
etnografi yang telah ada serta merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari
antropologi.
Menurut Harsojo (1984), antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian
antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-
nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan
hidup yang lainnya.
Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Antropologi I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah
sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada
bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia. Sedangkan secara praktis,
antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

2. Ruang Lingkup Antropologi


Secara umum dapat dikatakan antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya, masyarakatnya, dan
kebudayaannya. Dengan demikian hal yang menjadi ruang lingkup antropologi
adalah manusia dalam kaitannya dengan kebudayaan.
a. Antropologi fisik adalah cabang ilmu antropologi yang mempelajari sejarah
asal mula manusia dan persebarannya dari segi ciri-ciri manusia yang
bersifat fenotip. Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia.
Termasuk didalamnya mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari
tubuh manusia. Mereka melihat perkembangan mahluk manusia sejak
manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini.
b. Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang mempelajari tentang
asal usul kebudayaan manusia, penyebaran dan sejarahnya. Secara umum,
antropologi budaya mempelajari tentang karakteristik tingkah laku manusia

6
sebagai hasil kebudayaa. Cabang ilmu antropologi budaya adalah arkeologi,
antropologi linguistk dan etnologi.

Hubungan Sosiologi, Antropologi dan Ilmu Pengetahuan Sosial


Masyarakat di pandang dari kacamata sosiologi adalah sekumpulan manusia
yang hidup bersama. Dalam kehidupannya manusia menghasilkan berbagai ide,
aktivitas dan artefak. Dengan demikian proses interaksi manusia dalam
masyarakat menghasilkan kebudayaan sehingga sosiologi dan antropologi
memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Interaksi manusia dalam masyarakat (sosiologi) menghasilkan kebudayaan
(antropologi). Pembahasan hal ini merupakan materi yang diajarkan dalam mata
pelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Konsep yang diambil dari
sosiologi dan antropologi ke dalam mata ajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
antara lain interaksi, perubahan sosial, akulturasi, asimilasi, kebudayaan,
organisasi, hukum, adat, pranata sosial, enkulturasi, evolusi dan lain-lain.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP dan SLTA. Penyederhanaan
mengandung arti : a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang
biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan
kematangan berfikir siswa sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan
memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat
sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna (Nu’man Soemantri).
Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan berlandaskan pada realitas dan
fenomena sosial yang diwujudkan dengan pendekatan interdisipliner dari cabang
ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kurikulumnya memuat materi
yang terkait dengan disiplin ilmu sosiologi dan antropologi. Sehingga melalui
Ilmu Pengetahuan Sosial siswa memiliki kompetensi dalam kehidupan sosial.
Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan
realitas kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan
memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang
baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. (Henni Endayani :
2018).

7
Sumber
Buku :
Sapriya. 2009. “Pendidikan IPS (Konsep dan Pembelajaran). PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Yatimah. Durotul. 2017. Landasan Pendidikan. CV. Alumgadan Mandiri. Jakarta
Timur.

Jurnal :
Mahmud. Rijal. 2018. Social As Sacred Dalam Perspektif Emile Durkheim.
Tasamuh. Vol 16 (2) : 101-116.
Chabibi. Muhammad. 2019. Hukum Tiga Tahap Auguste Comte Dan
Kontribusinya Terhadap Kajian Sosiologi Dakwah. Nalar : Jurnal Peradaban
Dan Pemikiran Islam. Vol. 3 (1) : 14-26.
Hati. Silvia Tabah. 2018. Hubungan Antara Ilmu-Ilmu Sosial dan IPS (Sumber
dan Materi IPS). Ijtimaiyah. Vol. 2 (1) : 15.

Sumber Lainnya:
https://eprints.uny.ac.id/8538/3/BAB%202%20-%2008401244022.pdf

Anda mungkin juga menyukai