DISUSUN OLEH :
WAHYU TERO PRIMADONA
NIM. 19161025
DOSEN PENGAMPU :
DR. H. BUCHARI NURDIN, M.Si
HAKEKAT PENDIDIKAN :
TEOLOGI
SISTEM PENDIDIKAN :
GURU KULA
LEMBAGA PENDIDIKAN :
HASIL :
1. Pengetahuan agama
2. Kecakapan mengatur negara
3. Ilmu Kesastraan
4. Teknik
5. Dan lain-lain
Menurut van Leur interaksi masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia
disebabkan oleh pengaruh dari kegiatan perdagangan yang melalui nusantara.
Dalam hal ini para pedagang dari India memberikan pengaruh Indianisasi
termasuk dalam penyebaran agama Hindu-Budha. Pada akhirnya di nusantara
melahirkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Salah satu hal yang
berkembang pada masa itu adalah pendidikan.
HAKEKAT PENDIDIKAN :
TEOLOGI
(Dominan)
LEMBAGA PENDIDIKAN :
SURAU, LANGGAR, MASJID,
MADRASAH, PESANTREN
HASIL :
1. Pengetahuan Agama
2. Muballigh
3. Kitab (sullalatus salatin, suluk, dll)
4. dlll
Tujuan
Perdagangan : mempersiapkan
tenaga kerja murah pribumi
demi kepentingan VOC
Pendidikan
Masa VOC Sistem Pendidikan :
1. Pendidikan Dasar
2. Sekolah Latin
3. Sekolah Teologi
4. Akademi Maritim
5. Sekolah Cina
Materi :
Disesuaikan dengan
kebutuhan VOC terutama
keterampilan administrasi
surat menyurat, akuntansi
dan pelayaran.
Tenaga Pengajar :
Memberdayakan pegawai-
pegawai VOC
Pendidikan
Dampak :
Masa Kolonial
Melahirkan kaum- Belanda
kaum terpelajar
Sistem :
Permasalahan :
Klasikal dilaksanakan dalam
Pelaksanaan pendidikan yang
kelas sesuai tingkatan.
bersifat diskriminatif dan
pengawasan yang keta.
Pada akhir abad banyak permasalahan yang harus dihadapi VOC seperti
korupsi di kalangan pegawai, perdagangan gelap, pembiayaan perang, persaingan
dengan pedagang lain sehingga pada akhir abad ke 18 VOC dibubarkan.
Selanjutnya kekuasaan dilaksanakan langsung oleh perwakilan pemerintah
Belanda yang disebut pemerintahan Kolonial Belanda.
Selain itu banyak terjadi peristiwa penting di Belanda dan Eropa yang
berdampak pada daerah jajahan seperti Hindia Belanda. Pemikiran baru seperti
Renasainsse dan Aufklarung turut mempengaruhi kehidupan di Hinda Belanda.
Pada masa Deandels pemerintahan berjalan dengan keras, hal ini disebabkan
oleh kebutuhan akan kesiapan menghadapi serbuan dari tentara Inggris. Namun
Deandels memberikan perhatian lebih kepada pendidikan. Hal ini dapat dilihat
ketika Deandels memerintahkan para bupati di pesisir Timur Laut Jawa untuk
mendirikan sekolah yang mengajarkan kesusilaan, adat istiadat, perundang-
undangan, pokok-pokok pengajaran agama Islam bagi Bumiputera. Selain itu juga
didirikan Sekolah Seni Tari.
Selanjutnya pada masa ini didirikan lembaga pendidikan untuk golongan
penduduk Eropa yaitu : (i) Sekolah Dasar yang mengadopsi sistem pendidikan di
Belanda, (ii) Sekolah Lanjutan dibagi menjadi dua yaitu Afdeeling A dengan lama
pendidikan 5 tahun dan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi serta Afdeeling B
lama pendidikan 3 Tahun dapat melanjutkan ke pendidikan perwira, pendidikan
pegawai negeri, akademi perdagangan. Pendidikan level ini disebut Hogere
Burgerschool.
Untuk kaum pribumi Belanda mendirikan Sekolah Dasar Negeri . Sekolah
Dasar Negeri untk pribumi dibagi menjadi dua yaitu Sekolah Dasar Kelas Satu
( De scholen der eerste klasse) untuk kalangan pribumi terhormat dan Sekolah
Dasar Kelas Dua ( De scholen der tweede klasse) untuk pribumi pada umumnya.
Tujuan Belanda membuat sekolah ini adalah mempersiapkan tenaga di
pemerintahan yang akan duduk dibagian administrasi pemerintahan dan
peradagangan perusahaan dan tenaga pengajar.
Selanjutnya adalah Sekolah Raja (Hoofdenschool) yang diperuntukkan
untuk anak-anak pemimpin Bumiputera dan dipersiapkan bagi kepentingan
Belanda. Selanjutnya Sekolah Raja berubah menjadi OSVIA.
Pemerintah Kolonial Belanda juga mendirikan Sekolah Kejuruan seperti : (i)
Sekolah Pertukangan (Ambachsschool). Sekolah pertukangan adalah sekolah yang
bercorak Kristen dan mempelajari pertukangan dan diperuntukkan untuk
peranakan Indo. (ii) Sekolah Pendidikan Guru (Kweekschool) yang akan
diberdayakan untuk menjadi tenaga pengajar sekolah dasar negeri. (iii) Sekolah
Gadis.
Sekolah Kedokteran Bumiputera yang diberi nama STOVIA. Pada awalnya
dipersiapkan dengan melatih beberapa orang Bumiputera menjadi juru cacar yang
dididik oleh penilik vaksinasi. Seiring dengan perkembangan masa, maka Belanda
mendirikan STOVIA sebagai sekolah kedokteran Bumiputera.
Tujuan :
Mempersiapkan tenaga
ahli dan tenaga kerja
murah yang akan
Pendidikan Masa Kebangkitan dipekerjakan di
dan Pergerakan Nasional pemerintahan ataupun
perusahaan.
Pada awal abad kedua puluh terjadi perkembangan pesat di berbagai bidang
seperti bidang politik dan ekonomi. Perusahaan di Indonesia mengalami kemajuan
sehingga membutuhkan tenaga kerja terdidik dan ahli. Selain itu bangsa Indonesia
mulai menyadari akan kebangkitan menentukan nasibnya sendiri dan terlepas dari
penjajahan.
Politik Etis yang dicetuskan oleh van De Venter dengan konsep politik balas
budi di bidang pendidikan, imigrasi dan pengairan telah membawa pada suatu
harapan yang lebih baik kepada bangsa Indonesia. Dalam politik etis van De
Venter mengatakan pentingnya memberikan pendidikan tinggi kepada golongan
Bumiputera. Di berbagai daerah didirikan sekolah-sekolah desa yang
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar.
Tujuan : Mempersiapkan
bangsa Indonesia dalam
Pendidikan Masa Jepang pertempuran Asia Timur
Raya
Lembaga :
Landasan :
Pancasila dan UUD 1945
Tujuan :
Menanamkan semangat patriotisme
Pendidikan Masa
Revolusi Fisik
Sistem :
Klasikal
Lembaga Pendidikan :
Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas, Perguruan Tinggi
Landasan :
Pancasila dan UU Nomor 4 Tahun
1950
Tujuan :
Membentuk manusia susila yang
Pendidikan Masa cakap dan bertanggungjawab
Demokrasi Liberal dan
Terpimpin
Sistem :
Klasikal
Lembaga Pendidikan :
Demokrasi Liberal : Sekolah Dasar,
SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi
Demokrasi Terpimpin :
1. TK (1 atau 2 tahun)
2. SLTP selama 3 tahun (SMEP,
SKPP, ST)
3. SLTA selamat 3 tahun (SMEA,
SKKA, STM, SPG)
4. SGA A dan SGB (yang masuk
adalah juara 1-3 pada jenjang
sebelumnya.
5. Perguruan Tinggi
Pada masa ini stablitas politik adalah hal yang langka. Hal ini disebabkan
adanya upaya yang dilakukan oleh Belanda untuk tetap menguasai Indonesia.
Terjadinya perubahan bentuk negara kepada bentuk parlementer dan terjadi
pergantian kabinet sebanyak 7 kali pada masa ini. Sehingga membuat program
pemerintah tidak dapat berjalan baik. Pada masa Demokrasi Terpimpin tidak
banyak hal yang berubah mengenai pendidikan di Indonesia.