Anda di halaman 1dari 33

Kisi-Kisi Soal Kelas 10 dan 11

1. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan

Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka


pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Sosiologi dapat dikatakan
sebagai ilmu sejauh sosiologi mendasarkan penelaahannya pada bukti-bukti ilmiah dan metode-metode
ilmiah. Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara, yaitu:
a) Suatu ilmu adalah suatu kerangaka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh
melalui suatu penelitian ilmiah.
b) Suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun
dan teruji.

Sumber ilmu pengetahuan adalah philosophia (filsafat). Dari filsafat itu lahir tiga cabang ilmu
pengetahuan, yaitu:
a) Natural Sciences (ilmu-ilmu alamiah), seperti: fisika, kimia, biologi, botani, astronomi, dan
sebagainya.
b) Social Sciences(ilmu-ilmu sosial), seperti: sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, antropologi,
psikologi sosial, dan sebagai-nya.
c) Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti: bahasa, agama, kesu-sastraan, kesenian, dan
sebagainya.

Sebagai ilmu pengetahuan sosial, sosiologi memiliki ciri-ciri yang memenuhi unsur-unsur
keilmuan yaitu;

1. Empiris

Yaitu berdasarkan observasi terhadap kenyataan dan tidak berdasarkan praduga. Data sosiologi
diambil berdasarkan hasil observasi di masyarakat, karena objek kajian sosiologi adalah masyarakat.
Dengan demikian untuk mendapatkan data dari masyarakat diperlukan pengamatan langsung di
masyarakat. Contoh. Siswa melakukan penelitian tentang tingkat pendidikan anak-anak jalanan, maka
siswa tersebut akan mengambil data dengan melakukan observasi terhadap anak-anak jalanan.

2. Teoritis

Menyusun abstraksi dari hasil observasi yang bertujuan untuk menyusun kerangka dan
menjelaskan hubungan sebab akibat kemudian diambil kesimpulan logis sehingga menjadi sebuah teori.
Hasil penelitian sosiologi bukanlah bersifat ramalan masa depan tentang sebuah fakta sosiologis.
Sosiologi hanya mempelajari data persoalan di masyarakat yang kemudian menjadi fakta yang sifatnya
teori sebagai pengantar pemahaman tentang sebuah fakta sosiologi.

3. Kumulatif

Teori-teori disusun berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki, memperluas
serta memperkuat teori-teori yang sudah lama. Masyarakat senantiasa berkembang, demikian juga
dengan persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat pun akan berkembang pula. Sebagai suatu ilmu
dalam mengkaji sebuah permasalahan di masyarakat, sosiologi akan menggunakan teori-teori yang
sudah ada sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman tentang dasar permasalahan dan kemudian
akan melahirkan teori yang baru untuk memperkuat dan memperluas teori yang sudah ada sebelumnya.

4. Nonetis

Kajian sosiologi tidak mempersoalkan baik dan buruk, tetapi untuk memperjelas kajian/masalah
secara lebih dalam. Dalam mengkaji sebuah data sosiologi akan mengabaikan nilai yang dimiliki oleh
data tersebut baik atau buruknya pantas atau tidaknya. Sosiologi akan melihat data tersebut sebagai
objek kajian untuk dibahas dan dikaji secara mendalam. Contohnya, kajian sosiologis tentang anismisme
dan dinamisme di masyarakat Islam pantai Utara Jawa.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan hubungan antar manusia
dalam hidup bermasyarakat. Secara etimologi (Ilmu asal kata), sosiologi berasal dari kata socius (bahasa
latin) yang artinya teman atau kawan dan logos (bahasa Yunani) yang artinya kata, berbicara atau ilmu
pengetahuan. Secara singkat sosiologi ilmu pengetahuan tentang masyarakat dimana sosiologi
mempelajari masyarakat sebagai kompleks kekuatan, hubungan, jaringan interlasi, serta sebagai
kompleks lembaga/pranata. Sosiologi juga melihat individu-individu yang saling berhubungan dan
membentuk kelompok-kelompok yang pengaruhnya besar terhadap kelakuan dan pola kelakuan bagi
individunya.

1.1 Sejarah Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial yang dikenal Auguste Comte ahli
sosiologi dari Perancis memper-kenalkan kata “sosiologi” dalam bukunya “Positive Philosophy” yang
diterbitkan tahun 1838. Di Inggris Herbert Spencer dalam bukunya “Principle of Sociology” tahun 1876
menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang
“evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian. Seorang Amerika, Lester F.
Ward menerbitkan buku “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui
tindakan-tindakan sosial yang harus diarahkan oleh para sosiolog. Emile Durkheime, seorang ahli
sosiologi Perancis memberikan sebuah. Demonstrasi tentang metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam
bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895 ia menggambarkan tentang
metodelogi sosiologi.
Sejak abad ke-19, Eropa merupakan wilayah yang mengalami perkembangan peradaban paling
pesat sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Proses perubahan sosial berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi masyarakat Eropa mena- 7 Sosiologi sebagai Ilmu rik
perhatian para ilmuan untuk mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Abad 20 sosiologi berkembang pesat di Amerika Serikat. Pada masa ini di Amerika Serikat
tumbuh kota-kota besar, industri-industri besar dan gelombang migrasi besar-besaran. Akibat dari
pertumbuhan perkotaan ini menimbulkan gejolak dan perubahan sosial yang besar dan kompleks.
Kondisi demikian menjadi kajian para ahli sosiologi untuk menemukan pendekatan baru, sehingga
melahirkan sosiologi modern.
Istilah sosiologi banyak dibicarakan oleh para peneliti sebagai bidang pengamatan yang baru
sejak sekitar tahun 1830-1854. Auguste Comte (1798-1857) adalah seorang filsuf Perancis pertama yang
menggunakan istilah “Sosiologi” untuk menyebut ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Comte
memberikan nama itu pada tahun 1839 dan diterbitkan dalam bukunya yang terkenal pada tahun 1942
dengan judul Cours de la Philosovie Positive. Menurut Comte ilmu pengetahuan harus sistematis, logis,
dilakukan menurut tahap-tahap tertentu (metodis) dan objektif. Ilmu Pengetahuan bersifat objektif
apabila memusatkan perhatiannya pada gejala gejalanya dan konkret, tanpa ada pertimbangan lain yang
menghalangi untuk dapat mengungkap kebenaran fenomena yang terjadi, sehingga memungkinkan ilmu
pengetahuan dapat berkembang dan diuji kebenarannya oleh pihak manapun.
1.2 Pengertian Sosiologi

 Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi


Dalam bukunya berjudul Setangkai Bunga Sosiologi; Sosiologi sebagai ilmu masyarakat
mempelajari tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara unsur-unsur sosial yang
pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, kelompok-kelompok dan lapisan-lapisan sosial.

 P.J. Bouman (Belanda)


Dalam bukunya Sociologie Begrien en Problemen sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan sosial antar sesama manusia (individu-individu), antar individu dengan
kelompok, sifat dan perubahan-perubahan, lembaga-lembaga serta ide-ide sosial.

 William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff


Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik
antara perorangan dengan per-orangan, perorangan dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok. Hasilnya yaitu organisasi sosial

1.3 Fungsi sosiologi dan peran sosiologi

Dalam negara yang sedang membangun sosiologi bermanfaat untuk kepentingan pembangunan
negara. Proses pembangunan negara ditujukan untuk memberikan kesejahteraan lahir dan batin masya-
rakat, menjaga keutuhan atau integrasi bangsa. Penelitian sosiologi membe-rikan bantuan kepada
masyarakat dalam memecahkan masalah-masa-lah sosial sebagai metode-metode prevenetif dan
metode represif.
Era Globalisasi di abad 20 memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Revolusi dan inovasi para ahli/ilmuwan di berbagai bidang ilmu menyebabkan perubahan
so- 19 Sosiologi sebagai Ilmu sial yang luar biasa di masyarakat, yaitu perubahan sosial ekonomi,
perubahan sosial budaya, perubahan sosial religius dan perubahan sosial politik. Masyarakat yang tidak
siap menerima perubahan sosial tersebut akan mengalami disorganisasi sosial. Oleh karena itu sosiologi
diharapkan dapat mengamati dan membantu menyelesaikan setiap masalah-masalah sosial
mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sosiologi dapat membantu
proses pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dengan menjaga identitas sosial dan
budayanya yang luhur dan menjadi kebanggaan di depan mata dunia.
Para peneliti masyarakat atau ahli sosiologi memiliki peranan dalam masyarakat, diantaranya
adalah :
 Sosiolog sebagai ahli riset
 Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
 Sosiolog sebagai teknisi
 Sosiolog sebagai pendidik

2. Nilai dan Norma

2.1 Pengertian nilai dan norma


Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang dinginkan, yang
pantas, yang berharga, yang mempengaruhi prilaku sosial orang yang memiliki nilai itu. Beberapa tokoh
sosiologi mendefinisikan nilai sosial sebagai berikut:

a) Kimball Young
Nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari mengenai apa yang dianggap benar
dan yang penting.
b) Woods
Nilai Sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian nilai tidak ada batasannya karena nilai itu sendiri bersifat abstrak dan hanya bisa
difahami oleh orang atau masyarakat yang menganut dan mengamalkan nilai sosial. Namun demikian,
dari dua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sosial adalah Penghargaan yang
diberikan masyarakat kepada sesuatu yang dianggap benar, baik luhur dan penting yang berguna secara
nyata bagi menjaga kelangsungan hidup masyarakat.

2.2 Pengertian Norma Sosial

Norma merupakan kaidah atau aturan yang mengatur tata kelakukan masyarakat. Norma sangat
berkaitan dengan nilai, kerena norma adalah bentuk nyata dari nilai. Norma merupakan alat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan oleh nilai.

3. Interaksi Sosial

3.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perseorangan, antara beberapa kelompok manusia, maupun antara perseorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Apabila kedua syarat itu tidak
terpenuhi, maka tidak akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial pelakunya harus lebih dari satu orang,
terjadi melalui adanya kontak dan komunikasi antar pelaku interaksi untuk mencapai tujuan, baik tujuan
yang disepakati atau tidak disepakati. Interaksi sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Interaksi antara individu


Interaksi sosial antar individu ialah hubungan timbal balik yang terjadi antara orang
perseorangan. Hubungan terjadi karena adanya pengaruh, reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh
salah satu individu. Bentuk interaksi antar individu ini dapat berlangsung secara verbal seperti Interaksi
Sosial tersenyum atau mengedipkan mata. Dapat pula secara fisik terjadi kontak fisik, misalnya
berjabatan tangan.

2) Interaksi antara individu dengan kelompok Interaksi sosial antar individu dengan
kelompok
ialah hubungan timbal balik yang terjadi antara orang perorangan dengan kelompok. Sebagai
contoh Kepala sekolah sedang memberikan pembinaan kepada siswa pada saat upacara bendera.
3) Interaksi antara kelompok Setiap individu yang memiliki kepentingan dan tujuan
yang sama dengan individu lainnya akan tergabung dalam kelompok-kelompok sosial
Kepentingan inidvidu melebur menjadi kepentingan kelompok. Perbedaan kepentingan dan
tujuan antar kelompok ini akan melahirkan interaksi. Contoh peringatan 17 Agustusan di Kampung yang
melibatkan kerja sama antar kelompok Karang Taruna, kelompok Posyandu dan kelompok Remaja
Masjid.
3.2 Kontak sosial dan komunikasi

3.1.1 Kontak sosial

Secara etimologi (asal kata) kata kontak berasal dari bahasa Latin yaitu con atau jamaknya cum,
yang berarti bersama-sama, dan tanggo artinya menyentuh. Jadi kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Untuk dapat memahami bentuk-bentuk kontak sosial yang terjadi maka kita dapat
membedakan kontak sosial sebagai berikut:

a. Berdasarkan cara terjadinya kontak sosial

 Kontak Langsung
Kontak yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok secara langsung, artinya tidak menggunakan media atau alat orang lain.

 Kontak secara tidak langsung


Yaitu kontak yang terjadi antara pelaku dengan menggunakan alat atau orang lain sebagai
perantara.

b. Berdasarkan terjadinya proses komunikasi

 Kontak primer
Kontak primer sama pengertiannya dengan kontak langsung yaitu kontak yang terjadi ketika
seseorang berhubungan langsung atau bertatap muka.

 Kontak sekunder
Kontak yang terjadi tidak secara langsung antara komunikator dan komunikan. Kontak ini
berlangsung melewati perantara atau pihak lain.

3.1.2 Komunikasi

Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang artinya
berhubungan. Komunikasi memiliki tujuan yaitu untuk menyampaikan pesan atau keinginan dari pihak
komunikator kepada pihak komunikan agar pihak komunikan mengerti dan atau melaksanakan pesan
dan keinginan komunikator

A. Faktor-faktor yang mendasari proses interaksi

1. Imitasi
Imitasi ialah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya.
2. Sugesti
Pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran
dari pihak lain. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan pihak lain yang berpengaruh pada
dirinya.

3. Identifikasi
Yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak
lain.

4. Simpati
Merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada pihak lain. Pada proses ini
perasaan seseorang sangat didorong untuk memahami pihak lain.

5. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dari seseorang
atau orang lain dalam kondisi yang sebenarbenarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain tersebut, seperti rasa senang, sakit, susah dan bahagia.

6. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu
kepada individu yang lain sedemikian rupa, sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh tanggung jawab.

4. Sosialisasi dan Kepribadian

Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi
selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang anak dikatakan telah melakukan
sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga
memperhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain.

Beberapa ahli sosiologi memberikan pengertian sosialisasi sebagai berikut:

a. Soerjono Soekanto, sosialisasi ialah proses sosial tempat seorang individu


mendapatkan pembentukan sikap untuk berprilaku yang sesuai dengan prilaku
orang-orang disekitarnya.

b. Peter L. Berger, sosialisasi ialah proses pada seorang anak yang sedang belajar
menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajarinya ialah peranan pola hidup
dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma maupun kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat.

5. Penyimpangan Sosial
5.1 Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang yang lazim disebut dengan nonkonformitas merupakan tindakan yang
dilakukan oleh individu perorangan atau kelompok dalam masyarakat untuk menghidar dari nilai dan
norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan kaidah dinamakan menyimpang atau suatu
perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan ini dinyatakan sebagai menyimpang.

Beberapa pengertian perilaku menyimpang oleh para ahli sosiologi, diantaranya yaitu;

a. Becker, perilaku menyimpang bukanlah kualitas yang dilakukan orang, melainkan


konsekuensi dari adanya suatu peraturan dan penerapan sangsi yang dilakukan
oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut.

b. Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sebagai tindakan yang menyimpang dari


norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.

c. James Vander, Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang


dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

5.2 Bentuk-Bentuk Penyimpangan

a. Individual Deviation ( Penyimpangan individual )


b. Group Deviation ( Penyimpangan kelompok )
c. Mixture of both Deviation ( Penyimpangan campuran)

5.3 Cara-Cara Untuk Mencegah Penyimpangan Sosial

a. Mengefektifkan fungsi dan peranan lembaga-lembaga sosial Lembaga-lembaga


sosial yang dimaksud adalah polisi, pengadilan, sistem adat dan tokoh
masyarakat. Lembaga-lembaga sosial ini berfungsi mengawasi setiap tindakan
masyarakat agar senantiasa sesuia dengan nilai dan norma.
b. Memberikan pendidikan baik formal atau formal di keluarga dan dimasyarakat.
c. Meningkatkan pendidikan moral dan etika.

6. Pengendalian Sosial

Keteraturan sosial dapat tercipta di masyarakat dapat terwujud apabila anggota masyarakat
berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah disepakati oleh masyarakat. Pelanggaran terhadap
nilai dan norma oleh anggota masyarakat akan menimbulkan ketidakteraturan sosial di masyarakat.
Kateraturan sosial ini tergantung pada peranan setiap individu untuk melakukan kewajiban tertentu
terhadap orang lain dan berhak menerima haknya dari orang lain. Masyarakat yang teratur hanya dapat
tercipta jika kebanyakan orang melaksanakan kewajibannya dan mampu menuntut haknya. Bagaimana
terjalin hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban ini maka diperlukan pengendalian sosial untuk
mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban.
Beberapa ahli sosiologi menggunakan istilah pengendalian sosial untuk menggambarkan
segenap cara dan proses yang ditempuh oleh kelompok orang atau masyarakat sehingga para
anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakatnya itu. Pengertian
menurut Koentjaraningrat pengendalian sosial memiliki peranan penting untuk menghindarinya
terjadinya penyimpangan dan mengerahkan anggota masyarakat untuk bertindak menurut norma-
norma dan nilai-nilai yang telah disepakati. Pengendalian sosial dianggap sebagai cara mengarahkan
masyarakat untuk memerankan peranannya dalam berinteraksi dengan anggota masyarakatnya.

7. Penerapan Pengetahuan Sosiologi dalam Masyarakat

7.1 Peranan Sosiologi terhadap Masyarakat

Dalam ilmu sosiologi, masyarakat dipandang sebagai kesatuan hidup manusia yang terikat oleh
suatu system, kebiasaan dan adat istiadat tertentu yang dianut oleh anggota-anggotanya. Oleh karena
itu hidup bermasyarakat dapat dipandang dari dua sisi yaitu :

a. Dari sudut formal, yaitu hidup bermasyarakat ialah suatu bentuk kehidupan
bersama manusia, dimana hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya
dianggap sebagai sesame.
b. Dari sudut material, yaitu dalam kehidupan bersama manusia antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya, antara individu yang satu dengan yang lainnya,
mereka saling menghubungkan sikap dan tingkah laku perbuatannya, bersamasama
untuk menunjukan kesetiaan untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan tata cara
yang dianggap perlu dan penting.

Dalam pandangan sosiologi, masyarakat senantiasa berkembang atau dinamis. Dalam hal ini
sosiologi memperhatikan gejala-gejala sosial yang saling berkaitan. Artinya cara-cara dalam
perkembangan yang terjadi pada masyarakat, dari perkembangan yang sederhana ke tingkat
perkembangan yang lebih tinggi. Dinamika ini akan selalu terjadi sampai pada tingkat perkembangan
yang diinginkan oleh manusia.

7.2 Penelitian dan Jenis Kajian Sosiologi

Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran sebagai salah satu manisfestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang sedang
dihadapinya. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah
dirumuskannya. Penelitian sosial dilakukan terhadap masalah-masalah sosial, dimana nanti hasilnya
adalah untuk menghasilkan pengertianpengertian dan pola-pola umum -manusia dan masyarakatnya
serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi
dan struktur masyarakat manusia.
Objek kajian sosiologi tentang masyarakat sangat luas sekali, karena di dalam masyarakat itu
sendiri terdapat kelompok-kelompok sosial serta realitas-realitas sosial yang beragam. Dibawah ini,
adalah contoh kajian-kajian sosiologi terhadap sektorsektor kehidupan masyarakat, yang kemudian
menjadi kajian spesialisasi sosiologi.

a. Sosiologi Politik
b. Sosiologi Ekonomi
c. Sosiologi Agama
d. Sosiologi Budaya
1. Kelompok dan Pengelompokan Sosial

 Soerjono Soekanto: kesatuan-kesatuan atau himpunan manusia yang hidup


berdampingan karena memiliki hubungan yang saling timbal balik dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
 George Homans: kumpulan individu yang saling berinteraksi, melakukan
kegiatan, dan memiliki perasaan yang mendorong untuk membentuk sesuatu
yang terorganisir secara menyeluruh dan saling timbal balik.
 Paul B. Horton dan Chester L Lunt: sekumpulan manusia yang sadar akan
keanggotaannya sebagai makhluk sosial kemudian saling berinteraksi satu sama
lain.

1.1 Proses terbentuknya kelompok sosial (alasan mengapa manusia berkelompok)

 Dorongan bertahan hidup


Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk saling tolong menolong.

 Dorongan Untuk Meneruskan Garis Keturunan


Untuk mempunyai keturunan, seseorang harus menikahi lawan jenisnya. Dari
pernikahan tersebut akan terbentuk kelompok sosial kecil berupa keluarga.

 Dorongan untuk Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Pekerjaan


Bayangkan saya misalnya dalam sebuah keluarga, seorang ibu harus mencari
nafkah, membereskan urusan rumah tangga, mendidik anak, memasak, dan
lain-lain dan semua itu dikerjakan sendiri, tentu melelahkan. Tidak adanya
efektivitas, efisiensi, dan pembagian tugas dalam pekerjaan menyebabkan
pekerjaan terasa sangat berat.

1.2 Ragam Kelompok Sosial

1.2.1 Kelompok Sosial Berdasarkan Proses Terbentuknya:

 Kelompok Semu

Kelompok semu terdiri dari orang-orang yang terbentuk sementara secara


spontan dan tidak memiliki identitas, aturan, ikatan, ataupun tujuan bersama.
Dalam kelompok semu, interaksi dan komunikasi hanya bersifat sementara dan
tidak mengikat. Oleh karena itu, kelompok semu tidak bertahan lama.

-Kerumunan/Crowd
Kerumunan merupakan kumpulan yang terjadi secara spontan dan tidak teratur.
Kerumunan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Formal Crowd (Kerumunan yang mempunyai pusat perhatian yang sama. Contoh: penonton sepak bola,
penonton bioskop, dan sebagainya.)
2. Planned Expressive Group (Kerumunan yang terencana, tidak mempunyai pusat perhatian yang sama, namun
memiliki tujuan yang sama. Contoh: orang yang menghadiri pesta, orang yang rekreasi, dan sebagainya.)
3. Kerumunan Santai namun Tidak Nyaman (Kerumunan yang terbentuk karena adanya kebutuhan untuk
menggunakan fasilitas umum di suatu tempat. Contoh: orang sedang menunggu bis, orang sedang menunggu
antrian, dan lain-lain.)
4. Panic Causal Crowd (Kerumunan yang terbentuk karena adanya kepanikan dan ingin menyelamatkan diri dari
sebuah marabahaya. Contoh: kerumunan di titik evakuasi bencana alam, dan lain-lain.)
5. Spectator Casual Crowd (Kerumunan yang terbentuk karena adanya suatu peristiwa tertentu. Contoh:
kerumunan karena adanya penampakan UFO di langit atau pergerakan indah dari sekelompok burung, dan
sebagainya.)
6. Acting Lawless Crowds (Kerumunan yang terbentuk karena adanya sebuah tindakan yang melawan hukum.
Contoh: tawuran, pengeroyokan, dan sebagainya.)
7. Immoral Lawless Crowds (Kerumunan ini terbentuk karena kumpulan orang yang melakukan kegiatan yang
berlawanan dengan nilai dan norma-norma yang dianut oleh masyarakat tertentu. Contoh: kerumunan orang
mabuk.)

-Massa

Kelompok sosial jenis ini hampir sama dengan kerumunan, bedanya massa
direncanakan dan diorganisir. Massa sifatnya tidak spontan. Contoh:
Demonstrasi, kampanye, parade, dan lain-lain.

-Publik

Publik merupakan kumpulan individu dalam jumlah besar namun secara fisik
tidak harus berada di satu tempat yang sama. Publik biasanya direncanakan dan
tidak jarang satukan karena alat komunikasi. Contoh: pemirsa TV dan youtube.

-Kelompok Nyata

Kelompok nyata merupakan kelompok sosial yang bersifat tetap. Sebagian besar
kelompok yang ada di masyarakat merupakan kelompok nyata. Kelompok nyata
terbagi menjadi beberapa jenis lagi, yaitu:

1. Kelompok Statistik
Biasanya, kelompok sosial jenis ini ada karena keperluan penelitian. Kelompok ini tidak terorganisir, apalagi
terencana. Tidak ada kesadaran berkelompok dalam kelompok statistik dan ada karena disesuaikan dengan
kepentingan. Contoh: kelompok penduduk usia 17-65 tahun, kelompok remaja yang mempunyai akun media
sosial, dan lain-lain.

2. Kelompok Masyarakat
Kelompok sosial yang terbentuk karena adanya kesamaan kepentingan di antara anggotanya. Namun demikian,
kesamaan kepentingan tersebut tidak lantas menjadikan kepentingan bersama dalam kelompok ini. Kelompok ini
terbentuk secara alami dan spontan, tanpa perlu direncanakan. Kelompok masyarakat memungkinkan adanya
sarana kesadaran berkelompok dan interaksi karena adanya sarana pemersatu. Sifatnya tetap dan memiliki
kemungkinan tidak dibatasi oleh wilayah.

3. Kelompok Masyarkat Khusus


Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan yang khusus dan lebih spesifik di antara anggotanya. Kesamaan
tersebut bisa berupa usia, gender, tempat tinggal, pekerjaan, dan lain-lain. Kelompok ini terbentuk secara alami
dan biasanya terbentuk karena ketersediaan sarana untuk bersatu. Anggotanya memiliki kesadaran dalam
berkelompok dan interaksi yang kontinu.

4. Kelompok Asosiasi
Kelompok ini memiliki sifat tetap. Keberadaannya sengaja dibentuk dan direncanakan dengan baik. Biasanya
kelompok ini mempunyai organisasi yang kuat dan memiliki sistem yang terorganisir dengan baik.

1.2.2 Kelompok Sosial Berdasarkan Ikatan Anggota:

 Etnis/Suku
Etnis atau suku merupakan kelompok sosial yang pengelompokannya
didasarkan pada kemiripan dalam hal garis keturunan. Selain itu, etnis juga
mempunyai kemiripan budaya, bahasa, dan ideologi yang sama. Kesamaan-
kesamaan tersebut menentukan seseorang diakui atau tidak dalam etnis
tertentu. Contoh: persatuan ikatan mahasiswa etnis tertentu, persaudaraan
etnis tertentu, dan sebagainya.

 Bangsa
Bangsa merupakan kelompok sosial yang pengelompokannya disatukan oleh
nasionalisme pada negara. Bangsa terbentuk karena adanya penderitaan,
sejarah, nasib, dan perjuangan yang sama. Contoh: Bangsa Indonesia, Bangsa
Jerman, Bangsa Amerika, dan lain-lain.

 Masyarakat
Kelompok sosial jenis ini merupakan kelompok sosial yang cakupannya luas dan
ciri-cirinya beragam. Pada umumnya, masyarakat dikelompokkan berdasarkan
wilayah tempat tinggal, mata pencaharian, kemajuan peradaban, dan lain-lain.
Contoh: netizen, masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat Pulau Jawa,
dan lain-lain.

 Paguyuban
Paguyuban merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena adanya ikatan
batin yang kuat. Dalam prakteknya, tidak jarang gotong royong dan tolong-
menolong antar anggota didasari ketulusan tanpa kepentingan dan pamrih.
Beberapa diantaranya memiliki garis keturunan yang sama. Beberapa yang lain
diikat oleh rasa kebersamaan dan solidaritas. Paguyuban memiliki ciri-ciri intim
(Hubungan yang erat dan menyeluruh), privat (hubungannya bersifat pribadi),
dan eksklusif (hanya untuk “kita” saja, selain “kita” tidak termasuk). Contoh:
keluarga inti, keluarga besar, rukun tetangga, dan sebagainya.

 Patembayan
Patembayan adalah kelompok sosial yang memiliki ikatan lahiriah, biasanya
kurang disertai adanya ikatan batin. Sehingga dalam prakteknya, interaksi
dilakukan karena adanya kepentingan satu sama lain. Hal ini berisiko ikatan
kelompok ini sifatnya tidak berjangka panjang. Terbentuknya patembayan
didasari atas pemikiran rasional yang lebih mempertimbangkan untung-rugi ikut
serta di dalamnya. Jika seseorang anggota sudah tidak memiliki kepentingan
apapun, dia bisa keluar sewaktu-waktu dari kelompok. Contoh: ikatan antar
pedagang, ikatan pengusaha, ikatan alumni sekolah, serikat pekerja, dan
sebagainya.

 Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang memiliki
kesamaan karakteristik seperti hobi, geografi, profesi, agama, ras, dan lain-lain.
Di dalam komunitas, memungkinkan terjadinya interaksi yang saling membantu
sehingga ikatan perasaan cukup kuat di dalamnya. Contoh: komunitas pendaki
gunung, komunitas gowes, komunitas fotografi, dan lain-lain.

 Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan kelompok sosial yang memiliki struktur yang jelas.
Masing-masing anggota memiliki tugas dan peran masing-masing. Dan semua
diatur dengan rapi, spesifik, dan terukur. Organisasi sosial keanggotaannya
bersifat resmi dan sifat lembaganya memiliki identitas yang jelas dan diakui.

1.3 Klasifikasi Kelompok Sosial

 Berdasarkan Cara Terbentuknya, Kelompok Semu dan Kelompok Nyata


 Berdasarkan Kualitas Hubungan antar anggotanya, seperti kelompok primer
(hubungan cenderung informal) dan kelompok sekunder (hubungan cenderung
formal).
 Berdasarkan Kekuatan Ikatan Antar Anggotanya, seperti paguyuban dan
patembayan.
 Berdasarkan Pencapaian Tujuannya, seperti kelompok formal (mempunyai
aturan sendiri) dan kelompok informal (memiliki tujuan bersama namun tidak
resmi).

1.4 Syarat Kelompok Sosial

 Adanya Interaksi Antar Anggota


Adanya kelompok sosial untuk mewadahi interaksi anggotanya. Sebuah
kelompok yang tidak memiliki interaksi tidak dapat dikatakan sebagai kelompok,
melainkan hanya kumpulan individu.
 Interpenden
Anggota satu dengan lainnya saling mempengaruhi perilaku dan sikap.
 Kesadaran
Setiap anggota memiliki kesadaran akan keterlibatannya di dalam kelompok
tersebut.
 Adanya Kesamaan
Adanya kesamaan, baik itu nasib, penderitaan, daerah, profesi, dan lainnya,
dapat mempererat ikatan antar anggota.
 Rasa Menjadi Bagian
Perasaan dan persepsi ini harus dimiliki oleh anggota dari kelompok sosial.
Dengan merasa menjadi bagian kelompok, seseorang dapat merasakan manfaat
adanya kelompok sosial.
 Struktur
Adanya struktur akan menuntun anggota untuk melaksanakan peran dan
tugasnya sebagai bagian dari kelompok sehingga keberadaan kelompok sosial
dapat dirasakan.
 Mempunyai Sistem dan Harus Terus Menjalankan Proses Berkembang

1.5 Ciri-ciri Kelompok Sosial

 Adanya motivasi, dorongan, dan motif yang sama antara satu individu dengan
lainnya.
 Adanya pembagian tugas atau penegasan fungsi sehingga masing-masing
memiliki kesadaran peran dan wewenangnya di dalam kelompok.
 Adanya akibat dari interaksi yang dilakukan oleh anggota satu dengan anggota
lainnya.
 Terbentuknya norma di dalam kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diusung oleh anggota.
 Kepentingan berjalan dan berproses.
 Ditemukannya pergerakan yang dinamis dalam aktivitasnya.

2. Nilai dan Norma Yang Berlaku Dalam Kelompok Sosial

Interaksi yang terjadi di dalam kelompok sosial membentuk kebiasaan dan kekhasan di
dalamnya. Hal ini terjadi dalam semua hal, termasuk nilai-nilai dan norma yang
dijunjung oleh kelompok sosial tersebut. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelompok sosial diharuskan untuk sesuai dengan nilai dan norma
yang ada di dalamnya.

Kegiatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma kelompok akan ditolak karena tidak
mencerminkan kepribadian kelompok dan melenceng dari tujuan dibentuknya
kelompok sosial tersebut. Saat penerimaan anggota baru pun, beberapa kelompok
sosial membuka rekrutmen dengan sistem seleksi siapa saja yang cocok dengan nilai dan
norma yang berlaku.
Kalaupun tidak ada seleksi, biasanya anggota baru menyesuaikan dengan nilai dan
norma tersebut agar kehadirannya diterima secara sosial.

3. Dinamika Kelompok Sosial

Serangkaian bentuk problematika kehidupan yang dialami oleh individu maupun


kelompok yang melakukan bentuk mobilisasi sosial dengan cepat sehingga mengubah
keteraturan sosial yang sudah berlaku di masyarakat.

 Soerjono Soekanto: Perubahan sosial dalam masyarakat yang mengalami


berbagai bentuk permasalahan yang bisa dilakukan perorangan atau kelompok,
sehingga dengan adanya dinamika sosial keteraturan sosial dalam masyarakat
tidak berjalan dengan semestinya.

 Shertzer dan Stone: Bentuk tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu tanpa mengetahui maksud utamanya dalam
kebutuhan tersebut, sehingga mengakibatnya keadaan yang memaksanya untuk
menghalalkan segala cara.

 Slamet Sentosa: Suatu bentuk hubungan yang terjalin antar kelompok sosial
dalam lingkungan masyarakatnya secara teratur dan berhubungan dengan
psikologis yang jelas. Makna dari hubungan psikologis adalah hubungan yang
terjalin antar kelompok sosial yang dalam, sehingga dapat merasakan berbagai
situasi yang dialami secara bersama-sama.

 Floyd D. Ruch: Bentuk analisis tentang hubungan-hubungan atau relasi yang


terjadi dalam kelompok sosial terkait dengan tindakan atau pola perilaku setiap
individu dalam sebuah situasi sosial tertentu.

 Sprott: Bentuk analisis mengenai hubungan relasi yang terjadi antara anggota-
anggota kelompok sosial tertentu dalam sebuah lingkungan masyarakat.

 Robert F. Bales: Wujud dari proses kejiwaan yang terjalin dalam hubungan antar
individu dan dapat mempengaruhi sebuah kelompok tertentu.

3.1 Ciri Dinamika Kelompok Sosial:

 Adanya motif yang sama antara individu satu dengan lainnya sehingga dapat
menyebabkan interaksi atau kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama

 Muncul akibat-akibat interaksi yang berlainan antara satu individu dengan


lainnya karena timbul rasa ketergantungan rasa dan kecakapan individu yang
terlambat
 Memiliki bentuk struktur atau organisasi kelompok dan penugasan yang jelas
dan terdiri dari beberapa peran serta kedudukannya masing-masing
 Muncul peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
kemudian mengatur sebuah interaksi di suatu kegiatan atau aktivitas tertentu
untuk mencapai tujuan bersama

3.2 Tujuan Dinamika Kelompok Sosial:

 Muncul peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang


kemudian mengatur sebuah interaksi di suatu kegiatan atau aktivitas tertentu
untuk mencapai tujuan bersama.
 Muncul  rasa  solidaritas  antar anggota kelompok sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai.
 Tercipta komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.
 Muncul i’tikad baik diantara sesama anggota kelompok.
 Produktivitas anggota kelompok menjadi meningkat
 Dapat mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik dan lebih maju
 Dapat meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya

3.3 Jenis Dinamika Sosial Di Masyarakat:

 Dinamika Kecil: Terjadi karena adanya perubahan baik kecil yang ada di
masyarakat dan berpengaruh pada suatu kelompok sosial.
 Dinamika Besar: Terjadi dalam kelompok sosial karena adanya perubahan
progress (maju) ataupun perubahan regress (mundur) akibat proses mobilitas
sosial yang terjadi.

Jenis dinamika kelompok di atas juga dipengaruhi dengan jenis kelompok sosial yang
terlebih seperti berikut ini:

 Kelompok Primer
Kelompok sosial yang didalamnya terjadi interaksi sosial dimana anggotanya
saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan sehari-hari.
George Homans mengungkapkan bahwa kelompok primer terdiri dari sejumlah
orang yang sering berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga setiap orang
mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui
perantara. Contohnya terjadi pada keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok
agama, dan sebagainya.

 Kelompok Sekunder
Suatu kelompok sosial yang berinteraksi secara tidak langsung, yakni dengan
berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan ini biasanya terjadi
bersifat lebih objektif, contohnya seperti hubungan di partai politik,
perhimpunan serikat kerja dan sebagainya.

 Kelompok Formal
Bentuk kelompok sosial yang ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggota jenis kelompok ini
diangkat oleh organisasi, seperti hubungan semua kelompok atau perkumpulan
yang memiliki AD/ART.

 Kelompok Informal
Bentuk kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan
seseorang dalam lingkungan tertentu. Keanggotan kelompok jenis ini biasanya
tidak teratur dan keanggotaannya ditentukan oleh daya tarik bersama dari
individu dan kelompok. Pran menjalankan tugas dalam kelompok ini jelas namun
biasanya bersifat informal dan hanya didasarkan pada kekeluargaan dan simpati,
contohnya pada kelompok-kelompok arisan.

3.4 Faktor Dinamika Kelompok Sosial:

1. Faktor Internal

 Munculnya konflik antar anggota kelompok, misalnya konflik sosial yang terjadi
dalam sebuah kelompok yang menyebabkan terjadinya keretakan dan
berubahnya pola dan bentuk hubungan sosial dalam kelompok tersebut.
 Munculnya selisihan paham dalam kelompok sosial yang mempengaruhi
keberadaan individu tersebut dalam kelompok sosial tertentu 
 Perbedaan kepentingan antara Anggota kelompok yang tidak memiliki
kesamaan dalam kesepahaman yang akhirnya memisahkan diri dan memilih
untuk bergabung pada kelompok yang memiliki persamaan
 Perubahan struktur kelompok sosial yang disebabkan oleh adanya dorongan dari
luar seperti adanya ancaman yang menyebabkan adanya perubahan dalam
kelompok sosial tersebut
 Adanya pergantian anggota kelompok yang disebabkan adanya guncangan yang
berkaitan dengan kedudukan anggota kelompok tersebut

2. Faktor Eksternal

 Adanya perubahan situasi sosial yang terjadi akibat adanya proses industrialisasi
yang dapat menggeser pola hubungan serta bentuk nilai-nilai yang dianut dalam
kelompok tertentu
 Adanya perubahan situasi ekonomi yang dapat mengakibatkan pergeseran
hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga hubungan sosial tersebut
dapat berubah berdasar kepentingan dan tidak lagi berdasar pada kekerabatan
 Adanya perubahan situasi politik dengan pergantian dalam elite penguasa dapat
mendorong perubahan kebijakan pada kelompok- kelompok sosial yang ada
dalam masyarakat

3.5 Aspek Dinamika Kelompok Sosial:

 Adaptasi
Adaptasi dalam kelompok sosial sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan suatu
kelompok dengan perkembangan zaman yang tidak terbatas. Adaptasi adalah
bentuk kemampuan masyarakat atau seseorang dan kelompok dalam
melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungan sosial tertentu.

 Pencapaian Tujuan
Kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu akan
mengalami perubahan dan perkembangan dalam lingkungan masyarakat
tersebut. Upaya pencapaian tujuan tersebut dilakukan atas dasar sukarela antar
anggota masyarakat dan dilakukan dengan adanya kesepakatan-kesepakatan
tertentu.

 Integrasi
Integrasi dalam kelompok sosial adalah upaya untuk tetap bersatu dalam
kelompok untuk mendukung dan mewujudkan tujuan tertentu. Aspek ini
penting untuk dilakukan sebagai bentuk kesimbangan dan keteraman di dalam
kehidupan seseorang.

 Pola Pemeliharaan dan Perluasan


Kelompok sosial perlu melakukan perubahan dan membuat pola-pola
pemeliharaan agar tidak terjadi disintegrasi dalam lingkungan sosial tertentu.
Kelompok sosial ini juga akan melakukan perluasan, misalnya dengan menerima
anggota baru dan memperkenalkan serta mempengaruhi anggota tersebut
dengan unsur budaya yang dimiliki kelompok tersebut.

 Komunikasi Kelompok
Komunikasi adalah dasar semua interaksi manusia dan berfungsi untuk semua
kelompok. Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi
tersebut untuk berkomunikasi. Komunikasi kelompok inilah yang nantinya akan
menjadi perpindahan ide atau gagasan karena adanya kebutuhan timbal balik
antara satu dengan lainnya.

 Konflik Antar Kelompok


Konflik adalah suatu bentuk perbuatan yang dapat memecah belah kelompok
sosial yang memiliki beragam pemikiran yang berbeda-beda, terutama dalam
menentukan keputusan bersama. Jika terjadi konflik dalam suatu kelompok
biasanya ada kepentingan dibaliknya, baik kepentingan personal maupun
kepentingan umum. Itulah sebabnya tidak jarang jika dalam suatu kelompok ada
perbedaan persepsi maupun bentuk lainnya yang menyebabkan terjadinya
perpecahan antar individu, kelompok, bahkan dalam artian luas Antara suku,
Antara Negara dan sebagainya. Ada beberapa penyebab terjadinya konflik,
seperti salah satu contohnya adanya persaingan karena jabatan dalam suatu
kelompok tertentu.

 Kohesi
Kohesi adalah bagaimana upaya para anggota kelompok untuk saling menyukai
dan saling mencintai satu dengan lainnya. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan kohesi dalam kelompok, seperti meningkatkan interaksi,
menciptakan tujuan bersama, merasa senasib, membuat seragam kelompok,
dan sebagainya.
 Pemecahan Masalah
Dalam praktiknya saat kita menjalani hidup memang selalu berliku, terkadang
bisa merasa nyaman, namun ada kalanya juga merasa tidak nyaman. Termasuk
saat kita hidup dalam sebuah kelompok yang bisa jadi memiliki persamaan dan
perbedaan dalam menyamakan persepsi maupun tujuan bersama. Dinamika
seperti ini sebenarnya sudah lumrah terjadi dalam sebuah lingkungan kelompok
tertentu. Saat mendapatkan suatu masalah atau konflik maka membutuhkan
solusi untuk menyelesaikannya.

Pemecahan masalah inilah yang merupakan proses menemukan jawaban yang


ingin dihasilkan tersebut, seperti beberapa langkah dalam memecahkan masalah
berikut ini:

-Mendefinisikan masalah Yang Terjadi


-Menemukan diagnosis besarnya masalah dan penyebabnya
-Merumuskan strategi alternatif atau merencanakan strategi pemecahan tertentu
-Menentukan dan melaksanakan strategi yang dirasa paling dikehendaki
-Mengevaluasi keberhasilan strategi yang telah digunakan

3.6 Prinsip Dinamika Kelompok Sosial:

 Adanya Partisipasi atau keterlibatan aktif  yang meliputi keterlibatan


mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok
 Saling menghormati pada tiap-tiap anggota kelompok dengan memiliki
rasa saling menghargai atas pendapat, masukan, dan saran dari anggota
kelompok yang lainnya
 Percaya Dan Mempercayai dalam membangun hubungan sosial untuk
membentuk jaringan sosial (networks) yang akhirnya di mapankan
berupa pranata (institution) yang saling percaya dengan sifat kejujuran
(honesty ) kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarianism), toleransi
(tolerance) dan kemurahan hati (generosity)
 Adanya Rasa Keterbukaan untuk mengungkapkan informasi diri kepada
orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab dalam
lingkungan tertentu
 Tidak Mengancam dengan memberi kesempatan semua anggota
kelompok untuk mengemukakan isi hati dan buah pikirannya tanpa rasa
takut dan terancam 

3.7 Contoh Dinamika Kelompok Sosial:

1. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

2. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

3. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

4. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

5. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

6. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di


Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.
7. Masyarakat Indonesia banyak memberikan pandangan pada masyarakat di
Papua dengan tipikal yang cenderung berbeda, yakni keras dan tertinggal.
Maksud bersifat keras adalah dalam pergaulan dan tata cara dalam
berbicara dan kebudayaan mereka. Kondisi tersebut adalah bagian dari
dinamika dalam kelompok sosial masyarakat karena belum tentu semua
masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal dan tata bicaranya keras.
Persepsi semacam ini sejatinya sebagai wujud integrasi nasional dan juga
wujud diskriminasi kepada kelompok tertentu berdasarkan ras dan suku.

4. Permasalahan Sosial

Masalah Sosial adalah suatu yang ketidak sesuaian antara unsur- unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat
terpenuhnya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga
menyebabkan kepincangan ikatan sosial.

 Soerjono Soekanto: Ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan yang dapat


membahayakan kehidupan dari suatu kelompok sosial.

 Soetomo: sebuah kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga
masyarakat. Martin S. Weinberg menambahkan bahwa masyarakat yang tidak
menginginkan permasalahan sosial tersebut sepakat bahwa dibutuhkan suatu
tindakan untuk dapat mengubahnya.

Permasalahan sosial sendiri dapat terjadi karena adanya interaksi sosial di tengah-
tengah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu antar individu, antar
kelompok, atau antara individu dengan kelompok.

4.1 Faktor Timbulnya Permasalahan Sosial:

 Faktor ekonomi, misalnya masalah pengangguran dan kemiskinan.


 Faktor budaya, misalnya masalah kenakalan remaja dan seks bebas.
 Faktor biologis, misalnya masalah kekurangan gizi dan penyakit menular.
 Faktor psikologis, misalnya masalah kontrol terhadap emosi.

4.2 Contoh Permasalahan Sosial:

 Kenakalan remaja
 Kemiskinan
 Pengangguran
 Kesehatan
 Aliran sesat
 Berita hoax
4.3 Dampak Permasalahan Sosial

 Peningkatan tindak kriminalitas


 Perpecahan kelompok
 Perilaku menyimpang
 Pengangguran
 Kesenjangan antara kaya dan miskin

5. Konflik Sosial

Konflik atau pertentangan ialah suatu bentuk interaksi yang ditandai dengan keadaan
saling mengancam, menghancurkan, melukai, dan melenyapkan di antara pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya.

 Soerjono Soekanto: Suatu proses sosial ketika beberapa orang atau sekelompok
manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai ancaman dan atau kekerasan.

 Robert M. Z. Lawang: perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka,


contohnya nilai dan otoritas. Sementara tujuan dari mereka yang berkonflik itu
tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
saingannya.

5.1 Faktor Timbulnya Konflik Sosial:

 Adanya perbedaan kebudayaan dan adat istiadat.


 Adanya perbedaan kepentingan di antara individu maupun kelompok.
 Timbulnya perasaan benci dan dendam di tengah masyarakat.
 Timbulnya etnosentrisme sehingga masyarakat cenderung menilai kebudayaan
lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri.
 Timbulnya primordialisme sehingga kelompok-kelompok merasa kepentingan
mereka lebih utama daripada kepentingan-kepentingan lain.

5.2 Contoh Konflik Sosial:

 Konflik rasial
 Konflik politik
 Konflik agama
 Konflik internasional

5.3 Dampak Konflik Sosial:

 Perpecahan dan permusuhan antar kelompok


 Pandangan negatif terhadap kelompok yang tidak sama dengannya
 Sikap dan tindakan diskriminatif pada kelompok masyarakat yang berbeda
karena satu dan lain hal

5.4 Upaya Penyelesaian Konflik:

 Kompromi
 Konversi
 Mediasi
 Konsiliasi
 Segregasi
 Gencatan senjata

6. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi adalah penggolongan masyarakat berdasarkan faktor-faktor tertentu yang
sejensi, seperti contohnya ras, agama, dan kebudayaan. Dimensi dari diferensiasi ini
dilihat secara sejajar, bahwa tidak ada kelompok yang lebih tinggi dari yang lainnya.
Namun demikian, dalam kenyataannya terdapat beberapa kelompok yang masih
berpandangan rasial karena menganggap golongannya memiliki budaya yang lebih
unggul. Pengelompokan horizontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku
bangsa), klen, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. disebut
kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan
jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

6.1 Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial:

 Diferensiasi Ras, dilihat dari perbedaan ciri-ciri fisik suatu kelompok masyarakat
tertentu.
 Diferensiasi Suku Bangsa, merupakan sistem kekerabatan luas yang percaya
bahwa mereka memiliki ikatan darah dan nenek moyang yang sama.
 Diferensiasi Klan, kesatuan genealogis yang bersifat religio magis dan memiliki
hubungan kekeluargaan yang sakral.
 Diferensiasi Agama, agama adalah pedoman hidup yang senantiasa dimiliki oleh
masing-masing individu berdasarkan kepercayaan mereka terhadap suatu hal
yang dianggap tertinggi.
 Diferensiasi Jenis Kelamin, meskipun tidak diatur secara nyata namun dalam
beberapa masyarakat jenis kelamin mempengaruhi tingkatan sosial mereka
dalam masyarakat.
 Diferensiasi Profesi, berkaitan dengan perebedaan keahlian seseorang dalam
masyarakat yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan jenis pekerjaan yang
mereka jalankan

7. Stratifikasi Sosial
Secara umum, stratifikasi sosial merupakan pengelompokan para anggota masyarakat
secara bertingkat atau vertikal.
 Max Weber: Penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarkhi berdasarkan pada dimensi kekuasaan, dak
istimewa, dan prestige.

 Karl Marx: Masyarakat dilihat sebagai arena ketimpangan (inequality) yang


mampu memicu konflik dan perubahan sosial. Marx melihat konflik di
masyarakat berkaitan dengan adanya kelompok yang berkuasa dan dikuasai.
Konflik kelas timbul karena adanya pertentangan kepentingan ekonomi.

7.1 Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial:

 Kekayaan
 Kekuasaan
 Keturunan
 Pendidikan
 Status atau kedudukan
 Peran (role)

7.2 Sifat-sifat Stratifikasi Sosial (Soerjono Soekanto):

 Stratifikasi Sosial Tertutup


Bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit melakukan mobilitas
vertical. Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini bersifat diskriminatif, contohnya
sistem kasta, masyarakat rasialis, dan masyarakat feodal.

 Stratifikasi Sosial Terbuka


Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap
anggota strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun
horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat,
kemungkinan untuk berpindah strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha atau
guru.

 Stratifikasi Sosial Campuran


Kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Missal seseorang yang
memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.

7.3 Fungsi Stratifikasi Sosial:

 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif


 Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan
kewibawaan dan penghargaan
 Kriteria system pertentangan dan persaingan
 Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
 Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
 Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki
system sosial yang sama dalam masyarakat

8. Struktur Sosial

Menurut August Comte sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi social statics (statika
sosial atau struktur sosial) dan social dynamics (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Comte berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki dua sistem kehidupan yang
berbeda sebagaimana yang dipelajari oleh sosiologi itu. Walaupun memiliki sisi yang
berbeda, keduanya menjadi sistem yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara
umum. Dalam hal ini penulis akan mencoba menjelaskan mengenai struktur sosial,
struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-
hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang antar individu dan
antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial dapat diartikan sebagai
jalinan antara struktur-struktur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah / norma-norma
sosial, lembaga-lembaga sosial dan lapisan-lapisan sosial.

Suatu struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Muncul pada kelompok
masyarakat, Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki
status dan peran masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada
dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat dimana status yang berbeda-beda itu
merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula. Berkaitan erat dengan
kebudayaan, kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan
yang memiliki struktur sosialnya sendiri dan menyebabkan beraneka ragam struktur
sosial. Dapat berubah dan berkembang, masyarakat tidak statis karena terdiri dari
kumpulan individu yang dapat berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman
sehingga struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan
perkembangannya.

Sebuah struktur memiliki fungsi sebagai pengawasan sosial yang menekankan pada
kemungkinan pelanggaran yang terjadi pada nilai, norma, dan peraturan kelompok atau
masyarakat. Stuktur sosial merupakan bagaian dari landasan hidup suatu masyarakat
karena asal mula struktur tersebut juga digali dari dalam diri masyarakat yang unik.

9. Kesetaraan Sosial

9.1 Lima Kategori Kesetaraan Sosial:

 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif


 Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan
kewibawaan dan penghargaan
 Kriteria system pertentangan dan persaingan
 Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
 Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
 Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki
system sosial yang sama dalam masyarakat

9.2 Tiga Konsep Kesetaraan Sosial:

 Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh kriteria
universal
 Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara mensyaratkan bahwa
semua peserta mulai dari garis start yang sama
 Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang
kehidupan yang setara

10. Harmoni Sosial


Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib,
teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh harmoni.
Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan
masyarakatnya. Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan
solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau kesetiakawanan. Kata
solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang
berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Agar harmoni
sosial terwujud dalam masyarakat, maka prinsip kesetaraan harus diterapkan ditengah-
tengah diferensiasi dan stratifikasi sosial.

11. Sumber:
Fitzer, George. (2020). Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik sampai perkembangan mutakhir Teori
Sosiologi Postmodern. Bantul : KREASI WACANA
Indrawan, T. A. (2020). Modul pembelajaran sosiologi SMA kelas XI: kesetaraan sosial.
Rostini, Elisanti Tintin. (2009). “Sosiologi 1 : Untuk SMA/MA Kelas X”. Jakarta : CV Indradjaja
Ruswanto. (2009). Sosiologi SMA/MA “BSE”. Jakarta: Pusat Perbukuan Indonesia
Sepang, I. V. (2020). Modul pembelajaran SMA sosiologi Kelas XI: konflik sosial dan resolusi konflik.
Gramedia.com,Kelompok sosial, pengertian kelompok sosial
Gramedia.com, Dinamika Kelompok Sosial
Quipper.com, Permasalahan Sosial
Blog.unnes.ac.id, Materi Sosiologi SMA Kelas XI, Perbedaan Kesetaraan dan Harmoni Sosial
Kisi-Kisi Soal Kelas 10
1. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka
pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Sosiologi dapat
dikatakan sebagai ilmu sejauh sosiologi mendasarkan penelaahannya pada bukti-bukti ilmiah
dan metode-metode ilmiah. Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara,
yaitu:
c) Suatu ilmu adalah suatu kerangaka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang
diperoleh melalui suatu penelitian ilmiah.
d) Suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka
pengetahuan yang tersusun dan teruji.
Sumber ilmu pengetahuan adalah philosophia (filsafat). Dari filsafat itu lahir tiga cabang
ilmu pengetahuan, yaitu:
d) Natural Sciences (ilmu-ilmu alamiah), seperti: fisika, kimia, biologi, botani, astronomi,
dan sebagainya.
e) Social Sciences(ilmu-ilmu sosial), seperti: sosiologi, ekonomi, politik, sejarah,
antropologi, psikologi sosial, dan sebagai-nya.
f) Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti: bahasa, agama, kesu-sastraan, kesenian, dan
sebagainya.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial, sosiologi memiliki ciri-ciri yang memenuhi unsur-unsur
keilmuan yaitu;
5. Empiris
Yaitu berdasarkan observasi terhadap kenyataan dan tidak berdasarkan praduga. Data sosiologi
diambil berdasarkan hasil observasi di masyarakat, karena objek kajian sosiologi adalah
masyarakat. Dengan demikian untuk mendapatkan data dari masyarakat diperlukan
pengamatan langsung di masyarakat. Contoh. Siswa melakukan penelitian tentang tingkat
pendidikan anak-anak jalanan, maka siswa tersebut akan mengambil data dengan melakukan
observasi terhadap anak-anak jalanan.
6. Teoritis
Menyusun abstraksi dari hasil observasi yang bertujuan untuk menyusun kerangka dan
menjelaskan hubungan sebab akibat kemudian diambil kesimpulan logis sehingga menjadi
sebuah teori. Hasil penelitian sosiologi bukanlah bersifat ramalan masa depan tentang sebuah
fakta sosiologis. Sosiologi hanya mempelajari data persoalan di masyarakat yang kemudian
menjadi fakta yang sifatnya teori sebagai pengantar pemahaman tentang sebuah fakta sosiologi.
7. Kumulatif
Teori-teori disusun berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki, memperluas
serta memperkuat teori-teori yang sudah lama. Masyarakat senantiasa berkembang, demikian
juga dengan persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat pun akan berkembang pula.
Sebagai suatu ilmu dalam mengkaji sebuah permasalahan di masyarakat, sosiologi akan
menggunakan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman tentang
dasar permasalahan dan kemudian akan melahirkan teori yang baru untuk memperkuat dan
memperluas teori yang sudah ada sebelumnya.
8. Nonetis
Kajian sosiologi tidak mempersoalkan baik dan buruk, tetapi untuk memperjelas kajian/masalah
secara lebih dalam. Dalam mengkaji sebuah data sosiologi akan mengabaikan nilai yang dimiliki
oleh data tersebut baik atau buruknya pantas atau tidaknya. Sosiologi akan melihat data
tersebut sebagai objek kajian untuk dibahas dan dikaji secara mendalam. Contohnya, kajian
sosiologis tentang anismisme dan dinamisme di masyarakat Islam pantai Utara Jawa.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan hubungan antar manusia
dalam hidup bermasyarakat. Secara etimologi (Ilmu asal kata), sosiologi berasal dari kata socius
(bahasa latin) yang artinya teman atau kawan dan logos (bahasa Yunani) yang artinya kata,
berbicara atau ilmu pengetahuan. Secara singkat sosiologi ilmu pengetahuan tentang
masyarakat dimana sosiologi mempelajari masyarakat sebagai kompleks kekuatan, hubungan,
jaringan interlasi, serta sebagai kompleks lembaga/pranata. Sosiologi juga melihat individu-
individu yang saling berhubungan dan membentuk kelompok-kelompok yang pengaruhnya
besar terhadap kelakuan dan pola kelakuan bagi individunya.
2. Sejarah Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial yang dikenal Auguste Comte ahli
sosiologi dari Perancis memper-kenalkan kata “sosiologi” dalam bukunya “Positive Philosophy”
yang diterbitkan tahun 1838. Di Inggris Herbert Spencer dalam bukunya “Principle of Sociology”
tahun 1876 menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan
teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika, Lester F. Ward menerbitkan buku “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883,
menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang harus diarahkan oleh para
sosiolog. Emile Durkheime, seorang ahli sosiologi Perancis memberikan sebuah. Demonstrasi
tentang metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang
diterbitkan tahun 1895 ia menggambarkan tentang metodelogi sosiologi.
Sejak abad ke-19, Eropa merupakan wilayah yang mengalami perkembangan peradaban paling
pesat sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Proses perubahan sosial berpengaruh
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi masyarakat Eropa mena- 7 Sosiologi
sebagai Ilmu rik perhatian para ilmuan untuk mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Abad 20 sosiologi berkembang pesat di Amerika Serikat. Pada masa ini di Amerika Serikat
tumbuh kota-kota besar, industri-industri besar dan gelombang migrasi besar-besaran. Akibat
dari pertumbuhan perkotaan ini menimbulkan gejolak dan perubahan sosial yang besar dan
kompleks. Kondisi demikian menjadi kajian para ahli sosiologi untuk menemukan pendekatan
baru, sehingga melahirkan sosiologi modern.
Istilah sosiologi banyak dibicarakan oleh para peneliti sebagai bidang pengamatan yang baru
sejak sekitar tahun 1830-1854. Auguste Comte (1798-1857) adalah seorang filsuf Perancis
pertama yang menggunakan istilah “Sosiologi” untuk menyebut ilmu pengetahuan tentang
masyarakat. Comte memberikan nama itu pada tahun 1839 dan diterbitkan dalam bukunya yang
terkenal pada tahun 1942 dengan judul Cours de la Philosovie Positive. Menurut Comte ilmu
pengetahuan harus sistematis, logis, dilakukan menurut tahap-tahap tertentu (metodis) dan
objektif. Ilmu Pengetahuan bersifat objektif apabila memusatkan perhatiannya pada gejala
gejalanya dan konkret, tanpa ada pertimbangan lain yang menghalangi untuk dapat
mengungkap kebenaran fenomena yang terjadi, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan
dapat berkembang dan diuji kebenarannya oleh pihak manapun.
3. Pengertian Sosiologi
 Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Dalam bukunya berjudul Setangkai Bunga Sosiologi; Sosiologi sebagai ilmu masyarakat
mempelajari tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara unsur-unsur sosial
yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, kelompok-kelompok dan lapisan-lapisan sosial.
 P.J. Bouman (Belanda)
Dalam bukunya Sociologie Begrien en Problemen sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan sosial antar sesama manusia (individu-individu), antar individu dengan
kelompok, sifat dan perubahan-perubahan, lembaga-lembaga serta ide-ide sosial.
 William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik
antara perorangan dengan per-orangan, perorangan dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok. Hasilnya yaitu organisasi sosial
4. Fungsi sosiologi dan peran sosiologi
Dalam negara yang sedang membangun sosiologi bermanfaat untuk kepentingan pembangunan
negara. Proses pembangunan negara ditujukan untuk memberikan kesejahteraan lahir dan batin
masya-rakat, menjaga keutuhan atau integrasi bangsa. Penelitian sosiologi membe-rikan
bantuan kepada masyarakat dalam memecahkan masalah-masa-lah sosial sebagai metode-
metode prevenetif dan metode represif.
Era Globalisasi di abad 20 memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Revolusi dan inovasi para ahli/ilmuwan di berbagai bidang ilmu menyebabkan
perubahan so- 19 Sosiologi sebagai Ilmu sial yang luar biasa di masyarakat, yaitu perubahan
sosial ekonomi, perubahan sosial budaya, perubahan sosial religius dan perubahan sosial politik.
Masyarakat yang tidak siap menerima perubahan sosial tersebut akan mengalami disorganisasi
sosial. Oleh karena itu sosiologi diharapkan dapat mengamati dan membantu menyelesaikan
setiap masalah-masalah sosial mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan oleh Pancasila dan
UUD 1945. Sosiologi dapat membantu proses pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang maju dengan menjaga identitas sosial dan budayanya yang luhur dan menjadi kebanggaan
di depan mata dunia.
Para peneliti masyarakat atau ahli sosiologi memiliki peranan dalam masyarakat, diantaranya
adalah :
 Sosiolog sebagai ahli riset
 Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
 Sosiolog sebagai teknisi
 Sosiolog sebagai pendidik
5. Nilai dan Norma
A. Pengertian nilai dan norma
Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang dinginkan, yang
pantas, yang berharga, yang mempengaruhi prilaku sosial orang yang memiliki nilai itu.
Beberapa tokoh sosiologi mendefinisikan nilai sosial sebagai berikut:
c) Kimball Young
Nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari mengenai apa yang dianggap benar
dan yang penting.
d) Woods
Nilai Sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian nilai tidak ada batasannya karena nilai itu sendiri bersifat abstrak dan hanya bisa
difahami oleh orang atau masyarakat yang menganut dan mengamalkan nilai sosial. Namun
demikian, dari dua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sosial adalah
Penghargaan yang diberikan masyarakat kepada sesuatu yang dianggap benar, baik luhur dan
penting yang berguna secara nyata bagi menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
B. Pengertian Norma Sosial
Norma merupakan kaidah atau aturan yang mengatur tata kelakukan masyarakat. Norma sangat
berkaitan dengan nilai, kerena norma adalah bentuk nyata dari nilai. Norma merupakan alat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh nilai.
6. Interaksi Sosial
B. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perseorangan, antara beberapa kelompok manusia, maupun antara perseorangan dengan
kelompok. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Apabila kedua
syarat itu tidak terpenuhi, maka tidak akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial pelakunya
harus lebih dari satu orang, terjadi melalui adanya kontak dan komunikasi antar pelaku interaksi
untuk mencapai tujuan, baik tujuan yang disepakati atau tidak disepakati. Interaksi sosial dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
4) Interaksi antara individu
Interaksi sosial antar individu ialah hubungan timbal balik yang terjadi antara orang
perseorangan. Hubungan terjadi karena adanya pengaruh, reaksi atau tanggapan yang diberikan
oleh salah satu individu. Bentuk interaksi antar individu ini dapat berlangsung secara verbal
seperti Interaksi Sosial tersenyum atau mengedipkan mata. Dapat pula secara fisik terjadi
kontak fisik, misalnya berjabatan tangan.
5) Interaksi antara individu dengan kelompok Interaksi sosial antar individu dengan
kelompok ialah hubungan timbal balik yang terjadi antara orang perorangan dengan
kelompok. Sebagai contoh Kepala sekolah sedang memberikan pembinaan kepada siswa
pada saat upacara bendera.
6) Interaksi antara kelompok Setiap individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang
sama dengan individu lainnya akan tergabung dalam kelompok-kelompok sosial.
Kepentingan inidvidu melebur menjadi kepentingan kelompok. Perbedaan kepentingan
dan tujuan antar kelompok ini akan melahirkan interaksi. Contoh peringatan 17
Agustusan di Kampung yang melibatkan kerja sama antar kelompok Karang Taruna,
kelompok Posyandu dan kelompok Remaja Masjid.
C. Kontak sosial dan komunikasi
1. Kontak sosial
Secara etimologi (asal kata) kata kontak berasal dari bahasa Latin yaitu con atau jamaknya cum,
yang berarti bersama-sama, dan tanggo artinya menyentuh. Jadi kontak berarti bersama-sama
menyentuh.Untuk dapat memahami bentuk-bentuk kontak sosial yang terjadi maka kita dapat
membedakan kontak sosial sebagai berikut:
c. Berdasarkan cara terjadinya kontak sosial
 Kontak Langsung
Kontak yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok secara langsung, artinya tidak menggunakan media atau alat orang lain.
 Kontak secara tidak langsung
Yaitu kontak yang terjadi antara pelaku dengan menggunakan alat atau orang lain sebagai
perantara.

d. Berdasarkan terjadinya proses komunikasi


 Kontak primer
Kontak primer sama pengertiannya dengan kontak langsung yaitu kontak yang terjadi ketika
seseorang berhubungan langsung atau bertatap muka.
 Kontak sekunder
Kontak yang terjadi tidak secara langsung antara komunikator dan komunikan. Kontak ini
berlangsung melewati perantara atau pihak lain.
2. Komunikasi
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang artinya
berhubungan. Komunikasi memiliki tujuan yaitu untuk menyampaikan pesan atau keinginan dari
pihak komunikator kepada pihak komunikan agar pihak komunikan mengerti dan atau
melaksanakan pesan dan keinginan komunikator
D. Faktor-faktor yang mendasari proses interaksi
7. Imitasi
Imitasi ialah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya.
8. Sugesti
Pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran
dari pihak lain. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan pihak lain yang
berpengaruh pada dirinya.
9. Identifikasi
Yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak
lain
10. Simpati
Merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada pihak lain. Pada proses ini
perasaan seseorang sangat didorong untuk memahami pihak lain
11. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dari seseorang
atau orang lain dalam kondisi yang sebenarbenarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain tersebut, seperti rasa senang, sakit, susah dan bahagia
12. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu
kepada individu yang lain sedemikian rupa, sehingga orang yang diberi motivasi tersebut
menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh tanggung
jawab.

7. Sosialisasi dan Kepribadian


A. Sosialisasi
Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi
selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang anak dikatakan telah melakukan
sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi
juga memperhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain.
Beberapa ahli sosiologi memberikan pengertian sosialisasi sebagai berikut:
c. Soerjono Soekanto, sosialisasi ialah proses sosial tempat seorang individu
mendapatkan pembentukan sikap untuk berprilaku yang sesuai dengan prilaku
orang-orang disekitarnya.
d. Peter L. Berger, sosialisasi ialah proses pada seorang anak yang sedang belajar
menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajarinya ialah peranan pola hidup
dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma maupun kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat.

8. Penyimpangan Sosial
A. Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang lazim disebut dengan nonkonformitas merupakan tindakan yang
dilakukan oleh individu perorangan atau kelompok dalam masyarakat untuk menghidar dari nilai
dan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan kaidah dinamakan menyimpang atau
suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan ini dinyatakan sebagai menyimpang.
Beberapa pengertian perilaku menyimpang oleh para ahli sosiologi, diantaranya yaitu;
d. Becker, perilaku menyimpang bukanlah kualitas yang dilakukan orang,
melainkan konsekuensi dari adanya suatu peraturan dan penerapan sangsi yang
dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut.
e. Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sebagai tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha
dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
f. James Vander, Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
B. Bentuk-Bentuk Penyimpangan
d. Individual Deviation ( Penyimpangan individual )
e. Group Deviation ( Penyimpangan kelompok )
f. Mixture of both Deviation ( Penyimpangan campuran)
C. Cara-Cara Untuk Mencegah Penyimpangan Sosial
d. Mengefektifkan fungsi dan peranan lembaga-lembaga sosial Lembaga-lembaga
sosial yang dimaksud adalah polisi, pengadilan, sistem adat dan tokoh
masyarakat. Lembaga-lembaga sosial ini berfungsi mengawasi setiap tindakan
masyarakat agar senantiasa sesuia dengan nilai dan norma.
e. Memberikan pendidikan baik formal atau formal di keluarga dan dimasyarakat.
f. Meningkatkan pendidikan moral dan etika.

9. Pengendalian Sosial
Pengertian Pengendalian Sosial
Keteraturan sosial dapat tercipta di masyarakat dapat terwujud apabila anggota masyarakat
berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah disepakati oleh masyarakat. Pelanggaran
terhadap nilai dan norma oleh anggota masyarakat akan menimbulkan ketidakteraturan sosial di
masyarakat. Kateraturan sosial ini tergantung pada peranan setiap individu untuk melakukan
kewajiban tertentu terhadap orang lain dan berhak menerima haknya dari orang lain.
Masyarakat yang teratur hanya dapat tercipta jika kebanyakan orang melaksanakan
kewajibannya dan mampu menuntut haknya. Bagaimana terjalin hubungan timbal balik antara
hak dan kewajiban ini maka diperlukan pengendalian sosial untuk mengarahkan dan
memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban.
Beberapa ahli sosiologi menggunakan istilah pengendalian sosial untuk menggambarkan
segenap cara dan proses yang ditempuh oleh kelompok orang atau masyarakat sehingga para
anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakatnya itu.
Pengertian menurut Koentjaraningrat pengendalian sosial memiliki peranan penting untuk
menghindarinya terjadinya penyimpangan dan mengerahkan anggota masyarakat untuk
bertindak menurut norma-norma dan nilai-nilai yang telah disepakati. Pengendalian sosial
dianggap sebagai cara mengarahkan masyarakat untuk memerankan peranannya dalam
berinteraksi dengan anggota masyarakatnya.

10. Penerapan Pengetahuan Sosiologi dalam Masyarakat


A. Peranan Sosiologi terhadap Masyarakat
Dalam ilmu sosiologi, masyarakat dipandang sebagai kesatuan hidup manusia yang terikat oleh
suatu system, kebiasaan dan adat istiadat tertentu yang dianut oleh anggota-anggotanya. Oleh
karena itu hidup bermasyarakat dapat dipandang dari dua sisi yaitu :
c. Dari sudut formal, yaitu hidup bermasyarakat ialah suatu bentuk kehidupan
bersama manusia, dimana hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya
dianggap sebagai sesame.
d. Dari sudut material, yaitu dalam kehidupan bersama manusia antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya, antara individu yang satu dengan yang
lainnya, mereka saling menghubungkan sikap dan tingkah laku perbuatannya,
bersamasama untuk menunjukan kesetiaan untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan tata cara yang dianggap perlu dan penting.
Dalam pandangan sosiologi, masyarakat senantiasa berkembang atau dinamis. Dalam hal ini
sosiologi memperhatikan gejala-gejala sosial yang saling berkaitan. Artinya cara-cara dalam
perkembangan yang terjadi pada masyarakat, dari perkembangan yang sederhana ke tingkat
perkembangan yang lebih tinggi. Dinamika ini akan selalu terjadi sampai pada tingkat
perkembangan yang diinginkan oleh manusia.

B. Penelitian dan Jenis Kajian Sosiologi


Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran sebagai salah satu manisfestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang sedang
dihadapinya. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah
dirumuskannya. Penelitian sosial dilakukan terhadap masalah-masalah sosial, dimana nanti
hasilnya adalah untuk menghasilkan pengertianpengertian dan pola-pola umum -manusia dan
masyarakatnya serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia,
sifat, hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat manusia.
Objek kajian sosiologi tentang masyarakat sangat luas sekali, karena di dalam masyarakat itu
sendiri terdapat kelompok-kelompok sosial serta realitas-realitas sosial yang beragam. Dibawah
ini, adalah contoh kajian-kajian sosiologi terhadap sektorsektor kehidupan masyarakat, yang
kemudian menjadi kajian spesialisasi sosiologi.
e. Sosiologi Politik
f. Sosiologi Ekonomi
g. Sosiologi Agama
h. Sosiologi Budaya

Referensi :
1. George Fitzer, 2020, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik sampai perkembangan
mutakhir Teori Sosiologi Postmodern, Bantul : KREASI WACANA
2. Rostini, Elisanti Tintin. 2009. “Sosiologi 1 : Untuk SMA/MA Kelas X”. Jakarta : CV Indradjaja
3. Sepang, I. V. (2020). Modul pembelajaran SMA sosiologi Kelas XI: konflik sosial dan resolusi
konflik.
4. Indrawan, T. A. (2020). Modul pembelajaran sosiologi SMA kelas XI: kesetaraan sosial.
5. Rostini, E. T. (2009). Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas X
6. Ruswanto. (2009). Sosiologi SMA/MA “BSE”. Jakarta: Pusat Perbukuan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai