Anda di halaman 1dari 103

Pakaian, Makanan, dan budaya BAB I

MENGENAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

A. Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan.


Dari segi Etimologis Sosiologi terdiri dari dua buah kata yaitu
‘Socios’ yang berarti ‘hidup bersama’ dan ‘Logos’ yang berarti ‘Ilmu
Pengetahuan’. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sosiologi adalah
Ilmu Pengetahuan tentang Hidup Bersama. Maka tidak diragukan lagi
bahwa yang dibicarakan disini adalah sebuah Ilmu Pengetahuan, dalam
arti kata sebuah pelajaran yang memenuhi semua persyaratan untuk dapat
dinamakan Ilmu Pengetahuan (Logos).
Untuk jelasnya tentunya harus diungkap sedikit (hal-hal yang
penting) tentang “Apakah Ilmu itu ?” dengan memaparkan butir-butir
dibawah ini.
 Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan.
Kalau kita menginginkan sebuah rumusan atau sebuah definisi
tentang Ilmu Pengetahuan, tentunya akan susah sekali sebab banyak
sekali definisi-definisi tentang ilmu pengetahuan yang diberikan oleh para
sarjana sesuai dengan hasil pengamatan dan penelitiannya masing-masing,
sekalipun banyak definisi-definisi namun tidak akan diperoleh sebuah
definisi yang lengkap atau sempurna dalam arti kata dapat mencakup
semua arti yang terkandung, karena kompleksnya obyek yang
bersangkutan dan adanya unsur-unsur subyektif dari sipemberi definisi. \
Oleh karenanya akan lebih effisiensi dan lebih mudah kalau kita
mengetahui dan memahami ciri-ciri pokok dari sebuah Ilmu Pengetahuan.
Kalau kita perhatikan ada definisi yang menyatakan bahwa Ilmu
Pengetahuan merupakan rangkaian akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan. Ada pula yang menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
adalah suatu pengetahuan yang berdasarkan kenyataan yang sungguh-
sungguh terjadi. Dan saya anggap bahwa terbentuk dan tumbuhnya suatu

1
ilmu pengetahuan adalah hasil karya-karya manusia, sehingga saya
rangkaikan dalam suatu batasan yang sempit bahwa Ilmu Pengetahuan
adalah karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang
pengertian-pengertian yang didasarkan pada kenyataan, dengan susunan
yang sistematis, logis (rational) dan metodis (menggunakan metode-
metode). Dari sekian batasan-batasan maka nampak bahwa Ilmu
Pengetahuan memiliki ciri-ciri : sistematis logis dan metodis di samping
ciri-ciri tersebut maka oleh Ralph Ross, cs. Dalam tulisannya “The fabric of
society” diketengahkan adanya ciri-ciri pokok yang terdapat pada setiap
Ilmu Pengetahuan yakni :
1) Bersifat rasional
2) Bersifat empiris
3) Bersifat umum
4) Bersifat akumulatif
Rasional berarti suatu aktifitas berfikir yang berdasarkan pada
kenyataan yang logis atau menurut logika.
Empiris berarti konkulasi-konkulasi berpikir harus berdasarkan pada
pengamatan dan verifikasi panca indra manusia.
Bersifat umum berarti bahwa sebuah Ilmu Pengetahuan tidak
bersifat Individual, bersifat terbuka dan dapat dipergunakan oleh siapa saja
yang terjun di bidang penelitian ilmiah.
Bersifat akumulatif berarti ilmu pengetahuan yang sekarang adalah
hasil dimasa yang lampau dan akan ditambah dan disempurnakan oleh
penemuan-penemuan dimasa mendatang.
Dari uraian diatas dapat dikatakan Ilmu Pengetahuan memiliki ciri-
ciri dan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Sistematis
2) Metodis
3) Bersifat rasional (logis)
4) Bersifat empiris

2
5) Bersifat umum
6) Bersifat akumulatif.
Sosiologi pun merupakan Ilmu Pengetahuan karena memenuhi syarat-
syarat tersebut dan memang memiliki ciri pokok tersebut diatas. Jadi yang
dimaksud :
o Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
yang menggunakan penalaran dan metode tertentu (ilmiah) agar
kebenarannya dapat diuji secara kritis.
o Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indera atau segala sesuatu yang kita ketahui dari
berbagai sumber yaitu bernalar, pengalaman, wewenang, intursi.
o Jadi, ilmu pengetahuan yaitu kumpulan pengetahuan yang berasal dari
kesan di dalam pikiran manusia yang dapat melalui langkah-langkah
sistematis.
Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan tentunya berada ditengah-tengah
“rumpun” ilmu-ilmu pengetahuan lain yang jumlahnya banyak sekali. Ilmu
sosiologi merupakan Ilmu Pengetahuan yang mempelajari kehidupan
bersama manusia dengan sesamanya yaitu kehidupan sosial. Sosiologi
termasuk dalam kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial bersama ilmu lainya,
seperti : Antropologi Budaya/Sosial, Sejarah sosial, Politik, Hukum,
Ekonomi, Sosiologi.

 Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuan
dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menolak atau
menerima serta mengubah atau menambah ilmu. Dalam karya
mengembangkan ilmu, seorang ilmuan harus mengambil sikap batin
tertentu, sebagaimana seseorang yang hendak mempelajari dan menghayati
suatu ajaran agama, haruslah pula mengambil sikap yang sesuai dengan
niatnya.

3
Adapun sikap ilmiah antara lain dapat dicirikan dalam beberapa sifat
dibawah ini.
a) Obyektivitas.
Yang dimaksud dengan obyektivitas adalah dalam suatu peninjauan
yang dipentingkan adalah obyeknya. Pengaruh subyek dalam deskripsi dan
analisis sebenarnya diusahakan dilepaskan jauh-jauh, sekalipun disadari
tidak mungkin untuk mendapatkan obyektivitas yang absolut, oleh karena
ilmu itu sendiri merupakan hasil budaya manusia yang merupakan subyek
yang akan memberi pengaruh.
Dapat pula dikemukakan, bahwa sifat obyektif dalam mempelajari
dan mengembangkan ilmu adalah bahwa konklusi yang diambil sebagai
suatu hasil dari suatu penelitian tidak tergantung dari faktor-faktor yang
subyektif sifatnya seperti faktor kepercayaan, faktor ras, nilai-nilai moral
dan presdiposisi politik.

b) Sikap serba Relatif.


Sikap ilmiah yang kedua yang dikembangkan adalah sikap serba
relatif. Ilmu pengetahuan tidak mempunyai maksud untuk mencari
kebenaran yang mutlak. Ilmu pengetahuan mendasarkan kebenaran
ilmiah, yang harus apriori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malah
teori-teori dalam ilmu sering digugurkan oleh teori-teori yang lain. Dan
boleh dikatakan bahwa tujuan penyelidikan ilmu terutama adalah
menggugurkan teori-teori yang sebelumnya telah diterima untuk
mendapatkan kebenaran.
Salah satu kelemahan teori ilmu-ilmu sosial adalah teori ini tidak
dapat dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu, tetapi sebaliknya juga
tidak dapat begitu saja disalahkan. Berbeda dengan ilmu pengetahuan
alam yang masih dapat menguasai obyek penyelidikannya dalam
labolatorium, ilmu-ilmu sosial tidak mempunyai laboratorium bagi

4
penelitian yang dapat dikuasai sepenuhnya. Oleh karena itu teori-teori
dalam ilmu sosial lebih mudah untuk mendapatkan koreksi yang kritis.

c) Sikap skeptis atau sikap ragu yang mendorong untuk meneliti.


Yang dimaksud dengan sikap skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-
ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar
pembuktiannya. Ini tidak berarti bahwa setiap ilmuwan harus meragukan
segala-galanya. Jadi yang dimaksud dengan sikap skeptif disini adalah,
bahwa setiap ilmuwan harus selalu hati-hati, harus teliti dalam
memberikan penilaian dan pernyataan ilmiah.

d) Kesabaran Intelektual
Mampu menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah kepada
tekanan adalah sikap utama seorang ilmuwan. Bekerja dalam bidang
keilmuwan harus disertai dengan jiwa yang penuh dengan kesabaran.
Bekerja dalam bidang ilmu adalah bekerja secara sistematis yang dimulai
sejak awal serta mengikuti jalan yang tidak dapat dilakukan dengan loncat-
loncat, tidak dapat dilakukan secara diagonal.
Membaca sebuah buku harus dimulai dari permulaan halaman demi
halaman, sampai pada halaman yang terakhir. Membuat percobaan-
percobaan dalam laboratorium tidak selalu sekali jadi. Sering puluhan
bahkan ratusan kali percobaan harus dilakukan, sehingga mencapai hasil
yang dikehendaki.
Mengumpulkan data yang relevan, mengklasifikasikannya dan
menganalisanya merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan
kecermatan.

e) Kesederhanaan
Sikap sederhana adalah sikap yang baik untuk dimiliki setiap orang.
Jika suatu fenomena bisa diterangkan secara akurat oleh suatu penjelasan,

5
maka penjelasan lain tidak diperlukan lagi. Bahasa ilmiah adalah bahasa
yang sederhana.

f) Sikap yang tidak memihak pada etnik.


Masalah hubungan antara ilmu dan etik adalah masalah yang telah
banyak perhatian para cendikiawan, para filsuf dan ilmuwan. Ilmu
mempunyai tugas untuk mengemukakan apa yang salah dan apa yang
benar secara relatif.
Seorang ilmuan dalam menjalankan pekerjaan dalam bidang
keilmuan harus apa adanya tidak mendasarkan pada pilihan politik,
religius dan moral. Baginya semua fakta boleh dikatakan suci, artinya dia
tidak dibenarkan memutar balikan fakta. Seorang ilmuan tidak dibenarkan
untuk mengadakan diskriminasi terhadap fakta-fakta dan memilih dalam
penyusunan teori-teorinya tentang fakta-fakta yang disenangi saja.

B. Pengertian Sosiologi.
1. Definisi Sosiologi
Banyak sekali definisi-definisi yang diketengahkan dalam memberi
arti sosiologi, ada yang mengemukakan sosiologi adalah ilmu tentang
masyarakat, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari antara aksi yang
timbul dalam kehidupan bersama, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
struktur dan proses-proses sosial, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala dalam pergaulan hidup manusia dan berpuluh-puluh definisi
lainnya.
Memang banyak definisi-definisi dari sosiologi, dan hal ini wajar
karena obyek sosiologi adalah manusia yang tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh waktu dan tempat dimana dia hidup. Oleh karena itu dalam
karyanya akan dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman disaat
mengadakan penelitian.

6
Dari sekian banyak definisi tentunya benar sesuai dengan sudut
peninjaunya dan dimana definsi itu di maksudkan. Prof. Soediman
Kartodiprodjo memberikan batasan tentang sosiologi sebagai berikut :
“Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala dalam
pergaulan hidup manusia”.
Dalam rangka menguraikan sosiologi ini penulis mencoba untuk
menggabungkan definisi-definisi yang disimpulkan sebagai berikut :
“Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pergaulan
hidup manusia (masyarakat) beserta gejala-gejalanya sebagaimana
adanya”. Ciri-ciri yang terdapat dalam definisi inilah kiranya yang dapat
memudahkan bagi kita untuk membedakan sosiologi dengan ilmu-ilmu
pengetahuan sosial lain yang memiliki sasaran penelitian yang sama yaitu
pergaulan hidup manusia (masyarakat), namun masing-masing dapat
kekhasannya.

2. Beda antara sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.


Sosiologi mempelajari masyarakat beserta gejala-gejala yang ada dan
timbul dalam masyarakat sebagaimana adanya, hal ini berbeda dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya, karena ilmu-ilmu sosial lainnya hanya menitik
beratkan dan mengkhususkan penelaahan pada salah satu gejala saja
dalam suatu masyarakat seperti :
1) Ilmu Ekonomi hanya mengkhususkan penelaahanya pada gejala
tertentu yakni bagaimana usaha manusia memenuhi kebutuhannya
yang primer (sandang, pangan, perumahan).
2) Ilmu Politik mempelajari gejala tertentu dalam masyarakat yakni usaha
masyarakat dalam mencapai tujuannya.
3) Ilmu Hukum mempalajari hubungan-hubungan hukum dan akibat-
akibat hukum sebagai gejala masyarakat dalam usahanya menciptakan
ketertiban dan keadilan.

7
Sedangkan sosiologi mempelajari keseluruhan gejala-gejala sosial
yang saling bertautan sehingga dapat mencerminkan keadaan masyarakat
sebagaimana adanya. Jadi sosiologi tidak mempelajari bagaimana
menetapkan larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban untuk tertibnya
masyarakat, karena sosiologi bukan ilmu hukum, sosiologi tidak
mempelajari bagaimana seseorang bertingkah laku dalam masyarakat
karena sosiologi bukan ilmu etika ilmu hukum dan ilmu-ilmu normatif
lainnya. Sosiologi tidak mempelajari bagaimana kegiatan negara melalui
alat-alatnya berusaha mencapai tujuan tertentu karena sosiologi bukan
ilmu politik. Sosiologi tidak mempelajari secara khusus bagaimana kegiatan
masyarakat tertentu, memenuhi kebutuhan hidupnya karena sosiologi
bukan Ekonomi.

3. Ilmu-ilmu bagian dari sosiologi.


Telah dikatahui luasnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial
yang dalam pelaksanaanya penelitian banyak mengambil atau tepatnya
saling mengambil hasil-hasil penyelidikan ilmu-ilmu pengetahuan sosial
lain (sehingga erat hubungan antara satu dengan yang lain), bahkan
kemudian menumbuhkan ilmu-ilmu pengetahuan yang merupakan
rangkaian antara sosiologi dan ilmu sosial lainnya tersebut seperti Sosial
Hukum, Sosial Ekonomi dan sebagainya yang dapat dianggap sebagai ilmu-
ilmu pengetahuan bagian dari sosilogi. Beberapa ilmu pengetahuan bagian
dari sosiologi sebagai berikut :
1) Political Sociology
2) The Sociology of Law
3) The Sociology of Education
4) The Sociology of Religion
5) The Sociology of The Family
6) The Sociology of Art
7) The Sociology of Science

8
8) The Sociology of Medicine
9) The Sociology of Economic.
Adapun penjelasan butir-butir tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sosiologi Politik suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di lapangan
sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara gejala-gejala
masyarakat dengan “Politik”
2) Sosiologi Hukum suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di lapangan
sosial dengan membahas hubungan antara gejala-gejala masyarakat
dengan “Hukum”
3) Sosiologi Pendidikan suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di
lapangan sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara
gejala masyarakat dengan “Pendidikan”
4) Sosial Agama suatu ilmu yang melakukan penyalidikan di lapangan
sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara gejala
masyarakat dengan “Agama”
5) Sosiologi Kekeluargaan suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di
lapangan sosiologi dengan membahas hubungan antara gejala-gejala
masyarakat dengan “Keluarga”
6) Sosiologi Kesenian suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di lapangan
sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara gejala-gejala
masyarakat dengan “Seni”
7) Sosiologi Ilmu Pengetahuan suatu ilmu yang melakukan penyelidikan di
lpangan sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara gejala-
gejala masyarakat dengan “Ilmu Pengetahuan”
8) Sosiologi Kedokteran sustu ilmu yang melakukan penyelidikan di
lapangan sosiologi dengan membahas hubungan-hubungan antara
gejala-gejala masyarakat dengan “Ekonomi”

9
C. Pengertian Antropologi
Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Anthropos yang
artinya manusia, dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan secara
singkat, Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Antropologi sendiri, di dunia pendidikan merupakan bagian/cabang dari
ilmu sosial. Dalam fokus cabang ilmu sosial ini, segala sesuatu yang
berhubungan dengan budaya manusia dari seluruh penjuru dunia
dipelajari secara mendalam.
Pengertian Antropologi menurut Para Ahli 
1. David Hunter
Menurut David Hunter, Antropologi merupakan ilmu yang terlahir dari
rasa ingin tahu yang tidak terukur besarnya terhadap umat manusia.
2. Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi dalam ilmu yang mempelajari
umat manusia pada umumnya, dengan memperhatikan aneka warna
dan bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang dihasilkannya.
3. William A. Havilland
Menurut William A. Haviland, Antropologi dapat diartikan sebagai studi
yang berfokus pada umat manusia, yang berusaha menyusun
generalisasi yang berguna mengenai manusia dan tingkah lakunya,
serta untuk mendapatkan pengertian yang lengkap mengenai
keanekaragaman umat manusia.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku
bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi
memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku
bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri.
Cabang ilmu Antropologi terlahir akibat tingginya minat bangsa
Eropa dalam hal perbedaan ciri fisik, budaya, perilaku, hingga adat istiadat
yang berlaku di suatu daerah dengan yang berlaku di daerah lainnya.

10
Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi, akhirnya terciptalah sebuah cabang
ilmu sosial baru yang terfokus pada dunia sejarah perkembangan manusia.
Cabang Ilmu Turunan Antropologi adalah :
1. Antropologi Fisik
a. Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan
evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
b. Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia
dengan mengamati ciri-ciri fisik.
2. Antropologi Budaya
a. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan.
b. Etnolinguistik antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku
bangsa yang ada di dunia / bumi.
c. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di
dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
d. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa
serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat
istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
Di samping itu ada pula cabang ilmu antropologi terapan dan
antropologi spesialisasi. Antropology spesialisasi contohnya seperti
antropologi politik, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan masih
banyak lagi yang lainnya.

11
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam
bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan.Individualitas manusia tampak pada
keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok pribadi yang
khas atau berbeda dengan lain. 
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-
masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan
antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang
dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.

12
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu
melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota
keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip)
yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan
berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan
sesama manusia. Seringkali pula terdapat konflik dalam diri individu,
karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang
dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya
individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari
perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau
memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian
masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya
individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan
kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya
telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses
dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat
oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ingin mempertahankan hidup
b. Mempertahankan keturunan 
c. Ingin tahu dan dan mempunyai pemikiran tersendiri
d. Memiliki Hak-hak yang berbeda
e. Memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda
f. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya

13
g. Mengupayakan tentang terpenuhinya hak-hak dasar sebagai manusia
h. Merealisasikan segenap potensi diri baik dari sisi rohani maupun
jasmani
i. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan
hidupnya

B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Sejak lahir menurut kodratnya, manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran
yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.

14
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya
suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial
lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang
lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi
interaksi manusia terdiri dari dua hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia
berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi
manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi
untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana orang
yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau
dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

C. Peranan manusia sebagai makhluk individu dan sosial


Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk
hidup atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik
pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini
diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan
masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status
sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak,
remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi
diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia juga
sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang
menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan
orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.
Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah
satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama
lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku

15
sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya
dengan lingkungan dan tempat tinggalnya. Manusia bertindak sosial
dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan
serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup
sejenisnya.
Seorang manusia tidak hanya memiliki peranan yang khas di dalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak
pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan
orang lain. Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan
juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala
maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai
tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah,
aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada
salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan
ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang
diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan
akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Kemampuan
kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan
kita sebagai manusia dan lingkungan kita.
Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita
menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas
untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu
sendiri dimasa akan datang.

16
BAB III
MANUSIA DAN PERUBAHAN SOSIAL

A. Pengertian Perubahan Sosial


Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial (sosial change)? Secara
umum, pengertian perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat terkait dengan pola pikir, sikap sosial, norma, nilai-
nilai, dan berbagai pola perilaku manusia di dalam masyarakat.
Setiap individu atau suatu masyarakat pasti akan mengalami
perubahan secara terus-menerus. Hal ini terjadi karena setiap individu dan
anggota kelompok masyarakat memiliki pemikiran dan kemampuan yang
terus berkembang dari waktu ke waktu.
Namun, tingkat perubahan pada suatu kelompok masyarakat akan
berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Ada perubahan yang terjadi
dengan cepat, namun ada juga proses perubahan yang terjadi secara
lambat. Hal ini tergantung kebutuhan, kesadaran, dan tindakan anggota
kelompok tersebut.

Perubahan sosial menurut para ahli


Agar lebih memahami apa itu perubahan sosial, maka kita dapat
merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:
1. Mac Iver
Menurut Mac Iver, pengertian perubahan sosial adalah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (sosial relation) atau
perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial.
2. William F. Ogburn
Menurut William F. Ogburn, sosial change adalah perubahan yang
mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial
yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

17
3. Emile Durkheim
Menurut Emile Durkheim, perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari
faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan
masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik,
ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas
organistik.
4. John Lewis Gillin dan John Phillip Gillin
Menurut John Lewis Gillin dan John Phillip Gillin, pengertian
perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima,
sebagai akibat adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi
dan penemuan baru dalam masyarakat.
5. Selo Soemardjan
Menurut Selo Soemardjan, pengertian perubahan sosial adalah semua
perubahan yang terjadi pada berbagai lembaga masyarakat dalam suatu
masyarakat termasuk dalam hal nilai sosial, sikap, dan pola perilaku
antara kelompok-kelompok masyarakat.

B. Teori Perubahan Sosial


Sosial change dapat terjadi karena keseimbangan suatu masyarakat
dipengaruhi oleh unsur-unsur penting di dalamnya. Misalnya ekonomi,
biologis, geografis, dan lain sebagainya. Adapun beberapa teori perubahan
sosial adalah sebagai berikut:
1. Teori Evolusi
Dalam hal ini, teori evolusi masih mengacu pada teori evolusi yang
dicetuskan oleh Darwin dan dipengaruhi pemikiran Herbert Spencer.
Menurut teori evolusi, proses perubahan terjadi secara perlahan dalam
waktu yang panjang dan harus melalui berbagai tahapan hingga titik
perubahan yang diharapkan dapat terwujud.

18
2. Teori Konflik
Teori ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx dan Ralf Dahrendord.
Dalam teori konflik disebutkan bahwa suatu perubahan dapat terjadi
sebagai akibat adanya pertentangan di dalam masyarakat. Pertentangan
ini diawali perselisihan antara kelompok yang merasa tertindas dengan
kelompok penguasa/ pemerintah sehingga akhirnya menimbulkan
perubahan.
Menurut teori ini, konflik sosial akan selalu berdampingan dengan
perubahan dan terjadi terus-menerus. Beberapa yang menjadi poin
penting dari teori konflik ini adalah:
 Setiap masyarakat akan terus mengalami perubahan.
 Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang terjadinya
perubahan.
 Setiap masyarakat akan berada di pusaran konflik dan ketegangan.
 Kestabilan sosial akan dipengaruhi oleh adanya tekanan antar
golongan di dalam masyarakat.
3. Teori Fungsional
Teori ini dicetuskan pertamakali oleh William Ogburn. Menurut teori
fungsionalis, kecepatan perubahan terjadi tidak sama meskipun unsur-
unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam teori
ini dijelaskan bahwa perubahan yang terjadi hanya mengambil hal yang
baik, bermanfaat, dan menguntungkan bagi masyarakat.
4. Teori Siklus/ Siklis
Arnold Toynbee dan Oswald Spenger adalah tokoh yang mempengaruhi
munculnya teori siklis. Dalam teori ini disebutkan bahwa perubahan di
masyarakat tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun karena
di dalam masyarakat terdapat siklus yang harus diikuti. Menurut
Oswald Spenger, proses perubahan sosial terjadi melalui empat tahap
seperti proses perkembangan manusia, yaitu tahap anak-anak, remaja,
dewasa, dan masa tua.

19
C. Ciri-Ciri Perubahan Sosial
Meskipun ada cukup banyak bentuk perubahan di masyarakat,
namun tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial.
Adapun ciri-ciri perubahan sosial adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan Dengan Sengaja
Seringkali perubahan yang terjadi di masyarakat berlangsung secara
tidak sengaja. Dalam hal ini, sosial change terjadi jika perubahan yang
terjadi dilakukan dengan sengaja. Misalnya inovasi kendaraan bermotor
yang dilakukan produsen sehingga lebih nyaman dan efisien
penggunaannya.
2. Terjadi di Berbagai Tempat
Sosial change umumnya terjadi di berbagai tempat, mulai dari
masyarakat desa hingga kota. Perubahan yang terjadi pada masyarakat
di desa umumnya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan
masyarakat di kota.
3. Proses Berkelanjutan
Sosial change terjadi secara terus menerus sehingga masyarakat akan
selalu mengalami perubahan, baik dalam waktu cepat ataupun lambat.
Perubahan terjadi karena manusia adalah mahluk sosial dan selalu
berpikir secara dinamis dalam kehidupannya.
4. Sifatnya Imitatif
Dalam hal ini, imitatif maksudnya adalah adanya ketergantungan dan
saling mempengaruhi antara satu kelompok masyarakat dengan
kelompok masyarakat lainnya. Contohnya adalah tren fashion dan tren
gaya rambut yang diikuti oleh masyarakat.
5. Adanya Hubungan Kausalitas
Manusia adalah mahluk sosial sehingga perubahan dapat terjadi karena
adanya hubungan timbal-balik satu sama lain. Hubungan kausalitas ini
dapat menimbulkan kontroversi, kekacauan sementara, dan juga
perubahan struktur masyarakat.

20
D. Bentuk Perubahan Sosial
Karakteristik masyarakat yang berbeda-beda menimbulkan adanyak
beberapa bentuk sosial change. Adapun beberapa bentuk perubahan sosial
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Struktural
Perubahan struktural adalah perubahan yang mendasar yang terjadi di
masyarakat sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat secara
keseluruhan. Salah satu contohnya adalah adanya perubahan sistem
pemerintahan yang awalnya berbentuk monarki menjadi republik.
2. Perubahan Besar dan Kecil
Ini adalah perubahan besar ataupun kecil yang dapat menimbulkan
pengaruh bagi masyarakat. Perubahan besar misalnya, proses
industrialisasi yang mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Sedangkan perubahan kecil misalnya, perubahan gaya
berpakaian masyarakat karena adanya pengaruh dari luar.
3. Perubahan Cepat dan Lambat
Perubahan cepat adalah sosial change yang terjadi dengan sangat cepat,
atau yang biasanya disebut dengan revolusi. Sedangkan perubahan
lambat, adalah sosial change yang terjadi dalam waktu yang sangat
lama.
4. Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki adalah sosial change yang terjadi karena
direncanakan oleh anggota masyarakat. Sedangkan perubahan yang
tidak dikehendaki adalah sosial change yang terjadi tanpa disengaja
atau tanpa direncanakan terlebih dahulu.
Ada banyak sekali perubahan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat kita. Salah satu contohnya adalah cara manusia
berkomunikasi jarak jauh. Bila dulu kita berkomunikasi jarak jauh
menggunakan telepon rumah atau wartel, sekarang kebanyakan sudah
menggunakan telepon genggam.

21
BAB IV
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Kebudayaan.
Manusia dengan kemampuan akal atau budinya, telah mengem-
bangkan berbagai macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya,
sehingga ia menjadi makhluk yang paling berkuasa di muka bumi ini.
Namun demikian, berbagai macam sistem tindakan tadi harus dibiasakan
olehnya dengan belajar sejak ia lahir selama seluruh jangka waktu
hidupnya, sampai saat ia mati. Hal itu karena kemampuan untuk
melaksanakan semua sistem tindakan itu tidak terkandung dalam gen-nya,
jadi tidak dibawa olehnya bersama lahirnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal
kebudayaan; juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat,
mempergunakan dan bahkan kadang-kadang merusak hasil kebudayaan.
Namun apakah yang disebut kebudayaan tadi? Apakah masalah tersebut
penting bagi penyelidikan yang dilakukan oleh sosiologi terhadap
masyarakat?
Masalah kebudayaan, sebenarnya secara khusus dan lebih teliti
dipelajari oleh antropologi budaya. Akan tetapi walaupun demikian,
seseorang yang memperdalam perhatiannya terhadap sosiologi dan karena
itu memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja, oleh karena di dalam
kehidupan yang nyata, keduanya tak dapat dipisahkan dan selamanya
merupakan dwitunggal. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaiknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya, walaupun secara teoritis
dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan
dan dipelajari secara terpisah.

22
Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu
sama lain tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan berasal dari kata
Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi
yang berarti budi akal.
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Di samping kebudayaan ada kata
kultur yang berasal dari bahasa Inggris culture. Culture berasal dari kata
latin yaitu colere yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam. E. B. Taylor memberikan definisi
mengenai kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, keilmuan sosial, hukum, adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemarjan dan Soelaiman Sumardi memberikan batasan
kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam
sekelilingnya untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah
dan nilai-nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas misalnya agama,
idiologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur hasil ekspresi dari jiwa
manusia sebagai anggota masyarakat.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari
orang-orang yang hidup sebagai anggota masyarakat yang antara lain
menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan.
Rasa dan cipta menghasilkan kebudayaan rohaniah atau spiritual/
immaterial.
Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang
yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan
masyarakat.

23
Selain kebudayaan ada kata peradaban (civilization). Para ahli
sosiologi membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban
dipakai untuk technical skill (keterampilan teknik) seperti kemampuan
membangun bendungan,pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-
kapal laut dan pesawat-pesawat terbang.
Berhubung dengan masalah kebudayaan maka kita membedakan
seorang yang berbudaya dan seorang yang beradab. Orang yang beradab
ialah orang yang dapat mengembangkan tekniknya, sehingga dapat
membangun gedung-gedung bertingkat, mesin raksasa, robot, komputer
dan sebagainya. Akan tetapi orang/masyarakat yang mempunyai
kepandaian membuat semuanya itu tidak berarti oragn atau masyarakat
tersebut mempunyai sikap yang bijaksana atau perasaan kemanusiaan
yang didasarkan pada pandangan hidup, filsafat hidup yang diperoleh
karena dari kecil sudah terdidik untuk memandang sesama manusia
sebagai kawan bukan sebagai lawan seperti halnya hukum rimba.
Kebudayaan yang khusus yang terdapat pada suatu golongan dalam
masyarakat, yang berbeda dengan kebudayaan golongan masyarakat lain
maupun kebudayaan seluruh masyarakat mengenai bagian yang tidak
pokok dinamakan kebudayaan khusus (sub culture), umpamanya
kebudayaan Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Jawa dan sebagainya. Sub
culture ini timbul antara lain karena perbedaan lingkungan, suku bangsa,
agama, latar belakang pendidikan, profesi dan sebagainya. Selain adanya
sub culture sering timbul Counter Culture. Counter culture ini tidak serasi
atau bahkan berlawanan dengan kebudayaan induk. Walaupun berlawanan
namun gejala tersebut tetap merupakan kebudayan. Oleh karena
mengandung ciri-ciri pokok dari kebudayaan. Misalnya kenakalan remaja,
kejahatan, pelacuran dan sebagainya.

24
B. Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke
dalam suatu jumlah unsur yang tak terbatas jumlahnya. Dari keseluruhan
unsur-unsur yang merupakan suatu kebudayaan yang bulat itu dapat
terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil. Misalnya dalam
kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar, seperti MPR, DPR di
samping unsur-unsur kecil seperti kancing baju, sisir, sepatu, tas dan
sebagainya.
Sosiologi mengklasifikasikan tiap kebudayaan menjadi beberapa
macam unsur. Unsur-unsur pokok atau besar disebut culture universals,
hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal
artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada di permukaan bumi ini.
Mengenai unsur-unsur pokok dari kebudayaan tersebut ada
beberapa pandangan dari beberapa sarjana.
Melvil Le Y. Herskovit mengajukan ada empat unsur pokok dari
kebudayan yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan ekonomi
Sarjana lain yaitu Koentjaraningrat menguraikan ulasan-ulasan para
sarjana mengenai pokok-pokok unsur dari kebudayaan dan menyimpulkan
pendapat-pendapat para sarjana bahwa menunjukkan adanya tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap culture universal, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-
alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan
sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).

25
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
Culture Universal tersebut dapat dibagi lebih lanjut ke dalam unsur-
unsur yang lebih kecil. Oleh Ralph Linton unsur-unsur tersebut dinamakan
Cultural Activity, (kegiatan-kegiatan kebudayaan). Contoh cultural universal
mata pencaharian hidup dan ekonomi mencakup kegiatan-kegiatan
pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan lain-lain.
Selanjutnya Ralph Linton memperinci cultural activity menjadi unsur-
unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait complex. Misalnya kegiatan-
kegiatan pertanian dibagi lebih lanjut menjadi unsur-unsur irigasi,
pengairan, sistem mengolah tanah. Selanjutnya trait complex ini dibagi ke
dalam unsur yang lebih kecil lagi misalnya sistem mengolah tanah dengan
bajak yang ditarik hewan, dengan traktor dan sebagainya.
Karena pengertian kebudayaan diatas luas sekali, maka selanjutnya
Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya ada tiga wujud kebudayaan,
yaitu :
a. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan
b. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Wujud benda-benda hasil karya manusia
Wujud pertama adalah wujud ide yang sifatnya abstrak, tak dapat
diraba dan tempatnya ada didalam kepala kita masing-masing. Wujud ide
ini baru nampak bila dibuat dalam karangan atau buku-buku hasil karya.
Di jaman canggih seperti sekarang ini kebudayaan ide banyak banyak
tersimpan dalam disk, tape, arsip, komputer dan lain-lain.
Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi,

26
berhubungan dan bergaul satu sama lain. Kegiatan tersebut senantiasa
berpola menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat istiadat.
Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud ini sifatnya paling
nyata, konkrit, dapat diraba dan dilihat. Wujud ketiga ini tidak perlu
banyak keterangan lagi, karena setiap orang bisa melihat, meraba dan
merasakannya.
Wujud kebudayaan diatas mempunyai kegunaan yang sangat besar
bagi manusai dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus
dihadapi masyarakat dan anggotanya, misalnya kekuatan alam, kekuatan
didalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik bagi masyarakat.
Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat.
Kebudayaan yang merupakan hasil karya, cipta dan rasa
masyarakat itu dapat digunakan untuk melindungi manusia dari ancaman
atau bencana alam. Disamping itu kebudayaan dapat digunakan untuk
mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap kegiatan anggota
masyarakat. Kenudian tanpa kebudayaan manusia tidak bisa membentuk
peradaban seperti sekarang ini.

C. Fungsi Kebudayaan.
Fungsi kebudayaan bagi masyarakat sangat besar. Hal ini
disebabkan karena dua aspek, yaitu :
1) Bermacam-macam hakekat yang harus dihadapi oleh masyarakat dan
anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam sekitar dan
kekuatan dalam masyarakat itu sendiri.
2) Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik dibidang spiritual
maupun material. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagian besar
harus dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri.

27
Tindakan-tindakan dalam melindungi diri terhadap lingkungan alam
pada taraf permulaan bersikap menyerah atau didalam batas-batas untuk
melindungi dirinya. Taraf ini banyak dijumpai pada masyarakat yang masih
rendah taraf kebudayaannya, seperti suka Asmat dan suku-suku didaerah
pedalaman.
Pada masyarakat yang sudah komplek dimana taraf kebudayaannya
sudah tinggi, maka hasil karyanya atau teknologi-teknologi memberikan
kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan sumber-sumber alam
bahkan mungkin menguasai alam.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya kalau
berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, ia
akan selalu mencipkan kebiasaan bagi dirinya. Kebiasaan atau habit ini
merupakan sebuah perilaku pribadi. Artinya kebiasaan seorang individu
berbeda dengan kebiasaan individu lain walaupun berada dalam satu
rumah. Jadi seseorang akan membentuk kebiasaan yang klhusus bagi
dirinya. Misalnya ada orang yang mempunyai kebiasaan bagun pagi lalu
minum kopi, apabila dalam suatu waktu kebiasaan tersebut tidak bisa
dilakukan maka orang tersebut secara psikologis akan resah.
Menurut Ferdinand Tonnies kebiasaan mempunyai 3 (tiga) arti yaitu :
1. Dalam arti yang menunjukkan pada suatu kenyataan yang bersifat
obyektif. Misalnya kebiasaan bangun pagi, kebiasaan tidur siang dan
sebagainya. Artinya seseorang bisa melakukan perbuatan-perbuatan
tadi masuk dalam tatacara hidupnya.
2. Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang,
norma-norma diciptakannya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini maka
orang yang bersangkutanlah yang menciptakan suatu perilaku bagi
dirinya sendiri.
3. Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat
sesuatu.

28
D. Perkembangan Kebudayaan.
Kelompok manusia yang sangat berkembang dari waktu ke waktu
cepat maupun lambat akan mengalami perubahan. Kebutuhan pokok
manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah kebutuhan ekonomi in dari
cara manusia memenuhi kebutuhan atau perkembangan. Dalam
memanfaatkan sumber daya atau lingkungan manusia tidak melakukan
perubahan cara, mulai dari cara menanam kepada cara bercocok tanam
sampai pada pertanian dan peternakan dan akhirnya sampai mencapai
tingkat industri modern.
Perubahan cara mememnuhi kebutuhan tadi atau secara lebih
sempit lagi perubahan proses produksi sudah pasti diikuti oleh perubahan-
perubahan lainnya. Kedalam perubahan-perubahan tadi termasuk
perubahan struktur, perubahan nilai dan norma atau kaidah-kaidah.
Kalau perubahan dalam masyarakat telah meliputi aspek-aspek
struktur, nilai dan norma atau kaidah, lembaga-lembaga atau industri dan
telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, maka pada
masyarakat itu telah terjadi perubahan atau perkembangan kebudayaan.
Perubahan atau perkembangan kebudayaan itu terjadi karena adanya
faktor dari dalam dan dari luar.

a. Faktor Dari Dalam


Perkembangan akal budi dan daya kreasi anggota masyarakat dapat
membawa perubahan dalam masyarakat itu. Rekaan (invention) dan
penemuan (discovery) yang terjadi dalam masyarakat baik yang berupa
kebudayaan spiritual, dapat membawa perubahan pandangan dan
penilaian terhadap segala yang ada pada masyarakat itu perubahan tadi
sebelum dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat harus melalui
proses yang panjang dan lama. Rekaan (invention) dan penemuan
(deiscovery) sebagai faktor perubahan/pengembangan, baru dapat diakui
dan diterapkan dalam masyarakat, kalau telah menjadi pembaharuan. Jadi

29
pembaharuan hubungan kebudayaan tidak lain adalah rekaan dan
penemuan yang telah diakui dan diterapkan dalam masyarakat. Cepat
lambatnya pengembangan dipengaruhi oleh sifat-sifat tradisional,
konservatif, reaktif, aktif dan kematangan masyarakat yang bersangkutan.
Terjadinya pembaharuan sebagai faktor pengembangan yang berasal
dari dalam masyarakat didukung oleh hal-hal sebagai berikut :
1) Adanya kesadaran anggota-anggota masyarakat terhadap ketinggalan
oleh kemajua yang dialami masyarakat lain. Individu-individu yang
memiliki rasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya oleh David
c. Mc. Clelland dikatakan memiliki NACH (Need for achievement) yaitu
suatu dorongan kebutuhan untuk mencapai prestasi yang lebih baik,
suatu masyarakat yang memiliki anggota-anggota dengan NACH tinggi
akan mengalami perkembangan kebudayaan yang pesat.
2) Adanya kualitas anggota-anggota masyarakat yang kreatif. Anggota yang
kreatif ini merupakan pembaharuan dan modernisator kebudayaan
masyarakatnya. Oleh para ahli psikologi orang yang memiliki akal dan
daya kreasi tinggi, disebut virus mental. Jika suatu masyarakat terdapat
anggota yang mempunyai mental seperti ini akan mudah menjalar dan
mempengaruhi kemajuan/perkembangan kebudayaan masyarkat yang
bersangkutan.
3) Adanya suatu kebiasaan yang memberikan penghargaan atau insentif
dari masyarakat kepada anggota-anggota yang mencapai prestasi atau
mendapatkan inovasi untuk kemajuan masyarakatnya. Penghargaan ini
dapat berupa penghargaan kebendaan (material) yang bersangkutan
atau anggota lain yang berprestasi dan berinovasi demi kemajuan
masyarakatnya.
4) Adanya suasana persaingan sehat di antara anggota-anggota
masyarakat untuk mencapai prestasi tinggi demi kemajuan
masyarakatnya.

30
Jika keempat gejala ini banyak terdapat dalam suatu masyarakat,
maka masyarakat tersebut akan mengalami kemajuan atau perkembangan
kebudayaan yang cepat.

b. Faktor Dari Luar


1. Akulturasi
Akulturasi ialah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolahke dalam kebudayaannya sendiri yang menyebabkan hilangnya
kebudayaan sendiri.
Berdasarkan batasan tadi, akulturasi disebut pula kontak
kebudayaan, merupakan proses pengambilan dan pemberian unsur-unsur
kebudayaan tertentu dari dua jenis kebudayaan sebagai akibat adanya
pertemuan dua kelompok masyarakat yang bersangkutan dalam jangka
waktu lama. Adanya proses sampingan dan perpaduan unsur-unsur
kebudayaan tersebut, menyebabkan terjadinya perubahan sosial pada
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya sistem persekolahan sebagai
hasil akulturasi ini telah membawa perubahan sosial yang sangat berarti
bagi bangsa Indonesia.
2. Asimilasi
Dengan adanya mobilitas penduduk maka manusia baik secara
individual maupun kelompok akan bercampur satu sama lain. Akibat
percampuran manusia dari berbagai kebudayaan, maka unsur-unsur
kebudayaan yang terbawa oleh mereka akan bercampur pula.
Dari proses pencampuran unsur-unsur kebudayaan ini, maka
tersebut unsur kebudayaan baru yang tidak dirasakan asing dan canggung
oleh masyarakat pendukungnya.

31
Dari proses pencampuran unsur-unsur kebudayaan ini, maka
terbentuk unsur kebudayaan baru yang tidak dirasakan asing dan
canggung oleh masyarakat pendukungnya. Menurut Koentjaraningrat
proses asimilasi terjadi bila:
a. Kelompok-kelompok manusia yang berasal dari lingkungan kebudayaan
yang berbeda bercampur satu sama lain.
b. Individu-individu dari berbagai kelompok tadi bergerak secara langsung
dan intensif dalam waktu yang cukup lama.
c. Akibat dari keadaan 1 dan 2 kebudayaan atau setidak-tidaknya unsur-
unsur kebudayaan tadi masing-masing tumbuh saling menyesuaikan
diri sebagai satu.
Perubahan atau perkembangan unsur-unsur kebudayaan akibat
proses asimilasi misalnya pada bentuk bangunan, corak pakaian, adat
istiadat, bahasa dan sebagainya. Asimilasi unsur kebudayaan ini, akan
membawa perubahan pandangan, penilaian dan pikiran manusia
penduduknya, sehingga menyebabkan perubahan sosial.
2. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari
suatu daerah ke daerah lain atau dari negara ke negara lain.
Akibat adanya kemajuan di bidang teknologi kounikasi dan
transportasi, telah mempercepat difusi. Penyebaran unsur-unsur
kebudayaan melalui surat kabar, majalah, radio, TV, film dan elektronika
lain yang makin meningkat menyebarkan peristiwa-peristiwa di suatu
daerah atau negara dapat disatukan ke daerah atau negara lain. Melalui
pengamatan perhatian dan penghayatan unsur-unsur kebudayaan yang
berasal dari daerah yang jauh, dapat menyebar ke daerah lain.
Penyebaran unsur kebudayaan melalui TV dan film memberikan
kesan yang cepat karena hampir seluruh indera kita ikut bekerja. Unsur
kebudayaan yang baik dapat berupa unsur kebendaan maupun gerak,

32
tingkah laku dan sikap dapat membawa perkembangan dan perubahan
berbagai aspek kejiwaan manusia.
Akibat dari keterbukaan kehidupan dewasa ini pengaruh difusi
unsur-unsur kebudayaan melalui berbagai media komunikasi sukar
dibendung. Pengaruh positif tentu saja kita manfaatkan sedang pengaruh
negatif yang dapat menimbulkan ketimpangan sosial, perlu mendapat
perhatian.

E. Sistem Nilai Budaya


Sistem nilai budaya adalah konsep abstrak tentang apa yang
dianggap baik dan buruk. Sistem nilai budaya meliputi konsepsi hakekat
hidup, karya, waktu, lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Koentjaraningrat sebagai pakar budaya berusaha mencari tahu dan
mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan sikap mental
bangsa Indonesia. Dalam kesimpulannya Koentjaraningrat menyebabkan
bahwa mental bangsa Indonesia sangat didominasi dengan mental
tradisional, baik pada petani dan mental pegawai negeri.
1. Ciri mental tradisional petani :
a. Mereka memandang hidup pada hakekatnya buruk sehingga sering
lari pada alam kebatinan dan menyerah pada nasib.
b. Orientasi hidup hanya sesat/sekarang sedikit sekali yang berorientasi
masa depan.
c. Pola hidup banyak tergantung pada alam.
d. Besarnya jiwa gotong royong dan menghambat kemajuan individu.
e. Sulit menerima perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ciri mental tradisional pada pegawai negeri :
a. Banyak memandang hidup ini buruk dan lari pada alam kebatinan.
b. Bekerja banyak berorientasi pada kedudukan dan kurang
memperhatikan kualitas kerjanya.
c. Banyak sifat menyerah terhadap keadaan pada dirinya.

33
d. Selalu menaruh perhatian pada kejayaan nenek moyang dan kurang
memperhatikan masalah akan datang.
e. Terlalu berorientasi pada atasan sehingga kreativitasnya tidak
berkembang.
Disamping ciri mental tradisional, menurut Koentjaraningrat juga
terdapat kelompok sikap mental yang juga disebut tradisional yang muncul
setelah revolusi Indonesia 17 Agustus 1945. Ciri tersebut adalah:
a. Sikap yang meremehkan mutu
b. Sikap dan tindakan yang suka menerabas
c. Sifat kurang percaya pada diri sendiri.
d. Sifat tidak berdisiplin murni.
e. Sifat kurang bertanggung jawab.
Apa yang dikemukakan Koentjaraningrat dilengkapi oleh kritik dari
Muchtar Lubis, yang semuanya lebih bersifat kritik pada kehidupan negara
dengan masalah seperti berikut :
a. Masalah korupsi yang meraja lela.
b. Nilai pendidikan yang semakin merosot.
c. Tingkat solidaritas masyarakat semakin menurun.
d. Masalah keadilan yang timpang.
e. Kemunafikan yang semakin menggila.
f. Pengrusakan lingkungan yang kurang bertanggung jawab.
Dengan melihat kondisi di atas tampaknya kita harus berusaha
mengurangi keadaan tersebut lewat pribadi kita masing-masing. Tanpa ada
usaha tersebut bukan tidak mungkin bangsa ini akan tercerai berai.
Mampukah kita? Ini suatu tuntutan, dimana kondisi Indonesia sekarang
yang sekilas tampak maju ternyata rapuh. Semakin banyak orang
pendidikan sarjana tetapi Indonesia masih saja terpuruk. Reformasi yang
tak terkendali tidak dibarengi semangat kerja dan mental kesempatan bagi
yang punya kekuasaan semakin gila.

34
F. Mentalitas Pembangunan
Meski masalah mentalis bangsa Indonesia dalam hubungannya
dengan pembangunan telah lama diperbincangkan, tampaknya perubahan
ke arah mentalitas pembangunan belum terlihat perubahan yang cukup
berarti. Semua itu tetap merupakan tantangan dalam pembangunan,
karena kondisi ini tidak mungkin dihindari dalam proses pembangunan
yang harus terus berjalan. Koentjaraningrat memberi 4 cara membina
mental bansa menuju mentalitas pembangunan, yaitu:
a. Setiap pemimpin dapat memberi contoh yang baik.
b. Memberi hadiah yang wajar bagi yang berhasil.
c. Pendekatan persuasif dan penerangan.
d. Pembinaan sejak dari kehidupan keluarga.
Semua ini dapat terlaksana dengan baik bila pendidikan dalam
masyarakat berjalan dengan baik, karena hanya pendidikan yang baik
percepatan mentalitas pembangunan dapat dilakukan. Pendidikan dapat
mempercepat mentalitas pembangunan karena masyarakat terdidik akan :
a. Mudah menerima perubahan rasional yang dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Berwawasan jauh ke depan.
c. Memiliki dorongan kuat untuk maju.
d. Memiliki keahlian dan keterampilan yang siap dikembangkan.
e. Bersifat demokratis dalam mengambil keputusan.
Syarif Thayeb dalam era tahun tujuh puluhan, dengan menyebutkan
manusia Indonesia modern dengan ciri sebagai berikut :
a. Mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan rasional.
b. Ahli dalam berpendapat dengan argumentasi yang dapat dipertanggung-
jawabkan.
c. Lebih berorientasi ke depan.
d. Memiliki kesadaran terhadap waktu, organisasi, teknologi dan ilmu
pengetahuan.

35
BAB V
PRANATA SOSIAL

Manusia pada dasarnya hidup di dalam suatu lingkungan yang serba


berpranata. Artinya, segala tindakan dan perilakunya senantiasa akan
diatur menurut cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.
Dalam studi sosiologi dan antropologi, cara-cara tertentu yang telah
disepakti bersama itu disebut sebagai pranata sosial, atau dalam istilah
lain lembaga sosial, atau kadang juga disebut sebagai organisasi sosial atau
lembaga kemasyarakatan.
Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah pranata sosial yang ada
relatif beragam dan jumlahnya terus berkembang sesuai dengan dinamika
perkembangan masyarakat itu sendiri. Selain pranata keluarga dan
pendidikan seperti tersebut pada contoh di atas, masih banyak pranata
sosial lain, yang secara umum memiliki fungsi yang sama, yaitu mengatur
cara-cara warga masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang
penting.
Setidaknya di dalam masyarakat terdapat lima pranata atau lembaga
sosial yang pokok, yaitu:
(1) Keluarga,
(2) Pendidikan,
(3) Ekonomi,
(4) Politik, dan
(5) Agama.
Namun, menurut ahli antropologi seperti S.F. Nadel (1953) dan
Koentjaraningrat (1979), di luar lembaga pokok yang telah disebutkan tadi,
terdapat pranata lain, seperti: pranata ilmiah, pranata keindahan, dan juga
pranata rekreasi

36
A. Pengertian Pranata Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian pranata sosial sering bias
atau rancu dengan pengertian kelompok sosial atau asosiasi. Apalagi kalau
menggunakan istilah lembaga sosial, organisasi sosial, atau lembaga
kemasyarakatan. Pada uraian ini akan dijelaskan, bahkan ditegaskan,
tentang pengertian pranata sosial, dan perbedaannya dengan kelompo
sosial atau asosiasi.
Terdapat tiga kata kunci dalam setiap pembahasan tentang pranata
sosial, yaitu:
1) Nilai dan norma sosial
2) Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut dengan prosedur
umum, dan
3) Sistem hubungan, yaitu jaringan peran serta status yang menjadi
wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum
yang berlaku.
Hal penting yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa seorang
individu atau sekelompok orang dapat saja datang dan pergi dalam
suatu lembaga, tetapi fungsi individu atau kelompok dalam pranata
hanyalah sebagai pelaksana fungsi atau pelaksana kerja dari suatu
unsur lembaga sosial. Kedatangan atau kepergian individu atau
sekelompok individu tidak akan menganggu eksistensi dari suatu
lembaga sosial. Individu atau sekelompok individu di dalam pranata
sosial, kedatangannya atau kepergiannya hanyalah berfungsi saling
menggantikan.

B. Proses Pelembagaan (Institusionalisasi)


Proses pelembagaan atau institusionalisasi adalah suatu proses
penggantian tindakantindakan spontan dan coba-coba (eksperimental)
dengan perilaku yang “diharapkan”, “dipolakan”, “diatur”, serta “dapat
diramalkan”.

37
Tahapan-tahapan dalam proses pencapaian tujuan bukanlah sesuatu
yang dibuat secara tiba-tiba, spontan ataupun eksperimental. Ia
merupakan proses yang telah berlangsung lama, diketahui dan diterima
oleh banyak orang dan mengikat kepada setiap warga masyarakat.
Antisipasi terhadapnya adalah strategi, organisasi, stabilitas emosi dan,
tentu saja, komitmen.
Seperangkat hubungan sosial dinyatakan melembaga
(institutionalized) apabila: 1. Berkembang sistem yang teratur berkenaan
dengan status dan peran yang harus dilaksanakan oleh seseorang dalam
melakukan aktivitas atau memenuhi kebutuhan hidup tertentu 2. Sistem
harapan, status dan peran telah berlaku umum dan diterima sebagian
besar warga masyarakat.
Proses berlangsungnya dapat digambarkan sebagai berikut. Orang
mencari-cari cara untuk memenuhi kebutuhannya. Ditemukan cara yang
terbukti mudah dilakukan dan berhasil baik. Selanjutnya cara tersebut
diulang-ulang. Cara tersebut dibakukan sehingga mengikat para warga
masyarakat untuk menggunakannya. Jika telah mengikat, artinya cara
tersebut artinya telah melembaga. Ingat baik-baik tentang perkembangan
norma mulai dari usage, folkways, mores, customs sampai dengan Law.

C. Tujuan dan Fungsi Pranata Sosial


Diciptakannya pranata sosial pada dasarnya mempunyai maksud
serta tujuan yang secara prinsipil tidak berbeda dengan norma-norma
sosial, karena pada dasarnya pranata sosial merupakan seperangkat
norma sosial.
Secara umum, tujuan utama pranata sosial, selain untuk mengatur
agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga
sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial para warga masyarakat
dapat berjalan dengan tertib dab lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang

38
berlaku. Contoh: pranata keluarga mengatur bagaimana keluarga harus
merawat (memelihara) anak. Pranata pendidikan mengatur bagaimana
sekolah harus mendidik anak-anak sehingga dapat menghasilkan lulusan
yang handal.
Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia dapat dipastikan
bakal porak poranda kaena jumlah prasarana atau sarana untuk
memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara jumlah orang
yang membutuhkan justru semakin lama semakin banyak. Itulah mengapa
semakin lama, seiring dengan meningkatkan jumlah penduduk suatu
masyarakat, pranata sosial yang ada di dalamnya juga semakin banyak dan
kompleks. Kompleksitas pranata sosial pada masyarakat desa akan lebih
rendah daripada masyarakat kota.
Koentjaraningrat (1979) mengemukakan tentang fungsi pranata
sosial dalam masyarakat, sebagai berikut :
1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana
bertingkah laku atau bersikap di dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adanya fungsi ini kaena pranata sosial telah siap
dengan bebagai aturan atau kaidah sosial yang dapat digunakan oleh
anggota-anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Menjaga keutuhan masyarakat (integrasi sosial) dari ancaman
perpecahan (disintegrasi sosial). Hal ini mengingat bahwa jumlah
prasarana atau sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
terbatas adanya, sedangkan orang-orang yang membutuhkannya
semakin lama justru semakin meningkat kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga memungkinkan timbulnya persaingan
(kompetisi) atau pertentangan/pertikaian (konflik) yang bersumber
dari ketidakadilan atau perebutan prasarana atau sarana memenuhi
kebutuhan hidup tersebut. Sistem norma yang ada dalam suatu
pranata sosial akan berfungsi menata atau mengatur pemenuhan

39
kebutuhan hidup dari para warga masyarakat secara adil dan
memadai, sehingga keutuhan masyarakat akan terjaga.
3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam melakukan pengendalian
sosial (sosial control). Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma-norma
sosial merupakan sarana agar setiap warga masyarakat konformis
(menyesuaikan diri) terhadap norma-norma sosial itu, sehingga tertib
sosial dapat terwujud. Dengan demikian, sanksi yang melakat pada
setiap norma itu merupakan pegangan dari warga masyarakat untuk
melakukan pengendalian sosial –meluruskan—warga masyarakat yang
perilakunya menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

D. Karakteristik Pranata Sosial


Dari uraian-uraian sebelumnya dapat ditemukan unsur-unsur yang
terkandung dalam pengertian atau konsep pranata sosial, seperti :
1. Berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia dalam hidup
bermasyarakat,
2. Merupakan organisasi yang relatif tetap dan tidak mudah berubah,
3. Merupakan organisasi yang memiliki struktur, misalya adanya status
dan peran, dan
4. Merupakan cara bertindak yang mengikat.
Gillin dan Gillin mengemukakan ciri-ciri pranata sosial sebagaimana
dikutip oleh Selo Soemadjan dan Soelaiman Soemardi (1964) dan
Koentjaraningrat (1979) yang ringkasannya sebagai berikut :
1. Pranata sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan
perilakuan yang terwujud sebagai aktivitas warga masyarakat yang
berpijak pada suatu “nilai tertentu” dan diatur oleh: kebiasaan, tata
kelakuan, adat istiadat maupun hukum.
2. Pranata sosial memiliki tingkat kekekalan relatif tertentu. Pranata sosial
pada umumnya mempunyai daya tahan tertentu sehingga tidak cepat
lenyap dari kehidupan bermasyarakat. Umur yang relatif lama itu

40
karena seperangkat norma yang merupakan isi suatu pranata sosial
terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan tidak mudah, juga karena
norma-norma tersebut berorientasi pada kebutuhan pokok, maka
masyarakat berupaya menjaga dan memelihara pranata sosial tersebut
sebaik-baiknya, apalagi kalau pranata tersebut berkaitan dengan nilai-
nilai sosial yang dijunjung tinggi.
3. Pranata sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai
atau diwujudkan.
4. Memiliki alat-alat perlengkapan baik keras (hardware) maupun lunak
(soft ware) untuk mencapai atau mewujudkan tujuan-tujuan dari
pranata sosial. Karena masingmasing pranata memiliki tujuan yang
berbeda-beda, maka perlengkapannyapun berbeda antara satu pranata
dengan pranata lainnya. Perlengkapan dalam pranata keluarga berbeda
dari perlengkapan pada lembaga pendidikan, ekonomi, politik, maupun
agama
5. Memiliki simbol atau lambang tersendiri. Lambang, di samping
merupakan spesifikasi dari suatu pranata sosial, juga sering
dimaksudkan secara simbolis menggambarkan tujuan atau fungsi dari
suatu pranata. Lambang suatu pranata sosial daat berupa gambar,
tulisan, atau slogan-slogan, yang dapat merupakan representasi
ataupun sekedar menggambarkan spesifikasi dari pranata sosial yang
besangkutan. Misalnya Burung Garuda atau Bendera Merah Putih dapat
merepresentasikan Indonesia, sedangkan gambar buku dan pena
merupakan gambaran dari spesifikasi suatu lembaga pendidikan.
6. Memiliki dokumen atau tradisi baik lisan maupun tertulis yang
berfungsi sebagai landasan atau pangkal tolak untuk mencapai tujuan
serta melaksanakan fungsi.

E. Unsur-unsur Pranata Sosial

41
Menurut Horton dan Hunt (1987), setiap pranata sosial mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Budaya simbolik, misalnya cincin kawin dalam lembaga keluarga
2. Unsur budaya manfaat, misalnya rumah atau kendaraan dalam lembaga
keluarga
3. Kode spesifikasi baik lisan maupun tertulis, misalnya akta atau ikrar
nikah dalam lembaga keluarga
4. Pola perilakuan, misalnya pemberian perlindungan dalam lembaga
keluarga
5. Ideologi, misalnya cinta dan kasih sayang dalam lembaga keluarga

F. Tipe-tipe Pranata Sosial


Sebagaimana telah disampaikan pada uraian terdahulu, pranata
sosial mempunyai tujuantujuan umum yang sama, yakni mengatur warga
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi apabila dirinci
lebih lanjut, karena kebutuhan hidup itu juga bermacammacam, di dalam
masyarakat dijumpai pranata sosial yang bermacam-macam tipologinya.
Gillin dan Gillin (1954) mengemukakan tipe-tipe pranata sosial
(dikutip oleh Koentjaraningrat, juga Soerjono Soekanto) sebagai berikut :
1. Menurut perkembangannya, dibedakan antara crescive dan enacted
institutions, yakni pranata sosial yang tumbuh dengan sendirinya dan
lembaga yang sengaja dibentuk.
2. Berdasarkan orientasi nilainya, dibedakan antara pranata sosial dasar
(basic institutions) dan subsider (subsidiary institutions), yakni lembaga
sosial yang berdasarkan nilai dasar dan vital, misalnya keluarga, agama,
dst., dan lembaga sosial yang dibangun di atas dasar nilai yang tidak
penting, misalnya rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat, ditemukan lembaga sosial
bersanksi dan tidak bersanksi, yakni lembaga sosial yang adanya
diharapkan oleh masyarakat, misalnya perkawinan, dan lembaga sosial

42
yang keberadaannya ditolak oleh masyarakat, misalnya kumpul kebo
(cohabitation).
4. Dari sudut komppleksitas penyebarannya, dibedakan antara pranata
sosial umum (general institutions) dan lembaga sosial terbatas
(restricted instutions), yakni lembaga sosial yang ditemukan dalam
setiap masyarakat, misalnya keluarga, dan lembaga sosial yang hanya
ditemukan pada masyarakat yang terbatas, misalnya keluarga
patrilineal.
5. Berdasarkan fungsinya, dibedakan antara pranata sosial operatif
(operative institutions) dengan pranata sosial regulatif (regulative
institutions), yakni lembaga sosial yang fungsinya memproduksi atau
menghasilkan jasa atau barang kebutuhan masyarakat, dan lembaga
yang fungsi utamanya menciptakan keteraturan (regulasi) dalam
masyarakat.

G. Penggolongan atau Tipe Pranata Sosial


Menurut Gillin and Gillin ada beberapa tipe Pranata Sosial. Berikut
ini beberapa tipe atau penggolongan pranata sosial:
1. Berdasarkan perkembangannya, pranata sosial dapat dibedakan
menjadi crescive institutions dan enacted institutions.
a) Crescive institutions adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja
tumbuh dari kebiasaan masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan,
norma-norma, dan berbagai upacara adat.
b) Enacted institutions adalah pranata sosial yang sengaja dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya: lembaga pendidikan,
lembaga keuangan, lembaga kesehatan, dan lain-lain.
2. Berdasarkan sistem nilai/kepentingan yang diterima masyarakat,
pranata sosial dapat dibedakan menjadi basic institutions dan
subsidiary institutions.*9

43
a) Basic institutions adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam
upaya pengawasan terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya
keluarga, sekolah, dan negara.
b) Subsidiary institutions adalah pranata yang dianggap kurang
penting. Misalnya tempat-tempat hiburan atau rekreasi.
3. Berdasarkan penerimaan masyarakat, pranata sosial dapat dibedakan
menjadi approved institutions dan unsanctioned institutions.
a) Approved institutions adalah bentuk pranata sosial yang diterima
secara umum oleh masyarakat. Misalnya lembaga pendidikan,
lembaga peradilan, dan lain-lain.
b) Unsanctioned institutions adalah bentuk pranata sosial yang secara
umum ditolak oleh masyarakat. Misalnya berbagai perilaku
penyimpangan, seperti merampok, memeras, pusat-pusat perjudian,
prostitusi, dan lain-lain.
4. Berdasarkan faktor penyebarannya, pranata sosial dapat dibedakan
menjadi general institutions dan restricted institutions.
a) General institutions adalah bentuk pranata sosial yang diketahui
dan dipahami masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan
agama dalam kehidupan.
b) Restricted institutions adalah bentuk pranata sosial yang hanya
dipahami oleh anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan
ajaran agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu
Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya.
5. Berdasarkan fungsinya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi
cooperative institutions dan regulative institutions.
a) Cooperative institutions adalah bentuk pranata sosial yang berupa
kesatuan pola dan tata cara tertentu. Misalnya pranata perdagangan
dan pranata industri.
b) Regulative institutions adalah bentuk pranata sosial yang bertujuan
mengatur atau mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma

44
yang berkembang di masyarakat. Misalnya pranata hukum
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan).

BAB VI
NILAI, MORAL DAN HUKUM

A. Nilai
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan,
baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,
sosial), maupun kesejarahan. Setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense)
untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup.
Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi
kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya
manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan,belajar
makan,belajar berpakaian,belajar membaca,belajar membuat sesuatu dan
sebagainya,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia
menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam
kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui
perantaraan kebudayaan. Rasa aman secara khusus tergantung kepada
adanya system perlindungan dalam rumah, pakaian dan peralatan.
Perlindungan secara umum, dalam pengertian gangguan/kelompok
lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk
menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini,
diciptakan aturan-aturan  dan kontrol-kontrol sosial tentang apa yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain

45
itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok
untuk tercapainya tujuan bersama. Oleh karena itu dalam kehidupan
masyarakat sikap dan perilaku manusia individu itu mengandung nilai
dalam kehidupan sosial.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,


dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu
berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sifat-sifat nilai adalah
sebagai berikut :
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bias menindra
kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-
cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen.
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak. Misalnya nilai keadilan. Semua orang berharap manusia dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung
nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininya. Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan
semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketaqwaan.
Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang
potensial,dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan
kreatif ,sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia (dalam
Lasyo,1999 : 1), sedangkan Menurut Lasyo(1999 : 9)sebagai berikut: Nilai
bagi manusia merupakan landasan atau motivasidalam segala tingkah laku
atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu sesuatu yang
menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman dalam berperilaku.

46
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam
dua konteks,pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang
objektif,apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya,bahkan memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia
sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan salah bukan hadir karena hasil
persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada sebagai sesuatu yang ada dan
menuntun manusia dalam kehidupannya.Pandangan kedua memandang
nilai itu subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang
menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa
hadirnya penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.

B. Hubungan manusia dengan Nilai.


Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi
manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam
bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.
Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai
itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada
objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu
harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan
dalam perbuatan.
Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu kegiatan manusia
untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian
dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan
apakah sesuatu itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya
bernilai negatif. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada
diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan. Nilai
memiliki polaritas dan hirarki, antara lain :

47
1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang
sesuai polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.
2. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.
Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak
yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan
(goodness). Notonagoro membagi hierarki nilai pokok yaitu:
3. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
4. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
5. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian terbagi menjadi empat macam :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan estetis manusia
c. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa
manusia
d. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan
disertai penghayatan melalui akal budi dan nuraninya
Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud
(benda material) saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi
nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia seperti nilai religius. Nilai
juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan, harapan, dan segala sesuatu
pertimbangan internal (batiniah) manusia.
Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan pada dasarnya bersifat
subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih dikonkretkan
serta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih konkret dan
objektif dari nilai adalah norma/kaedah. Norma berasal dari bahasa latin
yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas
yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan
norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah

48
sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah
ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan
suatu perbuatan. Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat,
yaitu :
a.  Norma kepercayaan atau keagamaan
b.  Norma kesusilaan
c.  Norma sopan santun/adab
d.  Norma hukum
Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang
paling kuat karena dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa
(kekuasaan eksternal).
Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal
dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan
susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah
moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin
dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral
adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

C. Moralitas Manusia
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat
kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores
atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak
(bahasa Arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin
atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin
dalam hidup.

49
Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk,
yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban, dan
sebagainya.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit
karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur
dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima
serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk
dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang
bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan
perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk
menjadi manusia yang baik.

D. Hubungan manusia dengan moral


Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal
daribahasa kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki
banyak arti yaitu tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat,
watak sikap, dan cara berfikir. Dalam bentuj jamak ethos (ta etha) yang
artinya adat kebiasaan. Moral berasal dari bahsa latin yaitu mos (jamaknya
mores) yang berarti adat, cara, dan tempat tinggal. Dengan demikian secara

50
etismologi kedua kata tersebut bermaknasama hannya asal usul bahasanya
yang berbeda dimana etika dari bahasa yunani, sementara moral dari
bahasa latin.
Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-
nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral
banyak unsur yang dikaji secara kritis, dilandasi rasionalitas manusia
seperti sifat hakiki manusia, prinsip kebaikan, pertimbangan etis dalam
pengambilan keputusan terhadap sesuatu dan sebagainya. Moral lebih
kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-hal yang baik.
Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :
a. Hati Nurani Merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.
Hati nurani merupakanpenghayatan tentang baik atau buruk mengenai
perilaku manusia dan hati nuraniini selalu dihubunngkan dengan
kesadaran manusia dan selalu terkait dalamdengan situasi kongkret.
Dengan hati nurani manusia akan sanggupmererfleksikandirinya
terutama dalam mengenai dirinya sendiri atau juga mengenal orang.
b. Kebebasan dan tanggung jawab.
Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan manusiawi
dankarena manusia pada dasar nya adal;ah makhluk bebas. Tetapi
didalam kebebasanitu juga terbatas karena tidak boleh bersinggungan
dengan kebebasan orang lainketika mereka melakukan interaksi. Jadi,
manusia itu adalah makhluk bebas yang dibatasi oleh lingkungannya
sebagai akibat tidak mampunya ia untuk hidupsendiri.
c. Nilai dan Norma Moral.
Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akan
bergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai
moralterkait dalam tanggung jawab seseorang. Antara hukum dan moral
terdapat hubungan yang erat sekali. Dengan demikian hukum tidak
akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum

51
harus selalu diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang
immoral harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum,
sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak di
undangkan atau di lembagakan dalam masyarakat. Meskipun hubungan
hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda,
sebab dalam kenyataannya ‘mungkin’ ada hukum yang bertentangan
dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti
terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam
konteks ketatanegaraan indonesia dewasa ini. Apalagi dalam konteks
membutuhkan hukum.
Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa
moralitas hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun
demikian perbedaan antara hukum dan moral sangat jelas. Perbedaan
antara hukum dan moral menurut K.Berten :
1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan
secara sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu
norma hukum lebih memiliki kepastian dan objektif dibanding dengan
norma moral. Sedangkan norma moral lebih subjektif dan akibatnya
lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan
tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.
2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun
hukum membatasi diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral
menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang
berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat
dipaksakan,pelanggar akan terkena hukuman.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas
kehendak negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara
seperti hukum adat, namun hukum itu harus di akui oleh negara
supaya berlaku sebagai hukum.moralitas berdasarkan atas norma-

52
norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat. Dengan cara
demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum,
tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma
moral. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.
Poblematika pembinaan nilai dan moral
1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak. Hal
ini karena dalam keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak
sebelum memasuki dunia pendidikan dan masyarakat. Kehidupan
keluarga akan memengaruhi perkembangan jiwa dan moral anak.
2. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Pembinaan Nilai Moral
Pergaulan dengan teman sebaya sangat memengaruhi sikap dan
perilaku seorang anak. Berteman dengan teman yang tidak baik akan
mengakibatkan anak meniru hal-hal negatif. Sedangkan jika berteman
dengan teman yang baik maka anak juga akan terpengaruh menjadi
baik seperti temannya.
3. Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Figur otoritas seperti presiden, wakil presiden, para menteri, pejabat,
anggota DPR dan MPR, para artis, dan lain-lain harus memberi contoh
yang baik dalam kehidupan sehari-harinya karena pengaruh figur
otoritas terhadap perkembangan nilai moral individu sangat besar.
4. Pengaruh Media Telekomunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan
sesuai fungsinya cukup mempengaruhi sikap dan perilaku generasi
muda. Misalnya dalam kasus penyalahgunaan internet untuk
mendownload film porno. Tidak ada filter atau benteng yang kokoh
untuk melawannya, kecuali iman dan takwa.
5. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral

53
Media elektronik dan internet yang seharusnya digunakan sebagaimana
mestinya telah cukup banyak disalahgunakan sehingga mengakibatkan
nilai moral merosot.
E. Pengertian Hukum
Disamping adat istiadatdalam kehidupan manusia, ada hukum yang
dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat dan kaidah
yang mengatur kehidupan manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat
dengan sengaja dan mempunyai sanksi yang jelas agar terjadi keserasian
diantara wrga masyarakat dan system sosial yang dibangun oleh suatu
masyarakat.
Pada masyarakat modern hukum dibuat oleh lembaga – lembaga
yang diberikan wewenang oleh rakyat. Keseluruhan kaidah dalam
masyarakat pada intinya adalah mengatur masyarakat agar mengikuti pola
perilaku yang disepakati oleh sistem sosial dan budaya yang berlaku pada
masyarakat tersebut.
Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
tersebut. Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti
pola-pola perilaku masyarakat tadi. Pola perilaku berbeda dengan
kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian
diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma
yang dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang
berhubungan dengan orang lain, dinamakan sosial organization.
 
F. Hubungan manusia dengan hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa
kita tidak mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar
masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan
pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam
masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia

54
dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat
menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya. Hukum yang baik adalah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang
tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk
suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan
istilah tatanan sosial (sosial order) yang bernama masyarakat. Guna
membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur
ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua
hal : aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan). 

Problema hukum di Indonesia


Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah
manipulasi atas fungsi hukum oleh pengemban kekuasaan. Problem akut
dan mendapat sorotan lain adalah:
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber
daya manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta
memiliki integritas dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering
mengalami intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan
karena negara belum mampu mensejahterakan aparatur penegak
hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin
surut. Hal ini berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk
menentukan sendiri siapa yang dianggap adil.

55
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak
memperhatikan keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan
yang dibuat sebenarnya sulit untuk dijalankan.

5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma


dan pemahaman aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham
betul isi peraturan perundang-undangan tidak mungkin ada efektivitas
peraturan di tingkat masyarakat.
Untuk menghadapi problematika hukum di Indonesia sebagaimana
yang btelah dirincikan diatas, bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini
disebabkan oleh kompleksitasnya permasalahan yang semuanya
memerlukan penyelesaian yang baik.
Disamping itu permasalahan mentalitas dari aparat penegak hukum
yang masih banyak ditemukan melanggar hukum itu sendiri, sehingga
membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan proses penegakan
hukum sekarang ini.

56
BAB VII
KERAGAMAN DAN KESETARAAN

A. Pengertian Keragaman dan Kesetaraan


Keragaman manusia sudah menjadi fakta sosial dan fakta sejarah
kehidupan, sehingga pernah muncul penindasan, perendahan,
penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam sejarah
kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa
orang berkulit hitam ladalah berbeda, mereka lebih rendah dari yang
berkulit putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh
perlakuan diskriminatif, baik secara sosial dan politik dari suku-suku lain
di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan,
karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah
tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan
semua bangsa adalah sama dan sederajat.
Dengan demikian keragaman yang dimaksud disini adalah suatu
kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi,
adat kesopanan serta situasi ekonomi.
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara
lain ditandai oleh keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki keragaman suku
bangsa yang begitu banyak, terdiri dari berbagai suku bangsa, mulai dari
sabang hingga Merauke, ada suku Batak, suku Minang, suku Ambon, suku
Madura, suku Jawa, suku Asmat, dan masih banyak lainnya.

57
Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang “banyak
macamnya”, “beda” antara satu dan sifatnya tidak tunggal. Konsep
keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu, keragaman
menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen bahkan tidak bisa disamakan. Keragaman Indonesia terlihat
dengan jelas pada aspek-aspek geografis, etnis, sosiokultural dan agama
serta kepercayaan.
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku
bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat yang majemuk).
Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan
perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.

B. Makna Keragaman.
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam
atau berjenis-jenis seperti halnya binatang dan tumbuhan. Manusia
sebagai makhluk Tuhan tetaplah berjenis satu. Keragaman manusia di
maksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada
karena manusia adalah mahluk individu yang setiap individu memiliki
cirri-ciri khas tersendiri.
Perbedaan itu terutama di tinjau dari sipat-sipat pribadi, misalnya
sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Contoh, sebagai
mahasiswa baru kita akan menjumpai teman-teman mahasiswa lain
dengan sipat dan watak yang bergam. Dalam kehidupan sehari-hari kita
akan menemukan keragaman akan sipat dan ciri-ciri khas dari setiap
orang yang kita jumpai. Jadi manusia sebagai pribadi adalah unik dan
beragam.
Selain mahluk individu, manusia juga mahluk sosial yang
membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan
hidup manusia juga beragam. Masyarajat sebagai persekutuan itu berbeda

58
dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama,
budaya, ekonomi, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin,
daerah tempat tinggal, dan lain-lain.
Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang
membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman manusia baik
dalam tingkat individu di tingkat masyarakat merupakan tingkat realitas
atau kenyataan yang meski kita hadapi dan alami. Keragaman individual
maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik sebagai
mahluk individu dan mahluk sosial. Kita sebagai individu akan berbeda
dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian pula kita sebagai
bagian dari satu masyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat
lainnya.

C. Makna Kesetaraan
Setara berarti sama tingkatannya (pangkatnya, kedudukannya) dan
kesetaraan berarti perihal kesamaan tingkatan. Dengan demikian konteks
kesetaraan disini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan
keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang
sama dan satu tingkatan hierarki termasuk perlakuan yang sama dalam
bidang apapun tanpa membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan,
suku bangsa, dan lainnya.
Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai mahluk Tuhan
memiliki tingkat atau kedudukanyang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama, tingkatan atau kedudukan yang sama
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan
adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk
mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain, dihadapan Tuhan,
semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya, yang
membedakannya adalah tingkat ketaqwaan manusia tersebut terhadap
Tuhan.

59
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk
tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia tanpa di bedakan adalah ciptaan dengan kedudukan yang sama,
yaitu sebagai mahluk mulia dan tinggi derajatnya di banding mahluk lain.
di hadapan tuhan, di hadapan tuhan, semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan, atau, tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah
tingkat ketaqwaan manusia tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada
adanya pengakuaan akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi,
kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban, sebagai
sesama, manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya jaminan akan
hak-hak setiap manusia bisa merealisasikan serta perlunya merumuskan
sejumlah kewjiban-kewajiban agar semua bisa melaksanakan agar tercipta
tertib kehidupan.

D. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya.


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia
melahirkan masyarakat, majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,
beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk, (plural society)
pertama kali di perkenalkan oleh furnivall tahun 1948 yang mengtakan
bahwa ciri utama masyarakat adalah kehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan
tergabung dalam sebuah satuan politik, konsep ini merujuk pada
masyarakat Indonesia masa kolonial.
Masyarakt hindia belanda waktu itu dalam pengelompokan
komunitasnya di dasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan agama.
Masyarakat tidak hanya terkelompok antara yang memerintah dengan yang

60
di perintah tetapi secara fungsional terbelah berdasarkan satuan ekonomi,
yaitu antara pedaggang cina, arab, india, dan kelompok petani bumi putra.
Masyarakat dalam satuan-satuan ekonomi tersebut hidup pada lokasi
masing-masing dengan sistem sosialnya sendiri, meskipun di bawah
kekuasaan politik kolonial.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas, di pertanyakan
validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat
pembangunan serta kemajuaan ilmu pengetahuaan dan teknologi. Usman
Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota
berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan
vertical. Secara horizontal masyarakat majemuk di kelompokkan
berdasarkan :
1. Etnik dan ras atau asal-usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, Makanan, dan budaya lainnya
Secara vertikal, masyarakat majemuk di kelompokan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan dan sosial politik
Seperti telah di uraikan di muka, hal-hal demikian dapat di katakan
sebagai unsure-unsur yang mempengaruhi keragaman masyarakat.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsure-unsur,
seperti ras, etnik, agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan
sebagainya pada bagian ini akan di ulas tentang kemajemukan masyarakat
Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.
1. Ras

61
Berdasarkan karakter biologis, pada umunya manusia di kelompokan
dalam berbagai ras. Manusia di bedakan menurut bentuk wajah, rambut,
tinggi badan,warna kulit, mata, hidung dan karakteristik fisik lainnya . Jadi
ras adalah perbedaan manusia berdasarkan ciri fisik biologis.
Ciri utama pembeda antar ras antara lain ciri alamiah rambut pada
badan : warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup
mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi
badan. Misalnya, ras melayu secara umum bercirikan kuli sawo
matang,rambut ikal, bola mata hitam, dan berperawakan badan sedang.
Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut keriting.
2. Etnik atau Suku Bangsa
F.Baar (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat
yang sebagian besar secara biologis maupun berkembang biak dan
bertahan, mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan
dalam sutau bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan
interaksi sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang di terima
kelompok lain dan dapat di bedakan dari kelompok populasi lain. Secara
etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik
yang besar.
Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar untuk di tentukan.
Sebuah buku pintar rangkuman pengetahuan sosial, lengkap menuliskan
jumlah etnik atau suku bangsa Indonesia ada 400 buah (Sugeng HR, 2006).
Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya di dasarkan system
lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19
lingkaran hukum adat di Indonesia (Koentjaraningrat,1990).
Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya.

E. Faktor yang mempengaruhi keragaman di Indonesia.


Keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari
faktor penyebabnya. Faktor penyebab keberagaman sosial, yaitu :

62
1. Faktor Sejarah
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia pernah dijajah oleh
bangsa Barat. Bangsa Barat yang pernah menjajah Indonesia antara lain
Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda. Berdasarkan sejarah panjang bangsa
Indonesia menjadikan Indonesia memiliki keragaman, baik dari agama,
stratifikasi sosial, suku bangsa, budaya, bahasa, dan lain sebagainya.

2. Faktor Geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman
bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Kondisi yang
demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan aktivitas
manusianya. Letak geografis Indonesia sangat berpengaruh terhadap
keberadaan wilayah Indonesia, baik dilihat dari keadaan fisik dan sosial
maupun ekonomi dan politik.
Latar Belakang Keanekaragaman Masyarakat Indonesia :
a. Kondisi geografis
Perbedaan kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau
dengan relief beranekaragam dan satu dengan lainnya dihubungkan
oleh laut dangkal, serta adanya masyarakat yang terisolasi melahirkan
suku bangsa yang memiliki budaya yang beraneka ragam pula.
b. Letak Indonesia diperlintasan Jalur Perdagangan
Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Besarnya
pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat
diseluruh wilayah Indonesia yaitu antara lain pengaruh kebudayaan
India, Cina, Arab dan Eropa menyebabkan tumbuhnya bermacam-
macam agama di Indonesia
c. Topografi dan Pluralitas Regional
Faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
juga ada 2 macam, yaitu yang berasal dari luar masyarakat dan dari
dalam diri itu sendiri.

63
3. Faktor yang berasal dari luar masyarakat :
a. Akulturasi atau cultural contact berarti suatu kebudayaan tertentu
yang dihadapkan dengan unsur–unsur kebudayaan asing yang
sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur–unsur kebudayaan
asing tersebut melebur atau menyatu kedalam kebudayaan sendiri,
tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian
b. Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat
ketempat lain. Sedikit demi sedikit, hal ini berlangsung berkaitan
dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu
tempat ke tempat lain.
c. Penetrasi adalah masuknya unsur-unsur masuknya kebudayaan
asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan bangsa yang di
datangi penetrasi tersebut, dinamakan Penetration Violent, misalnya
ketika bangsa Spanyol dan Portugis datamg ke Amerika Latin
sehingga kebudayaan maya dan inka menjadi musnah. Selain itu
masih ada jenis penetrasi lain yaitu masuknya unsur kebudayaan
asing dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan dalam kebudayaan
setempat sehingga saling mempengaruhi, penetrasi semacam ini
disebut Penetration Pasifique, seperti masuknya agama dan
kebudayaan Hindu, Budha, Islam kedalam kebudayaan Indonesia.
d. Invasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing kedalam
kebudayaan setempat dengan peperangan (Penaklukan) bangsa asing
terhadap bangsa lain, penaklukan itu pada umumnya dilanjutkan
dengan penjajahan, selama masa penjajahan itulah terjadi
pemaksaan masuknya unsur–unsur asing kedalam kebudayaan
bangsa–bangsa terjajah.
e. Asimilasi kebalikan dari penetrasi. Asimilasi adalah proses
penyesuaian seseorang atau kelompok orang asing terhadap
kebudayaan setempat.

64
f. Hibridisasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh
perkawinan campuran antara orang asing dengan penduduk
setempat. Hibridisasi umumnya bersifat individu, walaupun tidak
menutup kemungkinan perubahan akibat perkawinan campuran
meluas hingga kelingkungan masyarakat sekelilingnya, akibat
hibridisasi ialah munculnya kebudayaan baru, yaitu setengah
kebudayaan asing dan setengah kebudayaan setempat.
g. Milenarisasi merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan,
yang berusaha mengangkat golongan masyarakat bawah yang
tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan deolo yang
rendah dan memiliki deology sub kultural yang baru.

3. Faktor yang berasal dari dalam :


a. Sistem pendidikan yang maju-inovasi adalah pembauran unsur
teknologi dan ekonomi dari kebudayaan yang mencakup :
 Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat walaupun ide baru yang diciptakan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat.
 Invention adalah pendapatan atau perolehan hal - hal baru yang
dilakukan melalui usaha yang sungguh - sungguh walaupun
melalui trial and error.
 Enkulturasi atau pembudayaan ialah suatu proses manusia
mempelajari dan menyesuaikan alam fikiran serta sikapnya
dengan sistem norma (meliputi norma susila, adat, hukum dan
agama) yang hidup dalam masyarakat.
b. Menghargai hasil karya orang lain
c. Adanya keterbukaan di dalam masyarakat
d. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang
(deviation)
e. Penduduk yang heterogen

65
Iklim yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain
menimbulkan kondisi alam yang berbeda, sehingga menyebabkan
keanekaragaman mata pencaharian.
4. Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,
Bernegara dan Kehidupan Global
Berikut adalah pengaruh keragaman terhadap kehidupan
beragama, bermasyarakat, bernegara, dan kehidupan sosial diantaranya
adalah :
 Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplemeter.
 Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
 Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
 Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain.

F. Problematika diskriminatif dalam masyarakat beragam.


Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan
terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku,
etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin,
kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik serta
batas negara dan kebangsaan seseorang.
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
karena adanya beberapa faktor penyebab antara lain adalah :

66
1. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan,
terutama ekonomi.
2. Adanya tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok
yang dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.
3. Ketidakberdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka
dapatkan membuat mereka terus terpuruk dan menjadi korban
diskriminasi.
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar
kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan
dan kesatuan bangsa seperti :
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman
antara manusia dengan dunia lingkungannya.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat
tertentu akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan
dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya
dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati
ras atau sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras, suku atau
kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah
yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
1. Semangat Religius
2. Semangat Nasionalisme
3. Semangat Pluralisme
4. Dialog antar umat beragama

67
BAB VIII
KEINDAHAN, PENDERITAAN, KEADILAN, PANDANGAN HIDUP

A. Manusia dan Keindahan


Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik,
elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah
segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan
alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung),
manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah
(halaman, taman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna
dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat
Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata
“beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal
dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti
kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi ”bonellum” dan
terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Selain itu menurut luasnya sudut pandang keindahan dapat
dibedakan atas :
1. Keindahan dalam arti luas
The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dalam arti luas
mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak
yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan
keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Jadi
pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
a. Keindahan seni

68
b. Keindahan alam
c. Keindahan moral
d. Keindahan intelektual
e. Keindahan dalam arti estetik murni
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman
estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserapnya.
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih
disempitkan sehingga hanya menyangkut benda–benda yang dapat
diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis,
warna, bentuk, nada, dan kata-kata.
Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu
kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan si pengamat. Keindahan dilihat dari beberapa
persepsi,  yaitu sebagai berikut :
a. Filsuf seni  merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan
yang terdapat antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is
unity of formal relations of our sense perceptions).
b. Shakespeare (1564-1616) mengungkapkan keindahan adalah suatu
yang rendah dan tidak mempunyai nilai, dapat berubah dan menjadi
berarti.
c. Filsuf Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan, bahwa keindahan
adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
d. Herbet Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan
hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-
pencerapan indrawi manusia.
e. Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa
keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.

69
f. Khalil Gibran mengungkapkan bahwa Keindahan adalah sesuatu
yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi
namun menerima.

2. Hubungan Manusia dan Keindahan


Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga
diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai
bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang
nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan
mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi
manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula
dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu
keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup
manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan
kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah
dan bukan pada keindahan itu sendiri.Jadi keindahan mempunyai dimensi
interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia
dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang
melakukan interaksi. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari
oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat
berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia,
mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam
masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya.
Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat
manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.

B. Manusia dan Penderitaan

70
Penderitaan berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita
merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang
memiliki arti menahan atau menanggun. Jadi dapat diartikan penderitaan
merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan
dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara
lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komkosisi yang mengalami
kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi
kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak
dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula
kondisi alam yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat
kepanasan, atau saat kehujanan membuat kedinginan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat
mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula
akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan. Sehingga
penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat
mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang
berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak
melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmak dan
pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.
Penderitaan pada manusia bisa bersifat fisik dan psikis. Penderitaan
fisik berkaitan dengan tubuh dan badan, sedangkan yang psikis berkaitan
dengan kejiwaan seperti : ketakutan, kebimbangan, kesepian, frustasi.
Ada pula penderitaan yang secara bantiniah seperti sakit hati karena
dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus
ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan.
Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan pada
sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain
penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal
akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat
berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena

71
putus asa tidak lulus ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan
perut sakit.
Penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi
pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di
dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat.
Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa
Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin
yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus
Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk
relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitan. Tergambar seorang
pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata,
memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara
megembara di hutan yang penuh penderitaan. Riwayat tokoh tokoh besar di
Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaany
hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun
ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup
melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali
mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin
bangsanya.
1. Penderitaan dan sebab-sebabnya
Penderitaan dapa muncul dari berbagai sebab. Penyebab tesebut
kadang datang tak terduka. Apabila kita kelompokkan secara sederhana
berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan
manusia dapat diperinci sebagai berikut  :
a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia
dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam sekitamya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk.
Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan

72
kata lain, manusialah yang dapat mempetbaiki nasibnya. Perbedaan
nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan
sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan /
azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat
merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.

2. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh
pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul
dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya
penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan,
sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari
sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak
mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa
hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan
diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan
kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan
mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia
berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap
ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain.

3. Hubungan Manusia dan Penderitaan


Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada isi jagad raya ini. Beliau
menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal
dan tak pernah terikat dengan penderitaan.

73
Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan
keinginannya. Perlu di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan
pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk
kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan
penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia
akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia
telah melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan
untuk selalu di penuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada
penderitaan kekal di akhirat. Manusia kadang kala mengalami kesusahan
dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat
memenuhi penghidupanya.
Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa
pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang
muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar
kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun bila manusia
tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa
pada pederitaan di akhirat.

C. Manusia dan Keadilan.


Keadilan, kejujuran, pembalasan, kecurangan adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Keadilan menurut Aristoteles
adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai
titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila
kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau
hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap
proporsi tersebut disebut tidak adil.

74
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu
adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat menghasilkan
kreatifitas dan seni tingkat tinggi, karena ketika seseorang mendapat
perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk
bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Dan
dengan cara itulah yang dapat menghasilkan kreatifitas dan seni tingkat
tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apapun hingga
bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.
1. Keadilan Sosial
Negara pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan
sosial, yang berarti bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai
Makhluk Tuhan yang Maha Esa, sifat kodrat individu dan makhluk
sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup
bersama (Keadilan Sosial). Keadilan sosial tersebut didasari dan dijiwai
oleh hakikat keadilan manusia sebagai makhluk yang beradab (sila II).
Manusia pada hakikatnya adalah adil dan beradab, yang berarti
manusia harus adil terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil
terhadap orang lain dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan
alamnya. Macam-macam keadilan social adalah :
a. Keadilan komulatif
Keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya,
tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah diberikan (dari
kata commute yang berarti mengganti, menukarkan, memindahkan).
b. Keadilan distributive

75
Keadilan yang memberikan hak atau jatah kepada setiap orang
menurut jasa-jasa yang telah diberikan (pembagian menurut haknya
masing-masing pihak). Di sini keadilan tidak menuntut pembagian
yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang sama
berdasarkan perbandingan.
2. Keadilan legal atau keadilan moral
Keadilan yang mengikuti penyesuaian atau pemberian tempat seseorang
dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya, dan yang dianggap
sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan. Contoh tindakan
ketidakadilan adalah :
a. Ketika kesalahan berlawanan dengan harapan rasional adalah
sebuah kesalahan sasaran (misadventure) dan ketika hal itu tidak
bertentangan dengan harapan rasional, tetapi tidak menyebabkan
tindak kejahatan, itu adalah sebuah kesalahan.
b. Ketika tindakan dengan pengetahuan tetapi tanpa pertimbangan
adalah tindakan ketidakadilan dan seseorang yang bertindak atas
dasar pilihan dia adalah orang yang tidak adil dan orang yang jahat.

D. Manusia dan Pandangan Hidup


Pandangan hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk
membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat
bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua
perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus
merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta
akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal
inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua
orang dan semua golongan. Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling
rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita
hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang

76
kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal
mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang
bersifat negative.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila
sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan
senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup
yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
a. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
b. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
c. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam
pandangan hidupnya.
d. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup
yang ada dalam pandangan hidupnya. Atau sengaja melupakannya demi
kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian,
pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup
merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita
atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat. Tiga
macam pandangan hidup dapat di klasifikasikan berdasarkan asalnya :
a. Pandangan hidup yang berupa ideologi, yang di sesuaikan dengan
norma dan kebudayaan di negara tersebut.
b. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yang mutlak kebenarannya.
c. Pandangan hidup hasil renungan, yang relatif kebenarannya.
Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik adalah dengan cara
berikut :
a. Mengenal
Kenali diri sendiri seperti apa dan bagaimana untuk menyesuaikan
dengan diri kita sendiri dan lingkungan sekitar.
b. Mengerti

77
Mengerti apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah diri kita
kerjakan.
c. Meyakini
Dalam melakukan suatu pekerjaan kita harus meyakini dengan hati
yang bersih dan berserah diri kepada kita harus, insyallah kita akan
diberikan yang terbaik oleh Allah.
d. Mengabdi
Setelah apa yang tadi disebutkan telah kita kerjakan dan lakukan
tinggal kita mengabdikannya kepada kedua orang tua kita tentunya
yang kita sayangi dan kepada negara kita tercinta.
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri
tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan
manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu
diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak
manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari
kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari
kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat
terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang
fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan,
ketakutan, dan sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu lain bila
dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik
kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin
lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang
sesungguhnya.

78
BAB IX
TANGGUNG JAWAB, KEGELISAHAN DAN HARAPAN

A. Manusia dan Tanggung Jawab


Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Berdasarkan pada pemikiran bahwa tindakan ataupun perbuatannya
setiap manusia, tidak berdiri sendiri, dalam arti pasti berakibat sesuatu.
Maka apabila terjadi sesuatu sudah barang tentu seseorang yang dibebani
tanggung jawab tersebut wajib bertanggung jawab atas segala sesuatunya
tadi. Dan karena manusia tidak dapat berdiri sendiri, maka seseorang baru
dikatakan bertanggung jawab apabila sadar kalau apa yang dilakukan
berdasarkan norma-norma umum yang berlaku. Tanggung jawab dibagi
antara lain :
a. Tanggung Jawab manusia terhadap diri sendiri
Menurut sifatnya manusia dalah makhluk bermoral. Akan tetapi
manusia juga seorang pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia
mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-angan untuk
berbuat ataupun bertindak, sudah barang tentu apabila perbuatan dan
tindakan tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi mengundang
kekeliruan dan juga kesalahan.
b. Tanggung Jawab kepada keluarga
Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami-istri, ayah-ibu
dan anak-anak, dan juga orang-orang lain yang menjadi anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada

79
keluarganya. Tanggung Jawab ini menyangkut nama baik keluarga.
Tetapi Tanggung Jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
c. Tanggung Jawab kepada masyarakat
Satu kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia
merupakan anggota masyarakat. Karena itu, dalam berpikir, bertingkah
laku, berbicara, dan sebagainya manusia terikat oleh masyarakat.
Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Dalam semua ini nampak bahwa dalam mempertahankan hidup dan
mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia mustahil dapat mutlak
berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan
kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya berkat
bantuan atau kerjasama dengan orang lain didalam masyarakat.
d. Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara
Satu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga
nagara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah
laku manusia terikat olah norma-norma atau ukuran-ukuran yang
dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada
negara.
e. Tanggung Jawab kepada Tuhan
Manusia ada tidak dengan sendirimya, tetapi merupakan makhluk
ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan
diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya yaitu pikiran, perasaan,
seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.Dalam kehidupan
sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang, maka manusia itu harus
mempertanggung jawabkan kelalaiannya itu diakhirat kelak. Manusia

80
hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia
tidak bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala
akibatnya harus dipikul sendiri, penderitaan akibat kelalaian adalah
tanggung jawabnya. Meskipun manusia menutupi perbuatannya yang
salah dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya,
misalnya dengan hartanya, kekuasaannya, atau kekuatannya
(ancaman), namun manusia tak dapat lepas dari tanggung jawabnya
kepada Tuhan.

B. Manusia dan Kegelisahan


Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tenteram
hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas.
Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang
tidak tenteram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Banyak yang menilai kegelisahan ada macam-macam diantaranya
adalah kegelisahan negatif dan positif yang di artikan sebagai berikut :
a. Kegelisahan Negatif  :
Kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas, yaitu
kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana
orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan
positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai
tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’
sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada. Tentu saja hal ini merupakan
ancaman bagi eksistensi manusia sebagai kesatuan yang integral.
b. Kegelisahan Positif  :
Dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit
dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda
peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya
atau hal-hal yang datang secara tiba-tiba dan tak terduga. Ia juga

81
merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan
dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor
penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif”
jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian
kadarnya membahayakan kesehatan manusia.
1. Sebab-sebab Orang Gelisah
a. Panik
Panik adalah sebuah perasaan dari ketakutan dan kecemasan. Panik
merupakan ketakutan dan kecemasan yang terjadi secara mendadak
dari sebuah peristiwa yang terjadi.
b. Kesulitan ekonomi
Kesulitan ekonomi merupakan kesulitan yang dialami ketika
seseorang merasakan kondisi sulit dalam kehidupan ekonomi.
Seperti hal nya tidak mempunyai uang atau kelangkaan dalam suatu
barang pemuas kebutuhan. Dengan adanya kesulitan ekonomi, ada
beberapa orang yang merasa terdesak dan gelisah untuk berfikir
bagaimana caranya agar bisa menyelesaikan kesulitan ekonomi
tersebut.
c. Persiapan yang tidak matang
Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan, harus dengan persiapan
yang matang. Apabila kita akan melakukan sesuatu   tetapi  belum
ada persiapan yang matang, maka dapat terjadi kegelisahan.
Contoh nya seperti dalam menghadapi ujian, tetapi  belum ada
persiapan yang matang dalam menjalani ujian tersebut, maka
kemungkinan perasaan gelisah akan timbul.

2. Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan


a. Bersikap tenang
Tenang merupakan sikap mengontrol perasaan menjadi rileks.
b. Intropeksi diri

82
Pada saat gelisah, intropeksi diri sangat diperlukan.Dengan adanya
intropeksi diri seseorang akan mulai berfikir apa penyebab
kegelisahannya dan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan
nya tanpa harus merasa gelisah.
c. Berserah diri kepada Tuhan
Kegelisahan terkadang membuat diri seseorang lupa akan ada nya
Tuhan yang selalu siap membantu . Apapun yang membuat kita
gelisah, apabila kita memasrahkan diri kepada tuhan kemungkinan
tuhan akan memberikan jalan keluar dari kegelisahan yang kita
alami.
d. Bercerita kepada seseorang
Dengan adanya bercerita kepada seseorang, permasalahan
yangsedang dialami bisa mendapatkankan pendapat ataupun saran.
Jadi kemungkinan kegelisahan tidak akan bertambah dengan adanya
pendapat atau saran yang diterima.

3. Faktor Penyebab Kegelisahan


Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan
selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang
diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri
penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan
berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir  
hayatnya. Faktor penyebab kegelisahan antara lain :
a. Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar,
namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan
cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam
penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud
cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan
terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang

83
berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang
lebih parah dari penyakit tersebut.
b. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-
was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian
seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-
Nya, dan menganggap enteng perintah dan larangan-Nya. Terkadang
was-was juga akan muncul dari setan yang telah menggoda  jiwanya.
c. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran
kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh.
Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan
dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga
sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
d. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab
was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri
dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-
sebabnya pada anak-anak.
e. Tidak Merasa Aman
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara
tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan
tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa
was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan
aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab
lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk
bagi penyakit was-was.
f. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf
dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya,

84
sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan
kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan
keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang
lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam
bentuk perasaan lemah.

C. Manusia dan Harapan


Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu
terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai
menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh
setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai ,memerlukan kepercayaan
kepada diri sendiri,kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada
Tuhan.
Seseorang mempunyai harapan karena adanya dua hal, yaitu
dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup.
1. Dorongan kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah
terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan Tuhan.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau
harapan, misalnya menangis, tertawa, dan sebagainya.
2. Dorongan kebutuhan hidup
Kebutuhan hidup secara garis besar dapat dibedakan menjadi
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani
misalnya makan dan minum. Kebutuhan rohani misalnya ketenangan.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka
manusia mempunyai harapan. Pada hakikatnya harapan adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Terkait dengan kebutuhan manusia tersebut , abraham maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam atau disebut
juga lima harapan manusia, yaitu :

85
a. Survival (harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup)
b. Savety (harapan untuk memperoleh keamanan)
c. Be loving and love (hak untuk mencintai dan dicintai)
d. Status (harapan diterima lingkungan)
e. Self actualization (harapan memperoleh perwujudan cita-cita)
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam
hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu
di wujudkan hal–hal sebagai berikut :
a. Harapan apa yang baik
b. Bagaimana mencapai harapan itu
c. Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Harapan harus didasarkan pada kepercayaan, maka percaya disini
artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Oleh karena itu
dalam buku “Filsafat Ilmu” yang ditulis oleh Dr. Yuyun Suria Sumantri,
mengemukakan tiga teori kebenaran :
a. Teori koherensi/konsistensi
Sesuatu dikatakan benar apabila konsisten
b. Teori korespondensi
Sesuatu dikatakan benar apabila materi pengetahuan yang dikandung
berhubungan dengan obyek yang dituju.
c. Teori pragmatis
Kebenaran diukur dengan kriteria.

86
BAB X
MANUSIA, SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Pemahaman tentang manusia.


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lain. Dikatakan paling
sempurna karena manusia dibekali akal sekaligus nafsu. Meskipun
manusia mempunyai nafsu tetapi yang paling berperan adalah akal. Akal
ini bertujuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
akal juga sebagai alat untuk berfikir, berhitung, dan berkreasi sehingga
kerja sama antara keduanya sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Secara istilah manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, dan sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan,
baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,
sosial), maupun kesejarahan. Setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense)
untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup.
Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi
kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya
manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan, belajar
makan, belajar berpakaian, belajar membaca, belajar membuat sesuatu
dan sebagainya, memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

87
Menurut Malinowski (1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari
Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu
lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan
melalui perantaraan kebudayaan. Rasa aman secara khusus tergantung
kepada adanya sistem perlindungan dalam rumah, pakaian dan peralatan.
Perlindungan secara umum, dalam pengertian gangguan/kelompok
lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk
menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini,
diciptakan aturan-aturan  dan kontrol-kontrol sosial tentang apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok.
Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan
kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

B. Pengertian Sains (Ilmu Pengetahuan)


Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta
secara sistematis, dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
Menurut P. Medawar sains dalam istilah Inggris berarti science,
berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ilmu pengetahuan.
Pengertian pengetahuan adalah sebagai istilah filsafat yang tidak sederhana
dan mudah dipahami secara umum karena memiliki bermacam-macam
pandangan serta teori yang melingkupi makna pengetahuan tersebut.
Diantaranya pandangan Aristoteles yang berpandangan bahwa
pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat ditangkap melalui indera.
Sedangkan menurut Bacon dan David Home, pengetahuan diartikan
sebagai pengalaman indera dan batin. Tetapi tidak semua ilmu boleh
dikatakan sains. Ilmu pengetahuan (sains) yang sesungguhnya adalah ilmu
yang dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan

88
kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan yang ada,
sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut bisa dipercayai melalui
percobaan secara teori.
Permasalahan yang timbul dalam bidang ilmu pengetahuan meliputi
arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan sebagai dasar
langkah berkelanjutan. Ilmu pengetahuan mencakup ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Sains memberikan
penekanan kepada sumbangan pemikiran manusia dalam menguasai ilmu
pengetahuan itu. Proses mencari kebenaran serta mencari jawaban atas
persoalan-persoalan secara sistematik dinamakan pendekatan saintifik dan
itu menjadi landasan perkembangan teknologi yang menjadi salah satu
unsur terpenting dalam peradaban manusia.

C. Pengertian Teknologi.
Pengertian teknologi masih beraneka ragam. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa teknologi adalah transformasi (perubahan bentuk) dari
alam. Pengertian lain menyebutkan teknologi adalah realitas atau
kenyataan yang diperoleh dari dunia ide. Teknologi dalam makna subjektif
adalah keseluruhan peralatan dan prosedur yang disempurnakan.
Pengertian yang lebih luas menyebutkan bahwa teknologi adalah
segala hal yang telah disempurnakan prosedurnya melalui teori yang
dikembangkan secara nyata dan praktis untuk mempermudah aktivitas
manusia. Secara bahasa, kata teknologi sendiri berasal dari bahasa Yunani
Kuno berupa kata techne dan  logia. Kata techne artinya seni kerajinan,
kemudian lahirlah kata technikos yang berarti seseorang yang memiliki
keterampilan tertentu.
Dengan demikian, kata teknologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yan menerapkan suatu teori dalam kenyataan yang praktis dan memiliki
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu peralatan tertentu.

89
Teknologi memperlihatkan fenomena dalam masyarakat sebagai hal
impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan
manusia menjadi lingkup teknis. Batasan ini bukan dalam bentuk teoritis,
melainkan perolehan aktivitas masing-masing dan observasi fakta dari apa
yang disebut manusia modern dengan perlengkapan tekniknya.
Menurut Jacques Ellul teknologi adalah berbagai usaha, metode, dan
cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandarisasi dan
diperhitungkan sebelumnya.
Dalam kepustakaan, teknologi memiliki berbagai ragam pendapat
yang menyatakan teknologi adalah transformasi kebutuhan (perubaan
bentuk dari alam). Teknologi adalah kenyataan yang diperoleh dari dunia
ide. Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis,
tetapi secara luas juga mencakup teknologi sosial terutama teknologi sosial
pembangunan sehingga teknologi itu menjadi metode sistematis untuk
mencapai tujuan insani. Sedangkan teknologi dalam makna subyektif
adalah keseluruhan peralatan dan prosedur yang disempurnakan. Jadi
secara umum, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia.

D. Perkembangan Sains dan Teknologi


Ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh dan berkembang dengan
cepat, melebihi  daya serap otak manusia, sehingga ia tidak dapat
memahami seluruh produk ilmu pengetahuan kendatipun sudah
memakainya bahkan menjadi objeknya.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
Perkembangan ilmu pengetahuan alam sampai saat ini dapat dibagi
menjadi sebagai berikut :
a. Perkembangan lambat, yaitu abad ke-15 sampai abad ke-16
b. Perkembangan sedang, yaitu abad ke-16 sampai abad ke-19

90
c. Perkembangan cepat, yaitu abad ke-19 sampai abad ke-20
d. Perkembangan sangat cepat, yaitu abad ke 20 sampai sekarang
Perkembangan ilmu pengetahuan baik perkembangan ilmu alam,
ilmu sosial, dan humaniora dari waktu ke waktu berlangsung cepat
dimana ilmu-ilmu murni menjadi ilmu terapan yang jumlah cabang dan
rantingnya menjadi semakin banyak. Masing-masing bidang ilmu
tersebut melalui penelitian ilmiah oleh para ilmuan terus dikembangkan.
Ilmu-ilmu alam yang tediri dari biologi, kimia, dan fisika
selanjutnya melahirkan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu teknik, ilmu
kelautan, geografi, ilmu pertanian, ilmu peternakan, ilmu kehutanan,
kedokteran, dan lain-lain.
Ilmu sosial yang terdiri dari psikologi, sosiologi, dan sejarah
berkembang dan melahirkan ilmu terapan seperti ilmu politik, ilmu
ekonomi, ilmu hukum, ilmu administrasi, ilmu pendidikan, ilmu
kesejahteraan sosial, dan lain-lain. Dan Ilmu humaniora terdiri dari ilmu
filsafat, bahasa, sastra dan seni kemudian masing-masing ilmu juga
berkembang dan bercabang.
2. Perkembangan Teknologi.
Istilah teknologi merupakan produk sains atau ilmu pengetahuan,
dalam  pengertian bahwa  penerapan itu menuju pada perbuatan atau
perwujudan sesuatu. Kecenderungan inipun mempunyai suatu akibat
dimana teknologi dianggap sebagai penerapan sains. Dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan.
Penggunaan teknologi bertujuan untuk memudahkan segala
aktivitas manusia yang berkaitan dengan efisien waktu dan tenaga.
Sama dengan sains, hasil penggunaan teknologi juga memberikan
kontribusi yang besar bagi kesejahteraan hidup manusia di segala aspek
kehidupan.

91
Namun, sangat disayangkan sekarang ini tidak semua teknologi
dapat membantu pekerjaan manusia, justru ada pula teknologi yang
malah membantu menjadi boomerang akibat salah dalam
memanfaatkannya, contohnya adalah perkembangan teknologi berupa
media sosial atau internet. Dimana saat ini jejaring sosial banyak
disalah gunakan oleh masyarakat sehingga banyak menimbulkan
dampak negatif diantaranya akses bebas situs porno yang dapat
menurunkan moral anak, kasus ujaran kebencian, adanya hacker yang
dapat merugikan orang lain, dan sebagainya.

E. Fungsi Sains dan Teknologi Dalam Kehidupan Manusia


Salah satu fungsi Sains dan Teknologi bagi manusia adalah sebagai
sarana bagi kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar
aktivitas kehidupannya menjadi lebih mudah, lancar, efesien, dan efektif,
sehingga kehidupannya menjadi lebih bernama dan produktif. Oleh karena
itu melalui pendekatan ilmu antriopologi, istilah atau pengertian ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untk merujuk pada
keterkaitan antara manusia, lingkungan, dan kebudayaan.
Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya,
manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana
berupa pengetahuam yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup
untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian iptek bagi manusia
selalu berkaitan dengan usaha manusia untk menciptakan taraf atau
kualitas menjadi lebih baik.

F. Dampak Sains dan Teknologi terhadap kebudayaan


Sistem peralatan hidup manusia merupakan unsur kebudayaan yang
paling cepat berubah. Sestem peralatan sering juga disebut sebagai sistem
teknologi yang pekembangannya mempengaruhi sistem sosial budaya yang
lain. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi unsur religi, kesenian,

92
bahasa, sebagainya. Kemajuan teknologi berasal dari pengembangan unsur
sistem pegetahuan masyarakat. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
manusia, umumnya terdiri atas berikut ini :
1. Alat- alat produktif
2. Alat-alat yang didistribusikan dan transportasi dan sistem komusikasi.
3. Wadah atau tempat-tempat untuk menaruh barang kebutuhan.
4. Makanan dan minuman.
5. Pakaian dan perhiasan.
6. Tempat berlindung dan perumahan.
Setiap suku bangsa dan kelompok masyarakat memiliki peralatan-
peralatan seperti yang disebutkan di atas dengan ciri-ciri khas masing-
masing. Alat –alat produksi tergantung juga pada mata pencaharian
masyarakat, misalnya petani tentu saja membutuhkan cangkul. Nelayan
membutuhkan pancing dan jala ikan. Nelayan juga membutuhkan perahu
sebagai alat tranportasi, memerlukan wadah atau tempat untuk
menyimpan ikan, mempunyai jenis makanan dan minuman yang khas, ada
juga yang memiliki perhiasan-perhiasan dari kerang atau yang terbuat dari
hewan atau tumbuhan laut, ada juga rumah-rumah sederhana dan berada
di tepi pantai dan memiliki senjata untuk berlinung dari hewan buas di laut
atau darat.

G. Dampak Positif dan Negatif Sains dan Teknologi


1. Beberapa dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan sains
dan teknologi adalah :
a. Manusia dapat melakukan perjalanan yang jauh dalam waktu yang
singkat menggunakan alat transportasi modern.
b. Manusia dapat berkomunikasi dengan sesama meski berada di
tempat yang jauh dengan menggunakan teknologi komunikasi
modern.

93
c. Manusia dapat melakukan tugas yang berat dengan seditik tenaga,
seperti contoh mencuci dengan menggunakan mesin cuci dan lain
lain.
d. Manusia dapat menyelesaikan tugas yang membutuhkan waktu lama
dalam waktu yang singkat, seperti contoh : menyalin ribuan tulisan
dengan mesin fotokopi
e. Manusia dapat melakukan hal yang berada diluar kemampuan tubuh
manusia, seperti contoh : Menjelajah angkasa luar menggunakan
roket dan perlengkapan astronout.
f. Manusia dapat mengetahui informasi-informasi aktual dari belahan
dunia manapun dengan teknologi internet.
g. Meningkatkan tingkat keamanan dan pertahanan suatu negara
dengan adanya penemuan-penemuan bidang militer.
h. Mempermudah bisnis perdagangan di seluruh dunia.
2. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan sains
dan teknologi adalah :
a. Manusia menunda nunda silaturrohim dengan sesama karena
dengan adanya teknologi komuniksai modern mereka dapat
berkomunikasi dengan sesama meski berada di tempat yang jauh.
b. Manusia menjadi malas melakukan pekerjaan berat karena dengan
adanya teknologi, tugas yang berat dapat diselesaikan dengan seditik
tenaga, seperti mencuci dengan menggunakan mesin cuci.
c. Manusia menjadi malas melakukan pekerjaan yang lama karena
dengan adanya teknologi, tugas yang membutuhkan waktu lama
dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, seperti contoh :
menyalin ribuan tulisan dengan mesin fotokopi.
d. Manusia dapat mengkases informasi informasi yang berbahaya dan
tidak mendidik dari internet hanya untuk pemuas nafsu dan
kepentingan pribadi.

94
e. Munculnya para cyber crime di dunia maya yang mana merekan
mampu meretas sistem keamanan.
f. Banyaknya penipuan bisnis perdagangan yang dilakukan secara
online.
g. Dampak Penyalahgunaan sains dan teknologi pada kehidupan.
Pengaruh negatif iptek secara manusiawi dirasakan pada masyarakat
dewasa ini, terlihat dari kondisi manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini
telah begitu jauh dipengaruhi oleh iptek. Gambaran kondisitersebut sebagai
berikut :
1. Situasi Tertekan, manusia mengalami ketegangan akibat penyarapan
iptek. Contoh pada sistem industri, seorang pekerja meskipun sakit
atau lemah ataupun ada berita duka bahwa anaknya sedang sakit
dirumah sakit, mungkin pekerjaan tersebut tidak bisa ia tinggalkan
karena akan membuat macet produksi dari industry tersebut. Keadaan
tertekan demikian, akan menghilangkan nilai-nilai sosial dan tidak
manusiawi lagi.
2. Perubahahan ruang dan lingungn bagi manusia. Iptek telah mengubah
lingkungan manusia dan hakikat manusia. Contoh yang sederhana
dalam hal makan atau tidur manusia tidak ditentukan dari lapar atau
kantuk tetapi diatur oleh jam. Lingkungan manusia menjadi terbatas,
tidak berhubungan dengan padang rumput, pantai atau pepohonan
secara langsung. Yang ada hanyalah bangunan yang tinggi dan padat
sehingga sinar matahari tidak menyentuh permukaan kulit manusia.
3. Perubahan waktu dan gerak manusia. Akibat iptek, manusia terlepas
dari hakikat kehidupan. Sebelumnya tidur diatur dan diukur sesuai
dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia
sifatnya konkret dan alamiah. Tetapi sekarang waktu hanya memiliki
nilai kuantitas belaka tidak ada nilai kualitas manusiawi dan sosial.
4. Tebentuknya suatu masyarakat massa. Akibat iptek, manusia hanya
membentuk masyarakat massa, artinya ada kesenjangan sebagai

95
masyarakat kolektif. Hal ini dibuktikan bila ada perubahan norma
dalam masyarakat, maka muncul keguncangan. Masyarakat masih
memegang nilai-nilai asli seperti agama tau adat istiadat secara
ideologis, akan tetapi struktur masyarakat dunia norma tetap saja
hukum ekonomi, politik, atau persaingan kelas.
5. Iptek manusiawi dalam arti ketat. Artinya, iptek manusiawi harus
memberikan kepada manusia suatu kehidupan yang sehat dan
seimbang, bebas dari tekanan-tekanan.iptek harus menyelaraskan diri
dengan menusia bukan sebaliknya. Manusia bukan menjadi objek iptek
tetapi harus menjadi subjek iptek. Kondisi sekarang menusia itu
menjadi objek iptek dan harus selalu menyesuiaikan diri dengan iptek.

H. Problematika Pemanfaatan Iptek di Indonesia


Merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka
Panjang masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan
pemanfaatan iptek dapat diidentiikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan iptek nasional dalam menghadapi
perkembangan global.
2. Rendahnya konstribusi iptek nasional di sektor produksi. Hal ini antara
lain ditunjukkan oleh kurangnya efesiensi dan rendahnya produktivitas,
serta minimnya kandungan teknolgi dalam kegiatan ekspor (misalnya
produktivitas BBM yang selalu bermasalah)
3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek yang menjembatani
interaksi antara kapasitas penyedia iptek yang menjembatani interaksi
antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna.
Masalahnya saat ini dapat dilihat dari belum tertatanya infrastruktur
iptek, antara lain institusi yang mengolah dan menterjemahkan hasil
pengembangan iptek.
4. Lemahnya sinergi kebijakan iptek, sehingga kegiatan belum sanggup
memberikan hasil yang signifikan.

96
5. Masih terbatasnya sumber daya iptek, yang tercermin dari rendahnya
kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan.
6. Belum berkembangnya buaya iptek di kalangan masyarakat. Budaya
bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai iptek yang
mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri.
Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka
menciptakan daripada memakai dan membeli, serta lebih suka belajar
berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada, presepsi
lain lebih suka menjadi konsumen daripada produsen.
7. Belum optimalnya peran iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana alam. Kemampuan iptek nasional belum optimal dalam
memberikan antisipasi dan solusi strategi terhadap berbagai
permasalahan bencana alam.

97
BAB XI
STATUS SOSIAL DAN GIZI

A. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah dua kata yang digabung menjadi satu arti. Kata
pertama adalah status dan kata kedua gizi. Status dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan sebagai keadaan atau kedudukan (orang, badan, dan
sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Kata gizi
dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai zat makanan pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan. Berdasarkan konsep bahasa Indonesia yang
umum, maka dapat dijelaskan bahwa status adalah keadaan yang
berhubungan dengan diri seseorang, jika status itu diikuti oleh kata benda
orang.
Sedangkan gizi adalah zat makanan. Zat makanan yang dikenal saat
ini disebut juga zat gizi. Zat gizi dibagi menjadi dua yaitu gizi makro dan
gizi mikro. Zat gizi makro dicirikan oleh jumlahnya yang dibutuhkan
banyak sedangkan mikro adalah jumlahnya yang dibutuhkan sedikit.
Memperhatikan jumlah sedikit atau banyak tidak identik dengan kata
penting dengan tidak penting. Alasannya semua zat gizi sama pentingnya
bagi tubuh. Fungsi zat gizi makro ditunjang oleh adanya zat gizi mikro. Jadi
semua zat gizi bekerja sesuai dengan sistem.
 Berdasarkan penjelasan diatas, maka status gizi diartikan adalah
keadaan tubuh seseorang sebagai keseimbangan antara asupan zat gizi
melalui makanan minuman dan pemakaiannya oleh tubuh. Jadi status gizi
dapat dideskripsikan sebagai kondisi pemenuhan kebutuhan zat gizi
seseroang. Jika status gizinya baik, maka diartikan pemenuhan kebutuhan
gizi adalah sesuai dengan kebutuhannya. Cara mengetahui bahwa

98
seseroang memiliki status gizi baik adalah dengan menggunakan berbagai
metode penilaian status gizi.
 Metode penilaian status gizi dikenal dengan metode penilaian secara
langsung dan metode penilaian secara tidak langsung. Maksud dari 
metode penilaian secara langsung yaitu bahwa hasil pengukuran sudah
mendeskripsikan secara visual status gizi seseroang. Sedangkan yang tidak
langsung artinya meskipun sudah dilakukan pengukuran hasilnya belum
secara langsung memengaruhi status gizinya. Misalnya menilai
asupan makanan dipandang sebagai metode penilaian status gizi secara
tidak langsung. Alasannya meskipun diketahui asupan makanan seseorang
cukup atau kurang, namun tidak selalu pasti visualisasi secara fisik orang
tersebut akan kelihatan kurus ataupun gemuk. Hasil penilaian asupan
misalnya >100% Angka Kecukupan Gizi, namun penampilannya masih
kurus. Alasan inilah yang dijadikan acuan bahwa menilai asupan makanan
adalah menilai status gizi secara tidak langsunng.
Penilaian status gizi secara langsung dikenal sebagai Antropometri,
Biokimia, Klinik dan Biofisik. Pengukuran antropometri adalah mengukur
dimensi fisik. Dimensi fisik dalam bentuk beban atau luas. Ukuran tubuh
dalam dimensi beban adalah berat badan (kg) sedangkan ukuran fisik
dalam bentuk luas atau lebar adalah tinggi badan (cm). Ukuran-ukuran
lain dalam dimensi fisik adalah lingkar lengan atas (LILA), Lingkar Perut
(LP), Lingkar Panggul Pinggang (LPP), Lingkar Kepala (LK), Tebal Lemak
Kulit (TLK). Penilaian status gizi dengan metode biokimia adalah mengukur
komposisi nilai biokimia dalam darah dan urin pada manusia. Penilaian
klinik adalah mengukur kelainan klinik yang dialami seseorang akibat
asupan zat gizi. Penilaian biofisik adalah menilai kelainan biofisik akibat
asupan zat gizi.

99
B. Status Sosial dan Gizi
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memproleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat lebih esensial
(Almatsier, 2002). Gizi kurang dipengaruhi dari pemenuhan gizi, penyakit
infeksi pada anak, hygiene yang kurang, letak demografi/tempat tinggal
dapat berdampak pada status gizi individu. Sehingga dapat menyebabkan
status gizi buruk, sedangkan gizi merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan anak, mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kurang gizi dalam tubuh. Terpenuhinya
kebutuhan gizi pada anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat
sesuai dengan usia tumbuh dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas.
Peran pola asuh terhadap status gizi sangat penting. Menurut
penelitian Khomsan (2012) menyatakan ketika seorang ibu bekerja, pada
saat yang sama ibu tersebut akan kehilangan waktu yang sangat berharga
dalam mengasuh anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Surasmaji (2008) dan Devi (2010), yang menunjukkan adanya hubungan
antara pekerjaan orang tua dengan status gizi anak. Hal ini disebabkan ibu
yang bekerja diluar rumah cenderung tidak memiliki waktu untuk
melaksanakan tugas rumah. Namun berdasarkan penelitian di India,
menemukan bahwa di kalangan ibu bekerja, ternyata mereka yang
mendapat penghasilan lebih banyak mempunyai anak dengan status gizi
lebih baik. Sedangkan menurut hasil penelitian Suranadi dan Chandradewi
(2008) mengemukakan walaupun ibu itu bekerja diluar rumah namun jika
pengetahuannya yang cukup, ibu tersebut dapat mengatur waktu dalam

100
mengasuh anaknya. Hasil peneltian ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Sutanto, Mututik dan Suwarni (2012) yang menunjukkan ada hubungan
antara tingkat pengetahuan orang tua dengan status gizi di suatu daerah.
Pengetahuan dan sikap ibu tentang upaya peningkatan status gizi yang
baik sangat menunjang ketika ibu bekerja diluar rumah maupun didalam
rumah, dalam hal ini dapat mengatur waktu ketika memberi makanan,
merawat, menjaga kesehatan dan kebersihan, memberikan kasih sayang,
dan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak-
anaknya.
Menurut Soeharjo dalam Suranadi (2008), bahwa apabila penghasilan
keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat mutunya.
Sebaliknya, penghasilan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah
pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan. Hasil penelitian dari Harniwita (2008) di suatu daerah
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan
status gizi keluarga. Pada kondisi ekonomi terbatas biasanya pemenuhan
gizi pada anak jadi terabaikan. Namun, pada negara-negara maju
masyarakatnya lebih mengonsumsi kalori dan lemak jenuh melebihi
kebutuhan tubuh disebabkan tingkat pendapatan yang tinggi. Hal tersebut
dapat menyebabkan kegemukan, kegemukan sangat terkait dengan pola
makan dan gaya hidup seseorang.
Penghasilan yang cukup ketika diimbangi dengan pengetahuan gizi
yang memadai, dan pemanfaatan pangan yang baik, kebutuhan gizinya
akan terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas. Keluarga yang tingkat
pendapatannya meningkat tidak selalu membelanjakan untuk kebutuhan
gizi tapi sebaliknya dibelanjakan untuk barang yang dapat meningkatkan
status sosial. Banyak terdapat anak dengan status gizi kurang pada ayah
dan ibu yang secara ekonomi seharusnya dapat mencukupi kebutuhan
makanan yang bergizi. Disisi lain, ayah juga perlu peran aktif untuk
mengoptimalkan perkembangan anak. Maka dalam hal ini perlu upaya dari

101
pemerintah untuk mengemas suatu bentuk pemasaran sosial mengenai
ajakan/himbauan kepada ayah agar terlibat lebih aktif dalam pengasuhan
anak.

C. Masalah Gizi dalam Analisis Sosial Budaya


Sebagai masalah kesehatan masyarakat, menangani masalah
gizi tidak dapat hanya dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi
yang buruk, minimnya pengetahuan gizi dan pola asuh anak, serta perilaku
buruk dalam mengonsumsi makanan di kalangan masyarakat. Pola
konsumsi makanan sendiri sangat dipengaruhi oleh budaya setempat.
Berbeda lokasi berbeda pula cara masyarakat mendefinisikan makanan dan
kecukupan gizi serta menentukan pola makan. Orang Jawa belum merasa
makan sebelum makan nasi, orang Papua terbiasa makan berat dengan
makan sagu. Tidak jarang masyarakat kita menganggap kalau belum
mengkonsumsi nasi belum dianggap makan.
Pola pikir masyarakat masih beranggapan bahwa kebutuhan makan
adalah dengan memakan makanan yang tinggi atau kaya karbohidrat tanpa
mempertimbangkan kecukupan gizi yang seimbang. Masalah gizi terjadi
di banyak tempat di berbagai daerah di Indonesia, hanya sebagian pihak
yang memandangnya sebagai fenomena sosial. Sebagian lain masih
menganggap hal ini sebagai fenomena kesehatan semata. Tidak banyak
yang menyadari luasnya dimensi masalah gizi dapat meliputi masalah-
masalah lingkungan dan ketersediaan pangan, pola asuh dan pendidikan,
serta kondisi ekonomi dan budaya.
Faktor budaya memengaruhi siapa yang mendapat asupan makanan,
jenis makanan yang didapat dan banyaknya. Sangat mungkin karena
kondisi budaya dan kebiasaan ini seseorang mendapatkan asupan
makanan lebih sedikit dari yang sebenarnya ia butuhkan.  Di Indonesia,

102
sebagian besar masyarakat menganut sistem patriarki. Dalam sistem
patriarki, garis keturunan diambil dari seorang Ayah (laki–laki), status
sosial laki–laki lebih tinggi daripada perempuan. Konsekuensinya, ayah
lebih sering diutamakan memakan makanan yang telah disajikan oleh Ibu.
Ayah lah yang paling sering mendapatkan jatah makanan lebih dulu di
meja makan. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia mengharus-
kan pemisahan antara makanan yang harus disajikan untuk Ayah dan
anggota keluarga yang lain.
Kondisi budaya seperti ini turut berkontribusi pada kondisi gizi anak
dan ibu hamil di dalam keluarga karena semua sistem keluarga patriarki
berhubungan erat dengan ketidaksetaraan gender. Dari gambaran di atas,
terlihat betapa kebiasaan makan tidak dapat dilepaskan dari nilai–nilai
sosial budaya masyarakat. Sementara kebiasaan makan sangat erat
kaitannya dengan upaya pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Kurangnya asupan gizi akan meningkatkan risiko terkena
penyakit infeksi dan berbagai penyakit kronis yang pada gilirannya akan
mengurangi produktivitas dalam bekerja dan berkontribusi kepada
masyarakat.
Memahami keterkaitan antara kebiasaan makan, pola makan, sistem
keluarga dan pengolahan makanan dapat membantu tenaga kesehatan,
penyusun kebijakan dan program kesehatan dalam memahami kondisi gizi
dan kesehatan masyarakat Indonesia secara lebih menyeluruh.
Dengan demikian penyusunan strategi kebijakan dan program-program
upaya peningkatan status gizi masyarakat dapat lebih tepat guna dan
sasaran. Apabila ini tercapai, secara bertahap transformasi kesehatan
menuju arah yang positif akan tercapai. 

103

Anda mungkin juga menyukai