FILSAFAT ILMU
BAB 1
“FILSAFAT ILMU”
Disusun oleh :
1. Nadiya Fakhira (1501617057)
2. Putri Aji Yulianti (1501617051)
3. Reza Dadang (1501617021)
4. Usamah Ahmad Muflih (1501617065)
1. Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, seperti; Tata susila yang menjadi pegangan
penyelenggara ilmu.
2. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan
dengan hubungan kedalam yang terdapat didalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat
pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Sebagaimana yang di rumuskan para ahli yang dikutip A. Susanto dalam Filsafat
Ilmu sebagai berikut :
1. Robert Ackermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat –
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat –
pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran –
ukuran yang dikembangkan dari pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu
demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya
2. The Liang Gie, Merumuskan filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan – persoalan mengenai segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat
ilmu bukanlah hanya dipahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan analisis ilmu –
ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang dalam mengkaji persoalan –
persoalan yang muncul melalui perenungan yang mendalam agar dapat diketahui duduk
persoalannya secara mendasar, sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
3. Jujun S, Suriasumantri, menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu
pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala ala
miah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan
pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni 1) pengetahuan tentang yang baik
dan yang buruk yang disebut juga dengan etika 2) pengetahuan tentang indah dan
jelek, yang disebut dengan estetika atau seni 3) pengetahuan tentang yang benar dan
salah, yang disebut dengan logika.
Beberapa pendapat lain mengenai pengertian filsafat ilmu seperti yang dijelaskan H.
Endang Komara dalam buku filsafat ilmu dan metodologi penelitian berikut :
Filsafat ilmu penelaahan tentang logika intern dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan
anatara percobaan dan teori yakni tentang metode ilmiah (Michael V. Berry)
Filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan
mengenai landasan-landasan ilmu. (May Brodbeck)
Filsafat ilmu adalah sebagai suatu cabang ilmu, filsafat pengetahuan mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
peranggapan-peranggapan metafisis dan seterusnya menilai landasan-landasan bagi
kesalahnnya dari sudut tinjauan logika formal, metodologis praktis, dan metafisika. (Stephen R.
Toulman)
Gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum tiga telaah yang tercakup
di dalam filsafat ilmu, yaitu
1. Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang
yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu
rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan,
antropologi, dll.
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka
wacana dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar
keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisan.
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam
yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan telaah yang ingin
menjawab pernyataan mengenai hakikat ilmu yang ditinjau dari segi ontologis, epistimologis
maupun aksiologisnya.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi
idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran
yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme
kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan
(ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu
conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi lapangan penyelidikan atau
lapangan studinya. Objek ini diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem
tertentu. Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Objek filsafat ilmu menurut Surajiyo, objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Menurut Noeng Muhadjir, objek studi filsafat
ilmu dibagi menjadi dua :
Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan
kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan logika yang digunakan semua disiplin
ilmu.
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan kebenaran, serta telaah
filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan kebenaran menjadi objek formil substantif,
sedangkan konfirmasi dan logika menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu.
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari sudut
pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya:
psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.
Filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif,
yaitu:
Kenyataan atau Fakta adalah empiri yang dapat dihayati oleh manusia.
b. Kebenaran
Benar dalam filsafat ilmu membahas benar epistimologik, benar ontologik dan
benar aksiologik.
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang
atau memberikan pemaknaan-pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi absolute, dan untuk membuat penjelasan prediksi atau pemaknaan.
b. Logika Inferensi
Logika Paradigma dengan menggunakan ragam pola piker terutama yang menyebar
dan horizontal serta mengembangkan pemaknaan menjangkau kebenaran etik dan di
luar segala kesanggupan manusia biasa.
C. Berfilsafat
Berfilsafat adalah berfikir. Namun berfikir belum tentu berfilsafat. Filsafat timbul dari rasa
ingin tahu dan rasa keraguan, yang berarti orang berfilsafat adalah orang yang selalu berfikir secara
kritis untuk menjawab rasa keingin tahuannya. Atau bisa diartikan dengan beberapa arti sebagai
berikut:
1. Berfilsafat, berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
2. Berfilsafat, berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
3. Berfilsafat Tentang Ilmu, berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri.
4. Berfilsafat, berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita
ketahui.
Karakteristik berpikir filsafat :
1. Menyeluruh
`Artinya, Pemikiran yang luas karena tidak membataasi diri dan bukan hanya ditinjau dari
satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu
yang satu dengan ilmu – ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar (Radikal)
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek
yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( Kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke
kedalamannya.
3. Spekulatif
Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil
pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang
baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena
tidak pernah mencapai penyelesaian.
Topik bahasan filsafat terdiri dalam beberapa kategori dan cabang- cabang filsafat yang utama
adalah metafisika, epistemologi, axiologi, dan logika.
Metafisika berasal dari kata Yunani ‘Meta’ yang berarti melampaui atau setelah,
dan ‘Physika’, yang berarti fisika. Ini adalah cabang filsafat yang melampaui ilmu
pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
seputar jati diri dan dunia. Cabang filsafat ini juga mempertanyakan keberadaan
makhluk spiritual, alam semesta, kehidupan setelah kematian, dll. Cabang – cabang
utama metafisika adalah :
Cabang filsafat ini berkaitan dengan definisi pengetahuan, ruang lingkup dan
keterbatasan. Epistemologi ini diterjemahkan dari bahasa Yunani yang berarti ‘teori
pengetahuan’. Cabang filsafat epistemologi mempertanyakan makna pengetahuan,
bagaimana kita memperoleh pengetahuan, berapa banyak yang kita ketahui, dan
bagaimana kita memiliki pengetahuan ini? Epistemologi kemudian dibagi lagi menjadi
beberapa cabang yaitu:
c. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan studi tentang penilaian.
Aksiologi sendiri dibagi dalam 2 cabang, yaitu :
i. Estetika
ii. Etika
Hal ini berkaitan dengan semua hal yang harus dilakukan dalam pemerintahan.
Filsafat politik berkaitan dengan hubungan dan kewajiban orang dalam negara dan
komunitas mereka. Filsafat politik mencakup hak-hak warga, hukum, dan sistem
peradilan.Komunisme, Feminisme, Marxisme, Sosialisme, dan Liberalisme adalah
beberapa teori terkait dengan cabang filsafat yang satu ini.
b. Filsafat Pikiran
c. Filsafat Bahasa
Cabang filsafat bahasa mencakup studi tentang topik-topik seperti asal, sifat dan
penggunaan bahasa. Filsafat bahasa mempelajari, memahami sifat bahasa, bagaimana
hal itu membantu dalam komunikasi, dan bagaimana hal itu berhubungan dengan
pikiran orang-orang yang berkomunikasi.
d. Filsafat Pendidikan
e. Filsafat Agama
Cabang filsafat agama berhubungan dengan agama dan ketuhanan. Tiga istilah
yang paling penting dan terkait dengan filsafat agama adalah:
Filsafat adalah subjek yang sangat luas, dan karena itu merasuk juga pada cabang ilmu lainnya
seperti hukum, sejarah, psikologi, dan antropologi. Ini adalah subjek yang banyak dipelajari,
sementara filsuf dari berbagai belahan dunia bermunculan dengan membawa ide-ide mereka
sendiri yang unik dan beserta teorinya. Filsafat sebagai subjek akan terus ada selama manusia terus
berpikir dan mempunyai pertanyaan
DAFTAR PUSAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Sumber Internet :
Alkhawaritzmi, https://alkhawaritzmi.wordpress.com/2009/09/13/karakter-berpikir-filsafat/
Diakses 14 Oktober 2017, Jam 20.00 WIB