2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakekat pengetahuan manusia.
Dalam pembahasan tentang hakekat pengetahuan tercakup di dalamnya perenungan-
perenungan filsafati tentang susunan pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode-metode
pemerolehan pengetahuan, teori-teori kebenaran pengetahuan, dan aliran-aliran yang ada
dalam epistemologi. Dua aliran utama dalam epistemologi adalah empirisme dan rasionalisme.
Teori-teori kebenaran pengetahuan adalah korespondensi, koherensi, pragmatisme, dan
kesepakatan.
3. Filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah aktivitas-aktivitas perenungan-perenungan filsafati dalam upaya untuk
memecahkan masalah-masalah yang timbul di sekitar hakekat ilmu, perkembangan ilmu dan
penerapan ilmu. Penggolongan filsafat ilmu dapat dibagi menjadi filsafat ilmu umum dan
filsafat ilmu khusus. Dua aliran utama dalam filsafat ilmu adalah aliran empirisme dan aliran
rasionalisme. Ruang lingkup filsafat ilmu:
Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan
keberadaan ilmu.
Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang
berhubungan dengan ilmu.
Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian
ilmu dan penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat.
Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu.
Masalah-masalah logika atau pembentukan suatu kesimpulan ilmiah yang berhubungan
dengan ilmu.
4. Hakekat ilmu
Pengertian ilmu dapat dirujuk dalam konteks etimologi dan konseptual. Ilmu merupakan
pengetahuan yang bersifat sistematik dan tidak dapat dipisahkan dari metode ilmiah sebagai
tehnik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Suatu jenis pengetahuan dapat diklasifikasikan
sebagai pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi beberapa syarat ilmiah tertentu, yaitu:
memiliki dasar pembenaran, bersifat sistematik, dan memiliki sifat intersubjektifitas. Sejarah
perkembangan filsafat dan ilmu juga dapat disajikan dalam bagian ini.
6. Filsafat Ilmu tentang Metode Penelitian Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Seni
Pada bagian ini dilakukan kajian filsafat ilmu tentang metode penelitian dalam ilmu pendidikan,
ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu seni. Pendekatan metode penelitian terdiri dari positivistis,
interpretif, maupun kritis. Dalam setiap pendekatan, baik itu positivistis, interpretif, maupun
kritis, terdapat batas-batas filsafat metodologis tertentu yang membedakan setiap pendekatan
dari pendekatan yang lain. Pemilihan setiap pendekatan seyogyanya lebih pada kesesuaian
pendekatan yang dipilih dengan masalah yang diteliti, tujuan penelitian yang ingin dicapai, dan
kebutuhan-kebutuhan penelitian yang lain.
Tiga hal tersebut itu adalah ontologi, epistemology, dan aksiologi, akan selalu menjadi prolog
suatu pembahasan sehingga dapat membedakan akar suatu pembahasan dengan pengetahuan
yang melingkupi suatu akar pembahasan.Di banyak kesempatan sebagian orang malah justeru
tiga pembahasan tersebut (ontology, epistemology, dan aksiologi) diposisikan sebagai tiga
cabang dari filsafat itu sendiri.
Adapun ontologi dimaksud di sini adalah suatu kajian yang ditujukan untuk menjawab
pertanyaan “apa”, sehingga ini sangatlah mendasar dan awal sebelum membahas hal yang
lainnya. Pembahasan pertama dari tema apapun seharusnya diawali dengan menjawab “apa”,
sehingga akan teridentifikasi batasan-batasan apa yang menjadi kajiannya.
Melengkapi pertanyaan dari “apa” yang ada di kajian “ontologi’, kemudian penjelasan tentang
pertanyaan dari pertanyaan “bagaimana” yang ada di kajian “epistemologi” ini, lalu kemudian
dilengkapi dengan apa yang dikaji dalam aksiologi. Karena aksiologi ini membahas tentang
daya manfaat dan daya guna dari bahasan tersebut, apakah memberi kemanfaatan dan
berguna ataukah tidak memberikan manfaat dan tidak berguna.
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan.
Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai
obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara
jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-
unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Sehinga kita
dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentukan mana yang
termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.
Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta kebijaksanaan, tentu saja
tidak puas terhadap kebiasaan-kebiasaan serta pendapat-pendapat yang dikemukakan begitu
saja tanpa adanya landasan pemikiran rasional dan obyektif yang dapat dipertanggungjawabkan.
Filsafatlah merupakan pelopor yang pertama-tama berani mendobrak dan membongkar
pandangan-pandangan tradisional dan mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja tanpa
adanya penjelasan rasional.
Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis), obyektif,
menyeluruh dan radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang dikemukan begitu
saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta membongkar kebiasaan-kebiasaan yang tidak
memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
======================
Untuk menemukan kebenaran tersebut perlu suatu pemikiran rasional (kritis, logis, dan sistematis) serta
bersifat obyektif, mendalam dan menyeluruh.
Pemikiran rasional lah yang mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu tradisional dan
mitis, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya.
Dengan pemikiran kritisnya, manusia tidak puas terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap
ketidakjelasan segala macam 4 informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis adalah pemikiran yang
menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran.
Sehingga orang yang berpikir kritis tidak puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja.
Informasi yang merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan hal yang
dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dengan demikian orang yang berpikir kritis perlu dapat membedakan serta memilih penjelasan yang
relevan dan benar, daripada penjelasan yang tidak relevan dan salah. Untuk memperoleh penjelasan
yang relevan dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, selain melakukan pengamatan dan
penelitian secara cermat dan teliti, orang juga perlu berpikir logis. Berpikir logis adalah pemikiran yang
didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan,
serta kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pemikiran yang kritis dan
disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan tubuh pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-
kesatuan pemahaman. Dengan dibongkarnya belenggu-belenggu tradisional dan mitis, manusia
dibebaskan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari pemahaman
yang picik , dangkal dan tidak jelas. Filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak
teratur dan tidak jernih. Ringkasnya filsafat akan membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang
hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia, serta memberi keleluasaan pada manusia untuk
berpikir. Untuk membebaskan manusia dari cara pemahaman yang picik dan dangkal, filsafat akan
membimbing manusia untuk berpikir secara luas (komprehensif) dan mendalam (radikal). Dan filsafat
akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih denganmembimbing
manusia melakukan pemikiran secara rasional (kritis, logis dan sistematis), memilahkan mana yang
relevan untuk memberikan penjelasannya dan mana yang tidak relevan, serta dapat memberikan jalan
penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannyayang saling terkait satu sama lain secara
organis, yang masing-masing bagian memiliki kedudukan dan peranan yang memang tak tergantikan
Ada tiga landasan yang digunakan untuk melakukan pembahasan secara filosofis terhadap ilmu
pengetahuan, yaitu: landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
Berdasarkan landasan ontologis, filsafat mempersoalkan tentang ciri khas dari ilmu pengetahuan (yang
mencakup segala jenis ilmu pengetahuan) bila dibandingkan dengan berbagai macam pengetahuan dan
kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Secara ontologis juga perlu dipersoalkan tentang lingkup wilayah
kerja ilmu pengetahuan sebagai obyek dan sasarannya, serta perlu diketahui tentang target dari
kegiatan ilmu pengetahuan yang ingin diusahakan serta dicapainya.
Landasan epistemologis memberikan dasar pembahasan tentang cara kerja ilmu pengetahuan dalam
usaha mewujudkan kegiatan ilmiah. Disini perlu dijelaskan langkah-langkah, metode-metode ilmu
pengetahuan, dan sarana yang relevan dengan sasaran serta target kegiatan ilmiah yang dilakukannya.
Dan landasan aksiologis menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai-nilai yang terkait dalam
kegiatan ilmiah. Selain nilai kebenaran, perlu disadari adanya berbagai nilai kegunaan yang dapat
ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebagai implikasinya. Sebagai yang memiliki nilai kegunaan, ilmu
pengetahuan memiliki nilai netral, permasalahan kehidupan untuk memberkan pemecahan yang dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
=================
SUMMARY
Filsafat Ilmu Pengetahuan, sebagaimana filsafat pada umumnya, tidaklah secara doktriner memberikan
penjelasan-penjelasan tentang ilmu pengetahuan, melainkan mengajak untuk mempersoalkan secara
kritis kegiatan yang dirasa sebagai kegiatan ilmiah, kegiatan yang bergulat dengan ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu Pengetahuan membimbing dengan pemikiran yang rasional (kritis, logis, dan sistematis),
obyektif, radikal (mendalam), dan komprehensif (menyeluruh), dalam rangka mempersoalkan serta
usaha untuk menemukan pemahaman yang dapat dipertanggung-jawabkan tentang ilmu pengetahuan.
Dengan pemikiran rasional, diharapkan dapat menghasilkan pemahaman jelas dan masuk akal tentang
ilmu pengetahuan yang bagian-bagian nya terlihat adanya keterkaitan logis satu sama lain. Dengan
pemikiran yang radikal (mendalam), diharap mahasiswa dapat sampai pada pemahaman yang pokok
sebagai inti dari ilmu pengetahuan, dan tidak terkecoh oleh berbagai macam hal yang sebenarnya bukan
merupakan unsur inti dari ilmu pengetahuan.
Dan terakhir dengan pemikiran komprehensif (menyeluruh) diharap memiliki pemahaman yang lengkap
dan utuh tentang ilmu pengetahuan, sehingga pemahamannya dapat memilah-milah mana yang
termasuk dalam ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan. Dengan
pemikiran yang rasional, obyektif, radikal dan komprehensif, diharap dapat memahami dan menjalankan
kegiatan ilmiah secara dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya, tidak terkecoh dan tersesat ke
arah yang menyimpang dari tujuan ilmu pengetahuan yang seharusnya, serta tidak timpang dalam
memahami ilmu pengetahuan sebagai proses, prosedur dan produk.
MENGAPA FILSAFAT ILMU
EPISEMOLOGI dan METODE ILMU PENGETAHUAN
"Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui" adalah masalah-masalah sentral
epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat.
Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human
mind. Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan
mengembangkannya. Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara
filosofis dan analitis.
Epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan
dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa yang mungkin dan apa yang tidak
mungkin menurut bidang-bidangnya, apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui, apa
yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui, dan apa yang sama sekali tidak
mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter
terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan
manusia.
Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia. Seseorang yang
senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum
menuju detail-detailnya, berarti dia menggunakan pendekatan deduktif. Sebaliknya, ada yang
cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama, barulah ditarik kesimpulan secara umum,
berarti dia menggunakan pendekatan induktif.
Bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara
rasional dan berpikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam
mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran, sebab secara epistemologi ilmu
memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera.
Oleh sebab itu, epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan
bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan adalah
aplikasi berpikir rasional, sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir
empiris.
=============================
Jadi alasan belum tentu sebab, begitu juga sebaliknya sebab belum tentu alasan
CONTOH
Pak Bos: “Pak Ale, kenapa you terlambat?
Oom Ale: “Enng, anu… maaf pak. Tadi ada macet di tol pak.”
Macet? Mungkin ada benarnya juga. Di Indonesia, jalan tol bukan jaminan mutu untuk lalu
lintas yang lancar dan berjaya. Setiap pagi Oom Ale harus berjibaku dengan kemacetan di jalan
tol. Supaya terhindar dari kemacetan, Oom Ale harus berangkat pagi-pagi. Itu berarti harus
bangun lebih pagi lagi. Sedangkan pagi ini, gara-gara semalam nonton bola, Oom Ale bangun
kesiangan dan merasakan siksaan macet jalan tol. Efek berantainya: Oom Ale terlambat sampai
di kantor dan harus menatap wajah Pak Bos yang lagi sewot. Mari kita teruskan dialog Oom Ale
dengan Pak Bos.
Pak Bos: “Lo, tadi pagi saya lewat situ jam setengah tujuh lancar-lancar saja tuh? Nggak ada
macet.”
Oom Ale: “Oh ya pak?? Wah, tadi macet kok pak.” (jreng!)
Pak Bos: “Memangnya you masuk tol jam berapa?”
Oom Ale: “Enng, anu… jam… anu.. se.. see… setengah delapan pak.” (tooeeng.. tooeeng..
tooeng..)
Pak Bos: “Ya pantesan aja! Mestinya you masuk tol jam setengah tujuh. You kan tahu, kalau
lewat jam tujuh jalan tol pasti macet. Ok, be honest, kena apa you terlambat?”
Oom Ale: “Anu, pak. Maaf pak. Tadi saya bangun kesiangan. Semalam nonton bola pak.”
Nah… jelas bukan perbedaan antara sebab dan alasan? Oom Ale terlambat disebabkan karena
Oom Ale bangun kesiangan. Sedangkan alasan keterlambatan Oom Ale adalah macet di jalan
tol. Dua hal ini tidak sama, tetapi dalam situasi genting seringkali tidak bisa dibedakan.
“Sebab” bukanlah realita tetapi kumpulan fakta untuk menjelaskan suatu kejadian. Meski
tidak sepenuhnya benar, “sebab” cenderung obyektif dan tak berpretensi apa-apa.
Sedangkan “alasan” adalah penafsiran atas fakta sesuai kehendak empunya; “alasan”
cenderung subyektif bahkan tidak jujur.
Maksudnya begini: Oom Ale bisa memilih satu fakta dari sekian banyak fakta yang ada untuk
menjawab pertanyaan bos kenapa pagi ini Oom Ale datang terlambat. Tentu saja, fakta yang
Oom Ale pilih adalah yang paling mendukung tujuan Oom Ale. Kalau Oom Ale jawab “bangun
kesiangan”, wah Oom Ale bisa dimaki bos. Sebaiknya Oom Ale jawab “macet di tol” karena
lebih aman. Kalau Bos bisa dikibulin dan percaya begitu saja dengan alasan ini, maka silakan bos
marah-marah sama jalan tol.
CONTOH lain:
Angin menyebabkan jendela tertutup
Saya menutup jendela agar nyamuk tidak masuk rumah
=================
Dapatkah ALASAN bekerja seperti SEBAB
Sebab berlaku umum lepas dari hasrat dan keyakinan. Dengan mengetahui sebab
gejala, kita bisa meramalkan gejala.
Alasan didasari oleh keyakinan dan hasrat. Tanpa keyakinan dan hasrat, alasan tak
masuk akal.
Alasan bekerja secara berbeda dengan sebab, meski, kadangkala kita menunjuk alasan
sebagai sebab.
Sebab didasari dan harus dapat dikonfirmasi oleh pengalaman. Alasan tidak harus
didasari oleh pengalaman.
Sebab bekerja untuk menjelaskan kenyataan yang dapat dikenali melalui pengalaman.
Alasan tidak ditujukan untuk menjelaskan kenyataan.
Alasan bekerja untuk memahami hubungan antara hasrat, keyakinan dan tindakan.
ALASAN Reason kenapa melakukan itu => ilmu psikologi => evidence kenapa orang melakukan
hal tersebut
SEBAB Kondisi => yang seperti apa yang menyebabkan orang berperilaku A atau B => intervensi
(dalam rangka membentuk kondisi) => sehingga tercipta perilaku yang diharapkan
=====================================
INTENTIONALITY Vs INTENSIONALITY
Intension is a common misspelling of intention, but the two words shouldn't be confused.
Intension with an "s" should only be used in technical discussions about the meaning of
language, or semantics.
Intentionality adalah kualitas kesadaran yang membuat kesadaran selalu terarah kepada
obyek.
Keyakinan, hasrat dan tindakan bersifat intentional.
Subyektif; mencerminkan cara seseorang memandang dunia, mencerminkan sudut
pandang orang itu; berbeda dengan orang lain.
› Benda yang sama dimaknai berbeda
› Suami yang tidak setia dicintai hingga kepergok
Sensitivitas pernyataan intentional terhadap substitusi = "intensional“.
› Superman : Clark Kent
› Bagus Takwin : Aten
Intentionality: properti keadaan psikologis.
Intensionality: properti logis dari pernyataan yang melaporkan keadaan psikologis.
TINDAKAN VS PERILAKU
Tindakan adalah suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang
hidupnya guna mencapai tujuan tertentu.
Tindakan dipandang sebagai tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku sebagai ganti respon yang
didapat dari dalam dirinya. Tindakan manusia menghasilkan karakter yang berbeda-beda
sebagai hasil dari bentuk proses interaksi dalam dirinya sendiri. Untuk bertindak seseorang
individu harus mengetahui terlebih dahulu apa yang di inginkan. Seseorang individu harus
berusaha menentukan tujuannya, menggambarkan arah tingkah lakunya, memperkirakan
tindakan orang lain, mengecek dirinya sendiri dan menggambarkan apa yang dilakukan oleh
faktor – faktor lain. Hal itulah yang sering memacu dirinya sendiri pada saat menghadapi situasi
yang melemahkannya.
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
======================
SIKAP VS PERILAKU
Salah satu fakta yang diterima secara luas tentang manusia adalah, Tidak ada dua orang yang
sama, baik dalam hal penampilan fisik (yaitu struktur tubuh, tinggi, berat, warna, dll) atau aspek
abstrak (seperti kecerdasan, sikap, kepribadian, perilaku dan sebagainya. di). Banyak orang
mengambil sikap seseorang sebagai perilakunya. Meskipun secara langsung atau tidak langsung
mereka saling terkait, mereka berbeda dalam arti bahwa sikap mewakili bagaimana seseorang
berpikir atau merasakan seseorang atau sesuatu.
Definisi Perilaku
Istilah 'perilaku' dapat digambarkan sebagai cara melakukan diri sendiri. Ini adalah cara
bertindak atau mengendalikan diri terhadap orang lain. Ini adalah serangkaian tindakan,
tanggapan, dan tingkah laku yang ditetapkan oleh seorang individu, sistem atau organisasi yang
berasosiasi dengan diri mereka sendiri atau lingkungan mereka, dalam keadaan apa pun.
Singkatnya, perilaku adalah reaksi individu atau kelompok terhadap input seperti tindakan,
lingkungan, atau stimulus yang dapat bersifat internal atau eksternal, sukarela atau tidak
sukarela, sadar atau bawah sadar.
Perbedaan antara sikap dan perilaku dapat ditarik dengan jelas dengan alasan berikut:
1. Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan mental seseorang, yang bertanggung jawab
atas cara dia berpikir atau merasakan seseorang atau sesuatu. Perilaku menyiratkan
tindakan, gerakan, perilaku atau fungsi atau individu atau kelompok terhadap orang
lain.
2. Sikap seseorang terutama didasarkan pada pengalaman yang diperolehnya selama
hidupnya dan pengamatannya. Di sisi lain, perilaku seseorang bergantung pada situasi.
3. Sikap adalah pikiran dan perasaan batin seseorang. Sebagai lawan dari, perilaku
mengekspresikan sikap seseorang.
4. Cara berpikir atau perasaan tercermin dari sikap seseorang. Sebaliknya, perilaku
seseorang tercermin dari perilakunya.
5. Sikap didefinisikan oleh cara kita memandang sesuatu sedangkan perilaku diatur oleh
norma sosial.
6. Sikap adalah sifat manusia tetapi perilaku adalah sifat bawaan.
Kesimpulan
Jadi, dengan diskusi di atas, jelas bahwa apa pun yang Anda katakan atau lakukan,
menyampaikan pesan kepada dunia tentang apa yang terjadi di pikiran Anda. Adalah fakta yang
diterima secara universal bahwa emosi, pendapat, dan pikiran kita tidak dapat diamati, yang
menunjukkan sikap kita. Lebih lanjut, perilaku kita dikendalikan oleh sikap kita karena
tindakannya merupakan cerminan pikirannya.
Sedangkan sikap tidak lain adalah persepsi seseorang terhadap sesuatu atau seseorang dalam
kehidupan. Sebagai lawan perilaku ini, adalah bagaimana seseorang bereaksi terhadap berbagai
input dan stimulus.
============================
Perilaku Sosial
Menurut Ruswanto (2009), perilaku sosial adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan
memperhitungkan keberadaan orang lain.
Sedangkan menurut Myers (2010), perilaku sosial adalah pola interaksi dan tindakan antara
individu dengan lainnya.
Lebih lanjut lagi, menurut Baron & Byrne (2005), perilaku sosial adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat,
yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak
dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang.
Tindakan Sosial
Max Weber mengungkapkan bahwa tindakan sosial merupakan tindakan yang memiliki arti
subjektif bagi individu dan diarahkan pada perilaku orang lain. Makhluk hidup melakukan
berbagai tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tindakan adalah perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia selama hidupnya
untuk mencapai tujuan tertentu. Weber menyatakan bahwa terwujudnya dunia adalah karena
tindakan sosial.
Tindakan sosial merupakan tindakan yang dilakukan dengan berorientasi pada atau
dipengaruhi orang lain. Tindakan tersebut ditujukan untuk mencapai apa yang dikehendaki.
Setelah sasaran terpilih, selanjutnya adalah melihat keadaan dan memilih tindakan. Tindakan
tersebut dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan sosial berarti tindakan yang memiliki makna subjektif bagi dan dari aktor pelakunya
(Johnson dalam Upe, 2008). Tindakan sosial bermakna untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Tindakan tersebut bukan respon terhadap stimulus melainkan terhadap maknanya bagi pelaku.
========================
NATURALISME Vs PENAFSIRAN
Secara umum merujukan kepada sudut pandang yang menyakakan bahwa hukum alam
beroperasi di alam semesta, dan tak ada yang berada melampaui alam, atau jika pun
ada itu tak mempengaruhi alam semesta.
Sebuah teori yang menghubungkan metode ilmiah dengan filsafat yang menyatakan
bahwa semua makhluk dan kejadian di alam semesta (apapun karakter inherennya)
bersifat natural.
Kesimpulan filosofis yang menyatakan bahwa realitas hanya alam, secara bertahap
ditemukan oleh kecerdasan manusia menggunakan alat bantu pengalaman, nalar, dan
sains.
SDM : level dalam pegawai (fresh graduate Vs senior)
Naturalistik (2 generasi mempunyai kebutuhan yang berbeda)
Fresh graduate (challenging reward)
Senior (kurang enerjik, family oriented, penghargaan)
PERAMALAN
Ilmu pengetahuan alam menunjukkan keberhasilan dalam melakukan peramalan
(prediction) gejala: akumulasi keberhasilan peramalan.
Peramalan itu memberikan bobot pada penjelasan ilmu pengetahuan alam dan
memberikan kemampuan mengendalikan gejala => teknologi untuk antisipasi
“Sejarah ilmu pengetahuan adalah sejarah kemajuan kemampuan peramalan.”
Peramalan tampaknya masih absen pada ilmu pengetahuan sosial dan ilmu yang
mempelajari tingkahlaku manusia: belum ada kemajuan yang berarti sejak jaman Yunani
meski sudah ada terobosan dari Adam Smith, E. Durkheim, J.M. Keynes dan B.F.
Skinner.
Mengapa peramalan penting dalam ilmu pengetahuan karena akan memberikan
penyimpulan sebab-akibat.
David Hume:
Tidak ada pengamatan langsung terhadap rangkaian dan alur kejadian yang
memungkinkan kita mengenali kejadian pertama menyebabkan kejadian kedua; tidak
ada pengamatan langsung yang dapat mengenali keterkaitan sebab dengan akibat.
Bagaimana penyimpulan sebab-akibat diperoleh dari generalisasi
BEHAVIORISME
Teleologi yaitu segala sesuatu yang diajarkan yang menerangkan segala sesuatu dan segala
peristiwa menuju pada tujuan tertentu.
========================
Folk Psychology adalah keyakinan umum orang-orang dalam budaya apa pun tentang cara
kerja pikiran dan interaksi mereka dengan perilaku. Adapun pengertian lain yakni nama lama
untuk psikologi budaya yang merupakan bidang studi di mana mengkaji studi psikologi dalam
budaya yang berbeda. Pengertian lainnya yakni ilmu yang mempelajari produk budaya sebagai
alat untuk memahami cara kerja pikiran individu dalam budaya tersebut.
Sebagai bagian dari masyarakat kita memiliki teori yang dikenal dengan sebutan
"common sense" atau "folk psychology" .
Teori ini mengatakan kepada kita apa yang kita tahu tentang diri kita dan orang lain:
“bentuk kehidupan (form-of-life)”; punya daya peramalan.
Ilmu pengetahuan sosial bertujuan memahami tindakan manusia dan konsekuensinya
sehingga sulit untuk meningkatkan daya prediktifnya.
Ilmu pengetahuan sosial berurusan dengan "folk psychology“; berurusan dengan
tindakan manusia dalam pengertian hasrat dan keyakinan yang menggerakannya.
Memahami ‘folk psychology’ adalah pintu masuk memahami tindakan manusia.
=============================
Teori pilihan rasional umumnya berada dipinggiran aliran utama sosiologi tahun 1989 dengan
tokoh yang cukup berpengaruh adalah Coleman, ia mendirikan jurnal Rationality and Society
yang bertujuan menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif pilihan rasional.
Teori pilihan rasional (Coleman menyebutkan ”Paradikma tindakan rasional”) adalah satu-satu
yang menghasilkan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin
menyebutkan bahwa pendekatannya beroprasi dari dasar metodelogi individualisme dan
dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan
fenomena tingkat makro.
Teori pilihan rasional oleh James S, Coleman adalah tindakan perseorangan mengarah kepada
sesuatu tujuan dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Teori pilihan
rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai manusia yang
mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan
tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan
atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan
atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.
Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan
perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan,
tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan
konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana
memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan mereka (Ritzer,2004)
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah
sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mengakui
bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasional, namun ia merasa bahwa hal
ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional
individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro
atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski
seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Colemans. Pertama ia
memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro
dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia
mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya
menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan
di antara fenomena mikro dan makro (Ritzer,2004).
Inti dari penjelasan teori pilihan rasional adalah bahwa pilihan, keyakinan, dan tindakan
memiliki hubungan satu sama lain. Sebuah tindakan akan dikatakan rasional bila tindakan
tersebut memiliki hubungan dengan pilihan, keyakinan, yaitu dalam artian bahwa tindakan
tersebut dapat dibuktikan sebagai tindakan yang paling dapat memuaskan pilihan sipelaku
sesuai dengan keyakinan yang ia miliki dan dibuktikan secara ex ente dan bukan secara ex post
(karena pengetahuan manusia tidak ada yang sempurna,sehingga orang rasional tetap bisa
melakukan kesalahan secara ex post (yaitu ketika dibandingkan dengan hasil nyatanya) biarpun
secara ex ente, yaitu sebelum dampaknya diketahui, keputusannya sudah rasional). Keyakinan
akan dikatakan bila sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Untuk membuktikan bahwa sebuah
tindakan adalah rasional, kita harus menunjukkan sebuah deret dimana tindakan tersebut
dipandang sebagai terberi (given) tapi segala sesuatu yang lain harus dibenarkan atau dicarikan
alasannya (yaitu penjelasan mengapa individu mengambil tindakan tertentu, mengapa individu
memiliki keyakinan tertentu).
Green dan Shapiro (1994; 204) menyatakan teori pilihan rasional akan memeriksa batas-batas
dari apa yang dapat dijelaskan oleh piihan rasional dan melepaskan kecenderungan untuk
mengabaikan, menyerap/mendeskriditkan penjelasan teori lainnya.
==============================
Teori pilihan rasional juga berasumsi bahwa seseorang memiliki preferensi di antara beberapa
pilihan alternatif yang memungkinkan orang tersebut menyatakan pilihan yang diinginkannya.
Preferensi tersebut dianggap lengkap (orang tersebut selalu dapat menentukan alternatif yang
mereka inginkan atau tak ada alternatif yang diinginkan) dan transitif (apabila pilihan A lebih
diinginkan daripada pilihan B dan pilihan B lebih diinginkan daripada pilihan C, maka A lebih
diinginkan daripada C). Agen rasional kemudian mempertimbangkan informasi yang ada,
kemungkinan peristiwa, dan potensi biaya dan keuntungan dari menentukan pilihan, dan
bertindak konsisten dalam memilih tindakan terbaik.
Rasionalitas sering dijadikan asumsi perilaku individu dalam model dan analisis ekonomi
mikro dan muncul di hampir semua penjelasan pembuatan keputusan manusia yang ada di
buku pelajaran ekonomi. Rasionalitas juga penting bagi ilmu politik modern,
sosiologi, dan filsafat. Versi turunan dari rasionalitas adalah rasionalitas instrumental yang
meliputi pencarian cara paling hemat biaya untuk meraih tujuan tertentu tanpa melihat
berharga atau tidaknya tujuan tersebut.
=========================
Jika dilihat perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua
macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen tidak rasional.
a) Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
1. barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
2. barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
3. mutu barang terjamin;
4. harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
========================
Inti dari teori pilihan rasional adalah saat dihadapkan pada beberapa jenis tindakan, orang
biasanya akan melakukan apa yang dianggap memberikan hasil terbaik.
Preferensi, keyakinan, dan feasible strategi individu sebagai alasan dari tindakan yang mereka
lakukan.
========================
2 16 16
4 30 14
6 40 10
8 46 6
10 48 2
Dari tabel tersebut, utilitas total dari mengonsumsi permen tambahan terus meningkat,
mencapai 48 untuk 10 permen yang dikonsumsi. Tetapi, utilitas marjinal dari mengonsumsi
permen tambahan terus menurun.
Penurunan utilitas marjinal berarti bahwa konsumen mendapatkan kepuasan ekstra lebih
sedikit dari setiap unit berikutnya yang dikonsumsi. Kita dapat menyimpulkan dari sini bahwa
konsumen yang rasional tidak akan mau membayar uang sebanyak untuk unit-unit selanjutnya
dan oleh karena itu kesediaan mereka untuk membayar akan turun. Ini adalah salah satu alasan
mengapa kurva permintaan konvensional untuk barang normal memiliki hubungan terbalik
antara harga yang dibebankan dan jumlah yang diminta.
Ketika konsumsi meningkat, utilitas marjinal menurun. Jika konsumsi terus meningkat, utilitas
marjinal di beberapa titik mungkin jatuh ke nol, mencapai utilitas total maksimum. Peningkatan
lebih lanjut dalam konsumsi unit komoditas menyebabkan utilitas marginal menjadi negatif. Ini
menandakan ketidakpuasan.
Sebagai contoh:
Untuk memuaskan dahaga seseorang meminum air tetapi jika melebihi suatu titik,
konsumsi lebih banyak air mungkin membuat orang tersebut muntah, sehingga
mengarah pada marginal negatif dan karenanya total utilitas berkurang
Dibutuhkan sejumlah lemah untuk menopang kebutuhan energi tubuh, namun di luar
suatu titik, lebih banyak kalori tidak dapat dikonsumsi atau menyebabkan penyakit
seperti obesitas.
Di luar titik tertentu, dosis antibiotik yang lebih jauh tidak akan membunuh patogen
sama sekali, dan bahkan dapat membahayakan tubuh.
SDM => muda (uang) .. dewasa (pension, layanan kesehatan, kesejateraan) terapan SDM
harus tahu batasan marjinal (work life balance)
===================================
Pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal sejatinya memiliki persamaan yaitu sama-sama
merupakan pendekatan untuk menilai tingkat kepuasan konsumen atas produk atau jasa.
Namun demikian, keduanya memiliki perbedaan dalam proses penggunaannya. Manakah yang
lebih bagus diantara keduanya? Mari kita simak penjelasan lengkap tentang Perbedaan
Pendekatan Kardinal dan Ordinal berikut ini:
#Pendekatan utilitas kardinal menegaskan bahwa utilitas dapat diukur secara langsung melalui
angka-angka. Karena itulah, pendekatan ini diistilahkan juga dengan pendekatan kardinal
(cardinal approach), yaitu dengan menggunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility
(MU).
SDM: Grade level jabatan, incentive
#Pendekatan utilitas ordinal menegaskan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya
dapat dibandingkan. Karena itulah, pendekatan ini diistilahkan juga dengan pendekatan ordinal
(ordinal approach), yaitu dengan menggunakan konsep kurva indiferen (indifference curve) dan
garis anggaran (budget line)
Ukuran baju: S M L
SDM: reinforcement
Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal Berdasarkan Asumsi disertai Contoh Kasus
Asumsi dalam pendekatan kardinal
Konsumen bertindak rasional yakni ingin memaksimalkan kepuasan sesuai dengan batas
anggarannya.
Pendapatan konsumen tetap
Uang memiliki nilai subjektif yang tetap
Menurut pendekatan kardinal suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan utilitas.
Contoh, sebuah raket akan lebih berguna bagi pemain tenis daripada pemain sepakbola.
Namun, bagi pemain sepakbola, sepatu bola lebih berguna daripada raket. Beberapa konsep
mendasar yang berkaitan perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal adalah konsep
utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility)
Utilitas total adalah yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa
tertentu secara keseluruhan.
Sedangkan, utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati konsumen dari setiap
tambahan satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi.
Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang dikonsumsi oleh individu,
maka semakin besar kepuasan total yang diperoleh. Walaupun demikian, utilitas yang diterima
dari mengonsumsi tiap unit tambahan komoditas tersebut biasanya semakin menurun.
Hal ini mendasari lahirnya Hukum Gossen I, diperkenalkan oleh H.H. Gossen (1810-1858),
seorang ahli ekonomi dan matematika. Ia menyatakan bahwa "jika pemenuhan kebutuhan akan
satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan
semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan
utilitas yang semakin kecil.
Contoh Kasus:
Jika Anda merasa haus, segelas es cendol akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih
terasa segar, sampai gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual.
Contoh tersebut mengilustrasikan turunnya utilitas total sampai pada tingkat tertentu.
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk
diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang diperoleh dari
mengonsumsi sejumlah barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya
optimalisasi dalam konsumsinya.
Pendekatan ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan kurva indiferen (indifference curve)
dan garis anggaran (budget line).
Kurva indiferen merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang konsumsi
yang memberikan tingkat utilitas yang sama.
Contoh Kasus:
Seorang konsumen membeli sejumlah barang, misalnya makanan dan pakaian, lalu berusaha
mengombinasikan dua kebutuhan tersebut agar menghasilkan utilitas sama.
Situasi:
KESIMPULAN
Jika Anda adalah pelaku usaha dan ingin menganalisis permintaan, tentu kedua pendekatan di
atas akan berguna. Keduanya boleh digunakan bersamaan atau memilih salah satu saja. Dan
tidak elok rasanya jika keduanya diperdebatkan dan dipersaingkan satu sama lain karena
keduanya memiliki keunggulan masingmasing.
PSIKOLOGI SOSIAL dan KONSTRUKSI MASYARAKAT
Psikologi sosial memfokuskan diri pada pemahaman tentang bagaimana hubungan antar
kelompok akan membentuk identitas sosial. Konsep inilah yang masuk dan berkembang dalam
pekerjaan sosial, walaupun belum berkembang dengan mudah. Teori utamanya adalah teori
komunikasi yang berada diantara psikologi dan sosiologi. Teori komunikasi ini sudah
berkembang dalam pekerjaan sosial. Teori psikologi dan komunikasi kelompok yang
membentuk persepsi atas realitas telah banyak digunakan dalam terapi pekerjaan sosial.
Persepsi atas realitas yang terbentuk dari proses komunikasi dan interaksi antar manusia dan
antar kelompok akan mempengaruhi perilaku orang. Persepsi itu saling dipertukarkan, tidak
hidup mandiri dalam diri individu, melainkan dipertukarkan. Pertukaran ini dilakukan melalui
bahasa. Pertukaran membentuk identitas atau berarti membentuk realitas, melalui bahasa.
Dengan demikian, bahasa membentuk identitas, atau berarti bahasa membentuk realitas.
Personal construct theory: Menyatakan bahwa manusia mengelola perilakunya sesuai
konstruksi pribadinya sendiri mengenai bagaimana berperilaku yang baik. Personal
construct akan dipertukarkan antara orang yang satu dengan orang lain melalui
kelompok yang akhirnya berkembang menjadi Social Construct.
Social construct adalah kesepakatan bersama mengenai bagaimana berperilaku yang
baik.
Berdasakan kenyataan sosial yang ada, Berger da Luckman menganggap bahwa unsur
terpenting dalam konstruksi sosial adalah masyarakat, yang di dalamnya terdapat aturan-
aturan atau norma, baik itu norma adat, agama, moral dan lain-lain. Dan, semua itu nantinya
akan terbentuk dalam sebuah struktur sosial yang besar, seperti institusi dan pertemuan.
Struktur sosial atau institusi merupakan bentuk atau pola yang sudah mapan yang diikuti oleh
kalangan luas di dalam masyarakat. Akibatnya institusi atau struktur sosial itu mungkin saja
terlihat mengkonfrontasikan individu sebagai suatu kenyataan obyektif dimana individu harus
menyesuaikan dirinya.
=======================
Contoh:
Bermakna jika:
mengikuti aturan
menghormati norma
=> mempersilahkan yang lebih tua untuk mengambil makan duluan
=> dalam suatu meeting bawahan baru akan mengemukakan pendapat jika dipersilahkan oleh
atasan