Anda di halaman 1dari 81

Pengertian Filsafat

Secara harfiyah atau etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan


kebenaran. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan kata
majemuk dari Philia dan Sophia. Menurut Poedjawijatna filsafat berasal
dari kata Arab yang erat hubungannya dengan bahasa Yunani, bahkan
asalnya memang dari kata Yunani, yaitu philosophia, yang merupakan
bentuk kata majemuk dari philo dan sophia. Philo berarti cinta atau
keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu.
Sedangkan sophia berarti kebijaksanaan (hikmah) atau kepandaian.
Secara terminologi pengertian filsafat memang sangat beragam, baik dalam
ungkapan maupun titik tekannya. Menurut Poedjawijatna, filsafat adalah
sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya tentang segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Sementara
Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia

Jadi filsafat adalah upaya pemikiran dan penyelidikan secara mendalam


atau radikal (sampai ke akar persoalan)
Para penulis ENSIE (Earste Nederlandse Systematich Ingerichete
Ensyclopaedie) membagi filsafat kepada 10 cabang, yaitu :
1. metafisika,
2. logika,
3. epistemologi,
4. filsafat ilmu,
5. filsafat naturalis,
6. filsafat kultural,
7. filsafat sejarah,
8. estetika,
9. etika dan
10. filsafat manusia.

Sedangkan The World University Ensyclopedia membagi filsafat kepada:


filsafat sejarah, metafisika, epistemologi, logika, etika dan estetika.

Sementara Christian Wolff (1679-1754) membaginya kepada cabang-cabang :


logika, ontologi, kosmologi, psikologi, teologi naturalis dan etika.
Immanuel Kant filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal
segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan, yaitu :

(a) apa yang dapat diketahui, jawabannya adalah metafisika,


(b) apa yang seharusnya diketahui, jawabannya adalah etika,
(c) sampai di mana harapan kita, jawabannya adalah agama dan
(d) apa itu manusia, jawabannya adalah antropologi.

Obyek Kajian Filsafat


Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik yang nampak
(dunia empiris) maupun yang tidak nampak (abstrak, metafisika). Menurut
sebagian filosof obyek material filsafat itu menyangkut tiga hal, yaitu yang ada
dalam kenyataan, yang ada dalam fikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
Adapun obyek formal filsafat adalah sifat penyeledikan yang radikal,
yakni keingintahuan tentang hakikat kebenaran sesuatu, dengan cara
melakukan penyelidikan secara mendalam sampai ke akar-akarnya. Dengan
kata lain bahwa obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh,
radikal dan obyektif tentang sesuatu yang ada untuk dapat mengetahui hakikat
yang sesungguhnya.
Metode Kajian Filsafat
dalam Dictionary of Philosophy yang dikutip oleh Dr. Anton
Bakker disebutkan ada sepuluh metode filsafat konkret, yaitu:
1) metode kritis : Socrates dan Plato,
2) metode intuisi : Platinos dan Bergson,
3) metode skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas dan filsafar
abad pertengahan,
4) metode matematis : Descartes,
5) metode empiris : Hobbes, Locke, Barkeley dan Hume,
6) metode transendental : Imanuel Kant, Neo-Skolastik,
7) metode dialektis : Hegel dan Karl Marx,
8) metode fenomenologis : Husserl dan eksistensialisme,
9) metode neo-positivisme dan
10) metode analitika bahasa: Wittgenstein (Sudarsono, 2001:
86-87).
Karasteristik atau Sifat Dasar Filsafat
1. Berfikir Radikal
2. Mencari asas
3. Memburu Kebenaran

CABANG ATAU PEMBAGIAN FILSAFAT


Aristoteles membagi filsafat kepada 3 bidang studi, yaitu :
1) Filsafat spekulatif atau: teoretis fisika metafisika, biopsikologi dsb
2) Filsafat Praktis : etika dan politik
3) Filsafat Produktif : kritik sastra, retorika dan estetika
Will Durant membagi studi filsafat kepada 5 cabang, yaitu :
1) Logika, yakni studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal,
yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan
eksperimen serta analisis dan sintesis.
2) Estetika atau disebut juga filsafat seni ( philosophy of art ), yakni
filsafat yang membahas tentang bentuk ideal dan keindahan.
3) Etika, yaitu filsafat tentang studi perilaku ideal.
4) Politika, yaitu studi tentang organisasi sosial yang ideal, yakni ttg
monarki, aristokrasi, demokrasi sosialisme, anarkisme dsb.
5) Metafisika. Metafisika ini terdiri dari ontologi, filsafat psikologi dan
epistemologi.
pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama,
filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan.
Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan contohnya:
1. Ilmu kalam (filsafat),
2. Fiqih (ilmu),
3. Sejarah Islam (pengetahuan),
4. praktek Islam di Indonesia (wawasan).
Bahasa, matematika, logika dan statistika merupakan pengetahuan
yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya bukanlah ilmu. Keempatnya
adalah alat ilmu.Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi
tidak setiap pengetahuan adalah ilmu.
Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi
ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu oleh filsafat , lalu
dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika
dan metode ilmiah.
Maka seseorang yang ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang
banyak dan memiliki pengetahuan tentang logika, matematika, statistika dan
bahasa. Kemudian pengetahuan yang banyak itu diolah oleh suatu metode
tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah. Pengetahuan tentang metode ilmiah
diperlukan juga untuk menyusun pengetahuan-
filsafat memiliki obyek material dan obyek formal.

Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas


sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek
yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek
yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah
pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas


obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara
pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah
sistem filsafat ilmu. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret
manusia dalam dunianya
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin
mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica.
Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini
adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab
pertamanya. Filsafat menggali
“kebenaran” (versus “kepalsuan”),
“kepastian” (versus “ketidakpastian”),
“obyektivitas” (versus “subyektivitas”),
“abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana
arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan
menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh
dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan
filsafat ilmu pengetahuan.
Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala
pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak
dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu
pengetahuan.
Pembagian Filsafat Menurut Pendapat ahli:
Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad
pertengahan membagi filsafat sebagai berikut :
Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada.
Bagian etika yang menentukan tata hidup.
Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.
Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian
yaitu :
Ilmu fisika, tingkatan terendah
Ilmu matematika, tingkatan tengah
Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi
Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu
1. filsafat teori dan 2. filsafat praktek.
•Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah,
yaitu :
Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-
lain)
Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori
kebenaran, logika).
Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang
•Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut :
Masalah theologies.
Masalah metafisika.
Masalah epistimologi.
Masalah etika.
Masalah politik.
Masalah sejarah.

•H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai berikut :


Logika
Metafisika
Ajaran tentang ilmu pengetahuan
Filsafat alam
Filsafat kebudayaan
Filsafat sejarah.
Etika
Estetika
Anthropologi.
Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :
Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertianumum.
Fisika, tentang dunia materil.
Etika, tentang kebaikan.

•Aristoteles membagi 4 cabang yaitu :


logika
filsafat teoritis
filsafat praktis
filsafat peotika
•FILSAFAT YUNANI
•1. Thales (625-545 SM)
•Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal
mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta adalah AIR.
Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang
merupakan pokok soal fisika. Thales merupakan ahli matematika yang pertama
dan juga sebagai the father of deductive reasonising (bapak penalaran
deduktif).
•2. Anaximandros (640 – 546 SM)
Meskipun ia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan
tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan
oleh gurunya
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang
oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak
dapat dirupakan tidak ada persamaannnya dengan apapun

3. Anaximenes ( 590 – 528 )


Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu.
Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses
pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu
menjadi encer yang timbul adalah api.
4. Herakleitos (535 – 475 SM)
Pemikiran filsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi./ Panta Rhei
Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada
selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai
lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala
yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun
sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada.
Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.

5. Pythagoras (± 572 – 497 SM)


Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious,
mereka menghormati dewa Apollo. Menurut kepercayaan Pythagoras manusia
asalnya Tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia
karena berdosa dan dia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan
bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup di dunia ini adalah
persediaan buat akhirat.
sebagai ahli pikir, dasar segala sesuatu adalah bilangan terutama
dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak
diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan
dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk.
6. Parmenides (540 – 475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracleitos. Dialah yang pertama kali
memikirkan hakikat tentang ada (being).
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan
gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos, yaitu
bahwa realitas adalah gerak dan perubahan. Yang ada adalah yang tetap –
pengetahuan budi

7. Democritus (460 – 370 SM)


ia lahir di Abdera di pesisir Tharake di Yunani Utara, karya-karyanya
sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah, seperti :
kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, musik, puisi dan lain-
lainnya
Atomos tidak bisa dibedakan karena sifatnya, namun hanya bilangannya,
jumlah atom tertentu merupakan hal yang tertentu pula.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada
runag kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu
tempat saja. Sehingga Demoritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu
atom itu sendiri (yang penuh), dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong
ZENO dari Milessos -
Dia mempersatukan ada dan mengingkari benar adanya gerak.
Contoh: ACHILLES (seorang pelari tercepat dalam dongeng Yunani ) tak
mungkin bisa mengejar kura-2 jika kur-2 itu sudah berangkat lebih dulu, karena
jika ia harus bergerak maka hanya akan dapat mengurangi setengah dari jarak
yang sudah ditempuh kura-2 itu.
jika orang melepaskan anak panah , terlihatkah gerak anak panah itu ?
Yang dilihat adalah : anak panak itu sekarang ada disini-lalu disitu-lalu disana.
Jadi bukanlah geraknya yang terdapat melainkan ADAnya yang merupakan
realitas.

EMPEDOKLES ( 490 – 435 SM )


Bahwa alam ini ( tak ada – menjadi – dan hilang ), alam ini terjadi dari Rizo
mata/ 4 unsur yaitu Air, Udara, Api dan tanah. Proses penggabungan ini
dipenaruhi oleh dua kekuatan yang saling bertentangan yaitu Cinta dan benci
Cinta membuat keempat unsur itu tersusun dalam keseimbangan, namun
benci lah yang mencerai beraikan. Begitulah seterusnya saling berganti.
ANAXAGORAS – ( 499 – 428 sm)
Dia mengikuti Empedokles dalam hal penggabungan dan pemisahan , namun
Unsurnya banyak biji (SPERMATA ) yang berjenis-jenis sifatnya.
Semua dan tiap-2 biji itu mengandung segala kemungkinan . Alam ini semula
Chaus/ campur baur, laludiatur oleh suatu kesadaran yang disebut NOUS
Sifat-2 Nous: 1. tidak berakhir dan otonom 2. tak tercampur dengan apapun 3.
berdasarkan atas diri sendiri 4. tercair dalam kemurnian sempurna 5. menjiwai
segala sesuatunya 6. memiliki pengetahuan yang sempurna dan kekuatan
yang tak terbatas.

Sofisme ( menjelang masa Sokrates )


Ada sekelompok orang yang menamai dirinya SOFOI (bijaksana ) merasa
sebagai pemilik kebijaksanaan, merasa tidak mungkin akan keliru. Jika
berdebat haruslah mereka menang . Kepandaian berdebat inilah yang dia
utamakan - mangajar orang lain untuk dapat upah.
Aliran ini bermanfaat juga bagi ilmu dan filsafat, karena orang lalu belajar untuk
berbicara dengan baik, mencari aturan agar tau bagaimana bisa menang dalam
berdebat dst. Walau itu bukanlah filsafat.
SOKRATES ( 469 – 399 sm )
Bagi Socrates Filosofi adalah Fungsi Yang hidup dia tidak mengajarkan,
melainkan membantu mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang.
Oleh karena itu, metodenya disebut maieutik/ Kebidanan; menguraikan.
•Dalam mencari kebenaran Dia bertanya sana-sini, kemudian dipahaminya
dengan baik. Maka jalan yang ditempuhnya dengan metode induksi,
Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan secara
kritis. orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik,
•menurutnya keadilan adalah melaksanakan apa yang menjadi
fungsi/pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri
fungsi/pekerjaan orang lain (the practice of minding one’s own business)
•Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang berarti
bercakap- cakap atau berdialog.
Plato (427 – 348 sm )
Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya,
Perictione adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis
undang-undang tentang demokrasi Athena.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah
mengajarinya selama 8 tahun. Hingga saat sang guru diadili dan dihukum, ia
masih berusia 28 tahun. Walau setelah 20 tahun mengajar ia sempat ke
Syracuse, untuk mendidik raja muda, Dionisius II menjadi seorang raja filosof,
yakni filosof yang menjadi raja atau raja yang belajar filsafat.

Teori Idea
Dunia ide inilah dunia yang sebenarnya, Fenomena alam hanyalah
bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal.

Ide Kebahagiaan
akal sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan mengenai segala
sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan, ide kebahagiaan dan ide
keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal,
manusia tersusun dari beberapa elemen yang mengimbangi
berbagai kapasitas atau fungsi lainnya. Kemampuan untuk
berpikir merupakan kapasitas dan fungsi yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Elemen akal ini merupakan hal
yang paling penting. Elemen lainnya terdiri dari nafsu badaniah,
yakni hasrat dan kebutuhan dan elemen rohani yang terungkap
dalam bentuk emosi, seperti kemarahan, ambisi, kebanggaan,
kehormatan, kesetiaan, dan keberanian. karena memiliki jiwa
tripartit inilah maka kebaikan tertinggi bagi manusia adalah rasa
tenteram atau kebahagiaan. Dari ketiga elemen tersebut
penggunaan akal sebagai sarana berpikir adalah yang paling
penting dalam esensinya sebagai manusia. Dalam hierarki berada
pada tingkat tertinggi. Nafsu badaniah berada pada tingkatan
paling rendah, sedangkan elemen rohaniah berada pada
tingkatan menengah.
Harmoni Tripartit
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh
dihilangkan atau diabaikan salah satunya dalam mencapai
kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan pemenuhan di
antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka
seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks.
Dan jika setiap elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan
perannya masing-masing sesuai dengan bangunan diri, maka
kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak dan mengalami
keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi
ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen
rasional dan tak rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena
berkaitan dengan sikap moral, moralitas seseorang.
Keseimbangan ketiga karakter kebajikan tersebutlah yang mampu
mengantar pada ide kebahagiaan
Aristoteles ( 384 – 322 sm )
Amat banyak karya yang diwariskan kepada kita , jika kita kelompokkan dapat
menjadi 4 yaitu:
1. Logica: biasanya disebut organon ( alat ) membentangkan tentang :
Pegertian, Putusan, Syllogismus, Bukti dan lain-lain.
2. physica: tentang Alam, Langit, Bintang dan Hewan, Jiwa dan lain-2
3. Metaphysica: segala sesuatu yang berada dibalik alam sebagai objek kajian
filsafat
4. Pengetahuan Praktis: Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, keduanya
tentang tingkah laku, Republica Atheniensium ( Tata Negara Ahena ),
Rethorica, ( tata cara berpidato) dan Poetica – puisi- sastra.

Logica -> KATEGORIA ada 10 macam ( 1 substansi = sebagai Inti )


dan 9 Accidensia – merupakan kebetulan yaitu:
1. Kuantitas 2. Kualitas 3. Hubungan 4. Waktu 5. Lingkungan
6. Keadaan 7. Tempat 8. Aktifitas 9. Passifitas.
ONTOLOGIA
HULE DAN MORFE
AKTUS DAN POTENSIA
PENGETAHUAN
ABSTRAKSI
ANTROPOLOGIA DAN ETHICA
Aristoteles adalah seorang biologist, seorang yang sangat
empiris, percaya pada hal-hal natural dan riil. Tidak seperti Plato
yang senang bergerak di bidang-bidang ideal, Aristoteles adalah
seorang yang down to earh.
Bagi Aristoteles, psikologi adalah ilmu tentang soul. Soul
menjadi bagian vital dari individu, menggerakkan, mengarahkan
perkembangan organisme, dan mengaktualisasikan organisma
menjadi eksistensinya yang sekarang. The soul is the form.
berbeda pandangan dengan gurunya yang memisahkan idea
(yang dalam konsepsi Aristoteles dapat disamakan dengan soul)
dan materi. Bagi Aristoteles, soul dan materi tidak dapat
dipisahkan. Materi tidak berarti tanpa soul.
Tidak semua benda di alam punya soul, hanya organisma saja,
yaitu nutritive soul, sensitive soul,rational soul.
• Struktur dan Fungsi dari Rational/Human soul.
• Perception-the starting point of knowledge-has to do with form, not matter.
Contoh : yang dilihat adalah lemari, bukan kayu.
• The Special Senses, setiap indera memfokuskan diri pada karakteristik
khas dari suatu obyek. Bagi Aristoteles, indera kita menangkap karakteristik
tersebut dan mencatatnya dalam benak kita, seperti apa adanya.
• The Interior Senses, bagian penginderaan yang terletak di dalam benak
kita, tidak berhubungan dengan dunia luar, namun masih memiliki kontak
dengan pengalaman sensasi.
• Common Sense, bagian yang mengintegrasikan berbagai sensasi yang
kita terima sehingga menjadi suatu gambaran utuh dan terintegrasi mengenai
dunia kita, terletak di hati. Common sense dan imagination membentuk
penilaian kita yang akhirnya membantu kita menginterpretasikan
pengalaman inderawi kita.
• Memory, image yang utuh mengenai obyek sampai ke memory dan
disimpan di sana. Fungsi utama memory adalah merepresentasikan kembali
obyek tersebut, tanpa harus disertai kehadiran riil dari obyek nyata tersebut.
Juga menghasilkan judgement, perasaan suka/tidak suka yang akhirnya akan
mendorong munculnya perilaku.
• Mind, bagian yang paling rational, hanya dimiliki oleh manusia. Jadi pada
binatang, informasi hanya sampai pada memory. Mind berfungsi untuk
membentuk abstraksi dari representasi-representasi obyek yang sampai ke
memory. Dengan kata lain, membentuk pengetahuan (knowledge).

Passive mind adalah potensial, tidak memiliki karakter tersendiri. Apa yang
ada di dalamnya baru teraktualisasi menjadi pengetahuan melalui active mind.
Active mind bergerak mengolah isi dari passive mind, abadi, dan kekal. Bagian
ini tidak tergantung dari tubuh dan ada pada semua manusia.
• Motivation
Dibedakan antara motivasi pada hewan (appetite) dan motivasi pada
manusia (wish).Manusia mengerti baik-buruk jadi konflik motivasionalnya
bersifat moral ethic, sementara hewan bersifat pleasurable.
Epikurisme
tokohnya; Epikuros ( 341 – 270 sm )
filsafatnya ditujukan hanya untuk memberikan kebahagiaan
kepada manusia, yang diutamakan adalah Ethica, sebagai
dasarnya adalah Logika dan fisika.
Logika dan fisika : sumber pengetahuan adalah Pengalaman,
Pengalaman berkali-kali menghasilkan Pengertian, Pengertian
membawa ke pengetahuan ttg dasar-2 yang sedalam-dalamya
dan tersembunyi (atom) terlalu kecil- tak tercapai indra. Gerak
atomlah yang menjadikan macam-2 benda di dunia ini ( tak ada
hubungannya dengan dewa ).
Jiwa manusia : benda sangat halus -> maka dapat
mencapai pengertian, karena jiwa menerima sinar dari benda lain
yang semacam dngan dia.
Jiwa tak mungkin ada tanpa badan, oki maka tak mungkin
ada hidup setelah badan tiada
Ethica
kebahagiaan manusia adalah ketenangan ( ataraxia )
hidup manusia tidak tenang karena takut akan 3 hal yaitu:
1. Takut akan marah dewa
2. Takut akan mati
3. Takut akan nasib
jika tidak takut maka hidup kita akan tenang/ bahagia.
Tak perlu kita takut ! Karena:
1. segala yang terjadi didunia ini karena gerak atom, bukan karena dewa. Jika
sekiranya dewa itu ada maka mereka ingin hidup bahagia juga di
pantheon bersama keluaganya, kenapa harus intervensi manusia ?
2. jiwa manusia dapat dan akan mati, sebab tanpa badan tak mungkin ada jiwa,
sehabis hidup ini tak ada lanjutan hidup bagi manusia, jadi maut itu
justru melepaskan rasa sakit dan sengsara.
3. segala kejadian didunia ini tertentukan oleh gerak atom, manusia tak dapat
mengubahnya, dengan demikian tak ada alasan untuk takut.

Segala nafsu manusia cenderung pada kebahagiaan, namun nafsu tidak harus
selalu diikuti karena sering membawa ke sengsara, maka haruslah nafsu itu
diatur. Mengatur nafsu itulah KEBIJAKSANAAN.
STOA
Tokohnya ZENO ( 336 – 264 sm )
disebut Stoa karena memberikan ajarannya dialam gang diantara tiang-
2 teras gedung / Stoa Poikile
Ajarannya:
pengetahuan adalah berdasarkan pengalaman indra, yang
sungguh-2 ada ialah yang tercapai oleh indra saja.
Tak ada dunia lain kecuai dunia pengalaman ini 
ada dua unsur:
1. yang Pasif yaitu bahan yang sebenarnya dan
2. Yang Aktif yaitu Budi yang dapat meresap pada segala-galanya, tapi
Budi itu jasmani, berbahan – semacam fluidum yang menjiwai
segala badan dan bahan.
Tak ada beda antara alam dengan Tuhan, alam adalah Tuhan - begitu
juga sebaliknya, aturan di dunia ini timbul dari alam.
Alam ini teratur sebagai harmoni ( keseimbangan/kesellarasan ) dan
aturan inilah yang merupakan nasib.
Ethica
manusia adalah bagian dari alam. Maka haruslah ia
merupakan harmoni dengan harmoni alam,
keharmonisan itu mungkin jika manusia hidup harmoni/
selaras dengan dirinya sendiri yaitu dengan budinya.
Kebajikan ialah Budi yang lurus – laras dengan harmoni alam.
Maka orang yang bijaksana haruslah mengatur
nafsunya, untuk melaraskan hidupnya dengan harmoni
alam dan dunia.
Nasib adalah aturan alam, maka harus diterimanya dengan
senang hati tentulah ia akan hidup tenang dan bahagia.
Orang yang bijaksana meleppaskan segala rasa, bebas
dari nafsu, hanya usaha mencari kebajikan itulah yang
tertinggi. Kebajikan tertinggi ini ialah kebijaksanaan.
SKEPSIS ( ke ragu-raguan )
tokohnya PYRRHO ( 365 – 275 sm )
filsafatnya tentang tingkah laku – berdasarkan atas logika
mayoritas orang itu merasa tidak berbahagia, karena ia mengira
mempunyai pengetahuan yang pasti. Ternyata itu keliru. Manusia tidak
mungkin mencapai kepastian, bahkan pengetahuan kita tidak boleh
dipercaya.
Agar orang bisa hidup bahagia, tenang dan dapat bijaksana, maka
haruslah ia tidak mengambil keputusan. Orang yang tidak mengambil
putusan tidak pernah keliru. Dng kata lain haruslah orang selalu
berragu-ragu.
Kesulitan : sikap ragu-2 sebagaimana yang dianjurkan oleh Skepsis
ini tidaklah mungkin, karena orang yang ragu-2 akan suatu hal
berarti ia telah meyakini keraguannya atau punya kepastian.
Agar orang bisa bahagia janganlah mengambil putusan,
padahal berarti ia telah memutuskan untuk ragu...
Jadi kalau hendak bijaksana secara Skepsis haruslah mulai
dengan Tidak Bijaksana
NEO PLATONISME
Tokohnya Plotinus ( 204 – 270 M )
ajarannya mendasarkan pada Filsafat Plato terutama tentang Idea Tertinggi - Ide baik /
kebaikan. Itulah sebabnya maka filsafatnya disebut Neo Platonisme.
Tujuan dan Penyelesaian.
Plotinus meuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dunia ini
bukanlah tujuan pikiran, melainkan hanya alat untuk mencapai persatuan tersebut,
tapi sebaliknya juga merupakan bahaya.
Tuhan ialah yang baik – menjadi tujuan semua kehendak yang Esa, diikuti
oleh segala sesuatunya dalam adanya. ADA segala sesuatu itu timbul dari ada Tuhan.
Yang ESA itu.. Keluar dari dirinya tanpa gerak-tanpa mau-tanpa kehendak...
( merupakan ) pancaran sinar yang tak bergerak.
Mahluk bukanlah ciptaan Tuhan melainkan pancarannya.
Tuhan ber-kembang-2 timbullah jiwa yang menjiwai alam semesta. Dari jiwa tibullah
Roh, dari roh timulah Materi tanpa mengurangi keberadaannya.
Tugas manusia adalah kembali kepada Tuhan yang Esa di alam ide. Namun
didunia ini jangan terkecoh oleh keindahan duniawi, yang sewajarnya saja – agar bisa
naik untuk memandangi Idea  Idea yang Satu – contoh segala Idea, yang
memancarkan sinarnya yang tak terhingga itu.
FILSAFAT EROPA
agama Katolik mengajarkan, bahwa Tuhan turun kedunia untuk
mewahyukan warta baik (Euvangelion-Injil). Firman Tuhan, tertulis
maupun yang tidak, dianggap oleh para pengikut agama itu wahyu dari
Tuhan yang Maha Besar. Wahyu inilah yang dianggap kebenaran sejati
dan kebiajkasaan yang sempurna. Dengan sendirinya orang-orang
yang menganut agama baru ini, setelah berfikir, tidak menghiraukan
kebijaksanaan Yunani yang baginya hanya kebijaksanaan manusia
belaka. Mereka sudah dianugerahi kebijaksanaan Illahi.

Setelah itu agama Katolik dari semula sebagai agama yang tertindas
menjadi agama yang ada artinya dalam masyarakat serta kerajaan,
yang dalam kalanganya timbul orang-orang cerdas serta kenal benar
filsafat Yunani dengan baik, sehingga mereka mempergunakan
kebijakan manusia untuk mengabdi kepada agama
ABAD PERMULAAN
Ada dua macam ahli pikir Eropa dalam abad permulaan ini:
a. Yang menolak filsafat Yunani. Mereka menganggap pemikiran filsafat
Yunani sebagai kebijaksaan kafir. Sebab satu-satunya kebenaran
adalah yang difirmankan Tuhan, wahyu baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis pada kitab suci.

b. Yang menerima filsafat Yunani sebagai kebijaksanaan manusia.


Manusia itu diciptakan Tuhan, jadi kebijaksanaannya pun berasal dari
Tuhan juga. Meskipun tidak di akui, bahwa filsafat Yunani itu sudah
mencapai kebenaran seluruhnya, tetapi juga tidak seluruhnya keliru

Budi manusia pada prinsipnya dapat mencapai kebenaran. Kalau budi


itu berfikir lurus, tentulah ia mencapai kebenaran juga. Bahkan
kebenaran ini tidaklah bertentangan dengan kebenaran Illahi, justru
merupakan persiapan guna menerima kebenaran Illahi.
PATRISTIK
adalah organisasi/ komunitas para pimpinan masyarakat Katolik
(gereja) terdiri dari para pastur (Latin: Pater). Selain menyiarkan misi
agama katholik mereka juga berfilsafat. Aliran ini muncul pada awal
abad masehi di Eropa disebut : “patristik”.
tokoh yang dipandang sebagai wakil dari aliran patristik tersebut yaitu:

TERTULIANUS. (160-222).
Lahir di Kartago dan kemudian memeluk agama Kristen di Roma.
Menurut dia, budi dapat juga mencapai kebenaran. Misalnya budi
dapat mengetahui adanya Tuhan serta jiwa yang tak akan mati.
Pendapatnya tentang kerohanian tidak terlalu terang, karena ia
terpengaruh oleh pendapat stoa yang materialistis.

AGUSTINUS. (354-430).
Waktu mudanya ia menyelami filsafat yang bermacam-macam
coraknya. Dalam agama pun ia mengenal beraneka aliran. Baru ketika
berumur 33 tahun menjadi Katolik.
Dalam logikanya AGUSTINUS memerangi skepsis tentang
keragu-raguan untuk segala-galanya. Tetapi barang siapa ragu-ragu,
tentulah ia tak ragu-ragu tentang keragu-raguannya itu. Selain itu siapa
berpikir, tentulah ia ada, Jadi ada kepastian padanya (dalam skepsis itu
sendiri), yaitu kepastian tentang ragu-ragu dan tentang ada.

Menurut AGUSTINUS budi dapat mencapai kebenaran dan kepastian.


itu karena ada putusan-putusan yang baka, niscaya dan tak berubah.
yang mengatasi budi dan pikiran manusia. Realitas ini haruslah rohani
dan sumber segala hidup dan berpikir. Realitas itu ialah Tuhan sendiri.

Mengenai kejahatan atau dosa terletak pada kehendak yang bebas.


Jika kehendak itu memilih yang jasmani, dengan demikian
memustahilkan jalannya kepada Tuhan, maka berdosalah ia

Pengetahuan manusia itu mulai dari pengalaman indra. Budi membuat


putusan terhadap pengalaman itu serta mengatur tingkah laku
manusia.
Dalam tindakan berpikir itu manusia akan menampakkan kebenaran-
kebenaran yang abadi, niscaya dan tak berubah, yang sebenarnya mengatur
segala tingkah laku manusia. Tuhanlah yang menempatkan kebenaran itu
dalam jiwa manusia. Tiap jiwa terhubungkan dengan badannya masing-masing.
Jiwa itu terjadinya bersama-sama dengan badan, hanya setelah badan mati
jiwa terus ada. Jiwa yang sanggup memandang kebenaran-kebenaran abadi
tak mungkin lenyap.
Manusia tidak hanya merupakan perseorangan melainkan juga
merupakan perkawanan. Perkawanan ini mengandung hubungan jasmani, dan
hubungan jasmani ini merupakan masyarakat. Manusia karena ikatan rohani,
yang berwujud kasih dan cinta dapat juga merupakan masyarakat rohani, yaitu
gereja.
Segala makhluk itu merupakan partisipasi (ikut serta) kepada ide-ide
Tuhan. Makhluk lain partisipasinya pasif, sedang manusia partisipasinya aktif,
berupa kenal kepada Tuhan dengan kasih mesra berdasarkan atas cinta.
Adanya Tuhan itu terdapat pada adanya segala sesuatu. Tuhan
sungguh-sungguh transendent, artinya mengatasi segala yang ada dalam
dunia ciptaannya itu.
ABAD PERTENGAHAN
Tahun 529 sekolah-sekolah filsafat di Atena yang resmi mengajarkan aliran Yunani kuno
ditutup oleh JUSTINIANUS, sehingga masa ini habislah filsafat Yunani, kemudian
berganti dengan filsafat abad pertengahan

Scholastik
Ketika Karel Agung berkuasa di Eropa, kembali tercipta ketentraman. Agama Katolik
tersebar di sebagian besar tanah Eropa serta Katolik telah mempunyai organisasi yang
teratur, maka didirikanlah sekolah-sekolah terutama bagi calon pemimpin gereja
(masyarakat Katolik), orang biasa pun ikut mengenyam pendidikan tersebut. Yang
diajarkan pada sekolah itupun masih yang lama termasuk mata pelajarannya, yang
disebut artes liberales (seni merdeka). Ada tujuh macam artes: 1. grammatica, 2.
dialectica, 3. rhetorica,4. geometria, 5. aritmatica, 6. astronomia, 7. musica.
Sekolah-sekolah tersebut mengembangkan aliran filsafat yang lain yang disebut
scholastik.
Scholastik berpikir dalam penerangan agama, bukan berdasarkan kebenaran pendapat
atas wahyu.
Dalam abad pertengahan ini kedaulatan filsafat diakui oleh masyarakat, salah
seorang yang berpengaruh yaitu ALCUINUS, dari Inggris yang namanya
masyhur dan juga mengajar di universitas-universitas di daratan Eropa.
JOANES SCOTUS (818-870). Mengakui nilai budi, bahwa karena budi itu
orang dapat menyelami hal-hal sampai kepada intisarinya. Filsafat haruslah
mengabdi teologia, tetapi sebaliknya dapat menolong membuktikan
kepercayaan serta mengatur susunan (mengadakan sistem) dalam
keseluruhan kepercayaan itu.
Sikap SCOTUS itu belum diterima oleh kebanyakan orang, karena masih
banyak orang yang berpendapat, bahwa kebenaran sejati itu hanya tercapai
dengan wahyu
Pada abad ke 12 filsaafat di Eropa mengalami perkembangan yang
luar biasa dengan berdirinya universitas-universitas dan perserikatan-
perserikatan biarawan yang ikut serta menyelenggarakan ilmu,
universitas-universitas yang menjadi sumber dan pusat ilmu serta
kebudayaan tersebut antara lain: Paris, Bologna, Modena dan Oxford.

Universitas Ordo
Pada awal abad ke 13 orang ordo (sebutan sekumpulan orang dalam
lingkungan Katolik), mereka berkumpul dalam suatu biara, disitu
diselenggarakan ilmu dan filsafat yang dikemudian hari mempunyai arti
penting dalam perkembangan filsafat hingga sekarang.
Dari kalangan luar masyarakat Katolik yang memajukan filsafat ialah
buku-buku warisan Yunani yang dibawa oleh orang Eropa. Buku-buku
tersebut kebanyakan warisan ARISTOTELES yang diterjemahkan
dalam bahasa Arab. Adapun para filusuf Arab yang terkenal di Benua
Eropa tersebut antara lain : IBN SINA (Aviccena. 1037), IBN RHOSYD
(Averoes. 1126 – 1198), MUSA BIN MAIMUN (Mozes Mamonides. 1135
– 1204). Ajaran dan pengetahuan mereka terpengaruh oleh
neoPLATOnisme.
Dalam abad ke 13 ada dua hal penting mengenai filsafat di Eropa yaitu:
hubungan budi dan wahyu, dan soal universalia.
Mengenai budi dan wahyu dapat dirumuskan sebagai berikut: Orang-
orang yang menyelenggarakan ilmu yang digunakan pula putusan-
putusan yang umum dan mutlak dengan menggunakan pengertian
umum. Pengertian umum inilah yang disebut universale.

Jawaban soal budi oleh ANSELMUS (1033 – 1109), budi dapat


dipergunakan dalam keagamaan. Itu berarti bahwa budi saja dapat
mencapai kebenaran seluruhnya, namun agamalah yang mendorong
budi. Hubungan budi dan kepercayaan dirumuskan “fidesquaerens
intelectum” (kepercayaan itu mencari budi).
Soal kedua, tentang universalia. PETRUS ABAELARDUS (1079 -
1143). Ajarannya merupakan ajaran tengah antara pendapat-pendapat
yang ada ketika itu “ultra – realisme”. Yaitu universale itu merupakan
suatu realitas di dalam bendanya masing-masing seakan-akan biji di
dalam benda yang bermacam-macam dan biji itu sama. Substansi dan
accidensianya itu tidak merupakan kesatuan yang utuh.

Sebaliknya menurut nominalisme, universale itu merupakan buatan


budi belaka.
Adapun ABAELARDUS berpendapat: yang sungguh-sungguh ada ialah
bendanya yang konkrit itu, jadi hal dengan segala sifat-sifatnya,
subtansi dengan segala accidensianya. Jadi bukan universale itu
merupakan realitas dalam hal yang ditunjuknya, seperti yang ditunjuk
oleh ultrarealisme.
Universale itu menunjukkan sifat yang sungguh-sungguh terdapat pada
realitas. Budi dapat menyelami realitas itu dengan tidak menghiraukan
yang serba kebetulan, hanya memandang dengan niscaya yang
terdapat pada sesuatu. Sifat-sifat dengan niscaya pada sesuatu itulah
universale.. jadi universale bukanlah nama belaka seperti pendapat
nominalisme, akan tetapi juga bukan semacam biji yang terkandung
oleh realitas yang dapat disayat kulitnya, (seperti pendapat ultra-
realisme). Sifat-sifat itu tidak dapat dipisahkan dari halnya. Budi
mungkin dengan kemampuannya menanggalkan secara rohani sifat-
sifat yang secara kebetulan terdapat pada benda, untuk menyelami
intisari benda tersebut.
Pendapat ABAELARDUS tersebut sesuai dengan pendapat
ARISTOTELES yang mengatakan bahwa budi dapat mengabstrakkan
benda, sehingga ide atau universale itu merupakan sesuatu yang
abstrak. Universale itu buatan budi, tetati bukan semata-mata buatan
budi, melainkan buatan budi yang diambil dari realitas. Maka dari itu
aliran ini disebut realisme, bukan ultra-realisme karena demikianlah
sebenarnya realitas
Yang dalam pikirannya telah meninggalkan AGUSTINUS serta
mengikuti ARISTOTELES ialah Albertus magnus (1203-1280), seorang
yang amat pandai dalam segala ilmu pada masa itu. Ia amat
mengutamakan pengalaman indra, iapun membedakan filssafat dari
teologia yang berdasarkan wahyu yang diberikan kepada manusia oleh
Tuhan secara istimewa.
Menurutnya manusia itu merupakan individu seluruhnya, hubungan
antara badan dan jiwa itu sangat erat sehingga sebenarnya ada
individualitas untuk jiwa, jadi tiap-tiap manusia mempunyai jiwa
masing-masing, jiwa mengatasi kejasmanian dalam tindakan-
tindakannya, sehingga harus diterima pula bahwa jiwa itu abadi.
Apun Tuhan itu Aktus yang murni. Maka Tuhan merupakan budi murni
yang mengenal diriNya sendiri sepenuhnya. Maka budi Illahi ini
sempurna. Walaupun menurut Albertus makhluk ini partisipasi Tuhan
seperti halnya pendapat AGUSTINUS, akan tetapi Albertus
mempertahankan pendapatnya, bahwa makhluk itu diciptakan oleh
Tuhan tanpa bahan. Bahkan menurut ARISTOTELES dan Albertus,
bahwa ciptaan ini terjadi pada suatu waktu.
TOMISME
Tokohnya- THOMAS, lahir di dekat kota Aquino tahun 1225, oleh
karena itu ia juga disebut THOMAS AQUINAS. Menurut THOMAS
Tuhan menciptakan segala sesuatu itu tanpa menggunakan bahan.
Oleh karena itu Tuhan Maha baik, kebaikan yang sempurna, maka
segala sesuatu yang mengikutinya itupun baik juga, karena mengikuti
kebaikan Tuhan. Semua yang ada di dunia merupakan partisipasi
adanya Tuhan
ada Tuhan itu ialah essensi-nya. Essensi dan ada (esse) ialah identik
pada Tuhan. Pada makhluk tidak demikian. Esse makhluk berdeda
dengan essensinya, meskipun pada makhluk esse dan essensi ini tidak
dapat dipisahkan, sehingga ada dua unsur pada makhluk yang
terhubungkan sebagai aktus dan potensi
Tuhan ialah aktus yang murni, sebab itu tidak terdapat pembatasan
sedikitpun pada Tuhan, segala sifat-sifatNya sempurna dan tak
terbatas.
Dalam tiap-tiap individu ada dua unsur yang disebut hule dan morfe
(masing-masing berhubungan sebagai potensi dan aktus). Keduanya
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
FILSAFAT MODERN
Dalam abad ke 14 timbullah aliran-aliran yang dapat disebut aliran filsafat
modern.
WILLIAM dari Ockham (1295-1349) yang membandingkan via moderna dan
via antiqua jalan modern dan jalan kuno. Menurutnya hanya pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman itu yang sempurna.
Masa ini terkenal dalam sejarah sebagai lahirnya kembali jaman kuno atau
renaissance.
Orang tidak lagi memusatkan perhatian kepada Tuhan dan surga, melainkan
kepada dunia saja dan dunia merupakan pusat utama ialah manusia. Manusia
di dewa-dewakan, dan manusia merupakan tujuan adanya. Aliran yang
memusatkan pada manusia itu disebut humanisme. Maka humanisme ini
menjadi humanisme yang ateistis. Tetapi tidak tiap-tiap humanisme merupakan
humanisme ateistis.
pada masa itupun perkembangan ilmu pengetahuan mencapai perkembangan
yang signifikan, seperti ilmu bahasa, ilmu hayat, dan ilmu alam
Rasionalisme
Orang yang amat besar pengaruhnya ialah DESCARTES (Cartesisus),
lahir tahun 1596. Ia menerima didikan scholastik, kemudian ia mengembara ke
Nederland dan Swedia dan tahun 1650 ia meninggal dunia di sana. Banyak
karyanya yang masyhur, seperti Descour de la methode (1637), Meditationes
de prima philosophia (1641), Traides passions (1649).
Adapun metodos baru yang digunakan itu ialah keragu-raguan. Seakan-akan ia
membuang segala kepastian. jika ia ragu-ragu terhadap segala sesuatu, maka
akan tampak pula pada dirinya sendiri, bahwa ia berpikir, karena ragu-ragu itu
suatu cara yang menjadikan ia berpikir. Dari situlah akan segera nampak
kepastian dan kebenaran yang cemerlang pada dirinya tentang adanya
sesuatau itu. Dari metodos keragu-raguan itu timbul kepastian tentang adanya
sendiri. Kata DESCARTES : Cogito-ergo sum (saya berpikir maka saya
adalah).
Keragu-raguan tersebut hanya metodos, bukanlah ia ragu-ragu sesungguhnya
seperti skepsis. Ia ragu-ragu untuk mencapai kepastian. Dan kepastian inilah
yang menjadi pangkal pikiran dan filsafatnya
. Idea yang terang benderang ini diberikan oleh Tuhan sebelum orang itu lahir
yang disebut idea innatae (Ide bawaan), karena itu idea harus benar.
menurut DESCARTES budi atau ratiolah yang menjadi sumber dan pangkal
segala pengertian dan budilah yang memegang pimpinan dalam segala
pengertian. Itu sebabnya aliran ini disebut rasionalisme. Kedaulatan rasio ini
dilebih-lebihkan oleh DESCARTES dengan mengabaikan nilai pengetahuan
indra yang menurut dia kerap kali menyesatkan manusia.
Para penganut rasionalisme di Perancis yang terkenal ialah
BLAISE PASCAL (1623-1662),
NICOLE MALEBRANCHE (1678-1715),
di Nedherland BARUCH SPINOZA (1632-1677),
di Jerman LIBNIZ (1646-1716).

SPINOZA, seorang keturunan Yahudi Amsterdam, ia mau lepas dari


segala ikatan agama maupun masyarakat dan mencita-citakan suatu
sistim berdasarkan rasionalisme, untuk mencapai kebahagiaan bagi
manusia
Empirisme
aliran filsafat yang muncul saat itu. Satu-satunya dasar serta
sumber pengetahuan yang memegang peranan penting.
Beberapa tokoh filsafat empirisme tersebut antara lain:
Francis BACON. (1210-1292). Dari mudanya ia berminat terhadap
filsafat, namun waktu dewasa ia menjadi pejabat tinggi di kerajaan
Inggris. Setelah ia berhenti dari pejabat barulah ia menuliskan
tentang filsafatnya. Menurut BACON yang paling penting ialah
gunanya, apalah arti pengetahuan jika tidak bermanfaat? Bukan
yang abstrak hasil renungan melainkan fakta di dunia ini, itulah
sumber pengalaman yang sejati.
Orang masih mempergunakan hal-hal umum dan mutlak, masih
mempergunakan agama, bahasa. Tetapi itu sebetulnya kekeliruan
belaka, khayal, BACON mempergunakan istilah idol (Yunani:
eidola-khayal, kekeliruan, hantu). Demikian BACON membuka
pintu gerbang yang luas bagi empirisme
THOMAS Hobbes. (1588-1679). Anak seorang pendeta, minatnya semula
terarah pada kesusastraan dan filsafat terutama nominalisme. Pengertian
umum ini hanya nama belaka, yang sesungguhnya ada ialah hal sendiri. Hal ini
dapat tercapai dengan persentuhan indra, itulah suatu kebenaran dan
kesungguhannya. Pengetahuan kita tak mengatasi pengindraan, dengan kata
lain pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan indra saja bukan yang
lain.
Ada yang menganggap Hobbes itu penganut sensualisme, karena ia amat
mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tapi ia juga dapat di
ikutkan dalam empirisme, karena dengan indra (empiri) itulah yang menjadi
pangkal dan sumber pengetahuan.

JOHN LOKE (1632-1704). Anak seorang ahli hukum. Ia menggunakan istilah


sensation dan reflection. Reflection itu pengenalan intuitif serta memberi
pengetahuan kepada manusia lebih baik, lebih penuh daripada sensation.
Sensation merupakan sesuatu yang mempunyai hubungan dengan dunia luar,
tetapi tak dapat meraihnya dan tak dapat mengerti sesungguhnya. Tetapi tanpa
sensation manusia juga tak akan mendapatkan pengetahuan. Tiap
pengetahuan terjadi karena kerja sama antara sensation dan reflection, dan
harus dimulai dengan sensation, sebab jiwa manusia waktu dilahirkan dalam
keadaan bersih (tabula rasa),
DAVID HUME (1711-1776). Karyanya ialah An Enquiry
concerning Human Under Standing. Dalam filsafatnya ia
merupakan empirisme yang konsekwen. Ia menganalisa
pengertian substansi. Seluruh pengetahuan merupakan seluruh
pengalaman kita. Dalam budi tidak ada suatu idea yang tidak
sesuai dengan impression yang disebabkan “hal” di luar kita.
Apapun yang merupakan pengetahuan semua dari akumulasi
pengalaman kita.
HUME hanya menerima persentuhan indra dengan hal luar.
Pengetahuan budi tak lagi dapat dipercaya, dari empirisme ia
sebetulnya sampai kepada skepsis.
Kriticisme
Pada rasionalisme dan empirisme terjadi pertentangan antara budi dan
pengalaman, filusuf Jerman IMMANUEL KANT (1724-1804). Ia tidak menerima
empirisme begitu saja, karena empirisme membawa keragu-raguan terhadap
budi. KANT mengakui kebenaran ilmu, dan budi juga dapat mencapai
kebenaran. KANT mengadakan penyelidikan (kritik) mengenai pengetahuan
budi serta apa sebab pengetahuan budi tersebut. Dari sisnilah maka aliran
KANT ini disebut Kriticisme.
Dalam ilmu misalnya, adalah putusan-putusan yang umum dan mutlak, dan ini
harus diterima karena ilmu mengenai yang umum itu. Tetapi ternyata dalam
ilmu itu, predikat sesungguhnya memberi keterangan tambahan kepada
subyek. Jadi sintesa anatara subyek dan predikat. Maka diajukan oleh KANT
putusan sintetik a priori.
Di tulis oleh KANT sebuah buku Kritik der reinen Vernunft (kritik budi
murni) untuk menyelidiki kemungkinan dan mengajukan syarat-syarat
putusan sintetik a priori ini. Yaitu bagaimana mungkin ada keharusan
pengetahuan yang disebutnya transendental, maksudnya:
pengetahuan yang tidak berhubungan langsung dengan obyeknya,
tetapi pengetahuan yang membentangkan cara tahu itu. Cara ini dibagi
dua: Transendentale Elementarlehre dan Transendentale
Methodenlehre. Elementarlehre itu menyelidiki unsur-unsur a priori
pada pengetahuan kita, lalu terbagi menjadi dua lagi: Transendentale
Aesthetik dan Transendentale Logik.
pengetahuan budi ini disebut oleh KANT dengan katagori. Ada
empat katagori: kwantitas, kwalitas, relasio, dan modalitas.
Kwantitas itu nampak pada kesatuan, kebanyakan dan
keseluruhan; Kwalitas nampak pada realitas, pengingkaran dan
pembatasan; relasio nampak pada substansi, sebab akibat serta
persalingan; adapun Modalitas nampak pada kemungkinan,
kesungguhan dan keharusan.
Katagori ini disebut juga cara (bentuk) berpikir bagi aku yang
transendental itu. Aku transendental ini merupakan syarat
kesatuan dalam pemikiran. Kesatuan pemikiran ini merupakan
tempat bertemunya semua pengetahuan dan itu disebut
Apperception. Apperception itu mengatur segala gejala dengan
mempergunakan katagori.
Maka bentuk a priori untuk mengenal dalam bentuk pengamatan,
ialah waktu dan ruang, empat katagori dan empat putusan a priori
serta apperception yang merupakan kesadaran dapat
membedakan aku yang berpikir atau mengenal (subyek) dengan
hal yang dikenal (obyek).
Dalam bentuk-bentuknya a priori ini KANT memberi harga
yang besar pada budi dan mengikuti rasionalisme. Ia mengakui
keharusan pengalaman, karena tanpa persentuhan dengan indra
tak akan ada pengetahuan. Tanpa bentuk a priori waktu dan
ruang tak mungkin ada pengeatahuan indra, tanpa kategori tak
mungkin ada pengetahuan budi. Kedua-dua perlu dan harus.
Manusia mengenal dunia melalui pengalaman, dunia tidak
diketahui seperti yang sesungguhnya, melainkan seperti yang
tampak. Metafisika murni tak akan mungkin selama berdasarkan
atas budi murni saja.
KANT mengakui adanya Tuhan serta mengakui kesusilaan. Ia
mengajukan budi praktis yang ditulis dalam Kritik der praktischen
Vernuft.
Tiap-tiap orang sadar, bahwa ia harus memenuhi
kwajibannya. Kesadaran akan wajib ini menuntut tiga hal yaitu:
kemerdekaan (kehendak), ketidak matian jiwa, dan Tuhan
FILSAFAT DEWASA INI
( FILSAFAT KONTEMPORER )
Pengaruh KANT sangat besar terutama di Jerman. Ada beberapa muridnya
yang melanjutkan sistim KANT ini dengan metodos dan pendapat nya sendiri.
Di Jerman timbul bermacam-macam sistim yang pengaruhnya sampai dewasa
ini.

IDEALISME
Murid-2 KANT tidak puas akan batasan budi KANT, mereka bermetafisika
mencari dasar untuk renungan mereka. Dasar tindakannya ialah aku sebagai
subyek yang kongkrit. Dari dasar ini menurunkan kesimpulan serta
memberikan keterangan ada itu dinyebutnya idealisme. Sebaliknya, oleh
karena idealisme ini berdasar pada subyek, maka sering disebut pula idealisme
subyektif berlawanan dengan idealisme realistis yang dimajukan oleh PLATO.
Di Jerman ada aliran yang mengutamakan subyek dengan segala tindakan dan
kepribadiannya. Aliran ini terkenal dengan Romantik. Karena idealisme Jerman
dan romantik bertemu pada subyek itu. Beberapa tokoh aliran itu antara lain:
J.G. FICHTE (1762-1814). Filsafatnya sering disebut orang filsafat identitas yang
berdasarkan idealisme (KANT) dan monisme. Aku yang otonom dan merdeka itu,
menempatkan diri (tesis) menjadi sadar dan aku menempatkan obyek di hadapannya
ialah bukan-aku. Ini disebutnya anti tesis.
Realitas diluar aku sebetulnya tidak ada. Aku itulah satu-satunya realitas, satu-satunya
dasar keterangan dan dasar perenungan. Itulah idea yang dianggap realitas.
F.W.J. SCHELLING (1775-1854). Idealisme lebih obyektif, menurutnya bukan-aku
(obyek) ini sungguh-sungguh ada. Obyek ini bukan hanya pertentangan belaka,
melainkan mempunyai nilai yang positif.

Pada mulanya SCHELLING mengikuti FICHTE. Baginya yang menjadi dasar segala
kesungguhan dan berpikir itu ialah aku. Dunia ini muncul dari pada aku.
Kemudian kesungguhan alam, bahwa subyek yang berpikir (aku) itu muncul dari alam,
sebab aku yang muncul dari alam itu ialah aku yang telah sadar. Alam merupakan
proses evolusi, yang mengeluarkan budi yang sadar serta lambat laun akan dirinya
(aku) dalam alam yang tak sadar.
Budi dan dunia sama derajatnya hanya sebagai subyek dan obyek. Keduanya berasal
dari Tuhan, identitas yang mutlak atau indiferensi yang mutlak. Dari sinilah muncul alam
dalam bentuknya yang makin tinggi derajatnya: bahan, gerak, hidup, susunan dunia,
manusia. Dan budipun sadar akan dirinya menjelmakan ilmu, moral seni, sejarah,
negara.
G.W.F. HEGEL (1770-1831). Ia amat konsekwen denga idealismenya.
Beberapa tulisannya ialah: Wissenchaft der Logik, Encyclopadie der
philosophischen Wissenchaften, Rechtsphilosophie. Setelah ia meninggal
masih diterbitkan: Philosophie der Geschichte, Aesthetik, Religionsphilosophie,
Geschichte der Philosophie.
HEGEL- mencari yang mutlak dari yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
(jiwa), tetapi roh itu menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah roh ini
akan dirinya, manusia itu merupakan bagian dari idea yang mutlak, yaitu
Tuhan. Adanya tesis dan anti tesis itu menimbulkan syntesis dan ini merupakan
tesis baru yang dengan sendirinya memunculkan anti tesisnya serta terjadinya
syntesis baru. Maka ada proses dalam idea yang disebut dialektika. Proses itu
yang menjadi keterangan unrtuk segala kejadian. Proses ini berlaku menurut
hukum budi. Apa yang masuk akal itu sungguh, dan apa yang sungguh itu
dapat di pahami.
Dari situ muncul tiga cabang: filsafat logika, filsafat alam dan filsafat roh. Logika itu
filsafat tentang idea; filsafat alam itu filsafat idea dalam penjelmaannya; filsafat roh ialah
filsafat idea yang kembali pada dirinya sendiri.
logika mempunyai tiga bagian, yaitu ajaran tentang ada, inti, dan pengertian.
Permulaan logika ialah ada. Selama ada itu tak mempunyai barang
sesuatu ketentuan samalah ada itu dengan tak ada. Ada itu thesis, dan
muncullah segera tak ada sebagai anti-thesis, maka adalah synthesis, yaitu
menjadi. Menjdi itu paduan dalam synthesis antara ada dan tak-ada.
Dalam filsafat alam idea itu dipandang sbg penjelmaan pada alam, dan dalam bentuknya yang tertinggi
(manusia) kembali pada dirinya sendiri. Filsafat alam ini dibagi menjadi tiga: mekanika, fisika dan fisika
organik. Mekanika menelaah materi serta geraknya ruang dan waktu, fisika menyelidiki badan satu persatu
dengan hukum-hukumnya, adapun fisika organik memperlihatkan materi yang hidup tetapi tak berpikir.
Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini mula-mula merupakan roh subyektif,
kemudian roh obyektif dan akhirnya roh mutlak.
Sebagai roh subyektif roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomenologi
dan psikologi. Dalam antropologi roh kenal dirinya dalam penjelmaan alam. Dalam fenomenologi ia kenal
akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Pada psikologi roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan
terhadap alam.
Kemudian meningkat pada roh obyektif, roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan
manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan, dan lahirlah syntesis kebajikan.
Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna, itu merupakan synthesis dari roh
subyektif dan roh obyektif. Tak ada pertentangan antara subyek dan obyek atau berpikir dan ada. Maka roh
ini bergerak dan menunjukkan perkembangannya seperti seni (thesis), agama (anti-thesis), dan kemudian
filsafat (synthesis).
Agama tidak mempunyai obyek diluar subyek melainkan di dalamnya, namun agama dianggap ada.
Filsafat akhirnya merupakan synthesis dari seni dan agama. Disinilah idea mengenal dirinya dengan
sempurna.
Dalam negara, pemikiran Hegel ialah negara itu penjelamaan idea yang tertinggi di dunia ini. Oleh karena
idea itu Illahi, maka negara itu tak lain ialah ‘Tuhan yang ada di dunia’. Sejarah negara itu penjelmaan
Tuhan di dunia. Sebagai penjelmaan Tuhan negara itu mutlak dalam kekuasaannya dan kewibawaannya.
SCHOPENHAUER (1788-1860) disebut voluntarisme, karena menurut
dia yang menjadi kesungguhan itu ialah kehendak (latin: voluntas)
bukan idea. Tetapi ini hanya menimbulkan kejahatan saja. Sebab inilah
ada yang menyebut nya filsafat pessimisme.
Sedang pendapat HERBART (1776-1841) ialah das ding an sich itu.
Karena gejala-gejala yang nampak kepada kita itu menunjukkan
kesungguhan obyek diluar kita. Ia menerima bermacam-macam dan
perubahan yang disebut Realen.
TRADISIONALISME
Filsafat di Perancis lain lagi, disana orang mengalami revolusi hebat. Apa yang
dulu di anggap suci dan baik di tumbangkan dan timbulah pengingkaran atas
wahyu dan agama, bahwa kegoncangan dalam kesusilaan dan kepercayaan ini
karena orang mendewa-dewakan budi atau rasio.
Maka orang harus percaya dan kembali pada tradisi. Tradisi itulah yang harus
menjadi pegangan dan itu yang dapat memberikan kepastian kepada pikiran.
Tokoh tradisionalisme itu antara lain:
L. DE BONALD (1754-1840) dan
F. DE LAMENNAIS (1782-1854).
POSITIVISME
Di Perancis juga timbul aliran Positivisme, tokohnya ialah A UGUSTE COMTE
(1798-1857). Menurutnya supaya ada masyarakat baru yang teratur, yang
harus diperbaiki terlebih dahulu ialah jiwa atau budi. Adapun budi mengalami
tiga tingkatan yaitu: tingkat teologi, yang menerangkan segala-galanya dengan
pengaruh dan sebab-sebab yang melebihi kodrat, tingkat kedua ialah
metafisika yang hendak menerangkan segala sesuatunya melalui abstraksi,
tingkat yang ketiga ialah tingkatan positif yang hanya menghiraukan yang
sungguh-sungguh serta sebab akibat yang sudah tertentukan. Orang harus
mengabdikan ilmu yang disebutnya positif. Disamping matematika, fisika dan
biologi dalam ilmu kemasyarakatanpun semangat positif harus dimasukkan.
Dalam ilmu-ilmu lain seperti ilmu jiwa, sejarah politik, dan kesusasteraan
positivisme ini dijadikan dasar juga, lebih-lebih oleh H. TAINE (1828-1893) dan
EMILE DURKHEIM (1858-1917).
Di Inggris aliran inipun banyak penganutnya seperti JOHN STUART MILL
(1806-1873). Sistem ini digunakan untuk segala ilmu, baik untuk logika serta
ilmu jiwa, maupun kesusilaan.
EVOLUSIONISME.
CHARLES DARWIN (1809-1882). Seorang ahli Biologi, ia memajukan dan
mempertahankan teori perkembangan untuk segala sesuatu termasuk
manusia. Seperti halnya tumbuh-tumbuhan serta hewan, manusiapun berlaku
survival of the fittest dan hukum struggle for life merupakan hukum tertinggi
bagi hidupnya.
Evolusi DARWIN ini dari sudut filsafat tidak berbeda dengan positivisme
mengenai pengetahuan. Hanya yang dialami saja itulah yang sungguh-
sungguh, lainnya itu bukanlah kesungguhan atau sekurang-kurangnya manusia
tidak tahu akan hal-hal yang mengatasi pengalaman. Maka dari itu teori Darwin
ini disebut darwinisme.
Sebetulnya Darwin tidak berfilsafat, namun yang berfilsafat berdasarkan
evolusionisme ini ialah HERBERT SPENCER (1820-1903). Bukunya yang
terkenal: System of synthetik philosopy. Bukan ada yang dapat dikenal
melainkan menjadi. Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari pengetahuan
menjadi itu, sedangkan filsafat merupakan keseluruhan. Ilmu itu berpangkal
pada beberapa kebenaran a priori: Ketidak musnahan bahan, kebakaan gerak
dan pertahanan kekuatan. Evolusi ialah hubungan yang lebih erat (integration)
dalam bahan yang dengan sendirinya disertai oleh perluasan gerak
(dissipation).
Dengan demikian terjadilah sesuatu yang sulit dan rumit dari yang dulu
sederhana: hidup dari bahan mati (tak hidup); manusia dari alam yang organik.
Evolusi itu tak mungkin memberi keterangan terakhir kepada ada-nya gejala-
gejala itu. Maka dari yang terkenal itu harus ada yang tak terkenal. Di belakang
dunia ini ada suatu rahasia yang tak kita kenal: the great Unknowable.
Manusia selalu menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang mengelilinginya.
Tindakan manusia itu susila, jika sesuai dengan sekelilingnya. Oleh karena
gejala-gejala itu evolusi, maka persesuaian ini selalu berlainan isinya, sehingga
hukum kesusilaan itu mungkin berbeda-beda, karena hukum inipun
berkembang. Karena manusia itu keturunan nenek moyangnya, maka amat
mudah dan hampir dengan sendirinya ia mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk.
di Eropa banyak yang menganut teori Spencer ini. Kalau di lihat pendapat ini
sebenarnya sudah mengingkari jiwa; hidup tak hidup, manusia dan binatang
pada intinya tidak berbeda, semuanya sama; untuk evolusionisme semuanya
itu hasil perkembangan dari yang rendah membumbung tinggi dengan
sendirinya.
Abad ke 19 ini bisa dikatakan sbg abad kemegahan materialisme
MATERIALISME
Positivisme, darwinisme, dan evolusionisme belum dapat dengan resmi
dimasukkan dalam materialisme. Maka di Perancis timbul yang nyata
materialisme, di pelopori oleh LAMETTRIE (1709-1751). Bagi dirinya manusia
tak lain dari mesin, begitupun dengan binatang. Sehingga tak ada bedanya
antara manusia dan bintang. Ia mengingkari prinsip hidup pada umumnya.
Bahan tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan
(badan) tak mungkin ada. Prinsip hidup itu tak ada prinsip hidup yang rohani.
Di Jerman lahir tokoh aliran ini yaitu FEUERBACH, VOGT dan BUCHNER
serta MOLENSCHOTT yang semuanya menyerba bahankan segala sesuatu.
Dalam ilmu jiwa, materialisme merupakan dasar, walaupun misalnya
SIGMUND FREUD dan ADLER sudah menerima adanya sesuatu yang lebih
dari pada kesadaran yang menjadi dorongan manusia dalam tindakan-
tindakannya, yang disebut ketidak-sadaran.
FEUER BACH (1804-1872). Menurutnya satu-satunya yang ada ialah alam.
Manusia itu merupakan benda alam. Pengetahuannya ialah pengalaman.
Terimalah dunia ini. Adapun agama dan metafisika harus ditolak, karena kedua-
duanya merupakan ganti-arah-tujuan, tetapi tak mungkin tercapai di dunia ini.
Meskipun bagi kesusilaan itu cenderung untuk mencari kebahagiaan, akan
tetapi itu tidak berarti, bahwa egoismelah yang menjadi pedoman kesusilaan,
sebab hubungan aku-engkau merupakan inti kemanusiaan kita. Kebahagiaan
orang lain ialah kebahagiaan aku. Maka makin banyak orang yang
dicantumkan dalam usahanya, makin besar pula kesusilaannya. Dasar
kesusilaan ialah pengalaman, dari pengalaman kita tahu bahwa usaha mencari
kebahagiaan itu harus mengindahkan kebahagiaan orang lain.
FEUER BACH sebetulnya tidak mengingkari hidup, malahan hidup baginya
merupakan dasar yang amat utama, akan tetapi hidup alam belaka. Maka dari
itu aliran ini dinamai naturalisme. Namun penganut-penganutnya akan terjun
kepada jurang materialisme belaka.
Tokoh besar bagi materialisme historis atau dialektik, seorang filusuf Jerman
yang alirannya disebut Marxisme. Di Berlin ia menjadi penganut filsafat Hegel,
setelah di asingkan dari Prusia ia tinggal di Paris, Brussel dan London..
MARX memadukan tindakan politik dan sosial menjadi keseluruhan dengan
filsafat dan ilmu. Bukunya antara lain: Die heilige familie (1845),
Communistisch Manifest (1848), National Ekonomie und Philosophie (1844),
Das Kapital (1867).
Pikiran MARX menghubungkan rapat-rapat ekonomi dan filsafat. Yang
terutama bukanlah tahu juga bukan mau, melainkan bertindak. Tugas filusuf
bukan untuk menerangkan dunia, melainkan untuk mengubahnya.
Hidup manusia itu tertentukan oleh keadaan ekonomi. Ilmu, seni, agama,
kesusilaan, hukum, politik, semua hanya endapan dari keadaan itu.
Masyarakat pada mulanya tak mengenal pertentangan dalam tingkatan itu,
karena adanya keahlian dalam pekerjaan serta adanya milik. Dengan demikian
timbullah golongan (tingkatan) orang yang berada (kaum kapitalis) serta orang
yang tak berada (proletar). Kedua golongan ini bertentangan satu sama lain.
Ketegangan ini selalu bertambah, hingga meletus pada revolusi dan disitu
kaum proletar akan mengaambil alih kekuasaan dari kaum kapitalis. Jika masa
proletar ini sudah lewat akan timbul masa masyarakat tak bertingkat. Pada
masa itu milik adalah pada masyarakat yaitu negara, dan negara ini adalah
negara internasional.
.
Selain materialisme, muncul pula aliran idealisme yang terutama nampak pada
murid-murid KANT dan mengadakan gerakan kembali kepada KANT. Gerakan
ini disebut neoKANTianisme.
Dari situ ada dua aliran. Pertama disebut aliran Marburg, tokohnya yang
terrkenal ialah COHEN dan NATORP. Aliran ini adalah idealisme logis yang
murni, yang mengatakan bahwa realitas itu hanya terdapat pada kesadaran
subyek yang berpikir. Perbedaan yang amat nyata bagi aliran ini dengan
pendapat KANT adalah pengingkarannya tentang dualitas Erscheinung dan
Ding an sich serta dunia kesadaran dan realitas, apalagi berpikir dan
Anschauung. Tak ada Ding an sich, yang ada hanya subyek dan pikirannya
sebagai sumber pengetahuan dan disitu tercantum fungsi Anschauung.
Mulailah bagi subyek ini dunia itu ada. Tanpa ‘Setzung’ yang melaksanakan
pada dan oleh putusan, tak mungkinlah suatu itu ada. Budi praktis bagi aliran
ini tidaklah ada.
HERMAN COHEN (1842-1918). Buku-buku nya mengkritik KANT, lebih nyata
lagi pada System der philosopie (1902-1912) berjumlah tiga jilid.
Pangkal pikiran COHEN terletak pada kepercayaan kedaulatan dan kekuasaan
untuk menciptakan dari budi. Menurutnya ada dan dipikir itu sama: ada ialah
dipikir. Berpikir menimbulkan isi pikiran.
Realitas itu sebenarnya yang dipikir itu. Filsafat itu mempunyai maksud untuk
menyelidiki hukum-hukum berpikir, yang membangun ciptaannya itu, maka
filsafat terbagi atas tiga bagian: logoka, etika dan aestetika.
Menurut Marx, manusia itu tertentukan oleh alam dalam kodratnya, tetapi alam
kodrat ini dipandang dari sudut kemasyrakatannya; sebetulnya yang berarti itu
masyarakat bukan individu.
Masyarakat harus berkembang, perkembangan ini yang disebut sejarah,
tujuannya memberi arah kepada manusia kemana jalannya sejarah, sebab
gerak sejarah ini terjadi oleh manusia itu sendiri yang terdorong oleh kekuatan-
kekuatan materia pada masyarakat itu. Jadi perkembangan masyarakat itu tak
lain adalah dari perkembangan bahan, karena cenderung untuk hidup. Yang
masuk kerangka hidup ialah makan, minum dan pakaian, dan itu diusakan oleh
manusia itu sendiri. Dan itu menggunakan alat-alat. Dan alat-alat ini
semuanyaa bermateria, yang hendak dihasilkan juga bermateria, maka
perkembangan manusia itu tertentukan oleh materia. Itulah sebabnya
kemudian disebut materialisme historis.
Adapun alat yang paling penting bagi kaum reaksioner (kapitalis) ialah agama
(racun rakyat). Agam ini tak berguna sama sekali bagi kaum proletar serta tak
perlu ada di dunia dan di kemudian hari. Proletariat tak mempunyai agama,
tetapi ia mempunyai filsafat, ilmu, seni, kesusilaan, hukum dan politik.
MARX berhubungan erat dengan ENGELS (1820-1885). Buku-bukunya yang
terkenal: Dialektik der Natur. Die intwicklung des Sozialismus von der Utople
zur Wissenschaft; Der Ursprung der Familie des Privateigentums und des
States.
Logika ialah filsafat berpikir murni, yang berdaulat, menciptakan obyeknya dan
sendiripun menjadi obyek juga. Bagi COHEN : Pengamatan diciptakan oleh
berpikir sebagai sesuatu yang tidak tertentu, dan minta penentuan dari berpikir
itu. Logika menyelidiki hukum-hukum berpikir ini. Dasar segala berpikir ialah
putusan, bukan pengertian. Putusan merupakan kategori segala yang ada.
Etika ialah filsafat untuk kehendak murni.
Dalam ilmu hukum kehendak murni ini mendapat tempat dan penghargaan
yang selayaknya. Karena ‘lain’ ini meliputi seluruh masyarakat. Tak terkecuali.
Bagi hukum semuanya sama pada tiap-tiap manusia.
Pendapat COHEN tentang Tuhan agak sama dengan KANT. Tuhan tidak
dapat disebut persona, melainkan merupakan cita-cita bagi tindakan manusia.
Aestetika ialah filsafat tentang rasa murni, yang menjadi asal segala
putusan tentang segala keindahan. Seni sejati ialah seni kemanusiaan.
PAUL NATORP (1854-1924). Filsuf ini lebih mendekati realitas. Mulanya ia
mengikuti positivisme, kemudian berpaling kepada kriticisme COHEN yang
mengingkari dualitas pengamataan dalam tahu serta berpendapat pula bahwa
isi pengetahuan itu ciptaan berpikir. Tentang Tuhan ia berlainan dengan
COHEN. Menurutnya Tuhan hanya idea belaka dan idea manusia itulah yang
tertinggi. Maka bisa jadi baginya ada agama tanpa Tuhan.
.
Aliran kedua yang termasuk neoKANTianisme ialah aliran Baden. Aliran ini
tidak suka metafisika Marburg, tetapi sesuai pendapatnya dalam mengingkari
pengalaman jiwa sebagai faktor untuk tahu. Sebaliknya aliran ini mempertahan
budi praktis. Filsafat KANT jangan dipersempit menjadi filsafat ada saja,
melainkan prinsipnya harus dipergunakan juga daalam lingkungan ‘Sollen’ rasa
kwajiban, supaya dapat mencapai kebenaran, bertindak baik serta
menimbulkan keindahan atau seni. Menyelidiki nilai-nilai ini dengan seksama itu
menjadi tugas filsafat.
Nilai ini bersifat mutlak dan disebut ‘Werte an sich’ dan kemutlakannya itu
mempernilai nilai pengalaman dan jiwa serta diperlukan bagi segala tindakan
kebudayaan. Kepada subyek nilai ini nampak sebagai ‘Sollen’. Dan subyek
harus patuh kepadanya. Hubungan dunia pengalaman dan nilai-nilai terjadi
karena ‘Weten’, yang memberi nilai kepada realitas serta membuatnya ‘baik’.
Dengan demikian terbentuklah ‘Reich des Sinnes’, yang menghubungkan dunia
pengalaman dan dunia nilai.
Soal pengetahuan dapat juga dikatakan soal pernilaian, yaitu nilai
kebenarannya serta bagaimana mempernilai (menghargai) pengetahuan itu.
Aliran Marburg maupun aliran Baden, kedua-duanya mengajukan filsafat
subyektivisme. Peranan subyek dalam pengetahuan demikian besarnya,
sehingga subyek itu pencipta obyeknya. Tokoh idealisme subyektif ini adalah
WILHELM WINDEL BAND (1848-1915) dan HEINRICH RICKERT (1863-1939).
Pengaruhnya amat besar pada awal abad ke 20, tetapi setelah perang dunia
pertama boleh dikatakan lenyap sudah artinya di Eropa.
PRAGMATISME
HANS VAI HINGER (1852-1933). Bagi dia tahu itu hanya mempunyai arti
praktis, satu-2nya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (Yunani: Pragma – guna)
untuk mempengaruhi kejadian-2 di dunia. Jika pengertian itu berguna untuk
menguasai dunia, maka boleh dianggap benar, namun kebenaran ini tak lain
daripada ‘kekeliruan yang berguna’ saja.
Adapun timbulnya pragmatisme yang sebenarnya ialah di U.S.A diajukan
oleh CH. PEIRCE (1839-1914) dikembangkan lebih lanjut oleh JOHN DEWEY
(1859-1952).
Beberapa tokoh golongan penganut pragmatisme ini antara lain ialah:
WILLIAM JAMES (1842-1910). Pengertian atau putusan itu benar, jika
pada praktenya dapat dipergunakan. Putusan yang tak dapat digunakan itu
keliru, tidak saja terbuktikan dalam keadaan jasmani ini, namun juga dalam
lingkungan ilmu, seni dan agama. Bukunya yang terkenal ialah Pragmatism
(1907).
JOHN DEWEY (1859-1952). Tak ada sesuatu yang tetap. Manusia itu
bergerak dalam satu kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia menjumpai
kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka berpikir
ialah alat untuk bertindak. Pengertian lahir dari pengalaman. Kebenarannya
hanya dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kesungguhan.
Kebenaran tidak berdasarkan persesuaian antara pengetahuan dan
obyek. Ia berpengaruh di Amerika bahkan sampai Eropa. Penganutnya antara
REALISME KRITIS
Di Jerman timbul pula reaksi terhadap interpretasi KANT. Realisme kritis
sekarang ini menerima dunia kesungguhan diluar kesadaran serta mengatakan
bahwa orang dapat menyelami metafisika jadi mungkin mencapai intisari
realitas. Mereka ialah WUNDT, KULRE, dan E. VON HARTMANN.
KULPE (1862-1915). Bukunya yang terkenal ialah Einleitung in die Philosophie
(1895) dan Die Realisierung (proses berpikir). Dalam proses berpiki itu
pengalaman ada yang sesungguhnya yang sekarang maupun yang dulu, dapat
mengenalnya. Obyek realisierung ini ialah realitas yang diberikan kepada kita
tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari
pengalaman. Hanya adanya realitas yang obyektif dapat memberi dasar bagi
penyelidikan dunia diluar kita dan kesadaran kita. Adapun bukti-bukti adanya
realitas yang obyektif itu ialah sebagai berikut:
Pertama: apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu
memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti casual)
Kedua: pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak
mungkin, jika tak ada hal-hal diluar kita (bukti substrat).
Ketiga: adanya hal-hal sebelum ada pengalaman dan adanya sesudah
pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak tergantung dari
pengalaman (bukti continuitas).
NEO HEGELIANISME
Pertengahan abad ke 19 hegelianisme mengalami kemunduran di
Eropa, namun aliran ini kemudian lahir kembali dan mengalami
perkembangan yang megah terutama di Nederland, Inggris dan
Italia.
Mereka menyatakan bahwa HEGEL merupakan penyempurna.
RICHARD KRONER dalam bukunya Von KANT zu Hegel. Di
Inggris ada JOWETT (1817-1893) dan GREEN (1836-1882). Di
Nederland ada G. BOLLAND (1854-1922) dan di Italia CROCE
dan GENTILE.
FILSAFAT HIDUP
Sebagai reaksi dari idealisme dan positifisme timbullah filsafat hidup.
Idealisme meletakkan segaala kesungguhan pada rasio atau ide, positivisme
mengatakan bahwa ilmu sejarah yang dapat menjadi dasar renungan filsafat.
Bagi filosafat hidup barulah mungkin, jika rasio itu terpadukan dengan seluruh
kepribadian, sehingga filsafat tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja,
tetapi juga mengenai ada yang mengikutkan kehendak, hati dan iman
(kepercayaan), pendeknya seluruh hidup. Ia menerima intelektualisme maupun
metafisisme, asal dalam keseluruhan kepribadian.
Filsafat hidup berkembang di seluruh Eropa dengan bermacam-macam
coraknya. Di Perancis diwakili oleh BERGSON dan LE ROY, di Jerman ada
DILTHEY. Sedang di Jerman filsafat hidup ini terarahkan kepada sejarah, di
Perancis kepada perkembangan hidup sendiri.
Awal abad ke 20 seorang filusuf paling terkenal HENRY BERGSON keturunan
yahudi, campuran darah antara Polandia dan Irlandia yang dilahirkan di Paris
tahun 1859 dan meninggal di Paris tahun 1941. Beberapa buku-bukunya yang
terkenal ialah: Essai sur les donnees immediates de la conscience (1898),
Matiere et memoire (1897), L’evolution creatice (1907), Les deux sources de la
moral et la religion (1932).
Dari tulisannya ia mendapat hadiah Nobel pada tahun 1928 bagi kesusastraan.
Filsafat BERGSON merupakan reaksi terhadap positivisme dan materialisme
serta subyektivisme dan relativisme. Pangkalnya tak jauh dari ilmu (positif),
namun bertujuan melalui yang positif itu untuk menyelami yang mutlak dalam
pengetahuan metafisis.
Ia sangat menentang mekanisme dan deterninisme serta mempertahankan
kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
Ia menyatakan bahwa, manusia itu mempunyai sifat spontan, sebaliknya
berakarkan pada ingin hidup (elan vital), yang menimbulkan semua tindakan.
Manusia pada akhirnya akan mengetahui Tuhan yang pribadi itu. Budi saja
(biasa) tak dapat mempertahankan itu, karena budi memotong segalanya
dalam waktu (temp). Tetapi kesungguhan tidak akan terpotong, yang
sebebnarnya merupakan kelangsungan (duree) dan realitas. Dan hanya
intuisilah yang dapat menyelami duree itu. Intuisi yaitu kesatuan dari aspek
rohani dan jasmani pada manusia.
Yang mungkin juga dapat dimasukkan dalam filsafat ini ialah aliran MAURICE
BLONDEL (1861-1949). Karena yang utama ia menyelidiki tidakan manusia
(sebagai aspek hidup), maka ada yang menyebutnya ‘filsafat tindakan’.
Dalam tindakan adalah fianlitas: tiap-tiap orang bertindak dengan tujuan yang
tertentu. Maka suatu tindakan dilakukan demi tindakan yang lain. Ini hanya
memberi penentuan kepada tindakan saja. Adapun tindakan sendiri termasuk
juga berpikir dan berkehendak harus mempunyai arti dan maksud, bahkan
dengan sendirinya akan membawa kita kepada soal dan arti maksud hidup.
Manusia yang sebenarnya tentu akan menyadarkan berpikir yang terpendam.
Sudah tentu tidak semua tindakan dapat dilakukan dengan penuh kesadaran,
tetapi ini harus dicita-citakan.
Tujuan yang paling utama ialah membuat hidup kita berarti sepenuhnya.
Hidup kita terarahkan kepada Tuhan, maka berartilah hidup kita, jika
sebaliknya, maka tidak berartilah hidup kita. Sehingga jika hidup kita
terarahkan kepada Tuhan, maka hubungan dengan Tuhan tak mungkin
terputus meskipun kita sudah mati. Dengan demikian adanya tindakan agama,
susila dan budi itu mengharuskan adanya kelangsungan ada (setelah mati),
supaya segala tindakan tidak kehilangan arti dan maksud tersebut.
Buku-buku BLONDEL yang terkenal ialah: La pensee (1934), L’Etre et les être
(1935), L’action (1937).
FENOMENOLOGI
HUSSERL (1859-1939). Pencipta fenomenologi. Ia terpengaruh oleh
BRENTANO (1838-1917). Pada mulanya HUSSERL berfilsafat tentang ilmu
pasti, kemudian kepada renungan filsafat pada umumnya serta dasar-
dasarnya.
Menurutnya orang harus mulai dengan mengamati tanpa dasar sesuatupun:
‘Zu den Sachen selbst’. Ia memerlukan analisa kesadaran. Kesadaran itu
sungguh-sungguh selalu terarahkan kepada obyek. Oleh karena yang diselidiki
itu susunan kesadaran itu sendiri, maka haruslah nampak obyek dalam
kesadaran (gejala-fenomenon) maka gejala ini diselidiki pula. Sungguh
tidaknya obyek itu tidak masuk kedalam penyelidikan, yang harus dicari ialah
yang sungguh-sungguh merupakan inti-sarinya, adapun yang diluar inti-sari
tidak dihiraukan. Inti itu tercapai oleh intuisi, terpandangi oleh budi. Ini disebut
kesadaran transendental.
Pengaruh filsafat ini cukup besar. Ada yang menggunakan metode ini untuk
segala ilmu atau cabang filsafat, misalnya S. STRASSER dalam Antropologinya,
E. DE BRUYNE dalam etika dan aestetikanya serta LANGEVELD dalam
paedagogiknya
MAX SCHELER (1874-1928). Iapun menggunakan metode HUSSERL. Yang
diutamakannya ialah penyelidikan secara fenomenologis etika dan filsafat
agama. Manusia bukanlah pencipta nilai tingkah laku, melainkan nilai-nilai
tersebut berlaku lepas dari pada manusia. Tugas manusia ialah mengakui serta
mengikuti nilai-nilai itu dalam hidupnya.

NICOLAI HARTMANN (1882-1950). Menurut dia bahwa pada pengetahuan


(tahu) subyek dan obyek itu berhadap-hadapan. Obyek menentukan sifat
pengetahuan yang lepas dari subyek dan berdiri sendiri (Ansichsein). Analisa
lebih lanjut bahwa realisme lebih dapat menerangkan, dan mengertikan gejala
pengetahuan dari pada idealisme. Yang menyokong realisme, pertama ialah
manusia cenderung yang realistis. Ini tentu bukan bukti, tetapi kalau idealisme
mau benar, maka ia harus dapat menerangkan gejala realisme pada manusia
ini.
Yang lain dari itu ialah gejala pengetahuan yang selalu tertujukan pada obyek.
Hal inipun tak dapat diterangkan oleh idealisme. Dalam rasa kitapun ada
hubunganya dengan obyek diluar kita yang menuntut adanya realitas itu.
Dalam etikapun menerima obyektifitas nilai-nilai. Ada dunia nilai-nilai yang
berlaku mutlak.
Ada roh (jiwa) ada yang individual, obyektif dan ada yang di obyektifkan
EKSISTENSIALISME
Dalam aliran Eksistensislisme ini terkandung beberapa aliran yang
bermacam-macam dan tidak sama. Sifat-sifat umum yang terkandung dalam
Eksistensislisme itu antara lain ialah:
• Orang menyuguhkan dirinya (existere) dalam kesungguhan yang tertentu.
• Orang harus berhubungan dengan dunia.
• Orang merupakan kesatuan sebelum ada perpisahan antara jiwa dan
badannya.
• Orang berhubungan dengan ada
Yang menjadi tujuan Eksistensislisme ialah mengerti akan realitas
seluruhnya, untuk menyadari apakah sebenarnya mengerti itu, maka orang
harus mempunyai pengetahuan tentang manusia, yang tahu itu.

SOREN KIERKEGAARD (1813-1855). Ia bukan ahli filsafat namun


seorang teolog. Dalam buku-bukunya dipergunakan untuk pertama kalinya kata
eksistensi dalam arti lain yang sudah lazim.
Manusia itu manusia karena esensinya, adapun ia sungguh-sungguh
manusia karena eksistensinya. Demikian arti eksistensi sholastik dalam filsafat
eksistensi.
Bagi KIERKEGAARD eksistensi berati: kepenuhan ada, dalam individu karena
persetujuannya dan kemauannya yang merdeka, yaitu karena sikapnya terhadap
manusia dan barang lain menjdinya subyek yang konkrit yang ada pada tiap-tiap saat.
Kebenaran itu tidak terdapat pada suatu sistem yang umum melinkan ada pada yang
konkrit dalm eksisstensi yang individual. Maka kita (manusia) itu ternyata merasa
bersalah (berdosa) terhadap Tuhan. Eksistensi manusia itu adalah merasa berdosa
Bagi KIERKEGAARD ada tiga stadia (tingkatan) hidup: stadium aestetis, etis
dan religios.
Stadium aestetitis ialah orang yang berpikir tanpa gerak. Orang ini berpikir
secara abstrak serta memandang hal-hal dalam kemungkinannya pada
pandangan bijinya semata. Yaitu seorang positivis atau rasionalis. Pandangan
orang tersebut hanya terarahkan pada yang luar saja.
Pada tingkatan etis orang berpaling dari luaran ini serta mengarahkan
perhatiannya kepada realitas yang ada dalam dirinya. Renungannya tidaklah
mandul, melainkan berpuncak pada tingkat etis, kelakuan, tetapi tidak
melakukan diri sendiri untuk diubah. Namun ia belum meninggalkan yang
umum, karena ia mencari ukuran tingkah laku yang umum.
Dalam stadium tiga, yaitu religious diputuskan segala ikatan. Manusia sebagai
subyek individual dalam hubunganya dengan yang konkrit, yaitu dengan
Kristus. Hasilnya ialah perubahan manusia karena imannya
MARTIN HEIDEGGER (lahir 1889). Eksistensi manusia yang disebut
Dasein yang dianggap menjdi permulaan yang benar untuk ontologia atau
pengetahuan filsafat tentang ada.
Ada nampak pada eksistensi aku dalam anasir dasar yang tertentu yang
disebutnya Existenzialen, misal sebagai ada di dunia. Segala sesuatu yang
merupakan dunia artinya bukan aku, aku ini lagi menyelenggarakannya.
Penyelenggaraan inipun adalah suatu Existenzial.

KARL JASPERS (lahir 1883). Individu itu tak dapat dicapai dan dimengerti
dari yang umum, melainkan harus diterangi dari diri sendir. Ketika ia merasa
takut dan rasa ketiadaan yang dahsyat, teatpi ia tetap bertahan diri, karena ia
memilih ada-nya sendiri. Maka eksistensi itu geschiechtlich, artinya tiap-tiap
manusia tertentukan oleh situasinya masing-masing. Manusia itu pada intinya
berhubungan dengan yang lain dalam pertanyaan mengenai diri sendiri.
Adapun metafisika itu menyelidiki transendensi, yaitu hal keluar dari
dirinya serta mengatasi diri sendiri maupun sekelilingnya. Transendensi ini
adalah jika manusia bersungguh-sungguh bereksistensi. Bereksistensi atau
bertransendensi yang benar-benar ialah jika aku berpikir sambil mengatasi
yang aku pikirkan. Dan budilah yang mengatasi hal itu. Dan kau dapat
bertransendensi dengan berpikir dalam simbol (Chiffre). Chiffre ini hasil
transendensi kemanusiaan dalam sejarah: bahasa, mithos dan agama.
Yang dimaksud transenden sebenarnya ialah Tuhan
GABRIEL MARCEL (lahir 1889). Tulisannya yang terkenal ialah: Journal
metaphysique (1927) dan Le Mystere de L’Etre (1951). Ia menyelidiki inti manusia.
Manusia selalu membentuk dirinya dengan kemerdekaannya, tidak berati bahwa
manusia itu ada seorang diri saja, melainkan ia ada karena ada di dunia (etre-au-
monde). Ia selalu tertentukan oleh kejasmaniannya (incarnation). Di dunia ini manusia
selaalu bertemu dengan manusia lainnya, maka ia mungkin bersikap dua macam. Yang
lain itu merupakan obyek baginya, maka yang lain itu merupakan ‘dia’ (lui). Mungkin
juga yang lain itu merupakan yang ada bagi aku (presence), maka itu ‘engkau’ (toi). Aku
ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku-engkau. Dalam hubungan ini
kesetiaanlah yang menentukan segalanya. Kesetiaan yang menciptakan aku ini pada
akhirnya atas partisipasi manusia kepada Tuhan.
PAUL SATRE (lahir 1905). Bukunya yang terkenal: L’etre et le neant (1943). Ada itu
terdiri atas dua, yaitu ada-pada-sendirinya (l’etre-en-soi) dan ada bagi sendirinya (l’etre-
pour-soi). Ada pada sendirinya ialah ada pada hal-hal jasmani, yaitu kesadaran.
Kesadaraan mempunyai sifat intensionalitas; ia selalu terarahkan pada yang lain.
Kesadaran itu disebut SATRE peniadaan (néantisation) diluar peniadaan itu hanya nihil.
Itu ada yang menimbulkan nihil di dunia. Untuk merealisir cita-cita ini lalu diciptakannya
Tuhan, maka dari itu mustahil Tuhan itu ada. Dan filsafat SARTRE ini sampailah kepada
ateisme. Pengaruhnya sangat besar di Perancis, panganutnya antara lain SIMON DE
BEAUVOIR, ALBERT CAMUS.
NEO-TOMISME
Penganut tomisme ini kebanyakan umat katolik, namun ada juga yang bukan
katolik seperti MORTIMER ADLER dan E.L. MASCALL dan AUSTIN FARER
Timbulnya metafisika, etika, dan ontologia sebenarnya karena pengaruh
tomisme.ada tiga cabang dalam kesatuanya:
Pertama menganggap bahwa ajaran tomisme ini sudah sempurna. Tokoh aliran
ini ialah R. GARRIGOU – LAGRANGE (lahir 1877)
Kedua, bahwa hasil pikiran THOMAS dalam ontologi sudah sempurna dan tak
dapat di ubah lagi. Tokoh aliran ini ialah JACQUES MARITAIN (lahir 1882).
Menurutnya; harus ada penyelidikan tentang alam yang harus disesuaikan
dengan ilmu alam dewasa ini. Yang pada masa THOMAS belum ada.
Ketiga. Bahwa filsafat THOMAS ini memang harus diikuti, tetapi filsafat
THOMAS ini belum sempurna serta sudah dapat menjawab segala pertanyaan.
Maka dalam ontologia THOMAS ini masih perlu penyelidikan dan keterangan,
sehingga pengetahuan ontologia makin mendalam. Tokoh aliran ini ialah
JOSEPH MARECHAL (1878-1944). Kebenaran itu tidak terhubungkan hanya
dengan satu aliran saja, mungkin juga kebenaraan itu tercapai oleh kerjasama
dengan aliran yang beraneka warna. JOSEPH GEYSER berpendapat: setia
kepada kebenaran itu lebih utama daripada setia kepada aliran belaka. Aliran
ini berkembang di Belgia, Nedherland, Eropa dan amerika.

Anda mungkin juga menyukai