Teori Idea
Dunia ide inilah dunia yang sebenarnya, Fenomena alam hanyalah
bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal.
Ide Kebahagiaan
akal sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan mengenai segala
sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan, ide kebahagiaan dan ide
keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal,
manusia tersusun dari beberapa elemen yang mengimbangi
berbagai kapasitas atau fungsi lainnya. Kemampuan untuk
berpikir merupakan kapasitas dan fungsi yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Elemen akal ini merupakan hal
yang paling penting. Elemen lainnya terdiri dari nafsu badaniah,
yakni hasrat dan kebutuhan dan elemen rohani yang terungkap
dalam bentuk emosi, seperti kemarahan, ambisi, kebanggaan,
kehormatan, kesetiaan, dan keberanian. karena memiliki jiwa
tripartit inilah maka kebaikan tertinggi bagi manusia adalah rasa
tenteram atau kebahagiaan. Dari ketiga elemen tersebut
penggunaan akal sebagai sarana berpikir adalah yang paling
penting dalam esensinya sebagai manusia. Dalam hierarki berada
pada tingkat tertinggi. Nafsu badaniah berada pada tingkatan
paling rendah, sedangkan elemen rohaniah berada pada
tingkatan menengah.
Harmoni Tripartit
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh
dihilangkan atau diabaikan salah satunya dalam mencapai
kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan pemenuhan di
antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka
seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks.
Dan jika setiap elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan
perannya masing-masing sesuai dengan bangunan diri, maka
kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak dan mengalami
keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi
ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen
rasional dan tak rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena
berkaitan dengan sikap moral, moralitas seseorang.
Keseimbangan ketiga karakter kebajikan tersebutlah yang mampu
mengantar pada ide kebahagiaan
Aristoteles ( 384 – 322 sm )
Amat banyak karya yang diwariskan kepada kita , jika kita kelompokkan dapat
menjadi 4 yaitu:
1. Logica: biasanya disebut organon ( alat ) membentangkan tentang :
Pegertian, Putusan, Syllogismus, Bukti dan lain-lain.
2. physica: tentang Alam, Langit, Bintang dan Hewan, Jiwa dan lain-2
3. Metaphysica: segala sesuatu yang berada dibalik alam sebagai objek kajian
filsafat
4. Pengetahuan Praktis: Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, keduanya
tentang tingkah laku, Republica Atheniensium ( Tata Negara Ahena ),
Rethorica, ( tata cara berpidato) dan Poetica – puisi- sastra.
Passive mind adalah potensial, tidak memiliki karakter tersendiri. Apa yang
ada di dalamnya baru teraktualisasi menjadi pengetahuan melalui active mind.
Active mind bergerak mengolah isi dari passive mind, abadi, dan kekal. Bagian
ini tidak tergantung dari tubuh dan ada pada semua manusia.
• Motivation
Dibedakan antara motivasi pada hewan (appetite) dan motivasi pada
manusia (wish).Manusia mengerti baik-buruk jadi konflik motivasionalnya
bersifat moral ethic, sementara hewan bersifat pleasurable.
Epikurisme
tokohnya; Epikuros ( 341 – 270 sm )
filsafatnya ditujukan hanya untuk memberikan kebahagiaan
kepada manusia, yang diutamakan adalah Ethica, sebagai
dasarnya adalah Logika dan fisika.
Logika dan fisika : sumber pengetahuan adalah Pengalaman,
Pengalaman berkali-kali menghasilkan Pengertian, Pengertian
membawa ke pengetahuan ttg dasar-2 yang sedalam-dalamya
dan tersembunyi (atom) terlalu kecil- tak tercapai indra. Gerak
atomlah yang menjadikan macam-2 benda di dunia ini ( tak ada
hubungannya dengan dewa ).
Jiwa manusia : benda sangat halus -> maka dapat
mencapai pengertian, karena jiwa menerima sinar dari benda lain
yang semacam dngan dia.
Jiwa tak mungkin ada tanpa badan, oki maka tak mungkin
ada hidup setelah badan tiada
Ethica
kebahagiaan manusia adalah ketenangan ( ataraxia )
hidup manusia tidak tenang karena takut akan 3 hal yaitu:
1. Takut akan marah dewa
2. Takut akan mati
3. Takut akan nasib
jika tidak takut maka hidup kita akan tenang/ bahagia.
Tak perlu kita takut ! Karena:
1. segala yang terjadi didunia ini karena gerak atom, bukan karena dewa. Jika
sekiranya dewa itu ada maka mereka ingin hidup bahagia juga di
pantheon bersama keluaganya, kenapa harus intervensi manusia ?
2. jiwa manusia dapat dan akan mati, sebab tanpa badan tak mungkin ada jiwa,
sehabis hidup ini tak ada lanjutan hidup bagi manusia, jadi maut itu
justru melepaskan rasa sakit dan sengsara.
3. segala kejadian didunia ini tertentukan oleh gerak atom, manusia tak dapat
mengubahnya, dengan demikian tak ada alasan untuk takut.
Segala nafsu manusia cenderung pada kebahagiaan, namun nafsu tidak harus
selalu diikuti karena sering membawa ke sengsara, maka haruslah nafsu itu
diatur. Mengatur nafsu itulah KEBIJAKSANAAN.
STOA
Tokohnya ZENO ( 336 – 264 sm )
disebut Stoa karena memberikan ajarannya dialam gang diantara tiang-
2 teras gedung / Stoa Poikile
Ajarannya:
pengetahuan adalah berdasarkan pengalaman indra, yang
sungguh-2 ada ialah yang tercapai oleh indra saja.
Tak ada dunia lain kecuai dunia pengalaman ini
ada dua unsur:
1. yang Pasif yaitu bahan yang sebenarnya dan
2. Yang Aktif yaitu Budi yang dapat meresap pada segala-galanya, tapi
Budi itu jasmani, berbahan – semacam fluidum yang menjiwai
segala badan dan bahan.
Tak ada beda antara alam dengan Tuhan, alam adalah Tuhan - begitu
juga sebaliknya, aturan di dunia ini timbul dari alam.
Alam ini teratur sebagai harmoni ( keseimbangan/kesellarasan ) dan
aturan inilah yang merupakan nasib.
Ethica
manusia adalah bagian dari alam. Maka haruslah ia
merupakan harmoni dengan harmoni alam,
keharmonisan itu mungkin jika manusia hidup harmoni/
selaras dengan dirinya sendiri yaitu dengan budinya.
Kebajikan ialah Budi yang lurus – laras dengan harmoni alam.
Maka orang yang bijaksana haruslah mengatur
nafsunya, untuk melaraskan hidupnya dengan harmoni
alam dan dunia.
Nasib adalah aturan alam, maka harus diterimanya dengan
senang hati tentulah ia akan hidup tenang dan bahagia.
Orang yang bijaksana meleppaskan segala rasa, bebas
dari nafsu, hanya usaha mencari kebajikan itulah yang
tertinggi. Kebajikan tertinggi ini ialah kebijaksanaan.
SKEPSIS ( ke ragu-raguan )
tokohnya PYRRHO ( 365 – 275 sm )
filsafatnya tentang tingkah laku – berdasarkan atas logika
mayoritas orang itu merasa tidak berbahagia, karena ia mengira
mempunyai pengetahuan yang pasti. Ternyata itu keliru. Manusia tidak
mungkin mencapai kepastian, bahkan pengetahuan kita tidak boleh
dipercaya.
Agar orang bisa hidup bahagia, tenang dan dapat bijaksana, maka
haruslah ia tidak mengambil keputusan. Orang yang tidak mengambil
putusan tidak pernah keliru. Dng kata lain haruslah orang selalu
berragu-ragu.
Kesulitan : sikap ragu-2 sebagaimana yang dianjurkan oleh Skepsis
ini tidaklah mungkin, karena orang yang ragu-2 akan suatu hal
berarti ia telah meyakini keraguannya atau punya kepastian.
Agar orang bisa bahagia janganlah mengambil putusan,
padahal berarti ia telah memutuskan untuk ragu...
Jadi kalau hendak bijaksana secara Skepsis haruslah mulai
dengan Tidak Bijaksana
NEO PLATONISME
Tokohnya Plotinus ( 204 – 270 M )
ajarannya mendasarkan pada Filsafat Plato terutama tentang Idea Tertinggi - Ide baik /
kebaikan. Itulah sebabnya maka filsafatnya disebut Neo Platonisme.
Tujuan dan Penyelesaian.
Plotinus meuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dunia ini
bukanlah tujuan pikiran, melainkan hanya alat untuk mencapai persatuan tersebut,
tapi sebaliknya juga merupakan bahaya.
Tuhan ialah yang baik – menjadi tujuan semua kehendak yang Esa, diikuti
oleh segala sesuatunya dalam adanya. ADA segala sesuatu itu timbul dari ada Tuhan.
Yang ESA itu.. Keluar dari dirinya tanpa gerak-tanpa mau-tanpa kehendak...
( merupakan ) pancaran sinar yang tak bergerak.
Mahluk bukanlah ciptaan Tuhan melainkan pancarannya.
Tuhan ber-kembang-2 timbullah jiwa yang menjiwai alam semesta. Dari jiwa tibullah
Roh, dari roh timulah Materi tanpa mengurangi keberadaannya.
Tugas manusia adalah kembali kepada Tuhan yang Esa di alam ide. Namun
didunia ini jangan terkecoh oleh keindahan duniawi, yang sewajarnya saja – agar bisa
naik untuk memandangi Idea Idea yang Satu – contoh segala Idea, yang
memancarkan sinarnya yang tak terhingga itu.
FILSAFAT EROPA
agama Katolik mengajarkan, bahwa Tuhan turun kedunia untuk
mewahyukan warta baik (Euvangelion-Injil). Firman Tuhan, tertulis
maupun yang tidak, dianggap oleh para pengikut agama itu wahyu dari
Tuhan yang Maha Besar. Wahyu inilah yang dianggap kebenaran sejati
dan kebiajkasaan yang sempurna. Dengan sendirinya orang-orang
yang menganut agama baru ini, setelah berfikir, tidak menghiraukan
kebijaksanaan Yunani yang baginya hanya kebijaksanaan manusia
belaka. Mereka sudah dianugerahi kebijaksanaan Illahi.
Setelah itu agama Katolik dari semula sebagai agama yang tertindas
menjadi agama yang ada artinya dalam masyarakat serta kerajaan,
yang dalam kalanganya timbul orang-orang cerdas serta kenal benar
filsafat Yunani dengan baik, sehingga mereka mempergunakan
kebijakan manusia untuk mengabdi kepada agama
ABAD PERMULAAN
Ada dua macam ahli pikir Eropa dalam abad permulaan ini:
a. Yang menolak filsafat Yunani. Mereka menganggap pemikiran filsafat
Yunani sebagai kebijaksaan kafir. Sebab satu-satunya kebenaran
adalah yang difirmankan Tuhan, wahyu baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis pada kitab suci.
TERTULIANUS. (160-222).
Lahir di Kartago dan kemudian memeluk agama Kristen di Roma.
Menurut dia, budi dapat juga mencapai kebenaran. Misalnya budi
dapat mengetahui adanya Tuhan serta jiwa yang tak akan mati.
Pendapatnya tentang kerohanian tidak terlalu terang, karena ia
terpengaruh oleh pendapat stoa yang materialistis.
AGUSTINUS. (354-430).
Waktu mudanya ia menyelami filsafat yang bermacam-macam
coraknya. Dalam agama pun ia mengenal beraneka aliran. Baru ketika
berumur 33 tahun menjadi Katolik.
Dalam logikanya AGUSTINUS memerangi skepsis tentang
keragu-raguan untuk segala-galanya. Tetapi barang siapa ragu-ragu,
tentulah ia tak ragu-ragu tentang keragu-raguannya itu. Selain itu siapa
berpikir, tentulah ia ada, Jadi ada kepastian padanya (dalam skepsis itu
sendiri), yaitu kepastian tentang ragu-ragu dan tentang ada.
Scholastik
Ketika Karel Agung berkuasa di Eropa, kembali tercipta ketentraman. Agama Katolik
tersebar di sebagian besar tanah Eropa serta Katolik telah mempunyai organisasi yang
teratur, maka didirikanlah sekolah-sekolah terutama bagi calon pemimpin gereja
(masyarakat Katolik), orang biasa pun ikut mengenyam pendidikan tersebut. Yang
diajarkan pada sekolah itupun masih yang lama termasuk mata pelajarannya, yang
disebut artes liberales (seni merdeka). Ada tujuh macam artes: 1. grammatica, 2.
dialectica, 3. rhetorica,4. geometria, 5. aritmatica, 6. astronomia, 7. musica.
Sekolah-sekolah tersebut mengembangkan aliran filsafat yang lain yang disebut
scholastik.
Scholastik berpikir dalam penerangan agama, bukan berdasarkan kebenaran pendapat
atas wahyu.
Dalam abad pertengahan ini kedaulatan filsafat diakui oleh masyarakat, salah
seorang yang berpengaruh yaitu ALCUINUS, dari Inggris yang namanya
masyhur dan juga mengajar di universitas-universitas di daratan Eropa.
JOANES SCOTUS (818-870). Mengakui nilai budi, bahwa karena budi itu
orang dapat menyelami hal-hal sampai kepada intisarinya. Filsafat haruslah
mengabdi teologia, tetapi sebaliknya dapat menolong membuktikan
kepercayaan serta mengatur susunan (mengadakan sistem) dalam
keseluruhan kepercayaan itu.
Sikap SCOTUS itu belum diterima oleh kebanyakan orang, karena masih
banyak orang yang berpendapat, bahwa kebenaran sejati itu hanya tercapai
dengan wahyu
Pada abad ke 12 filsaafat di Eropa mengalami perkembangan yang
luar biasa dengan berdirinya universitas-universitas dan perserikatan-
perserikatan biarawan yang ikut serta menyelenggarakan ilmu,
universitas-universitas yang menjadi sumber dan pusat ilmu serta
kebudayaan tersebut antara lain: Paris, Bologna, Modena dan Oxford.
Universitas Ordo
Pada awal abad ke 13 orang ordo (sebutan sekumpulan orang dalam
lingkungan Katolik), mereka berkumpul dalam suatu biara, disitu
diselenggarakan ilmu dan filsafat yang dikemudian hari mempunyai arti
penting dalam perkembangan filsafat hingga sekarang.
Dari kalangan luar masyarakat Katolik yang memajukan filsafat ialah
buku-buku warisan Yunani yang dibawa oleh orang Eropa. Buku-buku
tersebut kebanyakan warisan ARISTOTELES yang diterjemahkan
dalam bahasa Arab. Adapun para filusuf Arab yang terkenal di Benua
Eropa tersebut antara lain : IBN SINA (Aviccena. 1037), IBN RHOSYD
(Averoes. 1126 – 1198), MUSA BIN MAIMUN (Mozes Mamonides. 1135
– 1204). Ajaran dan pengetahuan mereka terpengaruh oleh
neoPLATOnisme.
Dalam abad ke 13 ada dua hal penting mengenai filsafat di Eropa yaitu:
hubungan budi dan wahyu, dan soal universalia.
Mengenai budi dan wahyu dapat dirumuskan sebagai berikut: Orang-
orang yang menyelenggarakan ilmu yang digunakan pula putusan-
putusan yang umum dan mutlak dengan menggunakan pengertian
umum. Pengertian umum inilah yang disebut universale.
IDEALISME
Murid-2 KANT tidak puas akan batasan budi KANT, mereka bermetafisika
mencari dasar untuk renungan mereka. Dasar tindakannya ialah aku sebagai
subyek yang kongkrit. Dari dasar ini menurunkan kesimpulan serta
memberikan keterangan ada itu dinyebutnya idealisme. Sebaliknya, oleh
karena idealisme ini berdasar pada subyek, maka sering disebut pula idealisme
subyektif berlawanan dengan idealisme realistis yang dimajukan oleh PLATO.
Di Jerman ada aliran yang mengutamakan subyek dengan segala tindakan dan
kepribadiannya. Aliran ini terkenal dengan Romantik. Karena idealisme Jerman
dan romantik bertemu pada subyek itu. Beberapa tokoh aliran itu antara lain:
J.G. FICHTE (1762-1814). Filsafatnya sering disebut orang filsafat identitas yang
berdasarkan idealisme (KANT) dan monisme. Aku yang otonom dan merdeka itu,
menempatkan diri (tesis) menjadi sadar dan aku menempatkan obyek di hadapannya
ialah bukan-aku. Ini disebutnya anti tesis.
Realitas diluar aku sebetulnya tidak ada. Aku itulah satu-satunya realitas, satu-satunya
dasar keterangan dan dasar perenungan. Itulah idea yang dianggap realitas.
F.W.J. SCHELLING (1775-1854). Idealisme lebih obyektif, menurutnya bukan-aku
(obyek) ini sungguh-sungguh ada. Obyek ini bukan hanya pertentangan belaka,
melainkan mempunyai nilai yang positif.
Pada mulanya SCHELLING mengikuti FICHTE. Baginya yang menjadi dasar segala
kesungguhan dan berpikir itu ialah aku. Dunia ini muncul dari pada aku.
Kemudian kesungguhan alam, bahwa subyek yang berpikir (aku) itu muncul dari alam,
sebab aku yang muncul dari alam itu ialah aku yang telah sadar. Alam merupakan
proses evolusi, yang mengeluarkan budi yang sadar serta lambat laun akan dirinya
(aku) dalam alam yang tak sadar.
Budi dan dunia sama derajatnya hanya sebagai subyek dan obyek. Keduanya berasal
dari Tuhan, identitas yang mutlak atau indiferensi yang mutlak. Dari sinilah muncul alam
dalam bentuknya yang makin tinggi derajatnya: bahan, gerak, hidup, susunan dunia,
manusia. Dan budipun sadar akan dirinya menjelmakan ilmu, moral seni, sejarah,
negara.
G.W.F. HEGEL (1770-1831). Ia amat konsekwen denga idealismenya.
Beberapa tulisannya ialah: Wissenchaft der Logik, Encyclopadie der
philosophischen Wissenchaften, Rechtsphilosophie. Setelah ia meninggal
masih diterbitkan: Philosophie der Geschichte, Aesthetik, Religionsphilosophie,
Geschichte der Philosophie.
HEGEL- mencari yang mutlak dari yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
(jiwa), tetapi roh itu menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah roh ini
akan dirinya, manusia itu merupakan bagian dari idea yang mutlak, yaitu
Tuhan. Adanya tesis dan anti tesis itu menimbulkan syntesis dan ini merupakan
tesis baru yang dengan sendirinya memunculkan anti tesisnya serta terjadinya
syntesis baru. Maka ada proses dalam idea yang disebut dialektika. Proses itu
yang menjadi keterangan unrtuk segala kejadian. Proses ini berlaku menurut
hukum budi. Apa yang masuk akal itu sungguh, dan apa yang sungguh itu
dapat di pahami.
Dari situ muncul tiga cabang: filsafat logika, filsafat alam dan filsafat roh. Logika itu
filsafat tentang idea; filsafat alam itu filsafat idea dalam penjelmaannya; filsafat roh ialah
filsafat idea yang kembali pada dirinya sendiri.
logika mempunyai tiga bagian, yaitu ajaran tentang ada, inti, dan pengertian.
Permulaan logika ialah ada. Selama ada itu tak mempunyai barang
sesuatu ketentuan samalah ada itu dengan tak ada. Ada itu thesis, dan
muncullah segera tak ada sebagai anti-thesis, maka adalah synthesis, yaitu
menjadi. Menjdi itu paduan dalam synthesis antara ada dan tak-ada.
Dalam filsafat alam idea itu dipandang sbg penjelmaan pada alam, dan dalam bentuknya yang tertinggi
(manusia) kembali pada dirinya sendiri. Filsafat alam ini dibagi menjadi tiga: mekanika, fisika dan fisika
organik. Mekanika menelaah materi serta geraknya ruang dan waktu, fisika menyelidiki badan satu persatu
dengan hukum-hukumnya, adapun fisika organik memperlihatkan materi yang hidup tetapi tak berpikir.
Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini mula-mula merupakan roh subyektif,
kemudian roh obyektif dan akhirnya roh mutlak.
Sebagai roh subyektif roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomenologi
dan psikologi. Dalam antropologi roh kenal dirinya dalam penjelmaan alam. Dalam fenomenologi ia kenal
akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Pada psikologi roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan
terhadap alam.
Kemudian meningkat pada roh obyektif, roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan
manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan, dan lahirlah syntesis kebajikan.
Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna, itu merupakan synthesis dari roh
subyektif dan roh obyektif. Tak ada pertentangan antara subyek dan obyek atau berpikir dan ada. Maka roh
ini bergerak dan menunjukkan perkembangannya seperti seni (thesis), agama (anti-thesis), dan kemudian
filsafat (synthesis).
Agama tidak mempunyai obyek diluar subyek melainkan di dalamnya, namun agama dianggap ada.
Filsafat akhirnya merupakan synthesis dari seni dan agama. Disinilah idea mengenal dirinya dengan
sempurna.
Dalam negara, pemikiran Hegel ialah negara itu penjelamaan idea yang tertinggi di dunia ini. Oleh karena
idea itu Illahi, maka negara itu tak lain ialah ‘Tuhan yang ada di dunia’. Sejarah negara itu penjelmaan
Tuhan di dunia. Sebagai penjelmaan Tuhan negara itu mutlak dalam kekuasaannya dan kewibawaannya.
SCHOPENHAUER (1788-1860) disebut voluntarisme, karena menurut
dia yang menjadi kesungguhan itu ialah kehendak (latin: voluntas)
bukan idea. Tetapi ini hanya menimbulkan kejahatan saja. Sebab inilah
ada yang menyebut nya filsafat pessimisme.
Sedang pendapat HERBART (1776-1841) ialah das ding an sich itu.
Karena gejala-gejala yang nampak kepada kita itu menunjukkan
kesungguhan obyek diluar kita. Ia menerima bermacam-macam dan
perubahan yang disebut Realen.
TRADISIONALISME
Filsafat di Perancis lain lagi, disana orang mengalami revolusi hebat. Apa yang
dulu di anggap suci dan baik di tumbangkan dan timbulah pengingkaran atas
wahyu dan agama, bahwa kegoncangan dalam kesusilaan dan kepercayaan ini
karena orang mendewa-dewakan budi atau rasio.
Maka orang harus percaya dan kembali pada tradisi. Tradisi itulah yang harus
menjadi pegangan dan itu yang dapat memberikan kepastian kepada pikiran.
Tokoh tradisionalisme itu antara lain:
L. DE BONALD (1754-1840) dan
F. DE LAMENNAIS (1782-1854).
POSITIVISME
Di Perancis juga timbul aliran Positivisme, tokohnya ialah A UGUSTE COMTE
(1798-1857). Menurutnya supaya ada masyarakat baru yang teratur, yang
harus diperbaiki terlebih dahulu ialah jiwa atau budi. Adapun budi mengalami
tiga tingkatan yaitu: tingkat teologi, yang menerangkan segala-galanya dengan
pengaruh dan sebab-sebab yang melebihi kodrat, tingkat kedua ialah
metafisika yang hendak menerangkan segala sesuatunya melalui abstraksi,
tingkat yang ketiga ialah tingkatan positif yang hanya menghiraukan yang
sungguh-sungguh serta sebab akibat yang sudah tertentukan. Orang harus
mengabdikan ilmu yang disebutnya positif. Disamping matematika, fisika dan
biologi dalam ilmu kemasyarakatanpun semangat positif harus dimasukkan.
Dalam ilmu-ilmu lain seperti ilmu jiwa, sejarah politik, dan kesusasteraan
positivisme ini dijadikan dasar juga, lebih-lebih oleh H. TAINE (1828-1893) dan
EMILE DURKHEIM (1858-1917).
Di Inggris aliran inipun banyak penganutnya seperti JOHN STUART MILL
(1806-1873). Sistem ini digunakan untuk segala ilmu, baik untuk logika serta
ilmu jiwa, maupun kesusilaan.
EVOLUSIONISME.
CHARLES DARWIN (1809-1882). Seorang ahli Biologi, ia memajukan dan
mempertahankan teori perkembangan untuk segala sesuatu termasuk
manusia. Seperti halnya tumbuh-tumbuhan serta hewan, manusiapun berlaku
survival of the fittest dan hukum struggle for life merupakan hukum tertinggi
bagi hidupnya.
Evolusi DARWIN ini dari sudut filsafat tidak berbeda dengan positivisme
mengenai pengetahuan. Hanya yang dialami saja itulah yang sungguh-
sungguh, lainnya itu bukanlah kesungguhan atau sekurang-kurangnya manusia
tidak tahu akan hal-hal yang mengatasi pengalaman. Maka dari itu teori Darwin
ini disebut darwinisme.
Sebetulnya Darwin tidak berfilsafat, namun yang berfilsafat berdasarkan
evolusionisme ini ialah HERBERT SPENCER (1820-1903). Bukunya yang
terkenal: System of synthetik philosopy. Bukan ada yang dapat dikenal
melainkan menjadi. Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari pengetahuan
menjadi itu, sedangkan filsafat merupakan keseluruhan. Ilmu itu berpangkal
pada beberapa kebenaran a priori: Ketidak musnahan bahan, kebakaan gerak
dan pertahanan kekuatan. Evolusi ialah hubungan yang lebih erat (integration)
dalam bahan yang dengan sendirinya disertai oleh perluasan gerak
(dissipation).
Dengan demikian terjadilah sesuatu yang sulit dan rumit dari yang dulu
sederhana: hidup dari bahan mati (tak hidup); manusia dari alam yang organik.
Evolusi itu tak mungkin memberi keterangan terakhir kepada ada-nya gejala-
gejala itu. Maka dari yang terkenal itu harus ada yang tak terkenal. Di belakang
dunia ini ada suatu rahasia yang tak kita kenal: the great Unknowable.
Manusia selalu menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang mengelilinginya.
Tindakan manusia itu susila, jika sesuai dengan sekelilingnya. Oleh karena
gejala-gejala itu evolusi, maka persesuaian ini selalu berlainan isinya, sehingga
hukum kesusilaan itu mungkin berbeda-beda, karena hukum inipun
berkembang. Karena manusia itu keturunan nenek moyangnya, maka amat
mudah dan hampir dengan sendirinya ia mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk.
di Eropa banyak yang menganut teori Spencer ini. Kalau di lihat pendapat ini
sebenarnya sudah mengingkari jiwa; hidup tak hidup, manusia dan binatang
pada intinya tidak berbeda, semuanya sama; untuk evolusionisme semuanya
itu hasil perkembangan dari yang rendah membumbung tinggi dengan
sendirinya.
Abad ke 19 ini bisa dikatakan sbg abad kemegahan materialisme
MATERIALISME
Positivisme, darwinisme, dan evolusionisme belum dapat dengan resmi
dimasukkan dalam materialisme. Maka di Perancis timbul yang nyata
materialisme, di pelopori oleh LAMETTRIE (1709-1751). Bagi dirinya manusia
tak lain dari mesin, begitupun dengan binatang. Sehingga tak ada bedanya
antara manusia dan bintang. Ia mengingkari prinsip hidup pada umumnya.
Bahan tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan
(badan) tak mungkin ada. Prinsip hidup itu tak ada prinsip hidup yang rohani.
Di Jerman lahir tokoh aliran ini yaitu FEUERBACH, VOGT dan BUCHNER
serta MOLENSCHOTT yang semuanya menyerba bahankan segala sesuatu.
Dalam ilmu jiwa, materialisme merupakan dasar, walaupun misalnya
SIGMUND FREUD dan ADLER sudah menerima adanya sesuatu yang lebih
dari pada kesadaran yang menjadi dorongan manusia dalam tindakan-
tindakannya, yang disebut ketidak-sadaran.
FEUER BACH (1804-1872). Menurutnya satu-satunya yang ada ialah alam.
Manusia itu merupakan benda alam. Pengetahuannya ialah pengalaman.
Terimalah dunia ini. Adapun agama dan metafisika harus ditolak, karena kedua-
duanya merupakan ganti-arah-tujuan, tetapi tak mungkin tercapai di dunia ini.
Meskipun bagi kesusilaan itu cenderung untuk mencari kebahagiaan, akan
tetapi itu tidak berarti, bahwa egoismelah yang menjadi pedoman kesusilaan,
sebab hubungan aku-engkau merupakan inti kemanusiaan kita. Kebahagiaan
orang lain ialah kebahagiaan aku. Maka makin banyak orang yang
dicantumkan dalam usahanya, makin besar pula kesusilaannya. Dasar
kesusilaan ialah pengalaman, dari pengalaman kita tahu bahwa usaha mencari
kebahagiaan itu harus mengindahkan kebahagiaan orang lain.
FEUER BACH sebetulnya tidak mengingkari hidup, malahan hidup baginya
merupakan dasar yang amat utama, akan tetapi hidup alam belaka. Maka dari
itu aliran ini dinamai naturalisme. Namun penganut-penganutnya akan terjun
kepada jurang materialisme belaka.
Tokoh besar bagi materialisme historis atau dialektik, seorang filusuf Jerman
yang alirannya disebut Marxisme. Di Berlin ia menjadi penganut filsafat Hegel,
setelah di asingkan dari Prusia ia tinggal di Paris, Brussel dan London..
MARX memadukan tindakan politik dan sosial menjadi keseluruhan dengan
filsafat dan ilmu. Bukunya antara lain: Die heilige familie (1845),
Communistisch Manifest (1848), National Ekonomie und Philosophie (1844),
Das Kapital (1867).
Pikiran MARX menghubungkan rapat-rapat ekonomi dan filsafat. Yang
terutama bukanlah tahu juga bukan mau, melainkan bertindak. Tugas filusuf
bukan untuk menerangkan dunia, melainkan untuk mengubahnya.
Hidup manusia itu tertentukan oleh keadaan ekonomi. Ilmu, seni, agama,
kesusilaan, hukum, politik, semua hanya endapan dari keadaan itu.
Masyarakat pada mulanya tak mengenal pertentangan dalam tingkatan itu,
karena adanya keahlian dalam pekerjaan serta adanya milik. Dengan demikian
timbullah golongan (tingkatan) orang yang berada (kaum kapitalis) serta orang
yang tak berada (proletar). Kedua golongan ini bertentangan satu sama lain.
Ketegangan ini selalu bertambah, hingga meletus pada revolusi dan disitu
kaum proletar akan mengaambil alih kekuasaan dari kaum kapitalis. Jika masa
proletar ini sudah lewat akan timbul masa masyarakat tak bertingkat. Pada
masa itu milik adalah pada masyarakat yaitu negara, dan negara ini adalah
negara internasional.
.
Selain materialisme, muncul pula aliran idealisme yang terutama nampak pada
murid-murid KANT dan mengadakan gerakan kembali kepada KANT. Gerakan
ini disebut neoKANTianisme.
Dari situ ada dua aliran. Pertama disebut aliran Marburg, tokohnya yang
terrkenal ialah COHEN dan NATORP. Aliran ini adalah idealisme logis yang
murni, yang mengatakan bahwa realitas itu hanya terdapat pada kesadaran
subyek yang berpikir. Perbedaan yang amat nyata bagi aliran ini dengan
pendapat KANT adalah pengingkarannya tentang dualitas Erscheinung dan
Ding an sich serta dunia kesadaran dan realitas, apalagi berpikir dan
Anschauung. Tak ada Ding an sich, yang ada hanya subyek dan pikirannya
sebagai sumber pengetahuan dan disitu tercantum fungsi Anschauung.
Mulailah bagi subyek ini dunia itu ada. Tanpa ‘Setzung’ yang melaksanakan
pada dan oleh putusan, tak mungkinlah suatu itu ada. Budi praktis bagi aliran
ini tidaklah ada.
HERMAN COHEN (1842-1918). Buku-buku nya mengkritik KANT, lebih nyata
lagi pada System der philosopie (1902-1912) berjumlah tiga jilid.
Pangkal pikiran COHEN terletak pada kepercayaan kedaulatan dan kekuasaan
untuk menciptakan dari budi. Menurutnya ada dan dipikir itu sama: ada ialah
dipikir. Berpikir menimbulkan isi pikiran.
Realitas itu sebenarnya yang dipikir itu. Filsafat itu mempunyai maksud untuk
menyelidiki hukum-hukum berpikir, yang membangun ciptaannya itu, maka
filsafat terbagi atas tiga bagian: logoka, etika dan aestetika.
Menurut Marx, manusia itu tertentukan oleh alam dalam kodratnya, tetapi alam
kodrat ini dipandang dari sudut kemasyrakatannya; sebetulnya yang berarti itu
masyarakat bukan individu.
Masyarakat harus berkembang, perkembangan ini yang disebut sejarah,
tujuannya memberi arah kepada manusia kemana jalannya sejarah, sebab
gerak sejarah ini terjadi oleh manusia itu sendiri yang terdorong oleh kekuatan-
kekuatan materia pada masyarakat itu. Jadi perkembangan masyarakat itu tak
lain adalah dari perkembangan bahan, karena cenderung untuk hidup. Yang
masuk kerangka hidup ialah makan, minum dan pakaian, dan itu diusakan oleh
manusia itu sendiri. Dan itu menggunakan alat-alat. Dan alat-alat ini
semuanyaa bermateria, yang hendak dihasilkan juga bermateria, maka
perkembangan manusia itu tertentukan oleh materia. Itulah sebabnya
kemudian disebut materialisme historis.
Adapun alat yang paling penting bagi kaum reaksioner (kapitalis) ialah agama
(racun rakyat). Agam ini tak berguna sama sekali bagi kaum proletar serta tak
perlu ada di dunia dan di kemudian hari. Proletariat tak mempunyai agama,
tetapi ia mempunyai filsafat, ilmu, seni, kesusilaan, hukum dan politik.
MARX berhubungan erat dengan ENGELS (1820-1885). Buku-bukunya yang
terkenal: Dialektik der Natur. Die intwicklung des Sozialismus von der Utople
zur Wissenschaft; Der Ursprung der Familie des Privateigentums und des
States.
Logika ialah filsafat berpikir murni, yang berdaulat, menciptakan obyeknya dan
sendiripun menjadi obyek juga. Bagi COHEN : Pengamatan diciptakan oleh
berpikir sebagai sesuatu yang tidak tertentu, dan minta penentuan dari berpikir
itu. Logika menyelidiki hukum-hukum berpikir ini. Dasar segala berpikir ialah
putusan, bukan pengertian. Putusan merupakan kategori segala yang ada.
Etika ialah filsafat untuk kehendak murni.
Dalam ilmu hukum kehendak murni ini mendapat tempat dan penghargaan
yang selayaknya. Karena ‘lain’ ini meliputi seluruh masyarakat. Tak terkecuali.
Bagi hukum semuanya sama pada tiap-tiap manusia.
Pendapat COHEN tentang Tuhan agak sama dengan KANT. Tuhan tidak
dapat disebut persona, melainkan merupakan cita-cita bagi tindakan manusia.
Aestetika ialah filsafat tentang rasa murni, yang menjadi asal segala
putusan tentang segala keindahan. Seni sejati ialah seni kemanusiaan.
PAUL NATORP (1854-1924). Filsuf ini lebih mendekati realitas. Mulanya ia
mengikuti positivisme, kemudian berpaling kepada kriticisme COHEN yang
mengingkari dualitas pengamataan dalam tahu serta berpendapat pula bahwa
isi pengetahuan itu ciptaan berpikir. Tentang Tuhan ia berlainan dengan
COHEN. Menurutnya Tuhan hanya idea belaka dan idea manusia itulah yang
tertinggi. Maka bisa jadi baginya ada agama tanpa Tuhan.
.
Aliran kedua yang termasuk neoKANTianisme ialah aliran Baden. Aliran ini
tidak suka metafisika Marburg, tetapi sesuai pendapatnya dalam mengingkari
pengalaman jiwa sebagai faktor untuk tahu. Sebaliknya aliran ini mempertahan
budi praktis. Filsafat KANT jangan dipersempit menjadi filsafat ada saja,
melainkan prinsipnya harus dipergunakan juga daalam lingkungan ‘Sollen’ rasa
kwajiban, supaya dapat mencapai kebenaran, bertindak baik serta
menimbulkan keindahan atau seni. Menyelidiki nilai-nilai ini dengan seksama itu
menjadi tugas filsafat.
Nilai ini bersifat mutlak dan disebut ‘Werte an sich’ dan kemutlakannya itu
mempernilai nilai pengalaman dan jiwa serta diperlukan bagi segala tindakan
kebudayaan. Kepada subyek nilai ini nampak sebagai ‘Sollen’. Dan subyek
harus patuh kepadanya. Hubungan dunia pengalaman dan nilai-nilai terjadi
karena ‘Weten’, yang memberi nilai kepada realitas serta membuatnya ‘baik’.
Dengan demikian terbentuklah ‘Reich des Sinnes’, yang menghubungkan dunia
pengalaman dan dunia nilai.
Soal pengetahuan dapat juga dikatakan soal pernilaian, yaitu nilai
kebenarannya serta bagaimana mempernilai (menghargai) pengetahuan itu.
Aliran Marburg maupun aliran Baden, kedua-duanya mengajukan filsafat
subyektivisme. Peranan subyek dalam pengetahuan demikian besarnya,
sehingga subyek itu pencipta obyeknya. Tokoh idealisme subyektif ini adalah
WILHELM WINDEL BAND (1848-1915) dan HEINRICH RICKERT (1863-1939).
Pengaruhnya amat besar pada awal abad ke 20, tetapi setelah perang dunia
pertama boleh dikatakan lenyap sudah artinya di Eropa.
PRAGMATISME
HANS VAI HINGER (1852-1933). Bagi dia tahu itu hanya mempunyai arti
praktis, satu-2nya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (Yunani: Pragma – guna)
untuk mempengaruhi kejadian-2 di dunia. Jika pengertian itu berguna untuk
menguasai dunia, maka boleh dianggap benar, namun kebenaran ini tak lain
daripada ‘kekeliruan yang berguna’ saja.
Adapun timbulnya pragmatisme yang sebenarnya ialah di U.S.A diajukan
oleh CH. PEIRCE (1839-1914) dikembangkan lebih lanjut oleh JOHN DEWEY
(1859-1952).
Beberapa tokoh golongan penganut pragmatisme ini antara lain ialah:
WILLIAM JAMES (1842-1910). Pengertian atau putusan itu benar, jika
pada praktenya dapat dipergunakan. Putusan yang tak dapat digunakan itu
keliru, tidak saja terbuktikan dalam keadaan jasmani ini, namun juga dalam
lingkungan ilmu, seni dan agama. Bukunya yang terkenal ialah Pragmatism
(1907).
JOHN DEWEY (1859-1952). Tak ada sesuatu yang tetap. Manusia itu
bergerak dalam satu kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia menjumpai
kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka berpikir
ialah alat untuk bertindak. Pengertian lahir dari pengalaman. Kebenarannya
hanya dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kesungguhan.
Kebenaran tidak berdasarkan persesuaian antara pengetahuan dan
obyek. Ia berpengaruh di Amerika bahkan sampai Eropa. Penganutnya antara
REALISME KRITIS
Di Jerman timbul pula reaksi terhadap interpretasi KANT. Realisme kritis
sekarang ini menerima dunia kesungguhan diluar kesadaran serta mengatakan
bahwa orang dapat menyelami metafisika jadi mungkin mencapai intisari
realitas. Mereka ialah WUNDT, KULRE, dan E. VON HARTMANN.
KULPE (1862-1915). Bukunya yang terkenal ialah Einleitung in die Philosophie
(1895) dan Die Realisierung (proses berpikir). Dalam proses berpiki itu
pengalaman ada yang sesungguhnya yang sekarang maupun yang dulu, dapat
mengenalnya. Obyek realisierung ini ialah realitas yang diberikan kepada kita
tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari
pengalaman. Hanya adanya realitas yang obyektif dapat memberi dasar bagi
penyelidikan dunia diluar kita dan kesadaran kita. Adapun bukti-bukti adanya
realitas yang obyektif itu ialah sebagai berikut:
Pertama: apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu
memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti casual)
Kedua: pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak
mungkin, jika tak ada hal-hal diluar kita (bukti substrat).
Ketiga: adanya hal-hal sebelum ada pengalaman dan adanya sesudah
pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak tergantung dari
pengalaman (bukti continuitas).
NEO HEGELIANISME
Pertengahan abad ke 19 hegelianisme mengalami kemunduran di
Eropa, namun aliran ini kemudian lahir kembali dan mengalami
perkembangan yang megah terutama di Nederland, Inggris dan
Italia.
Mereka menyatakan bahwa HEGEL merupakan penyempurna.
RICHARD KRONER dalam bukunya Von KANT zu Hegel. Di
Inggris ada JOWETT (1817-1893) dan GREEN (1836-1882). Di
Nederland ada G. BOLLAND (1854-1922) dan di Italia CROCE
dan GENTILE.
FILSAFAT HIDUP
Sebagai reaksi dari idealisme dan positifisme timbullah filsafat hidup.
Idealisme meletakkan segaala kesungguhan pada rasio atau ide, positivisme
mengatakan bahwa ilmu sejarah yang dapat menjadi dasar renungan filsafat.
Bagi filosafat hidup barulah mungkin, jika rasio itu terpadukan dengan seluruh
kepribadian, sehingga filsafat tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja,
tetapi juga mengenai ada yang mengikutkan kehendak, hati dan iman
(kepercayaan), pendeknya seluruh hidup. Ia menerima intelektualisme maupun
metafisisme, asal dalam keseluruhan kepribadian.
Filsafat hidup berkembang di seluruh Eropa dengan bermacam-macam
coraknya. Di Perancis diwakili oleh BERGSON dan LE ROY, di Jerman ada
DILTHEY. Sedang di Jerman filsafat hidup ini terarahkan kepada sejarah, di
Perancis kepada perkembangan hidup sendiri.
Awal abad ke 20 seorang filusuf paling terkenal HENRY BERGSON keturunan
yahudi, campuran darah antara Polandia dan Irlandia yang dilahirkan di Paris
tahun 1859 dan meninggal di Paris tahun 1941. Beberapa buku-bukunya yang
terkenal ialah: Essai sur les donnees immediates de la conscience (1898),
Matiere et memoire (1897), L’evolution creatice (1907), Les deux sources de la
moral et la religion (1932).
Dari tulisannya ia mendapat hadiah Nobel pada tahun 1928 bagi kesusastraan.
Filsafat BERGSON merupakan reaksi terhadap positivisme dan materialisme
serta subyektivisme dan relativisme. Pangkalnya tak jauh dari ilmu (positif),
namun bertujuan melalui yang positif itu untuk menyelami yang mutlak dalam
pengetahuan metafisis.
Ia sangat menentang mekanisme dan deterninisme serta mempertahankan
kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
Ia menyatakan bahwa, manusia itu mempunyai sifat spontan, sebaliknya
berakarkan pada ingin hidup (elan vital), yang menimbulkan semua tindakan.
Manusia pada akhirnya akan mengetahui Tuhan yang pribadi itu. Budi saja
(biasa) tak dapat mempertahankan itu, karena budi memotong segalanya
dalam waktu (temp). Tetapi kesungguhan tidak akan terpotong, yang
sebebnarnya merupakan kelangsungan (duree) dan realitas. Dan hanya
intuisilah yang dapat menyelami duree itu. Intuisi yaitu kesatuan dari aspek
rohani dan jasmani pada manusia.
Yang mungkin juga dapat dimasukkan dalam filsafat ini ialah aliran MAURICE
BLONDEL (1861-1949). Karena yang utama ia menyelidiki tidakan manusia
(sebagai aspek hidup), maka ada yang menyebutnya ‘filsafat tindakan’.
Dalam tindakan adalah fianlitas: tiap-tiap orang bertindak dengan tujuan yang
tertentu. Maka suatu tindakan dilakukan demi tindakan yang lain. Ini hanya
memberi penentuan kepada tindakan saja. Adapun tindakan sendiri termasuk
juga berpikir dan berkehendak harus mempunyai arti dan maksud, bahkan
dengan sendirinya akan membawa kita kepada soal dan arti maksud hidup.
Manusia yang sebenarnya tentu akan menyadarkan berpikir yang terpendam.
Sudah tentu tidak semua tindakan dapat dilakukan dengan penuh kesadaran,
tetapi ini harus dicita-citakan.
Tujuan yang paling utama ialah membuat hidup kita berarti sepenuhnya.
Hidup kita terarahkan kepada Tuhan, maka berartilah hidup kita, jika
sebaliknya, maka tidak berartilah hidup kita. Sehingga jika hidup kita
terarahkan kepada Tuhan, maka hubungan dengan Tuhan tak mungkin
terputus meskipun kita sudah mati. Dengan demikian adanya tindakan agama,
susila dan budi itu mengharuskan adanya kelangsungan ada (setelah mati),
supaya segala tindakan tidak kehilangan arti dan maksud tersebut.
Buku-buku BLONDEL yang terkenal ialah: La pensee (1934), L’Etre et les être
(1935), L’action (1937).
FENOMENOLOGI
HUSSERL (1859-1939). Pencipta fenomenologi. Ia terpengaruh oleh
BRENTANO (1838-1917). Pada mulanya HUSSERL berfilsafat tentang ilmu
pasti, kemudian kepada renungan filsafat pada umumnya serta dasar-
dasarnya.
Menurutnya orang harus mulai dengan mengamati tanpa dasar sesuatupun:
‘Zu den Sachen selbst’. Ia memerlukan analisa kesadaran. Kesadaran itu
sungguh-sungguh selalu terarahkan kepada obyek. Oleh karena yang diselidiki
itu susunan kesadaran itu sendiri, maka haruslah nampak obyek dalam
kesadaran (gejala-fenomenon) maka gejala ini diselidiki pula. Sungguh
tidaknya obyek itu tidak masuk kedalam penyelidikan, yang harus dicari ialah
yang sungguh-sungguh merupakan inti-sarinya, adapun yang diluar inti-sari
tidak dihiraukan. Inti itu tercapai oleh intuisi, terpandangi oleh budi. Ini disebut
kesadaran transendental.
Pengaruh filsafat ini cukup besar. Ada yang menggunakan metode ini untuk
segala ilmu atau cabang filsafat, misalnya S. STRASSER dalam Antropologinya,
E. DE BRUYNE dalam etika dan aestetikanya serta LANGEVELD dalam
paedagogiknya
MAX SCHELER (1874-1928). Iapun menggunakan metode HUSSERL. Yang
diutamakannya ialah penyelidikan secara fenomenologis etika dan filsafat
agama. Manusia bukanlah pencipta nilai tingkah laku, melainkan nilai-nilai
tersebut berlaku lepas dari pada manusia. Tugas manusia ialah mengakui serta
mengikuti nilai-nilai itu dalam hidupnya.
KARL JASPERS (lahir 1883). Individu itu tak dapat dicapai dan dimengerti
dari yang umum, melainkan harus diterangi dari diri sendir. Ketika ia merasa
takut dan rasa ketiadaan yang dahsyat, teatpi ia tetap bertahan diri, karena ia
memilih ada-nya sendiri. Maka eksistensi itu geschiechtlich, artinya tiap-tiap
manusia tertentukan oleh situasinya masing-masing. Manusia itu pada intinya
berhubungan dengan yang lain dalam pertanyaan mengenai diri sendiri.
Adapun metafisika itu menyelidiki transendensi, yaitu hal keluar dari
dirinya serta mengatasi diri sendiri maupun sekelilingnya. Transendensi ini
adalah jika manusia bersungguh-sungguh bereksistensi. Bereksistensi atau
bertransendensi yang benar-benar ialah jika aku berpikir sambil mengatasi
yang aku pikirkan. Dan budilah yang mengatasi hal itu. Dan kau dapat
bertransendensi dengan berpikir dalam simbol (Chiffre). Chiffre ini hasil
transendensi kemanusiaan dalam sejarah: bahasa, mithos dan agama.
Yang dimaksud transenden sebenarnya ialah Tuhan
GABRIEL MARCEL (lahir 1889). Tulisannya yang terkenal ialah: Journal
metaphysique (1927) dan Le Mystere de L’Etre (1951). Ia menyelidiki inti manusia.
Manusia selalu membentuk dirinya dengan kemerdekaannya, tidak berati bahwa
manusia itu ada seorang diri saja, melainkan ia ada karena ada di dunia (etre-au-
monde). Ia selalu tertentukan oleh kejasmaniannya (incarnation). Di dunia ini manusia
selaalu bertemu dengan manusia lainnya, maka ia mungkin bersikap dua macam. Yang
lain itu merupakan obyek baginya, maka yang lain itu merupakan ‘dia’ (lui). Mungkin
juga yang lain itu merupakan yang ada bagi aku (presence), maka itu ‘engkau’ (toi). Aku
ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku-engkau. Dalam hubungan ini
kesetiaanlah yang menentukan segalanya. Kesetiaan yang menciptakan aku ini pada
akhirnya atas partisipasi manusia kepada Tuhan.
PAUL SATRE (lahir 1905). Bukunya yang terkenal: L’etre et le neant (1943). Ada itu
terdiri atas dua, yaitu ada-pada-sendirinya (l’etre-en-soi) dan ada bagi sendirinya (l’etre-
pour-soi). Ada pada sendirinya ialah ada pada hal-hal jasmani, yaitu kesadaran.
Kesadaraan mempunyai sifat intensionalitas; ia selalu terarahkan pada yang lain.
Kesadaran itu disebut SATRE peniadaan (néantisation) diluar peniadaan itu hanya nihil.
Itu ada yang menimbulkan nihil di dunia. Untuk merealisir cita-cita ini lalu diciptakannya
Tuhan, maka dari itu mustahil Tuhan itu ada. Dan filsafat SARTRE ini sampailah kepada
ateisme. Pengaruhnya sangat besar di Perancis, panganutnya antara lain SIMON DE
BEAUVOIR, ALBERT CAMUS.
NEO-TOMISME
Penganut tomisme ini kebanyakan umat katolik, namun ada juga yang bukan
katolik seperti MORTIMER ADLER dan E.L. MASCALL dan AUSTIN FARER
Timbulnya metafisika, etika, dan ontologia sebenarnya karena pengaruh
tomisme.ada tiga cabang dalam kesatuanya:
Pertama menganggap bahwa ajaran tomisme ini sudah sempurna. Tokoh aliran
ini ialah R. GARRIGOU – LAGRANGE (lahir 1877)
Kedua, bahwa hasil pikiran THOMAS dalam ontologi sudah sempurna dan tak
dapat di ubah lagi. Tokoh aliran ini ialah JACQUES MARITAIN (lahir 1882).
Menurutnya; harus ada penyelidikan tentang alam yang harus disesuaikan
dengan ilmu alam dewasa ini. Yang pada masa THOMAS belum ada.
Ketiga. Bahwa filsafat THOMAS ini memang harus diikuti, tetapi filsafat
THOMAS ini belum sempurna serta sudah dapat menjawab segala pertanyaan.
Maka dalam ontologia THOMAS ini masih perlu penyelidikan dan keterangan,
sehingga pengetahuan ontologia makin mendalam. Tokoh aliran ini ialah
JOSEPH MARECHAL (1878-1944). Kebenaran itu tidak terhubungkan hanya
dengan satu aliran saja, mungkin juga kebenaraan itu tercapai oleh kerjasama
dengan aliran yang beraneka warna. JOSEPH GEYSER berpendapat: setia
kepada kebenaran itu lebih utama daripada setia kepada aliran belaka. Aliran
ini berkembang di Belgia, Nedherland, Eropa dan amerika.