“SUATU PENGANTAR”
Disusun oleh :
Ifa Nur’aini Najati (2222010612)
1 (satu) B
Jl. Cukang Jati No. 5, Samoja, Kec. Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat 40237
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Sosialogi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan yang cukup lama. Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat
hanya tertarik parta masalah-masalah yang menarik perhatian umum, kejahatan perang,
kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta
penilaian yang demikian itu, meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang
menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan
atau yang ideal. Dengan demikian timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
seharusnya dituruti oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu
masyarakat. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang
bahagia dan damai bagi semua manusia selama hidup di dunia ini.
Orang-orang harus mengakui bahwa nilai-nilai dan kaidah-kaidah masyarakat yang
diidam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam masyarakat pada
suatu waktu tertentu. Filsafat biasanya dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau ilmu
pengetahuan yang umum. Pythagoras menyatakan dirinya sebagai cinta kebijaksanaan, karena
kata ‘philein’ Bahasa Yunani adalah cinta dan ‘sophia’ merupakan kebijaksanaan. Filsafat
dicari untuk kebijaksanaan dan kebijaksanaan dicarikan. Asal-usul filsafat merupakan
penjelasan rasional secti semuanya. Prinsip prinsip atau asas-asas yang di jelaskan terhadap
semu fakta adalah filsafat.
Dahulu kala, semua ilmu pengetahuan yang dikenal pada dewasa ini pernah menjadi
bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari sebagai induk dari segala ilmu
pengetahuan (mater scientiarum) astronomi, (ilmu tentang binatang-bintang) dan fisika (ilmu
alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama-tama memisahkan diri, kemudian
diikuti oleh kimia, biologi, dan geologi. Di dalam abad ke-19, dua ilmu pengetahuan baru
muncul yaitu psikologi (ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia) dan sosiologi.
(ilmu yang mempelajari masyarakat). Astronomi, pada mulanya merupakan bagian dari
filsafat. Terbagi menjadi fisika, psi-kologi dan sosiologi. Dengan demikian timbulah sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan yang di dalam proses pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-
ilmu kemasyarakatan lainya seperti ekonomi,sejarah,ilmu jiwa sosial dan sebagainya. Dalam
abad ke-19, seoranng ahli filsafat bangsa perancis Bernama Auguste Comte telah menulis
beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urut-urutan tertentu
berdasakan logika, dan bahwa setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk
kemudian mencapai tahap terakhir yaitu tahap ilmiah. Nama yang diberikanya tatkal yaitu
adalah ‘sosiologi’ (1839) yang berasal dari kata latin socius yang berarti ‘kawan’ dan kata
Yunani logos yang berarti ‘kata’ atau berbicara. Jadi sosiologi berarti ‘berbicara mengenai
masyarakat, sedangkan misalnya geologi (geo artinya bumi) artinya ‘berbicara tentang bumi,
biologi (bios artinya manusia) berarti ‘berbicara perihal manusia. Sosiologi lahir pada saat-
saat terakhir perkembanggan ilmu pengetahuan, oleh karena itu sosiologi didasarkan pada
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainya. Selanjutnya Comte
berkata bahwa sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi-
spekulasi perihal keadaan masyarakat.
Sejak Herbert Spencer mengembangkan suatu sistematik penelitian masyarakat dalam
bukunya yang berjudul “Principles of sociology” setengah ahad kemudian, istilah sosiologi
menjadi lebih popular dan berkat jasa Herbert Spencer pula sosiologi berkembang dengan
pesatnya. Sosisoslogi berkembang dengan pesat dalam abad ke-20, terutama di Perancis,
Jerman dan Amerika Serikat, tapi arah perkembangannya di ketiga negara tersebut berbeda
satu sama lainya. Walaupun John Stuart Mill dan Herbert Spencer adalah orang-orang inggris,
namun ilmu tersebut, berbeda dengan keadaan di Amerika Serikat pada masa itu.
Nama-nama seperti Auguste Comte (perancis), Herbert Spencer (inggris), Karl Mark
(jerman), Yilfredo pareto (italli), Pitirim A. Sorokin (berasal dari rusia), Max Weber (jerman)
Steinmetz (belanda), Charles Horton Cooley (amerika serikat), Lester F Word (amerika serikat)
dan lain sebagainya adalah beberapa nama-nama yang termuka dalam perkembangan sosiologi
di benua eropa dan amerika. Dari eropa, ilmu sosiologi kemudian menyebar ke benua dan
neraga-negara lain, termasuk Indonesia.
Manfaat ilmu-ilmu sosial dan hubungan antara ilmu-ilmu sosial dengan sosiologi:
1. Adanya suatu terminology umum yang menyeragamkan pelbagai disipilin
2. Suatu Teknik penelitian terhadap organisasi-organisasi yang besar dan komleks
3. Suatu pendekatan sintetis yang meniadakan analisis fragmentaris dalam rangka
hubungan internal antara bagian-bagian yang tidak dapat diteliti diluar konteks
menyeluruh
4. Suatu sudut pandang yang memungkinkan analisis terhadap masalah-masalah sosiologi
dasar
5. Penelitian yang lebih banyak tertuju pada hubungan bagian-bagian, dengan tekanan
pada proses dan kemungkinan terjadinya perubahan
6. Kemungkinan mengadakan penelitian secara operatif dan obyektif terhadap sistem
perilaku yang berorientasi pada tujuan atau didasarkan pada tujuan, proses kognitif-
simbolis, kesadaran diri dan sosial, tahap-tahap keadaan darurat secara sosial budaya
dan seterusnya
c. Objek Sosiologi
Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Beberapa orang sarjana telah
mencoba untuk memberikan definisi masyarakat (society), seperti:
1. Macvler dan Page yang mengatakan bahwa : masyarakat ialah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial.
2. Ralph Linton : masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mwngatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas.
3. Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
Bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Walaupun definisi dari sarjana-sarjana tersebut berlainan, akan tetapi pada dasarnya isinya
sama yaitu masyarakat mencakup beberapa unsur, sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup Bersama
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup Bersama. Sistem kehidupan Bersama
menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat
satu dengan lainnya.
Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan, sehingga
dia disebut social animal. Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang disebut
gregariousness. Pada hubungan antara manusia dengan sesamanya, agaknya yang penting
adalah reaksi yang timbul sebagai akibat adanya hubungan tadi. Hal ini disebabkan oleh karena
pada dasarnya manusia mempunyai dua Hasrat yang kuat dalam dirinya, yakni:
A. Keinginan untuk menjadi satu dengan sesamanya atau manusia lain di sekelilingnya
(misalnya masyarakat).
B. Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam sekelilingnya.
Masyarakat sendiri juga mempunyai pelbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, agar
masyarakat itu dapat hidup terus. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah, antara lain:
1. Adanya populasi dan Population Placement
2. Informasi
3. Energi
4. Materi
5. Sistem Komunikasi
6. Sistem Produksi
7. Sistem Distribusi
8. Sistem Organisasi Sosial
9. Sistem Pengendalian Sosial
10. Perlindungan warga masyarakat terhadap ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa
dan harta bedanya.
Dengan demikian, maka setiap masyarakat mempunyai komponen-komponen dasarnya,
yakni:
• Populasi, yakni warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandangan kolektif.
Secara sosiologis, maka ospek-ospek sosiologis yang perlu dipertimbangkan adalah,
misalnya:
1. Aspek-aspek genetic yang konstan.
2. Variabel-variabel genetik.
3. Variabel-variabel demografis.
• Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan Bersama yang mencakup:
1. Sistem Lambang-lambang
2. Informasi
• Hasil-hasil kebudayaan material
• Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga-warga masyararakt yang
bersangkutan, yang antara lain mencakup:
1. Warga masyarakat secara individual
2. Peranan-peranan
3. Kelompok-kelompok
4. Kelas-kelas sosial
• Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.
Rakyat merupakan keseluruhan penduduk suatu daerah tanpa melihat pada cara bergaulnya
atau cara hidupnya. Apabila dilihat dari sudut ilmu politik, istilah rakyat dipakai untuk
membedakan rakyat dengan pemerintahannya, pemerintah yang menguasai, rakyat yang
perintah. Jadi istilah rakyat menunjuk pada:
a. Sejumlah besar penduduk
b. Yang mempunyai kehendak umum Bersama
c. Dihadapkan pada pemerintah yang mengatur dan memerintah kehendak tadi.
Untuk jelasnya, maka lebih dikenal istilah Dewan Perwakilan Rakyat daripada Dewan
Perwakilan Masyarkat, oleh karena Dewan tersebut ditujukan untuk kepentingan dan kehendak
umum dari penduduk. Sebaliknya, selalu dipergunakan istilah Pembangunan Masyarakat dan
bukan Pembangunan Rakyat, oleh karena pembangunan tersebut adalah penting untuk
kemajuan seluruh anggota masyarakat.
• Kimball Young
Bentuk interaksi adalah :
1. Oposisi (persaingan dan pertentangan)
2. Kerja sama yang menghasilkan akomodasi
3. Diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia,
seks, dan pekerjaan)
• Tomatsu Shibutani
Bentuk interaksi adalah :
1. Akomodasi dalam situasi rutin
2. Ekspreksi pertemuan dan anjuran
3. Interaksi strategis dalam pertentangan
4. Pengembangan perilaku massa
Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut:
1. Proses-proses yang Asosiatif
3) Hasil-hasil akomodasi
1. Akomodasi dan Integrasi Masyarakat
Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk
menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang melahirkan
pertentangan baru.
2. Menekan Oposisi
3. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
4. Perubahan Lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang
berubah
5. Perubahan-perubahan dalam kedudukan
6. Akomodasi membuka jalan kea rah asimilasi
4) Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-berbedaannya yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia yang memerhatikan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Maka asimilasi meupakan pengembangan sikap-sikap dan cita-cita yang sama. Di salam proses
tersebut proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat berikut ini.
1. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak
yang lain tadi juga berlaku sama.
2. Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-
pembatasan
3. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer.
4. Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola
asimilasi tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak yang
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus di
capai dan dikembangakan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi berikut.
1. Toleransi
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang dalam ekonomi
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amalgamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar
Faktor-faktor yang mengahmbat asimilasi
1. Perasaan takut pada budaya lain
2. Ada perbedaan ciri fisik
3. In-group feeling yang kuat
4. Perbedaan kepentingan lain.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif disebut juga sebagai oppsitional processes, yang halnya dengan keja
sama dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangktan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara
berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian menurt Charles Darwin ditafsirkan sebagai suatu keadaan di mana selalu
terjadi pertentangan antara manusia untuk memperoleh makanan, tempat tinggal dll. Kemudian
pengertian dari Struggle for existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di
mana manusia yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, yang menimbulkan
kerja sama tetap dapat hidup. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses
yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk yaitu sebagai berikut.
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana
individu atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.
Persaingan juga ada dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan tidak bersifat pribadi.
• Bentuk-bentuk persaingan :
a. Persaingan ekonomi,
b. Persaingan kebudayaan,
c. Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam
masyarakat,
d. Persaingan karena perbedan ras.
• Fungsi-fungsi persaingan :
a. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif,
b. Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya,
c. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial, dan
d. Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan
pembagian kerja.
• Hasil suatu persaingan :
a. Perubahan kepribadian seseorang,
b. Kemajuan,
c. Solidaritas kelompok,
d. Disorganisasi.
b. Kontravensi
Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain
atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Kontravensi ditandai oleh gejala-gela
adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka
terhadap seseorang.
Dalam bentuknya, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap
orang-orang atau terhadap unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Berikut bentuk
kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker ada lima yaitu,
1. Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lainnya.
2. Menyangkal pernyataan orang lain di muka umum.
3. Melakukan penghasutan.
4. Berkhianat.
5. Mengejutkan lawan dan lainnya.
Tipe-tipe kontravensi :
1. Kontravensi antar masyarakat setempat
2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi intelektual
4. Oposisi moral.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya
pembicara pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film dan lain
sebagainya. Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual (misalnya pemungutan
suara dalam pemilihan umum), dan ternyata individu-individu adalah suatu publik masih
mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang sesungguhnya dan juga masih lebih
mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi daripada mereka yang tergabung dalam
kerumunan.
H. RINGKASAN MASALAH
1. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, akan tetapi dia adalah makhluk yang telah
mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia-manusia lain, naluri mana dinamakan
gregariousness.
2. Kelompok sosial atau “social group” adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia
yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut
antara lain menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong.
3. Beberapa persyaratan kelompok sosial adalah :
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan Sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan angota yang lainnya.
c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu,
sehingga buhungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib
yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan
lain-lain.
d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku.
4. Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasi dari beberapa sudut atau dasar pelbagai
kriteria/ukuran :
a. Besar-kecilnya jumlah anggota,
b. Derajat interaksi sosial,
c. Kepentingan dan wilayah,
d. Berlangsungnya suatu kepentingan,
e. Derajat organisasi,
f. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan.
5. In-group dan Out-group
a. In-group adalah kelompok sosial, dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya.
b. Out-group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in-
group-nya.
6. Kelompo Primer (primary group) dan Kelompok Sekunder (secondary group)
a. Kelompok Primer (primary group) atau face-to-face merupakan kelompok sosial yang
saling sederhana, di mana anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja
sama yang erat.
b. Kelompok Sekunder (secondary group) adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari
banyak orang, antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara
pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng.
7. Paguyuban (Gemeinscbaft) dan Patembayan (Gesellscbaft)
a. Paguyuban (Gemeinscbaft) adalah bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal.
Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah
dikodratkan.
b. Patembayan (Gesellscbaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk
jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
8. Formal Group dan Informal Group
a. Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja
diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya.
b. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti.
Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang
berulangkali, yang menjadi dasar bertemunya kepentingan-kepentingan dan
pengalaman-pengalaman yang sama.
9. Membership Group dan Reference Group
a. Membership Group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut.
b. Reference Group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan prilakunya.
10. Kelompok Okupasional dan Kelompok Volonter
11. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
a. Kerumunan (crowd) adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di
suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan.
b. Bentuk-bentuk kerumunan :
1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial :
a) Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences).
b) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group).
2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds) :
a) Kumpulan yang kurang menyenangkan (Inconvenient aggregrations).
b) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (Panic crowds).
c) Kerumunan penonton (Spectator crowds).
3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds) :
a) Kerumunan yang bertindak emosional (Acting mobs).
b) Kerumunan yang bersifat immoral (Immoral crowds).
12.
a. Istilah masyarakat setempat (Community) menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu,
di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota, dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
b. Dalam mengklasifikasikan masyarakat-masyarakat setempat, dapat dipergunakan
empat kriteria yang saling berpaut :
1) Jumlah penduduk,
2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman,
3) Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat,
4) Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
c. Dalam masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community), dengan masyarakat perkotaan (urban community), pembedaan mana
bersifat graduil.
13.
a. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat
dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.
b. Sebab-sebab urbanisasi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :
1) Faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan tempat/daerah
kediamannya (pusb factors), dan
2) Faktor kota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap di kota-kota
(pull factors).
c. Akibat-akibat negatif urbanisasi yang terlalu cepat adalah antara lain :
1) Pengangguran,
2) Naiknya kriminalitas,
3) Persoalan perwismaan,
4) Kenakalan anak-anak/kejahatan anak-anak,
5) Persoalan rekreasi.
14. Small group adalah suatu kelompok yang secara teoritis terdiri paling sedikit dari dua
orang, di mana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu
dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya.
15. Dinamika kelompok-kelompok sosial perlu dipelajari, untuk mengetahui realitas
kehidupan kelompok-kelompok sosial itu sendiri.
BAB 4
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
A. PENGANTAR
Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herskovits dan Bro- nislaw Malinowski
mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam
masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Kemudian
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super- organic, karena kebudayaan
yang berturun-temurun dari generasi ke generasi tetap terus hidup. Pengertian kebudayaan
meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dalam pengertian sehari-hari,
istilahkebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni
tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka
kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan.
Kata “Kebudayaan” berasal dari ( Bahasa Sansekerta) buddbayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal”.
Adapun istilqh culture yang merupakan istilah Bahasa asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata latin “colere”. Artinya, mengolah atau mengerjakan, yaitu
mengolah tanah atau Bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture, diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Seorang antropolog lain, yaitu E.B Tylor (1871) pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetaahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Seomardjan dan Solaeman Soemardi merumuskan kebudayaan semua hasil karya, rasa
dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang
hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu
pengetahuan. Cipta merupakan baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah
disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan massyarakat. Rasa dan cinta
dinamakan pula kebudayaan rohaniah ( spiritual dan immaterial culture ).
Manusia sebenarnya mempunyai segi materiil dan segi spiritual di dalam kehidupannya.
Segi materiil mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda-benda
maupun lain-lainnya yang berwujud benda. Segi spiritual manusia mengandung cipta yang
menghasilkan ilmu pengetahuan, karya yang menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan,
kesopanan dan hukum, serta rasa yang menghasilkan keindahan.
Untuk kepentingan analisis, maka dari sudut struktur dan tingkatan dikenal adanya super-
culture yang berlaku bagi seluruh masyrarakat. Suatu super-culture biasanya dapat dijabarkan
ke dalam cultures yang mungkin didasarkan pada kekuasaan daerah, golongan etnik, profesi,
dan seterusnya. Didalam suatu culture mungkin berkembang lagi kebudayaan- kebudayaan
khusus yang tidak bertentangan dengan kebudayaan “induk”, lazimnyadinamakan sub-culture.
Akan tetapi, apabila kebudayaan khusus tadi bertentangan dengan kebudayaan induk, maka
gejala tersebut disebut counter culture. Visualisasinya secara sistematis, adalah sebagai
berikut:
B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Beberapa orang sarjana, telah mencoba merumuskan unsur-unsur po- kok kebudayaan
tadi, misalnya, Melville J. Herskovits me-ngajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu:"
1. alat-alat teknologi
2. sistem ekonomi
3. keluarga
4. kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional
dalamantropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut;
1. sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota ma syarakat
didalam upaya menguasai alam sekelilingnya,
2. organisasi ekonomi,
3. alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluraga
merupakan lembaga pendidikan yang utama,
4. organisasi kekuatan.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota anggotanya seperti
kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang
tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan,
baik di bidang spiritual maupun materiil.
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan
dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:
1. Alat-alat produktif
2. Senjata
3. Wadah
4. Makanan dan minuman
5. Pakaian dan perhiasan
6. Tempat berlindung dan perumahan
7. Alat-alat transpor
Karsa masyarakat, mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakan tata-tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya
manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam
masyarakat. Apabila manusia hidup sendiri, maka tak akan ada manusia lain yang merasa
terganggu oleh tindakan-tindakannya.
Akan tetapi setiap orang, bagaimanapun hidupnya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan
bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi. Pribadi berarti
bahwa kebiasaan orang seseorang itu berbeda dari peri kebiasaan orang lain. Setiap orang
akan membentuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri. Menurut Ferdinand Tonnies,
kebiasaan mempunyai 3 arti yaitu:
1. Dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat objektif.
2. Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan kaidah bagi seseorang, norma mana
diciptakan untuk dirinya sendiri.
3. Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Kebiasaan yang dijadikan kebiasaan yang teratur oleh seseorang, kemudian dijadikan
dasar bagi hubungan antara orang-orang tertentu, sehingga tingkah-laku atau tindakan
masingmasing dapat diatur dan itu semuanya menimbulkan norma atau kaidah. Kaidah yang
timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat, lazimnya dinamakan
adat- istiadat (custom).
Disamping adat-istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum).
Peraturan bertujuan membawa suatu keserasian dan memperhatikan hal-hal yang
bersangkut- paut dengan keadaan lahiriah maupun batiniah manusia. Peraturan (hukum) ada
yang bersifat tertulis dan tidak tertulis, di mana yang terakhir, di Indonesia dinamakan
Hukum Adat Peraturan-peraturan (hukum) yang tertulis sifatnya sering kali terlampau kaku
dan biasanya kurang dapat mengikuti kepesatan perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
Di dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola perilaku atau
patterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.
Kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut istilah Ralph Linton"
designs for living (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Artinya, kebudayaan adalah suatu
garis-garis pokok tentang perilaku atau blueprint for behavior yang menetapkan peraturan-
peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang dan lain sebagainya. Unsur-
unsur normatif yang merupakan bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (valuational elements).
2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apayang seharusnya (precriptive elements).
3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements).
Dari beberapa kenyataan di atas, dapatlah diambil kesimpulan, betapa besarnya pengaruh
kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian. Akan tetapi dalam perkembangan
pembentukan kepribadian tersebut tidak hanya kebudayaan yang memainkan peranan pokok.
Organisme biologis seseorang, lingkungan alam dan sosialnya juga memberi arah.
F. GERAK KEBUDAYAAN
Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa yang
silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya
dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan mungkin, dalam lapangan perdagangan,
pemerintahan dan sebagainya. Pada saat itulah unsur masing-masing kebudayaan saling
menyusup. Proses imigrasi besar-besaran, dahulu kala mempermudah berlangsungnya
akulturasi tersebut. Beberapa masalah yang menyangkut proses tadi adalah:
a. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima,
b. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima,
c. Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang baru,
d. Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik, dapat menghasilkan integrasi antaraunsur-
unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-
unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan tetapi
dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima,
tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidaklah asli
lagisebagai semula.
1. Masalah kebudayaan juga diperhatikan dalam sosiologi, karena kebu- dayaan dan
masyarakat manusia merupakan dwitunggal yang tidak terpisahkan. Pembedaannya
hanya untuk kepentingan ilmiah dan ana- lisis. Mengapa?
2. Istilah kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, merupakan bentuk jarak dari
kata buddbi yang berarti budi atau akal. Culture berasal dari kata Latin colere yang
berarti mengalah atau mengerjakan.
3. Kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cita-cita
masyarakat.Bandingkan dengan konsepsi lain!
4. Banyak pendapan para sarjana tentang unsur-unsur kebudayaan. Oleh C Kluckhohn
dianalisis dengan menunjuk pada inti pendapat-pendapat sarjana, tersebut, yang
menyimpulkan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural
universals, yaitu:
a) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
b) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
c) Sistem kemasyarakatan
d) Bahasa
e) Kesenian
f) Sistem pengetahuan
g) Religi
A. PENGANTAR
1. Kedudukan (status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulanya, prestisenya,
dan hak-hak serta kewajiban-kewajibanya.
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu ;ola tertentu.
Kedudukan hanya merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban karna hak dan
ewajiban dapat terlaksana melalui perantaraan individu sehingga sukar untuk
memisahkanya secara tegas dan kaku.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu sebagai
berikut:
a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Ini diperoleh
karna klahiran seorang bangsawan adalah bangsawa pula namun demikian,
hascribed status tak hanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan lapisan
yang tertutup.
b. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha
yang disengaja. Ini bersifst terbuka bagi siapa saja, tergantung dengan kemampuan
dan dlam mengejar tujuan-tujuannya.
c. Asigened atatus, merupakan kedudukan yang diberikan. Mempunyai hubungan
yang erat dengan achieved status artinya suatu kelompok atau golongan
memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa yang telah
memerjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
2. Peranan (Role)
Peranan (Role) merupakan aspek dinamis kedudukn (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukanya, dia menjalanlkan suatu
peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Setiap orang yang mempunya macam-macam peranan yang berasal dari pola-
pola pergaulan hidupnya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku seseorang.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antra peranan-
peranan individu dalam masyarakat, yang diatur norma-norma. Peranan mencakup tiga hal
yaitu sebagai berikut:
a. Peranan meliputi norma norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi
c. Peranan juga dapat dilakukan sebagai perilaku individu yang penting bagian
struktur sosial.
Sejalan dengan adanya status konflik,juga adanya konflik ofroles. Hal ini timbul krna
tidak sesuai untuk melaksanakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Lingkaran social adalah kelompok social dimana seseorang mendapatkan tempat serta
kesempatan melaksanakan perananya. Nilai-nilai social tersebut misalnya nilai ekonomis yang
tercipta dalam hubungan seorang bangkir dengan nasahabnya.
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam
masyarakat pentig bagi hal-hal berikut:
a. Peranan-peranan tertntu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
mempertahankan kelangasungannya.
b. Peranan tersebut dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu
melaksanakanya.
c. Dalam masyarakat dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan perananya
sebagai mana diharapkan oleh masyarakat karna pelaksanaanya memperlukan
pengorbanannya.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perananya, belum tentu
masyarakat akan mendapatkan peluang yang seimbang.
F. WEWENANG
Max Weber, wewenang: suatu hak yang telah ditetapkan dalam suatu tata tertib sosialuntuk
menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan mengenai persoalan yang penting.
Wewenang ada beberapa bentuk, yaitu :
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional,dan Rasional (Legal)
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu
suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.Contohnya Nabi, para Rasul, dan lain-
lain. Wewenang Tradisional dimiliki oleh orang-orang yamng menjadi anggota
kelompok,yang sudah lama sekali mempunyai kekuasaan didalam suatu
masyarakat. Wewenang Rasional atau Legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem
hukum yang berlaku dalam masyarakat.
2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
Sering kali wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut sebagai
wewenang tidak resmi karena bersifat spontan,situasional dan didasarkan pada faktor saling
mengenal. Wewenang resmi sifatnya sistmatis, diperhitungkan dan rasional, wewenag tersebut
sering dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib
yang tegas dan bersifat tetap.
3. Wewenang Pribadi dan Teritorial
Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota
kelompok, dan unsur kebersamaan sangat memegang peranan. Wewenang teritorial,wilayah
tempat tinggal memegang peranan yang sangat penting.
4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh
Wewenang Terbatas adalah wewenang tidak mencakup semua bidang kehidupan, tetapi
hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Wewenang menyeluruh adalah
wewenang yangtidak dibatasi oleh bidang kehidupan tertentu.
G. KEPEMIMPINAN ( Leadership )
1. Umum
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan pemimpin untuk memengaruhi pengikut-
pengikutnya sehingga pengikutnya tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut. Kepemimpinan (Leadership) ada yang bersifat resmi (formal) dan tidak
resmi (informal).
2. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang Pemimpin
Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang diantara warganya melakukan
peranan yang lebih aktif daripada rekannya sehingga seseorang tampak lebih menonjol dari
lainnya.Itulah asal timbulnya kepemimpinan yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
struktur sosial yang kurang stabil.
Menurut mitologi Indonesia beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
diantaranya:
a. Indra Brata
b. Yama Brata
c. Surya Brata
d. Caci Brata
e. Dhana Brata
f. Paca Brata
g. Agni Brata
B. PEMBATASAN PENGERTIAN
1. Definisi
Para sosiologi maupun antropologi telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan
pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Supaya tidak timbul kekaburan,
pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial. Dengan demikian
diinventarisasi rumusan-rumusan adalah seperti dibawah ini:
• William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengeryian tertentu, walau tidak
memberikan definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang
lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur-unsur immaterial.
• Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam struktur dan fungsi masyarakat.
• Maclver lebih suka membedakan antara Utilitarian elements dengan cultural elements yang
didasari kepada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan skunder. Utilitarian
elements disebut civilization. Artinya, semua mekanisme dan organi-sasi yang dibuat
manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalam sistem-
sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Culture menurut Maclver adalah
ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni
kesusastraan, agama, reaksi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan,
filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi
kebutuhan manusia.
• Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi
yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena
sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
• Selo Soemardjan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada
definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok
manusia, yang kemudian memengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
J. RINGKASAN MASALAH
1.
a. Setiap masyarakat selama hidupnya, pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi
masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat
berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.
b. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai- nilai sosial, pola-
pola perilaku, organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
selanjutnya.
c. Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat, maka banyak sarjana
sosiologi modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah
perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat.
2. Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sis- tem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola- pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
3. Para sosiolog maupun ahli-ahli lainnya, banyak yang pernah mengemukakan tentang
teori-teori perubahan sosial dan kebudayaan.
4.
a. Teori perubahan sering dipersoalkan mengenai perbedaan antara perubahan sosial
dengan kebudayaan. Perbedaan yang demikian, tergantung dari adanya perbedaan
definisi antara pengertian ten tang masyarakat dan tentang kebudayaan.
b. Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acapkali tidak mudah untuk
menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan.
5. Bentuk-bentuk perubahan, antara lain adalah:
1) Perubahan lambat dan perubahan cepat
2) Perubahan kecil dan perubahan besar.
3) Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan
(planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau
perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change). Apakah contoh-
contohnya?
6. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan adalah:
a. sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri
i. Bertambah atau berkurangnya penduduk,
ii. penemuan-penemuan baru
iii. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat,
iv. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh ma-syarakat itu sendiri.
Adakah sebab-sebab lainnya?
b. Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat:
1. sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia,
2. peperangan dengan negara lain,
3. pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan adalah:
a. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan:
1) kontak dengan kebudayaan lain
2) sistem pendidikan yang maju
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keingin
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang,
5) sistem lapisan masyarakat yang terbuka,
6) penduduk yang heterogen,
7) ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupantertentu,
8) orientasi ke muka,
9) nilai meningkatkan taraf hidup.
b. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan.
1) kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,
2) perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
3) sikap masyarakat yang tradisionalistis,
4) adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested
interests, kebudayaan,
5) rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
6) prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing,
7) hambatan ideologis,
8) kebiasaan,
9) nilai pasrah
8.
a. Keserasian dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-
idamkan dalam masyarakat. Dengan keserasian dalam masyarakat dimaksudkan
sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok
berfungsi saling mengisi.
b. Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian individu dalam masyarakat. Yang pertama
menunjuk pada suatu keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-
lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial,
sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti.
9. Saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan dalam masya rakat pada umumn
adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan mana yang merupakan titik to- lak,
tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.
10.
a. Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan bagian dari satu
kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing- masing.
b. Disorganisasi atau disintegrasi adalah proses berpudarnya norma- norma dan nilai-nilai
dalam masyarakat, dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lembaga-lembaga kema- syarakatan.
c. Reorganisasi atau reintegrasi adalah proses pembentukan norma- norma dan nilai-nilai
yang baru agar sesuai dengan lembaga-lem- baga kemasyarakatan yang mengalami
perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru
telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga.
11.
a. Di dalam masyarakat seringkali terjadi ketidakserasian dalam perubahan-perubahan
unsur-unsur masyarakat atau kebudayaan.
b. Ketidakserasian tersebut di atas menimbulkan apa yang dinamakan ketertinggalan
budaya (cultural lag). Bagaimana mengatasinya:
12. Apabila seseorang mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui ke arah mana
perubahan tersebut itu bergerak. Yang jelas perubahan bergerak meninggalkan faktor yang
diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada
sesuatu bentuk yang sama sekali baru, akan tetapi mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk
yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.
13.
a. Di dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam artian teknologis serta organisasi sosial, ke arah
pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara Barat yang stabil.
b. Syarat-syarat modernisasi:
1. Cara berpikir yang ilmiah,
2. Sistem administrasi negara yang baik,
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur,
4. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat,
5. Tingkat organisasi yang tinggi,
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning. Terapkan dalam
kenyataan!
BAB 9
MASALAH SOSIAL DAN MANFAAT SOSIOLOGI
A. PENGANTAR
Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala
patologis. Ini dikarenakan unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Dalam masalah
tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan di dalam
kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Selain itu juga, ada masalah yang tidak
bersumber pada penyimpangan norma-norma masyarakat tetapi lebih banyak mengenai
susunannya, seperti masalah penduduk, pengangguran dan disorganisasi keluarga serta desa.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi disorganisasi adalah dengan
mengadakan suatu perencanaan sosial (social planning).
1) Kriteria utama
Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai
sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama
dan pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan
kondisi-kondisi nyata kehidupan titik artinya adanya kepincangan-kepincangan antara
anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi
dalam kenyataan pergaulan hidup.
6. Penutup
Merupakan penerapan konsep-konsep sosiologi komunikasi tertentu. Hal ini bukan berarti
bahwa seorang pembicara senantiasa harus merupakan sarjana sosiologi, yang mengkhususkan
diri dalam sosiologi komunikasi Yang penting adalah bahwa seorang pembicara mengetahui
atau memahami aspek-aspek sosiologis kehidupan masyarakat. Apalagi kalau pengetahuan
tersebut ditambah dengan pengetahuan di bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi,
psikologi sosial, ekonomi dan seterusnya, maka pengetahuannya semakin lengkap yang
penting adalah rajin melatih diri berbicara di depan umum, dengan memberikan penyajian yang
akurat mengenai masalah yang diketengahkan. Seorang public speaker harus senantiasa
berterus terang, namun dilandas- kan pada perhitungan yang mantap. Seorang pembicara harus
mampu menerapkan pelbagai peranan tertentu sekaligus.
C. DAMPAK PADA SISTEM SOSIAL-BUDAYA
1. Pengantar
Secara etimologis, dampak berarti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Oleh karena itu,
dampak pada sistem sosial budaya dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap sistem sosial
budaya, tubrukan terhadapnya ataupun benturan. Hal itu berarti, bahwa dalam keadaan-
keadaan tertentu terjadi masalah-masalah yang mengganggu berfungsinya sistem sosial budaya
ter- sebut. Hal itu akan dibahas dalam subbab ini, dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
Pendekatan sosiologis berarti, penggunaan konsep-konsep dasar sosiologis untuk
menelaah suatu gejala tertentu. Konsep-konsep dasar tersebut menyangkut seluruh proses
pergaulan hidup dalam wadah-wadah tertentu, misalnya dalam sistem kemasyarakatan.
Hubungan demikian disebut interaksi sosial, yang menyangkut proses saling mempengaruhi
antara pihak-pihak yang berinteraksi. Apabila terjadi interaksi sosial yang berulangkali;
sehingga menumbuh- kan pola tertentu, maka akan timbul kelompok sosial.
Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan orang-orang yang mempunyai kepen-
tingan bersama yang sedemikian eratnya, sehingga masing-masing anggota merasa menjadi
bagian dari kelompok sebagai suatu kesatuan yang utuh. Kehidupan berkelompok di dalam
kelompok-kelompok sosial tersebut cenderung menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan tadi
merupakan hasil karya, hasil cipta, dan hasil rasa yang kesemuanya didasarkan pada karsa.
Hasil karya merupakan bagian kebudayaan yang dinamakan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan material. Norma-norma tersebut merupakan patokan perilaku yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang kesemuanya mempunyai wadah tertentu.
Di dalam sosiologi dinamakan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan .
Norma-norma yang menjadi patokan perilaku manusia menimbulkan penilaian atau
penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu pula. Penilaian atau penghargaan tersebut
menimbulkan lapisan-lapisan sosial di dalam masyarakat. Artinya, pihak-pihak yang memiliki
hal-hal yang dihargai oleh masyarakat lazimnya menduduki posisi-posisi tertinggi di dalam
sistem lapisan sosial, yang dinamakan stratifikasi atau lapisan sosial. Orang-orang yang
menduduki posisi tertinggi di dalam sistem lapisan sosial, adalah mereka yang biasanya
mempunyai kekuasaan dan wewenang Kekuasaan merupakan kemampuan yang ada pada
pihak-pihak tertentu, sehingga dapat mempengaruhi pihak lain untuk melakukan hal-hal yang
dikehendaki pemegang kekuasaan.
2. Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Sosial-Budaya
Sistem kemasyarakatan mencakup pelbagai bidang kehidupan yang merupakan subsistem,
oleh karena menjadi bagian dari suatu kesatuan yang menyeluruh.
Kemasyarakatan dan Sistem Sosial-Budaya
a. Subsistem politik,
b. Subsistem ekonomi,
c. Subsistem sosial,
d. Subsistem budaya,
e. Subsistem pertahanan-keamanan,
Masing-masing Subsistem saling berkaitan secara fungsional karena menjadi wadah dan
proses yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Salah-satu faktor yang
mempertahankan integrasi sistem kemasyarakatan adalah subsistem tertentu, misalnya
subsistem pertahanan-keamanan dan subsistem hukum. Subsistem tersebut, sesuai dengan
fungsinya, dapat di- sebut inter subsistem.
Pada visualisasi tersebut diadakan pembedaan yang relatif tegas antara subsistem sosial
dengan subsistem budaya. Namun dalam pembicaraan mengenai dampak, kedua subsistem tadi
digabungkan dan diberi nama subsistem sosial-budaya. Ruang lingkup sub-bab ini akan
dibatasi pada pendekatan sosiologis terhadap hubungan antara subsistem sosial budaya dengan
pembangunan serta dampaknya. Subsistem sosial-budaya merupakan struktur dan proses
dalam suatu Wadah tertentu yang mempunyai unsur-unsur pokok, sebagai berikut:
I.
a. Bidang kehidupan politik murni
b. Bidang kehidupan politik yang diatur pertahanan-keamanan
c. Bidang kehidupan politik yang diatur hukum
II.
a. Bidang kehidupan ekonomi murni
b. Bidang kehidupan ekonomi yang diatur pertahanan keamanan
c. Bidang kehidupan ekonomi yang diatur hukum
III.
a. Bidang kehidupan sosial murni.
b. Bidang kehidupan sosial yang diatur pertahanan-keamanan
c. Bidang kehidupan sosial yang diatur hukum
IV.
a. Bidang kehidupan budaya murni
b. Bidang kehidupan budaya yang diatur pertahanan-keamanan
c. Bidang kehidupan budaya yang diatur hukum
a) Kepercayaan yang merupakan pemahaman terhadap semua aspek alam semesta yang
dianggap sebagai suatu kebenaran .
b) Perasaan dan pikiran, yakni suatu keadaan kejiwaan manusia yang me- nyangkut keadaan
sekelilingnya. Baik yang bersifat alamiah maupun sosial.
c) Tujuan, yang merupakan suatu cita-cita yang harus dicapai dengan cara mengubah sesuatu
atau mempertahankannya.
d) Kaidah atau norma yang merupakan pedoman untuk berperilaku pantas.
e) Kedudukan dan peranan; kedudukan merupakan posisi-posisi tertentu secara vertikal,
sedangkan peranan adalah hak-hak dan kewajiban baik secara struktural maupun prosesual.
f) Pengawasan, merupakan proses yang bertujuan untuk mengajak, mendidik atau bahkan
memaksa warga masyarakat menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
g) Sanksi, yakni persetujuan atau penolakan terhadap perilaku tertentu. Persetujuan terhadap
perilaku tertentu dinamakan sanksi positif, sedangkan penolakannya dinamakan sanksi
negatif yang mencakup pemulihan keadaan, pemenuhan keadaan dan hukuman dalam arti
yang luas.
h) Fasilitas, merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang hendak dica- pai, dan telah
ditentukan terlebih dahulu.
i) Kelestarian dan kelangsungan hidup.
j) Keserasian antara kualitas kehidupan dengan kualitas lingkungan
Secara makro, unsur-unsur pokok di atas juga akan dapat dijumpai pada bentuk-bentuk atau
wadah-wadah kehidupan lainnya, misalnya, di dalam suatu keluarga batih yang juga
merupakan subsistem sosial budaya. Penja barannya adalah, sebagai berikut:
a. Adanya suatu kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga batih merupakan kodrat
alamiah.
b. Adanya perasaan dan pikiran tertentu dari seorang anggota keluarga batih terhadap
anggota lainnya yang mungkin terwujud dalam rasa saling menghargai, bersaing, dan
seterusnya.
c. Tujuan adanya keluarga batih adalah, antara lain, agar manusia mengalami sosialisasi
dan mendapatkan jaminan akan ketenteraman hidupnya.
d. Setiap keluarga batih mempunyai norma-norma yang mengatur hu bungan antara suami
dengan istri, anak-anak dengan ayah dan ibunya, dan seterusnya.
e. Setiap anggota keluarga batih mempunyai kedudukan dan peranan masing-masing, baik
secara internal maupun eksternal.
f. Di dalam setiap keluarga batih lazimnya terdapat proses pengawasan.Tertentu yang
semula datang dari orang tua yang dipengaruhi oleh pola Pengawasan yang ada di
dalam masyarakat.
g. Sanksi-sanksi tertentu juga dikembangkan di dalam keluarga batih, yang diterapkan
kepada mereka yang berbuat benar atau salah.
h. Sarana-sarana tertentu juga ada pada setiap keluarga batih, umpamanya, sarana untuk
mengadakan pengawasan, sosialisasi, dan seterusnya.
i. Setiap keluarga batih mempunyai konsep kelestarian dan kelangsungan hidup.
Kelestarian tidak mungkin berdiri sendiri, oleh karena senantiasa berpasangan dengan
perkembangan, dalam hal ini kelangsungan hidup. Kelestarian merupakan aspek
stabilitas kehidupan manusia, sedangkan kelangsungan hidup merupakan pencerminan
dinamika.
j. Keserasian antara kuantitas dengan kualitas hidup juga ada pada keluarga batih, oleh
karena kuantitas merupakan pencerminan nilai kebendaan , sedangkan kualitas
merupakan pencerminan nilai keakhlakan (spiritualisme)
3. Indicator Perubahan
a. Tema pokok analisis terhadap perubahan sosial
Masalah perubahan sosial telah menjadi sorotan penting para sosiolog, semenjak
timbulnya sosiologi modem. Sosiologi modern dilahirkan dalam masyarakat yang sedang
mengalami perubahan pada unsur-unsur tradi- sional, sehingga para sosiolog waktu itu
menaruh perhatian besar pada proses-proses perubahan tersebut. Pada masa itu, masalah pokok
yang menjadi pusat perhatian para sosiolog adalah sebagai berikut:
Kecenderungan-kecenderungan umum perubahan suatu masyarakat sebagai
keseluruhan atau kesatuan yang utuh. Ini dikembangkan oleh para sosiolog yang berorientasi
pada perkembangan masyarakat secara evolusioner . Asumsi dasamya, setiap masyarakat
mengalami perubahan melalui tahap-tahap tertentu. Dimulai dari tahap bersahaja untuk
kemudian meningkat ke tahap madya dan modern. Yang terakhir merupakan masyarakat indus
trial-sekuler. Sejalan dengan teori-teori evolusioner tersebut berkembang pula teori teori yang
berpandangan bahwa setiap masyarakat mengalami proses yang mengikuti suatu lingkaran
tertentu, dimulai dengan kelahiran, dilanjutkan dengan perkembangan atau pertumbuhan, dan
diakhiri dengan kematian.
Perkembangan suatu tipe masyarakat tertentu. Lazimnya tipe masya. Rakat ini
berorientasi pada masyarakat-masyarakat di Eropa dan Amerika Utara. Pemuka aliran ini
biasanya berusaha untuk menciptakan konsep-konsep umum mengenai sistem sosial budaya
maupun mekanisme perubahan, yang tidak hanya dapat diterapkan pada masyarakat-
masyarakat di Eropa dan Amerika Utara, tetapi juga pada masyarakat lainnya.
Pemusatan perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya perubahan sosial dan pengaruh
perubahan sosial terhadap masyarakat maupun bagian- bagiannya.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pusat perhatian terhadap perubahan sosial
secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori pokok, yakni:
1. Analisis terhadap masyarakat secara menyeluruh
2. Studi komparatif terhadap pelbagai masyarakat dan peradabannya
5. Penanggulangan dampak
Penanggulangan terhadap dampak pembangunan sangat penting karena para pelopor
pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun, menginginkan akibat-akibat
yang positif dari pembangunan tersebut. Pembangunan untuk masyarakat mungkin merupakan
suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur-unsur pembangunan
tersebut, sampai warga masyarakat memutuskan untuk menerimanya (adoption).
Agar dampak pembangunan dapat ditekan serendah mungkin, proses adpsi unsur-unsur
pembangunan harus mengikuti tahap-tahap tertentu. Sebagai berikut (Goldthorpe):
“The adoption process, which involves both learning and decision-making, is elaborated
into five stages-(1) awareness, (2) interest, (3) evaluation, (4) trial, and (5) adoption”.
Goldthorpe menambah dengan catatan, sebagai berikut:
“The characteristics of the innovation matter, however. The innovations which are easily
and quickly adopted tend to be those whose relative advantage over previously established
methods is immediately obvious and a source of clear gain to the adopter. Readily adopted
innovations are also those which are compatible with existing values and past expe- rience, and
are simple.... Readily adopted innovations, other things being equal, are those which are
divisible. A user is more likely to give a new method a trial if he can do so on a small scale...,
without committing all his resources to it. Innovations are less likely to be adopted if they in
volve going over completely to the new method without the possibility of a small scale trial.
Finally, new ideas are more readily adopted if they are communicable”.
D. TINJAUAN SOSIOLOGIS MENGENAI LINGKUNGAN ANAK REMAJA YANG
MENUNJANG TUMBUHNYA MOTIVASI DAN KEBERHASILAN STUDI ANAK
1. Pengantar
Suatu tinjauan sosiologis berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia,
hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan kelompok, di dalam proses
kehidupan bermasyarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan tersebut yang lazim disebut
interaksi sosial- anak dan remaja merupakan salah satu pihak, disamping adanya pihak-pihak
lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadian-
kepribadian tertentu sebagai akibatnya.
Proses saling mempengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta
unsur unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Sosialisasi tersebut merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan agar pihak yang dididik atau diajak, kemudian mematuhi kaidah-
kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan pokok adanya
sosialisasi tersebut bukanlah semata-mata agar kaidah-kaidah dan nilai-nilai diketahui serta
dimengerti. Tujuan akhir adalah agar manusia bersikap tindak sesuai dengan kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan menghargainya.
Di dalam proses sosialisasi khususnya yang tertuju pada anak dan remaja, terdapat pelbagai
pihak yang mungkin berperan. Kiranya jelas bahwa ada pengaruh yang menunjang dan ada
yang menghalangi; kedua-duanya akan dijelaskan dengan cara mengungkapkan peranan yang
diharapkan dari lingkungan-lingkungan tersebut, dan peranan yang nyata atau sesungguhnya
yang terungkap dalam pola perilaku. Lingkungan-lingkungan yang akan disoroti adalah:
a. Orang tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
b. Kelompok sepermainan
c. Kelompok pendidikan (sekolah)
Sudah tentu perlu dicatat, bahwa lingkungan-lingkungan tersebut di atas juga dipengaruhi
oleh lingkungan sosial yang lebih besar, seperti misalnya, lingkungan tetangga, lingkungan
bekerja, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat dan bagian-bagiannya, maupun negara
sebagai lingkungan sosial-ekonomi-politik.
2. Orang tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua serta mungkin kerabat dekatnya yang
tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola
pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Orang tua, saudara maupun kerabat terdekat
lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, supaya anak memperoleh dasar-
dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan
serta penyerasiannya. Pada saat ini orang tua, saudara maupun kerabat melakukan sosialisasi
yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Kalau mainan itu dirusaknya, maka orang tua
harus dapat menahan diri untuk segera membelikan mainan yang baru.
Apabila usia anak meningkat ke umur remaja, maka penanaman nilai- nilai tersebut di atas
harus tetap dipertahankan, akan tetapi dengan cara-cara lain, sesuai dengan pertumbuhan jiwa
remaja tersebut. Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, oleh
karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya. Untuk keperluan mana harus tersedia
tokoh-tokoh ideal yang pola perilakunya terpuji. Pertama tama dia akan berpaling pada
lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya dan mungkin juga
kerabat dekatnya. Namun, manusia memerlukan keduanya dalam keadaan yang serasi, manusia
yang terlalu disiplin hanya akan menjadi “robot” yang mati daya kreativitasnya, sedangkan
manusia yang terlalu bebas akan menjadi makhluk lain .
Tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi justru ditunjang oleh keserasian-keserasian
tersebut di atas. Kalau pada anak, orang tualah yang harus menanamkan agar si anak
berpengetahuan, sedangkan pada remaja orang tua harus memberikan pengertian melalui cara-
cara yang dewasa. Anak atau remaja yang diharuskan belajar terus-menerus atau dibebani
dengan kewajiban mengikuti pelajaran tambahan atau keterampilan tertentu, Akan
mengakibatkan kebosanan, sehingga pekerjaan tersebut dianggapnya sebagai kegiatan rutin
belaka. tidak menghasilkan pengaruh yang menunjang tumbuhnya motivasi dan keberhasilan
studi, ka rena dilepas begitu saja. Kritik para remaja biasanya tertuju pada hal hal, sebagai
berikut:
a. Orang tua terlalu, konservatif atau terlalu liberal.
b. Orang tua hanya memberikan nasihat, tanpa memberikan contoh
c. Yang mendukung nasihat tersebut. Orang tua terlalu mementingkan pekerjaan di
kantor, organisasi dan lain sebagainya.
d. Orang tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material belaka.
e. Orang tua lazimnya mau “menangnya” sendiri (artinya, tidak mau menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda).
Suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang
menyebabkan anak atau remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga
tersebut. Suasana tersebut biasanya terganggu apabila:
a. Tidak ada saling pengertian atau pemahaman mengenai dasar-dasar kehidupan
bersama.
b. Terjadinya konflik mengenai otonomi di satu pihak orang tua ingin agar anaknya dapat
mandiri, namun di dalam kenyataannya mereka mengekangnya.
c. Terjadinya konflik nilai-nilai yang tidak diserasikan (misalnya, kalau nilai kebendaan
terlalu menonjol seyogyanya hal itu tidak diganti dengan nilai keakhlakan namun
diserasikan).
d. Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebih-lebihan.
e. Tidak adanya rasa kebersamaan dalam keluarga. Terjadinya masalah dalam hubungan
antara ayah dengan ibu, sebagai suami dan istri.
f. Jumlah anak yang banyak yang tidak didukung fasilitas yang memadai.
g. Campur-tangan pihak luar (baik kerabat maupun bukan kerabat).
h. Status sosial-ekonomis yang di bawah standar minimal.
i. Pekerjaan orang tua (misalnya, kedudukan istri lebih tinggi dari suami, sehingga
penghasilannya juga lebih besar, hal mana tidak mustahil akan mengakibatkan bahwa
suami merasa rendah diri dan menyalurkannya ke arah yang negatif).
j. Aspirasi orang tua yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
k. Konsepsi mengenai peranan keluarga serta anggota keluarga yang meleset dari
kenyataan yang ada.
l. Timbulnya favoritisme di kalangan anggota keluarga.
m. Pecahnya keluarga karena konflik antara suami dengan istri yang tidak mungkin lagi
diatasi.
n. Persaingan yang sangat tajam antara anak-anak, sehingga menimbulkan pertikaian.
3. Kelompok sepermainan
Kelompok sepermainan dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada masa
kanak-kanak, walaupun dalam masa itu seorang anak sudah mempunyai sahabat-sahabat yang
terasa dekat sekali dengannya. Sahabat itu mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas,
anak kerabat, dan seterusnya. Persahabatan itu adakalanya diteruskan hingga pada usia remaja.
Sahabat-sahabat itu memang diperlukan sebagai penyaluran pelbagai aspirasi yang
memperkuat unsur-unsur kepribadian yang diperoleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat
tersebut cenderung memberikan pengaruh yang baik dan benar.
Walaupun tidak mustahil bahwa ada sahabat yang memberikan pengaruh yang kurang baik.
Tidak jarang bahwa sahabat yang baik merupakan unsur penggerak untuk belajar dan
menyelesaikan tugas-tugas lainnya dengan sebaik mungkin. Selanjutnya mungkin kelompok
sahabat tersebut berkembang dengan lebih luas, oleh karena menjadi satu dengan kelompok-
kelompok sahabat lainnya. Perkembangan lebih luas itu antara lain disebabkan karena remaja
bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Peranan positif klik terhadap remaja antara lain sebagai berikut:
a. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu klik tertentu, hal
mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
b. Di dalam klik tersebut seorang remaja dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takut,
rasa khawatir, rasa gembira dan lain seba- gainya, dengan mendapatkan tanggapan yang
wajar dari rekan- rekannya se klik.
c. Klik memungkinkan remaja mengembangkan kemampuan dalam
keterampilan keterampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan.
d. Lazimnya suatu klik mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang
mendorong remaja untuk bersikap tindak secara dewasa.
e. Rasa aman yang ditimbulkan karena remaja diterima oleh kliknya akan menimbulkan
dorongan untuk hidup secara mandiri (artinya tidak tergantung pada siapa pun).
Namun di balik peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinan
timbulnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang
negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru, dan pihak-pihak
lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik dari para
remaja. Hal-hal yang negatif itu adalah, antara lain, sebagai berikut:
a. Klik mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota klik
(hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil).
b. Klik mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan hanya
dikembangkan secara pribadi (individual).
c. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota klik yang berasal dari keluarga
yang kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
d. Kesetiaan terhadap klik kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan
orang tua, saudara atau kerabat.
e. Klik merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian
terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
f. Suatu klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola
kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian
dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
Kelompok pendidik sebenarnya tidak hanya mencakup sekolah saja, oleh karena sekolah
hanya menyelenggarakan pendidikan formal. Namun di dalam makalah ini pembicaraan hanya
akan dibatasi pada kelompok pendidik atau guru yang mengajar di sekolah, yang diharapkan
menciptakan suatu suasana yang sangat mendorong motivasi dan keberhasilan studi anak
didiknya. Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, peranan guru sangat
besar dan bahkan dominan.
Dengan demikian, maka hasil daripada kegiatan guru tersebut akan tampak nyata pada
kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf itu, yang mempunyai pengaruh yang sangat
besar pada tahap-tahap pendidikan selanjutnya. Keadaan berubah setelah anak memasuki
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Peranan guru di dalam membentuk dan mengubah perilaku
anak didik, dibatasi dengan peranan anak didik itu sen- diri di dalam membentuk dan mengubah
perilakunya.
Setidak-tidaknya itulah yang menjadi peranan yang sangat diharapkan dari guru di tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada tahap ini para siswa yang terdiri dari para remaja sudah
mulai mempunyai sikap tertentu terhadap gurunya; kepribadiannya mulai terbentuk dan
menuju kemandirian. Oleh karena itu para remaja mulai mengkritik keadaan sekolah yang
kadang-kadang tidak memuaskan baginya. Lazimnya kritik tersebut dilancarkan terhadap hal-
hal, sebagai berikut:
a. Guru-guru terlampau tua, masih mengembangkan favoritisme terhadap murid-murid
dan hanya melakukan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkembang.
b. Kebanyakan guru tidak mau mencari penyerasian nilai dengan anak didik, akan tetapi
cenderung senantiasa membenarkan nilai-nilai yang dianut golongan tua.
c. Matapelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan mata pelajaran wajib, sehingga
tidak ada peluang untuk mengembangkan bakat.
d. Di dalam proses belajar mengajar lebih banyak dipergunakan me tode ceramah,
sehingga kemungkinan mengadakan diskusi dengan guru sedikit sekali.
e. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk ikut serta me ngelola sekolah hampir-
hampir tidak diberikan.
f. Jarak antara guru dengan siswa dipelihara sedemikian rupa, sehing ga yang lazim
adalah hubungan yang dilakukan secara formal
4. Penutup
Hal-hal yang diceritakan di atas merupakan sebagian kecil dari masalah- masalah yang
dihadapi dalam pendidikan anak dan remaja, yang berasal dari rumah, lingkungan sepermainan
anak dan remaja itu, maupun sekolahnya. Di dalam menelaah masalah-masalah tersebut
seyogyanya diadakan pemisahan yang tegas antara pengaruh yang negatif dan positif terhadap
motivasi dan keberhasilan studi, walaupun hal itu mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut orang tua. Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak
dan remaja. Tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua dengan
seutuhnya. Keberhasilan orang tua di dalam menunjang motivasi dan keberhasilan studi
terletak pada eratnya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua merupakan
tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara ketertiban
dengan ketenteraman, dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar
rumah.