Anda di halaman 1dari 13

PENDEKTAN KE ILMUAN DAN PERBEDAAN ILMU DENGAN

PENGETAHUAN

OLEH:

DARMAWATI
NIM. -

RUSLAN

NIM. -

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan menjadi salah satu kebutuhan penting yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Dengan ilmu pengetahuan, seseorang bisa meningkatkan derajatnya dan juga berpeluang untuk
mengubah kehidupannya menjadi lebih baik.

Meski banyak orang berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan, namun sedikit dari mereka yang
tertarik untuk mengetahui arti dari kata ilmu pengetahuan. Dan pasti banyak juga orang yang
tidak tahu jika dua kata ini memiliki arti yang berbeda.

Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin
tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu
walaupun variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih
terbelakang, punya rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat
yang sudah maju.

Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat
sederhana dan juga dapat bersifat kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari
dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks
meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi
(epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).

Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam
penyusunan pengetahuan. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau
memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut
berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ketahuan atau pengetahuan.

Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini
dipengaruhi oleh para Dewa. Karenanya para Dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti
kemudian disembah. Adanya perkembangan jaman, maka dalam beberapa hal pola pikir
tergantung pada Dewa berubah menjadi pola pikir berdasarkan rasio. Kejadian alam, seperti
gerhana tidak lagi dianggap sebagai bulan dimakan Kala Rau, tetapi merupakan kejadian alam
yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-
bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.

Perubahan pola pikir dari mitosentris ke logosentris membawa implikasi yang sangat besar. Alam
dengan segala-galanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di jagat raya (makrokosmos) maupun alam manusia
(mikrokosmos). Melalui pendekatan logosentris ini muncullah berbagai pengetahuan yang sangat
berguna bagi umat manusia maupun alam.
Pengetahuan tersebut merupakan hasil dari proses kehidupan manusia menjadi tahu. Pengetahuan
adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan
itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia
untuk tahu.

Berdasarkan atas pengertian yang ada dan berdasarkan atas kebiasaan yang terjadi, sering
ditemukan kerancuan antara pengertian ilmu dengan pengetahuan. Ke dua kata tersebut dianggap
memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi satu kata
majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan
yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ilmu disamakan dengan pengetahuan, sehingga ilmu adalah pengetahuan. Namun jika kata
pengetahuan dan kata ilmu tidak dirangkum menjadi satu kata majemuk atau berdiri sendiri, akan
tampak perbedaan antara keduanya. Berdasarkan asal katanya, pengetahuan diambil dari kata
dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan pengetahuan berasal dari kata Science.
Tentunya dari dua asal kata itu mempunyai makna yang berbeda.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diangkat permasalahan :

1. Mengapa perlu pendekatan-pendekatan dalam keilmuan?


2. Apakah ada perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan?
3. Bagaimana perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan ?

C. Tujuan dan Manfaat

Melalui karya tulis ini diharapkan nantinya bisa mengungkapkan secara detail perbedaan antara
ilmu dengan pengetahuan, sehingga bisa membuat suatu katagori antara ilmu dengan pengetahuan.
Diharapkan nantinya hasil dari proses tahu tersebut akan dapat diputuskan termasuk dalam
katagori ilmu atau pengetahuan.
II PEMBAHASAN

Menurut Littlejohn, dalam bukunya Theories of Human Communication (diterbitkan


dalam beberapa edisi: tahun 1989, 1995, 2002) secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut
cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran
pendekatan., yaitu :
1. Pendekatan scientific ( ilmiah-empiris)
Berlaku dikalangan para ahli ilmu eksata seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika dll.
Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas (menekankan prinsip standardisasi
observasi dan konsistensi) yaitu metode yang sama maka akan dihasilkan temuan yang sama.
2. Pendekatan humanistic ( humaniora interpretatif )
Salah satu bentuk metode penelitian yang lazim digunakan aliran humanistic adalah “partisipasi
observasi”. Metode ini, peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang
ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang yang ditelitinya.
Pandangan klasik dari dari humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang akan menentukan
penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Sifatnya subjektif dan interpretative maka
cocok untuk mengkaji persoalan yang menyangkut system nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah
dan pengalaman pribadi.
3. Pendekatan social sciences ( ilmu-ilmu social )
Merupakan gabungan atau kombinasi antara scientific dan humanistic. Hal ini karena yang menjadi
objek studi ilmu pengetahuan social adalah kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan sendiri dibagi
2 yaitu:
i. Ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science), mengkaji tingkah laku individual manusia.
ii. Ilmu pengetahuan social (social science), mengkaji interaksi antar manusia.
Perbedaan terletak pada aspek permasalahan yang diamati sementara metode pengamatannya
relative sama.
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas maka kelompok
pendekatan humanistic mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. Perbedaan pokok
antara kedua aliran ini :
1. Bagi aliran pendekatan scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara
aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan pandangan
tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan
hasil temuan subjektif individual.
3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada disana (out there)
diluar diri pengamat/ peniliti. Sedangkan aliran humanistic, ilmu pengetahuan sebagai sesuatu
yang berada dalam disini (in here) dalam diri pengamat.
4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada hasil penemuan (discovered world). Humanistic
menitikberatkan pada dunia para penemunya (discovered person).
5. Scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower, humanistic cendrung tidak
memisahkan.
6. Scientific berupaya memperoleh konsesus, humanistic menggunakan interpretasi alternatif.
Kalangan ilmuwan komunikasi yang mendalami bidang studi speech
communication (komunikasi ujaran) umumnya menerapkan metode aliran humanistic. Teori yang
dihasilkannya disebut sebagai teori retorika. Sementara ahli komunikasi yang meneliti bidang studi
seperti, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi dalam kelompok,
komunikasi organisasi, komunikasi massa dll umumnya menerapkan metode
pendekatan scientific.
Tes Formatif 1
1. Pendekatan ilmu pengetahuan social pada dasarnya, mengikuti pendekatan aliran ….
2. Ilmiah empiris dan humaniora interpretative.
3. Ilmu komunikasi mengikuti pendekatan aliran…… ilmu pengetahuan social
4. Menurut pandangan “ilmiah empiris”, ilmu diasosiasikan dengan… objektivitas
5. Menurut pandangan “ilmiah empiris” antara known (objek yang diamati) dan knower (subjek
peneliti)….. ada pemisahan yang tegas
6. Menurut pandangan “humaniora interpretatif” antara ‘known’ dan ‘knower’ (objek yang
diamati dan subjek peneliti)…….. tidak boleh dipisahkan
7. Salah satu bentuk metode penelitian yang lazim digunakan dalam pendekatan humaniora-
interpretatif adalah……. Partisipasi observasi.
8. Aliran pendekatan ilmiah empiris memfokuskan perhatiannya pada…. Hasil
penemuan (discovered world)
9. Kalangan ilmuwan komunikasi yang mendalami bidang studi “komunikasi ujaran” umumnya
menerapkan metode pendekatan……. Humaniora interpretative
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari
filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater
scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-
ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.

Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak
berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang
dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu.
Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang
terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman kemanusian yang luas.

Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan
landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan
keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-
fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan
pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).

Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu,
tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf
peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya
filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang
sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian
ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).

2. Definisi Ilmu Pengetahuan

Membicarakan masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong
untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan dengan
mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu
dengan yang lainnya menjadi lebih diperhatikan.

Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu
adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum
abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi,
sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :

 Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.

 Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

 Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

 Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat
prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

 Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan


dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “
jika .... maka “.

 Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya
dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai
matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi
yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan
kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and
error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).

Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan
logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme.
Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.

Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung
dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-
lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun
dengan baik.
3. Objek Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang
ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut.

Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal
yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya
manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek
materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya
memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang
yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan
ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir, 2005).

4. Dasar Ilmu

Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan
pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-
ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.

Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling kuno. Untuk
memberi arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi
pertama adalah suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi),
struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah kelestarian relatif artinya
ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga
yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara kebetulan
(Supriyanto, 2003).

Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada masa
modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu
merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak
boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu
pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia
di bumi ini (Bakhtiar, 2005).
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini
merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan
kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.

Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena disekelilingnya.

5. Prosedur Pencarian Ilmu

Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara
kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas,
sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat
intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.

Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar
ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak
terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode.

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja,
cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam ujud eksperimen.
Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit
diamati (Tjahyadi, 2005).

Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik. Ini
menunjukkan pada dua hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan
yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki,
yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-
empirik mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari segenap tahapan
prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut sering kali
dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).
Sebelum penjabaran tentang perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan, perlu diuraikan
tentang pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah untuk memudahkan
dalam mendalami perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

6. Arti Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief).

Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi.

1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

2. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

3. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk
didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang
secara langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.

Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal,
atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense,
tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang
kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and
error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).

7. Arti Ilmu

Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan sesuatu.
Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Ini diperoleh melalui observasi,
eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang objektif dengan menyampingkan
unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif). Ilmu sebagai milik manusia secara komprehensif yang merupakan lukisan dan
keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan
waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang
ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut. Ilmu
merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu lebih
lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian serta suatu
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.

Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan
pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-
ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.

Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik. Ini
menunjukkan pada dua macam hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu
kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik yang menunjukkan pada sifat bahan yang
diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Metode
siklus-empirik mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari segenap tahapan
prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut sering kali
dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).

Ilmu dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam haruslah mengetahui anggapan-
anggapan kefilsafatan mengenai alam tersebut. Penegasan ilmu diletakkan pada tolok ukur dari
sisi fenomenal dan struktural.

Dimensi fenomenal

Dalam dimensi fenomenal ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :

 Masyarakat yaitu suatu masyarakat yang elit yang dalam hidup kesehariannya sangat
konsern pada kaidah-kaidah universaI, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme
yang terarah dan teratur
 Proses yaitu olah krida aktivitas masyarakat elit yang melalui refleksi, kontemplasi,
imajinasi, observasi, eksperimentasi, komparasi, dan sebagainya tidak pernah mengenal
titik henti untuk mencari dan menemukan kebenaran ilmiah.
 Produk yaitu hasil dari aktivitas tadi berupa dalil-dalil, teori, dan paradigma-paradigma
beserta hasil penerapannya, baik yang bersifat fisik, maupun non fisik.

Dimensi Struktural

Dalam dimensi struktural ilmu tersusun atas komponen-komponen berikut

1. Objek sasaran yang ingin diketahui


2. Objek sasaran terus menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti
3. Ada alasan dan dengan sarana dan cara tertentu objek sasaran tadi terus menerus dipertanyakan
4. Temuan-temuan yang diperoleh selangkah demi selangkah disusun kembali dalam satu kesatuan
sistem.

Ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Abstrak, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Humanis.
DAFTAR PUSTAKA

 Bakhtiar A. 2005. Filsafat Ilmu. Ed 1. Cetakan ke 2. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


 Kattsoff, L.O. 1992. Pengantar Filsafat: Penerjemah Soejono Soemargono. Yogyakarta.
Tiara Wacana Yogya.
 Mulyadhi Kartanegara, 2003. Pengantar Epistemologi Islam. Mizan. Bandung
 Mudhofir, A. 2005. Pengenalan Filsafat. Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
 Siswomihardjo, K.W. 2003. Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran
dan Perkembangannya sebagai Pengantar untuk Memahami Filsafat Ilmu. Dalam Filsafat
Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
 Soeprapto, S. 2003. Landasan Penelaahan Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
 Suriasumantri, Jujun S, 2000. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cetakan XIII. Sinar
Harapan Jakarta.
 Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga. Surabaya.
 Tjahyadi, S. 2005. Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
 Silmi Nurul Utamai. 2022.
Kompas.Comhttps://www.kompas.com/skola/read/2021/02/23/200154869/bedanya-ilmu-
dan-pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai