Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 1

UNIVERSITAS MERCU BUANA

MODUL 1
TEORI KOMUNIKASI
(3 SKS)
Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

POKOK BAHASAN:
Komunikasi sebagai Ilmu yang bersifat multidisipliner dan Beberapa
pendekatan yang mempengaruhi Ilmu Komunikasi.

DESKRIPSI:
Materi berupa uraian tentang komunikasi sebagai sebuah ilmu yang
bersifat multidisipliner. Ilmu komunikasi sebagai cabang dari ilmu pengetahuan
sosisl, dipengaruhi oleh tiga pendekatan yang juga mempengaruhi berbagai ilmu
yang ada di luar komunikasi. Ketiga pendekatan itu adalah: Pendekatan
scientific, humanistic dan sosial sciences.

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa mengerti dan mampu
menjelaskan ilmu komunikasi sebagai sebuah ilmu yang bersifat multidisipliner
dan mengerti pengaruh dari tiga pendekatan yang ada.

REFERENSI:
1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications,
1996
3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth
Publication, New Jersey, 1996.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU MULTIDISIPLINER
DAN TIGA ALIRAN ILMU YANG MEMPENGARUHI
KOMUNIKASI

Sebelum sampai pada pembahasan tentang berbagai teori dan model


dalam ilmu komunikasi, ada baiknya apabila kita terlebih dahulu membahas
mengenai pendekatan-pendekatan atau pandangan-pandangan dalam keilmuan
yang berlaku di kalangan akademisi. Hal ini penting karena pandangan-
pandangan tersebut merupakan kerangka dasar dari berbagai teori dan model
yang ada dalam ilmu komunikasi.

Sebagai mana telah disinggung dalam berbagai pembahasan, Ilmu


Komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Itu terjadi karena ilmu komunikasi berkembang melalui beberapa
pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang dipergunakan yang mempengaruhi
peta ilmu komunikasi, berasal dari berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi,
politik, linguistik, antropologi dan lain sebagainya. Sifat “kemultidisiplinan” ini
tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat
luas dan kompleks, menyangkut berbagai aspek social, budaya, budaya,
ekonomi dan politik dari kehidupan manusia.

Keadaan seperti tersebut tergambar dari jenis teori-teori komunikasi


yang dibahas nanti, dimana terdapat sejumlah teori komunikasi yang
mencerminkan masing-masing disiplin ilmu tertentu. Karenanya tidak sedikit
teori komunikasi yang ada menyatakan suatu objek secara berbeda atau bahkan
bertentangan dibanding teori lainnya teori komunikasi lainnya.

Sifat kemultidisplinan ilmu komunikasi tidak dapat dihindari karena objek


pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut
berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dari kehidupan manusia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
Berkaitan dengan pendekatan yang mempengaruhi perkembangan ilmu
komunikasi, Littlejohn dalam buku Theories of Human Communications,
menyatakan bahwa secara umum terdapat tiga cara pandang ilmu dan
kaitannya dengan objek pokok pengamatannya. Ketiga pendekatan itu adalah:

1. Pendekatan Scientific (Ilmiah-Empiris), umumnya berlaku di kalangan para


ahli ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll.
Pendekatan atau aliran ini ditandai beberapa hal:
1. Mengasosiasikan ilmu dengan objektifitas. Objektifitas yang dimaksud
adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan
konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia dipandang dalam
bentuk dan struktur. Secara individual boleh jadi peneliti berbeda
pandangan satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari
bentuk dan struktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan
penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang
sama, maka akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakikat dari
objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi.
2. Fokus perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovering world)
3. Terdapat pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yang ingin
diketahui/diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat).
4. Aliran ini lazim menggunakan metode eksperimen. Melalui metode ini si
peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang
ditelitinya. Tujuan penelitian biasanya diarahkan pada upaya mengukur
ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat di antara dua
variabel atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain.
Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau
mengadakan suatu perlakuakn khusus kepada objek yang diteliti serta
meneliti dampak atau pengaruhnya. Sebagai contoh: 5 ekor tikus diberi
suntikan X, sementara 5 tikus lainnya tidak. Setelah kurun waktu tertentu
dibandingkan ada tidaknya perbedaan di antara dua kelompok tikus
tersebut. Kalau ternyata terdapat perbedaan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari suntukan X
tersebut.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
5. Pemahaman dan kesimpulan terhadap suatu fenomena dilakukan dengan
berupaya memperoleh konsensus.

Teori atau model komunikasi yang secara tegas mencerminkan


pengaruh pendekatan ini adalah model komunikasi Stimulus-respon. Teori
ini didasarkan pada prinsip bahwa stimuli akan menciptakan efek atau
dampak. Menurut teori ini efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus
(rangsang) tertentu, sehingga orang dapat menduga atau memperkirakan
adanya hubungan erat antara isi pernyataan dan reaksi audience. Model ini
secara jelas menggunakan prinsip sebab akibat. Stimulus sebagai variabel X
dan Respon sebagai variabel Y. Contohnya adalah penyataan bahwa
semakin tinggi frekuensi seseorang menonton tayangan kekerasan di
televisi, maka semakin tinggi perilaku agresivenya.

2. Pendekatan Humanistic
1. mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas, yang mengutamakan
kreatifitas individual.
2. Bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif
individual.
3. Memfokuskan perhatiannya dunia para penemunya (discovering person).
4. Ilmu pengetahuan dilihat sebagai bagian dari diri (pemikiran/interpretasi)
peneliti.
5. Terhadap fenomena yang diamati aliran ini pemahaman dilakukan
dengan mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif.
6. Metode penelitian yang lazim digunakan adalah partisipasi observasi.
Melalui penelitian seperti ini, peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku
dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara
aktif.
7. Cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan
penggambaran dan penguraiannya tentang hal tsb.
8. Aliran ini biasanya mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut
sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
Dalam konteks ilmu-ilmu social, salah satu bentuk metode penelitian
yang lazim digunakan dari aliran ini adalah “partisipasi observasi”. Malalui
metode ini si peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang
yang ditelitinya membaur dan melibatkan diri secara aktif dari kehidupan
orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah orang-orang
tersebut, serta ikut dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu
tertentu (misalnya 1 bulan, atau 1 tahun). Interpretasi atas sikap dan
perilaku dari orang yang ditelitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi
yang diperoleh melalui hasil wawancara atau tanya jawab dengan orang-
orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung atau
pengalaman berinteraksi dengan mereka. Cara pandang seseorang tentang
sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal
tersebut.

Teori komunikasi yang berkembang dan dipengaruhi oleh pendekatan ini


adalah teori-teori kritis yang berkembang dari disiplin ilmu sastra, sosiologi.
Nama-nama ahli yang dominan adalah Karl Marx, Max Weber dari disiplin
ilmu sosiologi. Fedinand de Saussure dan Charles S. Pierce dari disiplin ilmu
sastra.

Dengan demikian perbedaan antara pendekatan scientific dan


humanistic adalah :
1. Bagi aliran pendekatan ‘scientific’ ilmu bertujuan untuk
menstandardisasikan observasi, sementara aliran ‘humanistic’
mengutamakan kreatifitas individu.
2. Aliran ‘scientific’ berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah
mengurangi perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil
pengamatan, sementara aliran ‘humanistic’ bertujuan untuk
memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
3. Aliran ‘scientific’ memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu
yang berada ‘di sana’ (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Di
lain pihak aliran ‘humanistic’ melihat ilmu pengetahuan sebagai
sesuatu yang ‘berada di sisni’ (in here), dalam arti berada dalam diri
(pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
4. Aliran ‘scientific’ memfokuskan perhatiannya pada ‘dunia hasil
penemuan’ (discovered world), sedangkan aliran ‘humanistic’
menitikberatkan perhatiannya pada ‘dunia para penemunya’
(discovering person).
5. Aliran ‘scientific’ berupaya memperoleh ‘konsensus’, sementara
aliran ‘humanistic’ mengutamakan ‘interpretasi-interpretasi
alternative.
6. Aliran ‘scientific’ membuat pemisahan yang tegas antara known dan
knowner sedangkan aliran ‘humanistic’ cenderung tidak memisahkan
kedua hal tersebut.

3. Pendekatan Khusus Ilmu pengetahuan sosial (Sosial Sciences).


Pendekatan ini pada dasarnya adalah gabungan antara dua
aliran sebelumnya yaitu Scientific dan humanistic. Dalam banyak hal
pendekatan ilmu social merupakan perpanjangan tangan (extensión) dari
pendekatan ilmu alam (natural science), karena beberapa metode yang
diterapkan banyak diantaranya yang diambil dari ilmu alam/física. Namur
metode-metode pendekatan aliran humanistic juga diterapkan.

Kedua pendekatan ini digabungkan, karena yang menjadi objek


studi ilmu pengetahuan adalah kehidupan manusia. Untuk memahami
tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat,
untuk ini jelas bahwa pengamatan harus dilakukan seobjektif mungkin
agar hasilnya dapat berlaku umum tidak bersifat kasus. Dengan kata lain
para ahli ilmu social seperti halnya ilmu alam harus mencapai
kesepakatan atau konsesnsus mengenai hasil temuan dalam
pengamatannya, meskipun konsensus/kesepakatan yang dicapai
sifatnya relatif dalam arti dibatasi oleh factor-faktor waktu, situasi dan
kondisi tertentu. Di samping factor objektivitas juga ilmu pengetahuan
harus mengutamakan factor penjelasan dan interpretasi. Hal ini
disebabkan manusia adalah mahluk yang aktif, memiliki daya pikir,
berprinsip terhadap nilai-nilai tertentu, serta sikapnya dapat berubah-
ubah sewaktu-waktu.. Karenanya selain pengukuran yang cermat dan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
akurat diperlukan interpretasi subjektif terhadap kondisi-kondisi spesifik
tingkah laku manusia yang jadi objek pengamatan guna menangkap
makna dari tingkah laku tersebut. Seringkali seseorang bersifat semu
dalam arti tidak mencerminkan keinginan hati yang sebenarnya dari
orang tersebut.

Interpretasi dan penjelasan juga diperlukan meskipun


berdasarkan ciri-ciri biologis, social, atau ciri-ciri lanilla manusia dapat
dibagi dalam beberapa kategori-kategori tertentu, tidak berarti bahwa
masing-masing baik secara individual maupun kelompok akan
mempunyai persamaan dalam hal sikap dan perilakunya. Umpamanya 3
orang (si A, si B, si C) semuanya memiliki beberapa karakteristik
indiviudual yang sama yakni semuanya wanita, semuamnya bekerja
sebagai guru sekolah dasar, semuanya berpendidikan SMA, Namur
demikian, ketiga orang tersebut boleh jadi masing-masing akan
mempunyai perbedaan satu sama lanilla mengenai sikap dan
perilakunya tentang suatu hal.

Dalam perkembangannya, Sebagai pengaruh dari pendekatan-


pendekatan di atas dalam ilmu pengetahuan sosial sendiri terbagi menjadi dua
kubu yaitu:
• kubu ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science) yang
menekankan pengkajiannya pada tingkah laku individual manusia dan
• kubu ilmu pengetahuan sosial yang menekankan pengkajiannya pada
interaksi antar manusia.

Kedua kubu ini memiliki perbedaan pada aspek yang diamatinya,


sementara metode penjelasannya atau pengamatannya relatif sama.
Namun dengan adanya dua pendekatan (scientif ic dan humanistic) yang
diterapkan, mncul dua kelompok masyarakat ilmuwan komunikasi yang
berbeda baik dalam spesifikasi objek permasalahan yang diamati, maupun
dalam aspek metodologis serta teori-teori dan model-model yang
dihasilkannya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial pada dasarnya
memfokuskan pada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku manusia
dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan
untuk tujuan tertentu.

Adanya pengaruh-pengaruh dominan dari ketiga pendekatan di atas


telah menimbulkan aliran yang berbeda dalam mengembangkan ilmu
komunikasi. Menurut Jhon Fiske dalam bukunya introduction to
communications studies, terdapat dua aliran utama dalam mengembangkan ilmu
komunikasi yaitu:
1. Aliran komunikasi yang menfokuskan pada proses. Atau disebut sebagai
The process school. Aliran ini melihat pentingnya nilai-nilai efektifitas,
keakuratan dari suatu kegiatan komunikasi. Karenanya nilai-nilai standar dan
objektivitas merupakan suatu keharusan dalam aliran ini. Sebagai contoh
model Shannon. Efektivitas diukur atau dilihat dari seberapa besar tujuan
sumber tercapai. Makin kecil noise (gangguan) yang terjadi dalam proses
penyampaian maka semakin berhasil komunikasi yang dilakukan. Dalam
komunikasi noise tidak semata-mata dalam bentuk teknis, tapi juga dalam
bentuk semantik (kata atau kalimat atau lambang yang digunakan. Efektifitas
komunikasi dievaluasi melalui pengukuran. Prinsipnya berorientasi pada
prinsip/logika sebab-akibat.
2. Aliran komunikasi yang memfokuskan pada makna, atau disebut sebagai
the semiotic School. Teori ini memfokuskan bagaimana makna dipertukarkan
dan diciptakan (production and exchange of meaning). Sebagai contoh teori
interaksionisme simbolik. Teori ini memandang bahwa bahasa membentuk
struktur sosial. Bahasa berkembang melalui interaksi, sehingga dapat
dikatakan juga bahwa sruktur sosial merupakan produk dari interaksi.
Logika pikir aliran ini bukanlah pada prinsip sebab akibat yang melihat
fenomena dengan cara mengukur, tetapi dalam aliran ini fenomena
dilakukan dengan cara pemahaman.

Dengan sejumlah karakter yang berbeda bahkan bertolak belakang, maka


kedua aliran di atas secara metodologis membagi pendekatan keilmuwannya

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
menjadi dua pengelompokan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif memfokuskan pada bagaimana mengukur
pengaruh suatu variable dengan variable lainnya, sementara pendekatan
kualitatif berusaha untuk memahami dan mengerti bagaimana suatu fenomena
dimaknai.

Karena adanya perbedaan tersebut maka kompetensi peneliti kuantitatif


dengan kualitatif memiliki perbedaan.
1. Kompetensi peneliti Kuantitatif
a. Mampu menggunakan teori secara tepat sehinga apat digunakan
untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan
hipotesis penelitian.
b. Memehami berbagai jenis penelitian kuantitatif, seperti metode
survey, eksperimen, analisa isi.
c. Memahami teknik-teknik sampling, terutama untuk probability
sampling.
d. Mampu menyusun instrumen untuk mengukur berbagai variabel
yang diteliti. Mampu menguji validitas dan reliabelitas instrumen.
e. Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner maupun
wawancara dan observasi.
f. Bila pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu
mengorganisasikan tim peneliti dengan baik.
g. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif
untuk menjawab rumusan masalah, dan menguji hipotesa
penelitian yang telah dirumuskan.
h. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian
maupun hasil pengujian hipotesis.
i. Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan
hasil penellitian sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penellitian.

2. Kompetensi peneliti Kuantitatif


a. Mampu membuat report pada setiap orang yang ada pada
konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan report berarti

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI
mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang
yang ada pada konteks sosial.
b. Memiliki kepekaan untuk setiap gejala yang ada pada objek
penelitian (konteks sosial).
c. Mampu menggali objek data dengan partisipasi terlibat dan
wawancara mendalam secara triangulasi serta sumbe-sumber
lainnya.
d. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif
berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain,
komponensial, dan tema kultural/budaya.
e. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan
transferabilitas hasil penelitian.
f. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau
model baru.
g. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan
rinci.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Akhmad Mulyana M.Si


TEORI KOMUNIKASI

Anda mungkin juga menyukai