Modul 4
BAB
PERSPEKTIF
3
DALAM ILMU KOMUNIKASI
Kerangka konseptual
Perangkat asumsi Mempengaruhi
Perspektif Mempengaruhi
Perangkat nilai tindakan dalam
persepsi kita
Perangkat gagasan situasi
a. Fenomena
Dunia fenomena adalah dunia yang kita alami dengan pancaindra kita.
Sebuah dunia yang didekati dengan pengalaman empiris. Kedudukan manusia
dalam dunia ini adalah sama dengan hewan, batu-batuan, air dan tumbuhan.
Sebagai bagian dari alam ada kekuatan mutlak yang merupakan hukum alam yang
merupakan kekuatan alami yang mendorong dunia alami tanpa bisa dilawan.
Misalnya, grafitasi bumi, benda yang dilempar keatas pasti jatuh juga kebawah.
Termasuk juga manusia, setinggi apapun dia melompat pasti akan jatuh juga
kebawah. Singkatnya, dunia ini memiliki ketertiban atau tatanan yang sempurna
dalam alam: setiap peristiwa atau keadaan memiliki sebab.
b. Noumena
Dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengamatan empiris karena hal
itu tidak bersifat fisik atau. Meskipun banyak orang berupaya mendekati dunia ini
lewat nalar, mereka gagal. Kant berpendapat bahwa meskipun kita dapat
memikirkan dunia noumena, nalar dan sains yang sebatas dunia fenomena, tidak
dapat menelitinya.
Kesulitan untuk meneliti manusia adalah karena kedudukannya yang rumit.
Bila makhluk-makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, juga udara, air, bebatuan, dan
sebagainya tergolong dunia fenomena, dan malaikat, jin, serta setan masuk dalam
dunia noumena, maka seperti dijelaskan kant, manusia sekaligus termasuk ke
dalam fenomena dan noumena. Sebagai fenomena kita terikat oleh hukum-hukum
alam sebaliknya manusia juga adalah noumena yang punya jiwa, mempunyai
kemauan bebas. Manusia dikonseptualisasikan di sini sebagai sekaligus pasif
dalam arti manusia disebabkan, dibentuk dan didorong oleh kekuatan-kekuatan di
luar kendalinya, dan manusia juga aktif, mengontrol, membentuk, bertindak, dan
bebas.
Pendekatan Obyektif
Behavioralistik
Struktural Fungsional
Pendekatan Subyektif
Pendekatan subyektif cenderung memandang manusia yang mereka amati
sebagai aktif, dinamis, serta mampu melakukan perubahan lingkungan di sekeliling
mereka.
Kaum subjektivis menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan apa
yang orang lakukan. Interpretasi atas perilaku ini tidak bersifat kausal, dan tidak bisa
dijelaskan melalui generalisasi seperti yang dilakukan kaum objektivis. Fokus
perhatian kaum subjektivis adalah bagian perilaku manusia yang disebut tindakan
(action), bukan sekedar gerakan tubuh, yang mencakup ucapan, bukan dengkuran;
melompat bukan tejatuh; bunuh diri, bukan sekedar kematian. Singkatnya manusia
berbeda dengan hewan, tumbuhan, bebatuan, karena manusia mempunyai pikiran,
kepercayaan, keinginan, niat, maksud, dan tujuan. Semua hal itu memberi makna
kepada kehidupan dan tindakan mereka, dan membuat kehidupan dan tindakan
tersebut dapat dijelaskan.
Studi yang menggunakan pendekatan subjektif sering disebut studi
humanistik dan karena itu sering juga disebut hamaniora (humanities).
Dalam kajian ilmu komunikasi beberapa teori yang termasuk dalam
perspektif ini antara lain: fenomenologis, etnometodologi, interaksionisme simbolik,
labelling theory, dll.
Secara singkat penjelasan mengenai perspektif obyektif dan subyektif dapat
dilihat dari gambar di bawah ini:
REALITAS
Pandangan
Tentang Manusia
Pasif -- Terikat Aktif -- Bebas
Pendekatan Pendekatan
Obyektif Subyektif
Perspektif Griffin
a. Mekanistis
Perspektif ini menganggap komunikasi merupakan suatu proses satu arah.
Dalam perspektif ini proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh perspektif ilmu-ilmu
alam.
b. Psikologis
Perspektif psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan
perhatiannya pada individu baik secara teoretis maupun empiris. Secara lebih
sfesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal
penerimaan dan pengolahan informasi. Fokus ini menimbulkan orientasi komunikasi
manusia yang berpusat pada si penerima. Walaupun bidang psikologis sebenarnya
yang dipinjam perspektif ini masih tidak jelas, unsur-unsur perantara dari
behaviorisme S-R/S-O-R dan psikologi kognitif, khususnya teori keseimbangan,
cenderung untuk mendominasi penelitian para ilmuwan komunikasi yang
mempergunakan perspektif psikologis.
Orientasi Stimulus – Response cukup menonjol dalam perpektif psikologis
tentang komunikasi manusia. Perspektif ini menganggap bahwa manusia berada
dalam suatu medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan
informasi. Di mana arus stimulus yang hampir tidak terbatas jumlahnya, semuanya
dapat diproses melalui organ-organ indra penerima.
c. Interaksional
Walaupun asal mula perspektif interaksional komunikasi manusia dapat
ditelusuri sampai pada filsafat eksistensialisme dan bahkan ke Socrates, sumbernya
yang khusus dan komprehensif dari perspektif ini secara langsung ataupun tidak
langsung adalah interaksionisme simbolik dalam sosiologi.
Perspektif ini menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas nilai pengaruh
yang lainnya. Manusia di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, bersosialisasi
dengan masyarakat, dan menghasilkan buah pikiran tertentu. Tiap bentuk interaksi
sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia.
d. Pragmatis
Perspektif pragmatis tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi
pokok sistem dan informasi. Perspektif ini menyajikan alternatif paradigma yang
berbeda dengan tiga perspektif sebelumnya.
Penelitian dalam perspektif pragmatis banyak berpusat pada setting
interpersonal dan kelompok, walaupun perspektif dengan tingkat generalitas sistem
yang berlaianan mengemukakan bahwa perspektif itu dapat diterapkan kepada
setiap tingkat sistemis, termasuk komunikasi organisasi dan massa.
Kepustakaan
Fisher, B, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw Hill.
Littlejohn, Stephen. 1996. Theories of Human Communication. Wadsworth
Publishing Company Inc Belmont.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka