Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

TEORI KOMUNIKASI
Persepektif Objektif dan Subjektif

April 20, 2021


Abstrak
Sesi ke 4 mata kuliah Teori Komunikasi ini akan mem
bahas mengenao prespektif obyektif dan Perspektif
Subjektif yang merupakan pengetahuan dasar Ketika
seseorang akan memulai penelitian di dunia komunikasi

Tujuan
Mahasiswa dapat memahami perspektif obyek dan
perspektif subyektif dalam ilmu komunikasi dan
mengaplikasikannya kelak dalam pembuatan proposal
penelitian
Hakekat Persepktif
PEMBAHASAN
Perspektif dilihat secara sepintas sama dengan persepsi. Namun sebenarnya
perspektif bukan persepsi melainkan pemandu persepsi kita; perspektif
mempengaruhi apa yang kita lihat dan bagaimana kita menafsirkan apa yang kita
lihat. Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut paradigma (paradigm),
kadang-kadang pula disebut mazhab pemikiran (school of though) atau teori.

Perspektif sering juga disebut paradigma. Paradigma adalah suatu cara pandang
untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Menurut Anderson (dalam Mulyana,
2001:9) makna paradigma adalah: “ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan
yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat
kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode
serupa”

Dalam perspektif ilmu sosial terdapat beberapa perspektif lagi (biasa juga disebut
pendekatan atau teori). Masing-masing disiplin seperti ilmu komunikasi, psikologi,
Perspektif dan realita
Jenis perspektif atau teori yang dikemukakan oleh teoretisi tergantung pada bagaimana teoretisi
itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Perbedaan perspektif ini pada
dasarnya merupakan perbedaan penafsiran tentang apa itu realitas, dan dalam ilmu sosial,
bagaimana kedudukan manusia dalam realitas itu.
Ilmu-ilmu sosial itu sendiri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dianggap sebagai
perpanjangan ilmu alam, tetapi juga mengandung unsur ilmu-ilmu humaniora. Untuk melihat
perbedaan ini kita harus menjelaskan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai
kedudukan manusia. Menurut Immanuel Kant (dalam Mulyana, 2001:19) ada dua jenis realitas,
yaitu dunia fenomena dan noumena
A.Fenomena B.Noumena
Dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengamatan empiris karena hal itu tidak
bersifat fisik atau. Meskipun banyak orang berupaya mendekati dunia ini lewat nalar,
Dunia fenomena adalah dunia yang kita alami dengan mereka gagal. Kant berpendapat bahwa meskipun kita dapat memikirkan dunia
pancaindra kita. Sebuah dunia yang didekati dengan noumena, nalar dan sains yang sebatas dunia fenomena, tidak dapat menelitinya.
pengalaman empiris. Kedudukan manusia dalam dunia ini
adalah sama dengan hewan, batu-batuan, air dan tumbuhan.
Sebagai bagian dari alam ada kekuatan mutlak yang Kesulitan untuk meneliti manusia adalah karena kedudukannya yang rumit. Bila
merupakan hukum alam yang merupakan kekuatan alami
makhluk-makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, juga udara, air, bebatuan, dan
yang mendorong dunia alami tanpa bisa dilawan. Misalnya,
grafitasi bumi, benda yang dilempar keatas pasti jatuh juga sebagainya tergolong dunia fenomena, dan malaikat, jin, serta setan masuk dalam
kebawah. Termasuk juga manusia, setinggi apapun dia dunia noumena, maka seperti dijelaskan kant, manusia sekaligus termasuk ke dalam
melompat pasti akan jatuh juga kebawah. Singkatnya, dunia
ini memiliki ketertiban atau tatanan yang sempurna dalam fenomena dan noumena.
alam: setiap peristiwa atau keadaan memiliki sebab.
Sebagai fenomena kita terikat oleh hukum-hukum alam sebaliknya manusia juga
adalah noumena yang punya jiwa, mempunyai kemauan bebas. Manusia
dikonseptualisasikan di sini sebagai sekaligus pasif dalam arti manusia disebabkan,
dibentuk dan didorong oleh kekuatan-kekuatan di luar kendalinya, dan manusia juga
aktif, mengontrol, membentuk, bertindak, dan bebas
Perspektif Obyektif dan Subyektif
A. Perspektif Obyektif
Pendekatan ini disebut Obyektif atau sering disebut pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini sering dikatakan sebagai
pendekatan ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu
dunia yang dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat dikur
dan diramalkan.

Pendekatan Objektif memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan, jika seseorang dapat menyingkirkan campur
tangan manusia ketika melakukan penelitian, dalam arti lain mengambil jarak dari objek yang diteliti, karena
pendekatan ini lebih sistematis, terkontrol, empiris mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam

Pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya
disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu
perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam.

Dalam penelitian, pendekatan objektif atau kuantitatif bertujuan untuk mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.

Contoh Penelitian: “Pengaruh menonton Sinetron pada TV X terhadap tingkat Kecerdasan Siswa SMA di Kota
Jakarta”
Perspektif Obyektif dan Subyektif
B. Perspektif Subyektif
Pendekatan subyektif adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyeknya, penelitian ini bersifat
interpretatif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode . Pendekatan ini digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat
dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan obyektif .

Presfektif Subjektif atau sering disebut pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kaasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya .

Pendekatan subyektif cenderung memandang manusia yang mereka amati sebagai aktif, dinamis, serta mampu
melakukan perubahan lingkungan di sekeliling mereka. Kaum subjektivis menjelaskan makna perilaku dengan
menafsirkan apa yang orang lakukan. Interpretasi atas perilaku ini tidak bersifat kausal, dan tidak bisa dijelaskan
melalui generalisasi seperti yang dilakukan kaum objektivis.

Dalam penelitian, pendekatan subjektif atau kualitatif tidak akan mengukur pengaruh dan hubungan antar variabel
sebagaimana dalam penelitian objektif, tetapi lebih kepada mengembangkan konsep, memberikan realitas ganda,
menciptakan teori dasar (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman.

Contoh Penelitian: “Strategi Komunikasi Pemasaran pada Media Online detik.com dalam memperoleh Iklan dari
Perusahan Multinasional”.
Pendekatan Obyektif Pendekatan Subyektif
Ilmiah (saintifik), empiris, behavioristik, Humanistik, interpretif, fenomenologis,

struktural, positivistik, fungsionalis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis,

mekanistik, deterministik, linear, statis, induktif, holistik, eksploratori, mikro,

deduktif, makro, klasik, konservatif, kontemporer, dinamis, transaksional,

tradisional, etic, kuantitatif. kualitatif, emic.


Perbedaan Obyektif dan Subyektif
1.Bagi aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara aliran humanistic mengutamakan kreatifitas individu.

2.Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran
humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subyektif individual.

3.Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada dai sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Di lain pihak aliran
humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sini (in here), dalam arti berada di dalam diri (pemikiran, interpretasi)
pengamat/peneliti.

4.Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penerimaan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan
perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).

5.Aliranscientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif.

6.Aliran scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knowner sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal
Kesimpulan
1. Paradigma berkaitan dengan cara memandang terhadap realitas. Realitas yang sama akan tampak
berbeda bila dilihat dengan paradigma yang berbeda. Dalam ilmu sosial dan komunikasi, terdapat
sejumlah paradigma, biasanya secara sederhana dikelompokkan secara dikotomis ke dalam paradigma
objektif, yang lebih populer dengan istilah kuantitatif, dan subjektif, yang lebih dikenal dengan sebutan
kualitatif.

2. Paradigma objektif memandang bahwa realitas itu tunggal dan objektif, kebenaran itu bersifat universal,
ilmu dikembangkan dalam konteks yang bebas nilai. Paradigma subjektif memandang realitas sebagai
majemuk, hasil konstruksi sosial, dan kebenaran yang diperoleh itu sifatnya relatif yang hanya berlaku
pada wilayah geografis tertentu, serta ilmu dikembangkan tidak bebas nilia.

3. Paradigma mengimplikasikan pada metode peneltian. Dalam paradigma objektif dikenal, antara lain,
metode peneltian survei dan eksperimen. Dalam paradigma subjektif, dikenal, atara lain, pendekatan
fenomenologi, studi kasus, etnografi, biografi, grounded theory.

4. Ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial yang memiliki sifat multidisiplin. Hal ini
disebabkan karena pendekatan-pendekatan yang digunakan didalam teori komunikasi berasal dan juga
menyangkut beberapa bidang keilmuan atau disiplin lainnya. Terlebih lagi objek pengamatan didalam ilmu
komunikasi maupun teori komunikasi juga sangat beragam dan luas, seperti aspek sosial, budaya,
DAFTAR PUSTAKA
• Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

• Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya

• Litteljohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication. Terjemahan oleh Mohammad Yusuf Hamdan.
Jakarta: Salemba Empat

• Mulyana, Deddy. 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

• Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

• Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi; Perspektif, Ragam, dan Aplikasi.Jakarta: Rineka Cipta.

• Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: PT. Grasindo

• Fisher, B, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya
Thank You !

Anda mungkin juga menyukai