Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1: METODOLOGI PENELITIAN

PERTANIAN

TIGA ASPEK UTAMA DALAM KAJIAN FILSAFAT ILMU

Nama Efrentiano Darno


Nim 2021009061
Kelas / Semester B/5

FAKULTAS PERTANIAN/ AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS


SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA 2023
TIGA ASPEK UTAMA DALAM KAJIAN FILSAFAT ILMU

A. Ontologi

Ontologi adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang sifat dan realitas dari entitas
atau keberadaan. Ontologi berusaha untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang apa
yang ada, bagaimana hal-hal tersebut berinteraksi, dan sifat dasar dari keberadaan itu
sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan utama:

1. Apakah ada realitas objektif yang independen dari persepsi manusia?


Beberapa pandangan filosofis berpendapat bahwa ada realitas objektif yang
independen dari persepsi manusia. Ini berarti bahwa ada keberadaan entitas atau
fenomena di luar pemikiran atau pengamatan manusia.

Pendekatan yang berbeda:


a) Realisme: Realisme adalah sudut pandang filosofis yang berpendapat
bahwa ada suatu realitas objektif di luar pikiran dan pengamatan manusia.
Menurut realisme, entitas atau fenomena tetap ada bahkan jika tidak ada
manusia yang menyadarinya.
b) Idealisme: Sebaliknya, pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas
tergantung pada pemikiran atau persepsi manusia. Artinya, entitas atau
fenomena ada dalam konteks pikiran atau kesadaran manusia.
c) Fenomenalisme: Fenomenalisme adalah pandangan yang menekankan
bahwa keberadaan suatu entitas tergantung pada pengalaman atau persepsi
manusia. Jika tidak ada pengamatan atau pengalaman mengenai suatu
fenomena, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan eksis.
2. Apa itu keberadaan? Apakah keberadaan tergantung pada pengamatan manusia?
Keberadaan merujuk pada status atau kenyataan dari suatu entitas atau fenomena.
Ini mencakup pertanyaan tentang apakah sesuatu benar-benar ada atau apakah ia
memiliki suatu jenis eksistensi.
1) Realisme: Menurut pandangan realis, keberadaan suatu entitas atau
fenomena tidak tergantung pada pengamatan manusia. Realisme
berpendapat bahwa ada realitas objektif di luar pikiran manusia yang tetap
ada bahkan jika tidak ada manusia yang memperhatikannya. Entitas atau
fenomena ini eksis secara independen.
2) Idealisme: Sebaliknya, menurut pandangan idealis, keberadaan tergantung
pada pikiran atau persepsi manusia. Dalam konteks ini, entitas atau
fenomena ada karena ada kesadaran atau pikiran yang memperhatikannya.
Jika tidak ada pikiran yang menyadarinya, maka keberadaannya juga
dipertanyakan.
3) Fenomenalisme: Fenomenalisme berpendapat bahwa keberadaan
tergantung pada pengalaman atau persepsi manusia. Sesuatu dianggap ada
hanya jika ada pengalaman atau persepsi tentangnya. Jika tidak ada
pengalaman tentang suatu fenomena, maka keberadaannya juga diragukan.

3. Bagaimana hal-hal eksis dalam hubungannya satu sama lain?


Pendekatan filosofis untuk menjawab pertanyaan ini dapat bervariasi tergantung
pada sudut pandang filosofis tertentu. Berikut adalah beberapa perspektif umum:
a) Relasionalitas: Beberapa pandangan ontologis menekankan bahwa
eksistensi entitas tergantung pada relasinya dengan entitas lain. Artinya,
suatu entitas dapat didefinisikan dan dipahami melalui hubungannya
dengan entitas-entitas lain dalam sistem atau konteks tertentu.
b) Atribut dan Sifat: Beberapa filsuf menganggap bahwa entitas dapat
didefinisikan melalui atribut atau sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan kata
lain, karakteristik atau sifat dari suatu entitas mempengaruhi cara entitas
tersebut berinteraksi atau berhubungan dengan entitas lain.
c) Struktur dan Komposisi: Perspektif ini menekankan bahwa eksistensi
entitas tergantung pada cara mereka terstruktur atau disusun. Misalnya,
bagaimana bagian-bagian suatu entitas berinteraksi atau bergabung untuk
membentuk keseluruhan.
d) Kausalitas: Beberapa ontologi memandang hubungan kausal sebagai aspek
penting dalam menjelaskan bagaimana hal-hal eksis dan berinteraksi.
Hubungan sebab-akibat mempengaruhi cara entitas mempengaruhi satu
sama lain.
e) Abstrak vs Konkret: Beberapa filsuf membedakan antara entitas konkret
(seperti benda-benda fisik) dan entitas abstrak (seperti konsep matematis
atau ide). Cara hal-hal ini eksis dan berhubungan dapat berbeda.

B. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang dari filsafat ilmu yang mempertimbangkan sifat, asal-
usul, dan batasan pengetahuan. Ini membahas pertanyaan tentang apa yang dapat diketahui,
bagaimana pengetahuan diperoleh, dan sejauh mana kebenaran dari pengetahuan tersebut
dapat diandalkan.

Pertanyaan-pertanyaan utama:
1. Apa itu pengetahuan?
Pengetahuan adalah pemahaman atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang atau
masyarakat dalam suatu bidang atau mengenai suatu subjek tertentu. Ini mencakup
fakta, informasi, konsep, dan keterampilan yang telah dipelajari dan dipahami oleh
individu atau kelompok. Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai cara, termasuk
pengalaman pribadi, pendidikan formal, studi dan riset, konsultasi sumber tertulis,
interaksi sosial, pengamatan, dan eksperimen.
a) Pengalaman Pribadi: Melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan dunia
sekitar, seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang hal-hal tertentu.
Misalnya, mengalami peristiwa atau kejadian secara langsung.
b) Pendidikan dan Pelatihan: Melalui pendidikan formal di sekolah, universitas,
atau lembaga pelatihan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan dari
instruktur atau melalui pembelajaran mandiri.
c) Studi dan Riset: Penelitian ilmiah dan analisis mendalam tentang suatu subjek
atau bidang dapat menghasilkan pengetahuan baru atau mendalam tentang topik
tersebut.
d) Konsultasi Sumber Tertulis: Membaca buku, artikel, jurnal, atau sumber-
sumber tertulis lainnya adalah cara umum untuk memperoleh pengetahuan.
Sumber ini dapat memberikan fakta, teori, dan pandangan ahli tentang suatu
topik.
e) Interaksi Sosial: Berdiskusi dengan orang lain, mendengarkan presentasi, atau
berpartisipasi dalam komunitas ilmiah atau budaya dapat menjadi cara untuk
memperoleh pengetahuan dari orang lain.
f) Pengamatan dan Eksperimen: Mengamati fenomena atau melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis adalah cara ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan tentang sifat dan perilaku suatu hal.
2. Bagaimana pengetahuan diperoleh? (Rasionalisme vs empirisme)
1) Rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pemikiran, refleksi, dan rasio. Rasionalis meyakini bahwa ada pengetahuan
yang dapat diakses melalui akal budi tanpa bergantung pada pengalaman
empiris.
2) Empirisme, di sisi lain, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari
pengalaman sensori dan observasi dunia fisik. Empiris menyatakan bahwa
semua pengetahuan bersumber dari pengalaman pengindraan dan pengamatan.
3. Apakah ada batasan terhadap apa yang dapat diketahui manusia?
Pertanyaan ini membahas sejauh mana kemampuan manusia untuk memahami dan
mendapatkan pengetahuan tentang dunia. Beberapa aliran filsafat mengajukan bahwa
mungkin ada batasan terhadap apa yang dapat diketahui manusia, baik karena
keterbatasan sensori atau keterbatasan rasional manusia.
4. Apa hubungan antara keyakinan dan pengetahuan?
Pertanyaan ini menyoroti bagaimana keyakinan (belief) berbeda dari pengetahuan yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Epistemologi membahas kriteria dan dasar
untuk mengklasifikasikan suatu tahuannya sebagai pengetahuan, bukan hanya
keyakinan.
C. Aksiologi
Aksiologi ilmiah membahas nilai-nilai dan etika yang terlibat dalam ilmu
pengetahuan. Ini termasuk pertimbangan etika dalam penelitian dan penggunaan
pengetahuan ilmiah, serta pertanyaan tentang tujuan dan dampak sosial dari pengetahuan
ilmiah.

Pertanyaan-pertanyaan utama:

1. Apakah ada nilai atau etika tertentu yang harus diikuti dalam penelitian ilmiah?
Pertanyaan ini menyoroti pertimbangan etika yang terlibat dalam praktik ilmiah.
Etika penelitian mencakup prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang harus diikuti oleh
ilmuwan dalam melakukan penelitian, termasuk kejujuran, integritas, dan keadilan.
2. Apa tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat dan lingkungan?
Pertanyaan ini mengajukan isu-isu tentang tanggung jawab sosial ilmuwan. Hal ini
mencakup pertimbangan mengenai bagaimana penelitian dan pengetahuan ilmiah dapat
mempengaruhi masyarakat dan alam sekitar, serta kewajiban ilmuwan untuk
memastikan bahwa pengetahuan ini digunakan dengan etika dan kebaikan bersama.
3. Bagaimana dampak sosial dari pengetahuan ilmiah harus diukur dan dievaluasi?
Pertanyaan ini membahas tentang cara menilai dan memahami dampak dari
pengetahuan ilmiah pada masyarakat dan lingkungan. Ini melibatkan pengembangan
metode dan kriteria untuk mengevaluasi apakah pengetahuan ilmiah memberikan
kontribusi positif atau negatif terhadap kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.
REFRENSI

Loux, M. J. (2006). Metaphysics: A Contemporary Introduction. Routledge.

Smith, B. (2003). Ontology. In L. Floridi (Ed.), Blackwell Guide to the Philosophy of Computing
and Information. Blackwell Publishing.

Stanford Encyclopedia of Philosophy. (2007). "Idealism." Diakses dari


https://plato.stanford.edu/archives/win2008/entries/idealism/

Stanford Encyclopedia of Philosophy. (2018). "Phenomenalism." Diakses dari


https://plato.stanford.edu/archives/win2018/entries/phenomenalism/

Noë, A. (2002). Is the Visual World a Grand Illusion? Journal of Consciousness Studies, 9(5-6), 1-
12.

Hume, D. (1748). An Enquiry Concerning Human Understanding. (Bab 4 - Of the Modern


Philosophy).

Descartes, R. (1641). Meditations on First Philosophy. (Meditation II).

Kant, I. (1781). Prolegomena to Any Future Metaphysics. (Section II - Of the Extent and Limits
of the Knowledge of the Empirical Sciences).

Audi, R. (2000). Epistemology: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge.


Routledge. (Bab 1 - The Definition of Knowledge).

National Academy of Sciences, National Academy of Engineering, and Institute of Medicine.


(1992). Responsible Science: Ensuring the Integrity of the Research Process. National Academies
Press.

Douglas, H. (2009). Science, Policy, and the Value-Free Ideal. University of Pittsburgh Press.

Elliott, K. C. (2017). A Tapestry of Values: An Introduction to Values in Science. Oxford University


Press.

Anda mungkin juga menyukai