Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AHKIR SEMESTER (UAS)

Mata Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu


Dosen pengampu : Ubaidillah achmad Tamam, M. Ag.

Disusun Oleh :

Alma Alwa Rif’aten

2103096028

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN WALISONGO SEMARANG
2023
Soal Ujian Akhir Semester : Filsafat Kesatuan Ilmu
1. Buat tema kajian pemikiran atau yang terkait dengan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan perspektif filsafat ilmu !
Jawab :
filsafat ilmu memandang konsep realitas dan objektivitas dalam konteks penelitian ilmiah

2. Buat tema membentuk eksistensi diri di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menggunakan perspektif filsafat ilmu !
Jawab:
perkembangan teknologi memengaruhi persepsi dan konstruksi identitas individu

3. Bagaimana membentuk kesatuan ilmu yang terdapat pada Metacosmos, macrocosmos,


dan microcosmos !
Jawab:

Membentuk kesatuan ilmu yang mencakup Metacosmos, Macrocosmos, dan Microcosmos


merupakan tugas kompleks yang melibatkan integrasi berbagai disiplin ilmu dan perspektif
filosofis. Ini melibatkan pemahaman tentang skala yang sangat berbeda dalam kerangka kosmos.
Berikut adalah beberapa pertimbangan dan elemen yang dapat dipertimbangkan untuk
membentuk kesatuan ilmu dalam konteks ini:

1. Metacosmos:
o Metacosmos mengacu pada konsep dunia yang lebih luas atau kerangka yang
melibatkan realitas atau dimensi yang mungkin melampaui pemahaman kita
tentang alam semesta. Ini dapat mencakup pertimbangan filosofis tentang
eksistensi, realitas mutlak, atau dimensi transenden.
o Kesatuan ilmu harus mencakup pemahaman dan integrasi konsep-konsep
metaphysical dan filosofis yang terkait dengan Metacosmos, seperti ontologi dan
epistemologi transendental.
2. Macrocosmos:
o Macrocosmos mengacu pada skala besar alam semesta dan objek astronomis di
dalamnya. Ini melibatkan pemahaman tentang galaksi, bintang, dan struktur
kosmos yang lebih besar.
o Disiplin ilmu seperti astronomi, fisika kosmik, dan kosmologi dapat dimasukkan
untuk membentuk dasar pemahaman tentang struktur dan evolusi macrocosmos.
3. Microcosmos:
o Microcosmos berkaitan dengan skala kecil, seperti dunia sub-atomik, partikel
elementer, dan struktur dasar materi.
o Fisika partikel, kimia kuantum, dan biologi molekuler adalah disiplin ilmu yang
relevan untuk memahami dan menjelaskan fenomena di dalam microcosmos.
4. Integrasi dan Interkoneksi:
o Kesatuan ilmu harus mempertimbangkan bagaimana makro- dan mikrocosmos
saling terkait dan berinteraksi. Bagaimana hukum fisika makro diterapkan pada
tingkat mikro, dan sebaliknya?
o Ilmu antar disiplin, seperti fisika astrobiologi atau fisika kuantum biologi, dapat
membantu membentuk jembatan antara skala yang berbeda.
5. Pertimbangan Filosofis:
o Perspektif filosofis, terutama epistemologi dan ontologi, harus diterapkan untuk
memahami bagaimana kita memperoleh pengetahuan tentang skala yang berbeda
dan bagaimana skala tersebut berkontribusi pada pemahaman eksistensi.
6. Teknologi dan Metodologi:
o Perkembangan teknologi dan metodologi observasional serta eksperimental akan
menjadi bagian integral dari kesatuan ilmu ini. Bagaimana kita memperoleh data
dari skala yang berbeda dan bagaimana teknologi mendukung pemahaman kita?

Melalui pendekatan interdisipliner dan filosofis, dapat dibentuk kesatuan ilmu yang lebih
menyeluruh dan holistik, mencakup skala Metacosmos, Macrocosmos, dan Microcosmos dalam
kerangka ilmu pengetahuan yang terintegrasi

4. Jelaskan kalimah tauhid perspektif filsafat kesatuan ilmu


Jawab :

Kalimah tauhid, yang sering diterjemahkan sebagai "La ilaha illallah" (Tidak ada Tuhan selain
Allah), merupakan dasar keyakinan dalam agama Islam. Dalam perspektif filsafat kesatuan ilmu,
konsep tauhid dapat diartikan sebagai prinsip dasar yang mencakup kesatuan dan keberlanjutan
pengetahuan, mencerminkan keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari satu sumber.

Berikut adalah penjelasan kalimah tauhid dari perspektif filsafat kesatuan ilmu:

1. Kesatuan Sumber Pengetahuan:


o Dalam konteks filsafat kesatuan ilmu, kalimah tauhid menunjukkan kesatuan
sumber pengetahuan. Segala sesuatu yang diketahui atau dapat diketahui oleh
manusia berasal dari satu sumber yang tunggal. Analoginya, ilmu pengetahuan
memiliki satu titik awal atau sumber yang sama.
2. Kesatuan Pengetahuan dan Keberlanjutan:
o Konsep tauhid mencerminkan kesatuan pengetahuan dan keberlanjutan dalam
pemahaman. Semua bidang pengetahuan, baik sains, filsafat, atau agama, bersatu
dalam upaya manusia untuk memahami alam semesta dan eksistensi.
3. Keterkaitan Antara Ilmu dan Keyakinan:
o Dalam filsafat kesatuan ilmu, kalimah tauhid menegaskan bahwa ilmu dan
keyakinan tidak bertentangan; sebaliknya, keduanya saling melengkapi dan
memberikan pandangan yang lebih utuh terhadap realitas. Ilmu dan keyakinan
berada dalam kesatuan yang harmonis.
4. Integrasi Antara Alam Materi dan Spiritual:
o Tauhid juga mencerminkan integrasi antara dimensi materi dan spiritual dalam
pemahaman ilmu pengetahuan. Filsafat kesatuan ilmu mengajarkan bahwa tidak
ada pemisahan absolut antara dunia materi dan spiritual, dan keduanya saling
terkait dalam pencarian pengetahuan.
5. Pencarian Makna dan Tujuan Bersama:
o Konsep tauhid mengarah pada gagasan bahwa pencarian makna dan tujuan dalam
ilmu pengetahuan bersifat bersamaan. Pemahaman terhadap alam semesta dan
tujuan hidup manusia tidak dapat terpisah dari pengenalan terhadap keesaan
Allah.
6. Tanggung Jawab Etis dan Sosial:
o Dalam perspektif filsafat kesatuan ilmu, tauhid menekankan tanggung jawab etis
dan sosial manusia terhadap lingkungan dan sesama. Kesatuan ilmu tidak hanya
berkaitan dengan pengetahuan tetapi juga dengan tanggung jawab untuk
menggunakan pengetahuan tersebut secara etis dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan demikian, kalimah tauhid, ketika dipahami dalam konteks filsafat kesatuan ilmu,
memperkuat ide bahwa ilmu pengetahuan, keyakinan, etika, dan tujuan hidup manusia bersatu
dalam suatu kesatuan yang utuh.

5. Butlah pertanyaan dan silahkan jawab sendiri! Tetap masukkan dalam bagian UAS,
karena akan tetap dalam penilaian.

Jawab :
1. Jelaskan bagaimana filsafat ilmu mendefinisikan konsep realitas dan objektivitas dalam
konteks penelitian ilmiah.
Jawab: Dalam filsafat ilmu, definisi konsep realitas dan objektivitas dalam konteks
penelitian ilmiah dapat bervariasi tergantung pada kerangka pikir dan pandangan filosofis
tertentu. Berikut adalah pemahaman umum mengenai bagaimana filsafat ilmu
mendefinisikan konsep-konsep tersebut:
1. Realitas:
o Dalam filsafat ilmu, realitas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ada secara
independen dari pengamatan atau pemikiran subjektif. Realitas dapat mencakup
entitas fisik, konsep abstrak, atau dimensi eksistensial yang dianggap nyata dan
dapat dipelajari atau dipahami melalui metode ilmiah.
o Realitas dalam konteks penelitian ilmiah sering kali diasosiasikan dengan
eksistensi objek, fenomena, atau proses yang dapat diukur, diamati, dan dijelaskan
secara sistematis.
2. Objektivitas:
o Objektivitas, dalam filsafat ilmu, merujuk pada keadaan ketika pengetahuan atau
informasi yang diperoleh melalui penelitian ilmiah bersifat independen dari sudut
pandang atau keadaan subjektif individu. Artinya, terdapat upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan pengaruh keberpihakan, preferensi, atau
interpretasi pribadi dalam proses penelitian.
o Dalam konteks penelitian ilmiah, objektivitas mencerminkan keberlanjutan dan
ketidakberpihakan dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang dapat diterima secara umum dan
tidak terpengaruh oleh kecenderungan individual atau kelompok.
3. Realitas dan Konstruksi Sosial:
o Beberapa aliran filsafat ilmu, terutama dalam tradisi sosial konstruksi,
menekankan bahwa realitas tidak selalu bersifat objektif dan eksternal secara
langsung. Beberapa elemen realitas dianggap sebagai konstruksi sosial yang
dipengaruhi oleh bahasa, budaya, dan perspektif sosial.
o Dalam hal ini, filsafat ilmu menyelidiki bagaimana realitas dihasilkan,
didefinisikan, dan dipahami oleh masyarakat, yang dapat mempertanyakan
objektivitas mutlak dari pengetahuan yang diperoleh.
4. Hubungan Antara Realitas dan Teori:
o Beberapa pandangan filsafat ilmu mengemukakan bahwa teori ilmiah memainkan
peran penting dalam membentuk konsep tentang realitas. Teori tidak hanya
merepresentasikan realitas yang ada, tetapi juga mempengaruhi cara kita
memahami dan mengartikan realitas itu sendiri.
o Pandangan ini menyiratkan bahwa realitas dan teori memiliki hubungan timbal
balik, di mana teori memainkan peran aktif dalam pembentukan persepsi tentang
realitas ilmiah.

Dengan demikian, definisi realitas dan objektivitas dalam konteks penelitian ilmiah dari
perspektif filsafat ilmu mencerminkan upaya untuk memahami sifat independen dari objek
penelitian dan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan dalam proses penelitian. Ini adalah upaya
untuk mendekati suatu kebenaran atau pemahaman yang objektif dan dapat diandalkan dalam
konteks ilmiah.
2. apakah objektivitas mutlak dapat dicapai dalam penelitian ilmiah? Jelaskan argumen yang
mendukung atau menentang pandangan ini.
Jawab:

Argumen Mendukung Objektivitas Mutlak:

1. Metode Ilmiah:
o Pendukung objektivitas mutlak berpendapat bahwa metode ilmiah, termasuk
pengamatan, eksperimen, dan analisis statistik, dirancang untuk mengurangi bias
dan subjektivitas. Dengan menerapkan metode ini secara ketat, dapat dihasilkan
pengetahuan yang lebih objektif.
2. Replikabilitas:
o Replikabilitas eksperimen atau penelitian memberikan kesempatan untuk menguji
hasil secara konsisten. Jika hasil penelitian dapat diulang dan dihasilkan oleh
peneliti yang berbeda di berbagai kondisi, hal itu dapat meningkatkan
kepercayaan terhadap objektivitas penelitian.
3. Verifikasi Independen:
o Konsep verifikasi independen, di mana hasil penelitian harus dapat diverifikasi
atau diselidiki oleh peneliti independen, dianggap sebagai langkah menuju
objektivitas mutlak. Hal ini memastikan bahwa hasil penelitian tidak tergantung
pada sudut pandang atau kepentingan tertentu.
4. Konsensus Ilmiah:
o Argumen ini menyatakan bahwa meskipun tidak mungkin mencapai objektivitas
mutlak, konsensus ilmiah dapat dianggap sebagai bentuk objektivitas yang tinggi.
Ketika banyak peneliti dan komunitas ilmiah setuju pada suatu ide atau temuan,
hal itu dapat dianggap sebagai indikator objektivitas.

Argumen Menentang Objektivitas Mutlak:

1. Paradigma dan Kepentingan:


o Teori menyatakan bahwa paradigma ilmiah tertentu dan kepentingan peneliti
dapat mempengaruhi pemilihan topik penelitian, metode, dan interpretasi hasil.
Hal ini dapat menyebabkan kesulitan mencapai objektivitas mutlak.
2. Keterbatasan Alat Ukur:
o Beberapa kritikus berpendapat bahwa keterbatasan alat ukur dan instrumen
pengukuran dapat membatasi objektivitas. Misalnya, ketidakpastian dalam
pengukuran atau instrumen yang tidak akurat dapat memengaruhi hasil penelitian.
3. Konteks Sosial dan Budaya:
o Argumen ini berpendapat bahwa realitas sosial dan budaya memainkan peran
penting dalam penelitian ilmiah. Pandangan sosial dan budaya peneliti dapat
mempengaruhi pertanyaan penelitian, interpretasi data, dan generalisasi temuan.
4. Krisis Reproduktibilitas:
o Isu krisis reproduktibilitas dalam beberapa disiplin ilmu menunjukkan bahwa
banyak hasil penelitian tidak dapat diulang dengan sukses oleh peneliti
independen. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap objektivitas mutlak.

Dalam praktiknya, kesempurnaan objektivitas mutlak mungkin sulit dicapai. Namun, melalui
kesadaran akan potensi bias, aplikasi metode ilmiah yang ketat, dan upaya untuk menciptakan
transparansi dan keterbukaan dalam penelitian, objektivitas yang tinggi dapat diupayakan dalam
proses ilmiah.

3. Bagaimana objektivitas dalam penelitian ilmiah berkaitan dengan pertimbangan etis?


Apakah ada risiko penyalahgunaan kekuatan objektivitas dalam konteks etika penelitian?
Jawab:

Objektivitas dalam penelitian ilmiah dan pertimbangan etis memiliki keterkaitan yang penting.
Objektivitas bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang bebas dari bias atau preferensi
pribadi, sedangkan etika penelitian menekankan perlunya memastikan bahwa penelitian
dilakukan dengan integritas dan keadilan. Berikut adalah beberapa cara bagaimana objektivitas
dan etika saling terkait dalam penelitian ilmiah:

Keterkaitan Objektivitas dan Etika:

1. Keadilan dalam Perlakuan Subjek Penelitian:


o Objektivitas dalam pengumpulan dan analisis data bertujuan untuk memastikan
bahwa setiap subjek penelitian diperlakukan dengan adil dan tanpa diskriminasi.
Ini sesuai dengan prinsip etika penelitian yang menuntut perlakuan yang adil
terhadap semua peserta penelitian.
2. Pencegahan Bias dalam Pengambilan Keputusan:
o Objektivitas membantu mencegah terjadinya bias dalam pengumpulan dan
interpretasi data. Keberlanjutan dan ketidakberpihakan ini selaras dengan nilai-
nilai etika penelitian yang menekankan perlunya kejujuran dan integritas dalam
mengambil keputusan penelitian.
3. Pengungkapan Konflik Kepentingan:
o Ketika peneliti memahami bahwa kepentingan pribadi atau finansial dapat
mempengaruhi objektivitas, etika penelitian mendorong pengungkapan konflik
kepentingan. Transparansi ini mendukung integritas penelitian dan memberikan
kesempatan bagi pihak lain untuk mengevaluasi hasil penelitian dengan konteks
yang sesuai.
4. Perlindungan Terhadap Subjek Penelitian:
o Objektivitas dalam merancang dan melaksanakan penelitian juga melibatkan
perlindungan terhadap hak dan kesejahteraan subjek penelitian. Hal ini sesuai
dengan nilai-nilai etika penelitian yang menempatkan keamanan dan keamanan
peserta penelitian sebagai prioritas utama.
Risiko Penyalahgunaan Kekuatan Objektivitas dalam Etika Penelitian:

1. Manipulasi Data:
o Ada risiko penyalahgunaan ketika peneliti dengan sengaja memanipulasi data atau
mengabaikan temuan yang tidak sesuai dengan hipotesis awal, hanya untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Ini bisa bertentangan dengan nilai-nilai etika
penelitian dan kejujuran ilmiah.
2. Generalisasi yang Tidak Adil:
o Peneliti dapat memanfaatkan objektivitas untuk generalisasi yang tidak adil atau
stigmatisme terhadap suatu kelompok. Hal ini dapat melibatkan pengambilan
kesimpulan yang tidak objektif atau penggunaan data dengan cara yang
merugikan suatu kelompok.
3. Ketidaksetaraan dalam Akses Penelitian:
o Penggunaan objektivitas untuk memilih kelompok tertentu atau mengecualikan
kelompok lain dalam penelitian dapat melibatkan risiko etika, terutama jika
keputusan ini didasarkan pada preferensi atau prasangka tertentu.
4. Konsekuensi Sosial Negatif:
o Jika penelitian dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak sosialnya, meskipun
telah dijalankan secara objektif, dapat menghasilkan konsekuensi negatif yang
tidak etis. Etika penelitian menekankan perlunya mempertimbangkan dampak dan
tanggung jawab sosial dari penelitian.

Oleh karena itu, sementara objektivitas adalah aspek penting dalam penelitian ilmiah, perlu ada
keseimbangan yang hati-hati untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan objektivitas dalam
konteks etika penelitian. Penelitian yang objektif harus selalu diarahkan oleh nilai-nilai etika
yang melibatkan kejujuran, keadilan, dan perlindungan terhadap hak individu.

Anda mungkin juga menyukai