Kelompok 2
Nella Jessica (540200010)
Netti Novelia (540200026)
Metodologi Filsafat
Problematik filsafat tidak dapat dipecahkan dengan sekedar mengumpulkan fakta. Untuk
mencapai tujuan tersebut, metode dasar untuk penyelidikan filsafat adalah metode
dialektika. Pemikiran dialektika atau metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu
contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang
saling mempengaruhi. Argumen tersebut akan menunjukkan bahwa tiap-tiap proses (sikap)
tidak menyajikan pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbul
pandangan dan alternatif yang baru. Setiap tahap dialektika akan masuk lebuh dalam pada
problem asli, dan dengan begitu ada kemungkinan untuk lebih mendekati kebenaran.
Dengan menggunakan metode ini akan lebih mendekati kebenaran, tetapi sesungguhnya
tidak jarang problem filsafat yang semula belum terpecahkan. Banyak persoalan yang
dikemukakan serta argumentasi yang ditentang. Dengan metode ini setidaknya akan sampai
kepada pemecahan sementara, ada jawaban yang tampak lebih memuaskan, tetapi ada juga
jawaban yang harus dibuang.
Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif juga disebut interaksionis subjektif (subjective interactionist).
Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan para peranan
bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial. Pendekatan ini berfokus pada sifat
subjektif dunia sosial dan berusaha memahami kerangka berpikir objek yang sedang
dipelajarinya. Fokusnya ada pada diri individu dan persepsi manusia terhadap realitas,
bukan pada realitas independen di luar mereka.
Berkaitan dengan sistem pengendalian dan akuntansi manajemen, terdapat dua
perbedaan antara paradigma fungsionalisme dengan interpretif. Perbedaan pertama adalah
paradigma fungsionalisme memusatkan perhatian pada cara membuat perusahaan berjalan
dengan baik, tetapi juga cara menghasilkan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai
cara manajer dan karyawan dalam organisasi memahami akuntansi, berpikir tentang
akuntansi, serta berinteraksi dan menggunakan akuntansi. Perbedaan kedua adalah para
interaksionis tidak percaya pada keberadaan realitas organisasi yang tunggal dan konkret,
melainkan pada situasi yang ditafsirkan organisasi dengan caranya masing-masing.
Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas sosial tersebut
terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini.
1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan, dan
analisis historis.
2. Metode Foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau “antiquarian”.
Paradigma Posmodernisme
Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma
yang ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernisme) menolak pendapat
modernisme yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk
memperbaiki dirinya sendiri dan berpikir secara rasional. Bagi seorang postmodern tidak
ada keadaan yang lebih baik, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak ada yang disebut
kemajuan atau pengendalian alam. Postmodern membuang metode dan teori yang dominan
mengenai modernitas dan menggantikannya dengan metode dan teori yang dominan
mengenai modernitas dan menggantikannya dengan metode pascastrukturalisme (post-
structuralist). Oleh karena itu, postmodern menempuh jalan yang berbeda dengan
paradigma sebelumnya. Menurut paradigma ini, kebenaran itu tidak bisa dibayangkan, oleh
sebab itu setiap manusia harus aktif untuk membangun kebenaran itu sendiri.
Karya yang paling banyak digunakan sebagai dasar aliran posmodernisme adalah karya
Derrida dan Foucault. Foucault terkenal dengan metode arkeologis (archeological) dan
genealogis (genealogical). Menurut Foucault, istilah arkeologis dimaksudkan untuk
mencari asal usul pengetahuan dan digunakan untuk menunjukkan suatu usaha arkeologis,
yaitu ciri khas pemikiran yang menyangkut tujuan, metode, dan bidang penerapan.
Tujuan metode arkeologis ii adalah menetapkan serangkaian diskusi, yaitu sistem
wacana, serta menentukan suatu rangkaian dari awal sampai akhir bagi pemikiran Foucault.
Dengan metode genealogis, Foucault melakukan kritik terhadap pengetahuan yang
tertindas oleh pengetahuan yang sedang berkuasa. Hal ini tercermin dalam pandangan
keilmuannya yang cenderung logosentrisme. Berikut ciri utama logosentrisme.
1. Pola pikir oposisi biner (dualistis dikotomis) yang hierarkis, seperti esensi-eksistensi,
bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-bandan, makna-bentuk.
2. Aspek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada aspek
praktis dan fungsi, dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini terlihat dari
penyataan ilmu-ilmu positif yang mengklaim bahwa ilmu pengetahuan harus netral dan
bebas dari nilai.
3. Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa praktik
akuntansi harus berlaku secara universal atau internasional. Klaim ini diwujudkan
dengan gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization of accounting). Bagi
pemikiran Foucault, wacana global dan universal tersebut memiliki hubungan timbal
balik antara kuasa dan pengetahuan.
Dillard dan Becker (1997) membahas mengenai beberapa argumentasi teoretis dan
beberapa riset akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, di antaranya Hopwood (1987)
yang mengembangkan suatu arkeologis sistem akuntansi dengan suatu pemahaman yang
lebih baik tentang proses perubahan akuntansi. Hasilnya menyarankan bahwa arkeologi
Foucault dapat menghasilkan berbagai macam faktor sosial yang direplikasikan dalam
perubahan akuntansi. Loft (1986) menggunakan metode genealogi Foucault dalam
menginvestigasi hubungan antara praktik akuntansi biaya dengan konteks sosialnya di
Inggris, antara tahun 1914 sampai 1925. Analisisnya mengindikasikan bahwa akuntansi
merupakan suatu aktivitas sosial yang secara fundamental dan tidak dapat digambarkan
maknanya hanya dari perspektif teknis. Miler dan O’leary (1987) dalam makalah
seminarnya menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem penentuan harga
pokok standar. Mereka berpendapat bahwa anggaran dan biaya standar berkembang dari dan
merupakan pengembangan atas jaringan pengetahuan kekuasaan diskursif selama suatu
periode.
Akuntansi Keuangan
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasikan. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa terbatasnya pemrosesan informasi yang tidak mendorong lebih banyak
dilakukannya riset akuntansi keperilakuan merupakan pertanyaan menarik. Secara jelas,
pentingnya riset akuntansi keuangan yang berbasis pasar modal dibandingkan dengan audit
menunjukkan kurang kuatnya permintaan eksternal terhadap riset akuntansi keperilakuan
dalam bidang keuangan.
Berikut beberapa alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin
memberikan kontribusi yang lebih besar di masa mendatang.
1. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal
dengan ekspektasi naif.
2. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi memberikan
kontribusi yang lebih besar berhubungan dengan keuntungan dari riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang audit.
Dua alasan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan di atas telah mampu
memberikan kontribusi yang lebih besar karena keunggulannya yang melebihi riset
akuntansi keperilakuan dalam audit.
1. Terdapat sejumlah tugas dari informasi keuangan yang merupakan input langsung untuk
keputusan pinjaman bank, negosiasi kontrak tenaga kerja, prediksi laba, dan rekomendasi
daham. Konsekuensinya, akuntansi keuangan mempertimbangkan lingkup pengujian
kemampuan generalisasi dari pengaruh variabel perilaku, seperti variabel psikologi
sebagai struktur kognitif dan kemampuan “pemecahan masalah” (problem solving)
dengan variabel lingkungan, seperti insentif dan ketidakpastian melalui konteks
keputusan berdasarkan pengetahuan.
2. Keuntungan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan meliputi beberapa
tugas seperti prediksi laba yang telah diidentifikasikan dengan baik dan mempunyai sifat
berulang. Hal ini merupakan kerugian yang relatif dalam audit. Di mana tugas-tugas audit
jarang dilakukan auditor dapat menimbulkan kesulitan untuk mempelajari hubungan
antara pengalaman audit dan kinerja.
Akuntansi Manajemen
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset
yang sama dalam akuntansi keuangan, dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang
berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Riset akuntansi keperilakuan
dalam akuntansi manajemen melakukan investigasi atas seluruh variabel lingkungan dan
organisasi yang telah diidentifikasi sebelumnya dan riset mendatang diharapkan akan
meningkatkan perluasan pengetahuan yang mendasari hubungan dan pengujian dalam
konteks yang baru.
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen cenderung fokus pada
variabel lingkungan dan organisasi yang mengandalkan teori agensi, seperti insentif dan
variabel asimetri informasi. Sementara riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit
lebih fokus pada variabel psikologi, khususnya kesadaran. Dominan pengetahuan khusus
merupakan karakteristik akuntansi manajemen dan pembuat keputusan yang menggunakan
akuntansi manajemen. Selanjutnya, pengakuan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
audit memerlukan studi atas interaksi variabel psikologi dengan variabel lingkungan
organisasi yang menyarankan perluasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi manajemen dengan variabel-variabel yang meliputi interaksi dengan variabel
kognitif.
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan
subbidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi
terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar
memengaruhi motivasi, umpan balik, dan kinerja. Riset ini juga mempunyai implikasi
terhadap audit yang secara luas telah difokuskan pada tingkat organisasi perusahaan atau
pada tingkat tugas individu.
Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada
kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Alma (1991) menyebutkan pengujian teori alternatif dari perilaku kepatuhan
pajak menghasilkan kegagalan atas ekspektasi teori utilitas untuk menjelaskan keputusan
kepatuhan secara lengkap. Riset akuntasi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini
telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntasi keperilakuan
dalam bidang audit.
Audit oleh kantor pajak jarang dilakukan untuk wajib pajak, tidak seperti audit atas
kesalahan laporan keuangan oleh auditor. Konsekuensinya, banyak literator psikologi yang
mempunyai implikasi terhadap perilaku berdasarkan pada kejadian umum yang tidak dapat
diterapkan dalam konteks audit dan perpajakan. Oleh karena itu, terdapat pengecualian
bahwa berbagai literator psikologi tersebut tidak ditujukan untuk riset akuntansi
keperilakuan khusus pada bidang perpajakan atau audit.
Perkembangan Terakhir
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut.
1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model
perilaku individu.
Fokus riset akuntansi keperilakuan saat ni adalah pada pengaruh variabel psikologi,
lingkungan, dan organisasi terhadap perilaku. Penekanan pada variabel psikologi adalah
konsisten dengan sifat profesional dari akuntansi dan produknya sebagai input dalam
pembuatan keputusan. Oleh karena perbedaan antara subbidang dalam penekanan tersebut
terletak pada karakteristik psikologi pemakainya dibandingkan dengan penyusun, maka
fokus audit khususnya adalah pada auditornya dibandingkan terhadap pemakai laporan
audit, demikian pula dengan perbedaan dalam fokus topik tersebut antara subbidang
akuntansi.
Ikhsan Lubis, Arfan. 2017. Akuntansi Keperilakuan Akuntansi Multiparadigma Edisi 3. Jakarta
Selatan: Penerbit Salemba Empat.