Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

TEORI KOMUNIKASI

Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif dalam Komunikasi

Tatap Muka

Fakultas: Ilmu Komunikasi


Program Studi: Public Relations
04 Kode Mata Kuliah: 31121E1FB
Disusun Oleh: Eka Wulan Sari
ABSTRAK
Sesi ke 4 mata kuliah Teori Komunikasi ini akan mem bahas
mengenao prespektif obyektif dan Perspektif Subjektif yang
merupakan pengetahuan dasar Ketika seseorang akan
memulai penelitian di dunia komunikasi
TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami perspektif obyek dan
perspektif subyektif dalam ilmu komunikasi dan
mengaplikasikannya kelak dalam pembuatan proposal
penelitian

2019 Teori Komunikasi


2 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN
Hakekat Perspektif

Perspektif dilihat secara sepintas sama dengan persepsi. Namun sebenarnya perspektif bukan persepsi melainkan
pemandu persepsi kita; perspektif mempengaruhi apa yang kita lihat dan bagaimana kita menafsirkan apa yang kita
lihat. Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut paradigma (paradigm), kadang-kadang pula disebut
mazhab pemikiran (school of though) atau teori.

Menurut Ritzer (1980), paradigma adalah “a fundamental image of the subject matter within a science ” jadi
paradigma ialah “gambaran dasar mengenai pokok bahasan suatu ilmu”. Istilah-istilah lain yang sering diidentikkan
dengan pespektif adalah model, pendekatan, strategi intelektual, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, dan
pandangan dunia (worldview).

Aubrey Fisher seorang pakar komunikasi menggunakan istilah perpektif dari pada teori, karena ia tidak yakin apa
yang disebut teori dan karena komunikasi belum mengembangkan teori-teori yang memperoleh parsimoni (hemat,
universal) seperti yang diperoleh ilmu-ilmu alam (natural sciences). Argumen Fisher dapat dipahami.

Membicarakan teori pada dasarnya membicarakan perspektif yang melatarbelakanginya. Keduanya memang
terpaut erat, kadang-kadang dicampuradukkan. Pakar komunikasi lainnya Stephen W. Littlejohn menggunakan
istilah teori (struktural fungsional; kognitif dan behavioral; konvensional interaksionis, interpretif dan kritis), yang
oleh banyak pakar malah disebut perpektif.

Perspektif sering juga disebut paradigma. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Menurut Anderson (dalam Mulyana, 2001:9) makna paradigma adalah: “ideologi dan praktik suatu

2019 Teori Komunikasi


3 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang
sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa”

Dalam perspektif ilmu sosial terdapat beberapa perspektif lagi (biasa juga disebut pendekatan atau teori). Masing-
masing disiplin seperti ilmu komunikasi, psikologi, sosiologi, dan antropologi juga bisa disebut perspektif yang
berlainan.

Sementara perspektif lama masih berkembang dalam ilmu-ilmu sosial kini telah muncul perspektif-perspektif baru
seperti, teori feminis, hermeneutika, semiotika, cultural studies, postmodernism, postcolonialism, dan lain-lain.

Perspektif dan Realitas

Jenis perspektif atau teori yang dikemukakan oleh teoretisi tergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang
manusia yang menjadi objek kajian mereka. Perbedaan perspektif ini pada dasarnya merupakan perbedaan
penafsiran tentang apa itu realitas, dan dalam ilmu sosial, bagaimana kedudukan manusia dalam realitas itu.

Ilmu-ilmu sosial itu sendiri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dianggap sebagai perpanjangan ilmu
alam, tetapi juga mengandung unsur ilmu-ilmu humaniora. Untuk melihat perbedaan ini kita harus menjelaskan
pandangan-pandangan yang berbeda mengenai kedudukan manusia. Menurut Immanuel Kant (dalam Mulyana,
2001:19) ada dua jenis realitas, yaitu dunia fenomena dan noumena.

a. Fenomena

Dunia fenomena adalah dunia yang kita alami dengan pancaindra kita. Sebuah dunia yang didekati dengan
pengalaman empiris. Kedudukan manusia dalam dunia ini adalah sama dengan hewan, batu-batuan, air dan
tumbuhan. Sebagai bagian dari alam ada kekuatan mutlak yang merupakan hukum alam yang merupakan
kekuatan alami yang mendorong dunia alami tanpa bisa dilawan. Misalnya, grafitasi bumi, benda yang dilempar
keatas pasti jatuh juga kebawah. Termasuk juga manusia, setinggi apapun dia melompat pasti akan jatuh juga
kebawah. Singkatnya, dunia ini memiliki ketertiban atau tatanan yang sempurna dalam alam: setiap peristiwa atau
keadaan memiliki sebab.

b. Noumena

2019 Teori Komunikasi


4 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengamatan empiris karena hal itu tidak bersifat fisik atau. Meskipun
banyak orang berupaya mendekati dunia ini lewat nalar, mereka gagal. Kant berpendapat bahwa meskipun kita
dapat memikirkan dunia noumena, nalar dan sains yang sebatas dunia fenomena, tidak dapat menelitinya.

Kesulitan untuk meneliti manusia adalah karena kedudukannya yang rumit. Bila makhluk-makhluk lain seperti
hewan, tumbuhan, juga udara, air, bebatuan, dan sebagainya tergolong dunia fenomena, dan malaikat, jin, serta
setan masuk dalam dunia noumena, maka seperti dijelaskan kant, manusia sekaligus termasuk ke dalam
fenomena dan noumena. Sebagai fenomena kita terikat oleh hukum-hukum alam sebaliknya manusia juga adalah
noumena yang punya jiwa, mempunyai kemauan bebas.

Manusia dikonseptualisasikan di sini sebagai sekaligus pasif dalam arti manusia disebabkan, dibentuk dan
didorong oleh kekuatan-kekuatan di luar kendalinya, dan manusia juga aktif, mengontrol, membentuk, bertindak,
dan bebas.

Perspektif Oyektif dan Subyektif

Sehubungan dengan dua pandangan yang berbeda tentang manusia (pasif versus aktif), ada dua perspektif atau
pendekatan utama yang sejajar, yang disebut pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Istilah Obyektif dan
Subyektif di sini sekedar merujuk kepada pandangan-pandangan berbeda mengenai kehidupan. Tidak ditujukan
untuk menunjukkan mana yang lebih baik atau lebih buruk.

Perspektif Subyektif

Definisi Perspektif/Pendekatan Subyektif

Pendekatan subyektif adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyeknya, penelitian ini bersifat
interpretatif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode.

Pendekatan ini digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
obyektif. Studi yang menggunakan pendekatan subjektif sering disebut humanistik, dan karena itu sering juga
disebut humaniora.
2019 Teori Komunikasi
5 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Presfektif Subjektif atau sering disebut pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kaasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Pendekatan subyektif cenderung memandang manusia yang mereka amati sebagai aktif, dinamis, serta mampu
melakukan perubahan lingkungan di sekeliling mereka. Kaum subjektivis menjelaskan makna perilaku dengan
menafsirkan apa yang orang lakukan. Interpretasi atas perilaku ini tidak bersifat kausal, dan tidak bisa dijelaskan
melalui generalisasi seperti yang dilakukan kaum objektivis.

Fokus perhatian kaum subjektivis adalah bagian perilaku manusia yang disebut tindakan ( action), bukan sekedar
gerakan tubuh, yang mencakup ucapan, bukan dengkuran; melompat bukan terjatuh; bunuh diri, bukan sekedar
kematian. Singkatnya manusia berbeda dengan hewan, tumbuhan, bebatuan, karena manusia mempunyai pikiran,
kepercayaan, keinginan, niat, maksud, dan tujuan.

Semua hal itu memberi makna kepada kehidupan dan tindakan mereka, dan membuat kehidupan dan tindakan
tersebut dapat dijelaskan.

Pendekatan Obyektif Pendekatan Subyektif

Ilmiah (saintifik), empiris, behavioristik, Humanistik, interpretif, fenomenologis,

struktural, positivistik, fungsionalis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis,

mekanistik, deterministik, linear, statis, induktif, holistik, eksploratori, mikro,

deduktif, makro, klasik, konservatif, kontemporer, dinamis, transaksional,

tradisional, etic, kuantitatif. kualitatif, emic.

Menurut pandangan subjektif, realitas sosial adalah suatu kondisi yang cair dan mudah berubah melalui interaksi
manusia yang dijalani sehari-hari, dan manusialah yang menciptakan struktur bukan struktur yang menentukan
perilaku.

2019 Teori Komunikasi


6 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dalam penelitian, pendekatan subjektif atau kualitatif tidak akan mengukur pengaruh dan hubungan antar variabel
sebagaimana dalam penelitian objektif, tetapi lebih kepada mengembangkan konsep, memberikan realitas ganda,
menciptakan teori dasar (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman.

Contoh Penelitian: “Strategi Komunikasi Pemasaran pada Media Online detik.com dalam memperoleh Iklan dari
Perusahan Multinasional”.

Studi yang menggunakan pendekatan subjektif sering disebut studi humanistik dan karena itu sering juga disebut
hamaniora (humanities). Dalam kajian ilmu komunikasi beberapa teori yang termasuk dalam perspektif ini antara
lain: fenomenologis, etnometodologi, interaksionisme simbolik, labelling theory, dll.

Apa itu humanistic?

1. Pendekatan humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi
individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

2. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

3. Dalam kaitan itu maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang mencapai aktualisasi diri

4. Pendekatan subjektif mengasumsi bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan sifat yang tetap,
melainkan bersifat interpretif.

Karakteristik Pendekatan Subyektif

Pendekatan Subyektif cenderung memandang manusia yang mereka amati sebagai aktif, dinamis, serta mampu
melakukan perubahan lingkungan di sekeliling mereka, karena manusia berbeda dengan benda.

Kaum subjektivis menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan apa yang orang lakukan. Interpretasi atas
perilaku ini tidak bersifat kausal, dan tidak bisa dijelaskan melalui generalisasi seperti yang dilakukan kaum
objektivis.

1. Fokus perhatian kaum subjektivis adalah bagian perilaku manusia yang disebut tindakan (action), bukan
sekedar gerakan tubuh (melompat, berlari, memegang kepala dan sebagainya)

2. Manusia berbeda dengan hewan, tumbuhan, benda, karena manusia mempunyai pikiran, kepercayaan,
keinginan, niat, maksud, dan tujuan.

2019 Teori Komunikasi


7 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
3. Dalam penelitian, pendekatan subjektif atau kualitatif tidak akan mengukur pengaruh dan hubungan antar
variabel sebagaimana dalam penelitian objektif, tetapi lebih kepada mengembangkan konsep,
memberikan realitas ganda, menciptakan teori dasar (grounded theory), dan mengembangkan
pemahaman.

4. Jika metode objektif bertujuan membuat standarisasi observasi maka metode subjektif (penelitian
interpretatif) berupaya menciptakan interpretasi.

5. Pendekatan interpretatif memandang metode penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat menjelaskan
'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi yang kuat dalam penelitian.

6. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini lebih tertarik pada kasus-kasus individu daripada
kasus-kasus umum

Perspektif Obyektif

Pendekatan ini disebut Obyektif atau sering disebut pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini sering dikatakan
sebagai pendekatan ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu
dunia yang dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat dikur
dan diramalkan.

Pendekatan Objektif  memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan, jika seseorang dapat menyingkirkan campur
tangan manusia ketika melakukan penelitian, dalam arti lain mengambil jarak dari objek yang diteliti, karena
pendekatan ini lebih sistematis, terkontrol, empiris mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena
alam.

Pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya
disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu
perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam.
2019 Teori Komunikasi
8 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya,
kalau mahasiswa lebih rajin belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai lebih baik; kalau kita ramah kepada
orang lain, orang lain (mungkin) akan ramah kepada kita. Kaum objektivis berkilah bahwa jika perilaku manusia
bebas sama sekali, maka perilaku mereka akan sama sekali acak dan sama sekali tidak dapat diramalkan.

Dua varian utama dalam pendekatan ini adalah pendekatan behavioristic dan struktural fungsional. Kedua
pendekatan tersebut mirip dalam arti sama-sama memandang perilaku manusia sebagai disebabkan kekuatan-
kekuatan di luar kemampuan mereka sendiri.

Pendekatan obyektif juga cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya
disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka.

Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan
tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam.

Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya,
kalau mahasiswa lebih rajin belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai lebih baik. Jadi apabila di pahami
bahwa pendekatan objektif ini menganggap perilaku manusia dapat di bagi-bagi menjadi bagian yang independen,
yang masing-masing bekerja secara sistematis.

Dalam penelitian, pendekatan objektif atau kuantitatif bertujuan untuk mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. 

Dalam penelitian Objektif atau Kuantitatif yaitu, penelitian yang bersifat mengukur baik pengaruh maupun
hubungan antar variabel. Pengaruh X terhadap Y, hubungan X dengan Y dan sebagainya.

Contoh Penelitian: “Pengaruh menonton Sinetron pada TV X terhadap tingkat Kecerdasan Siswa SMA di Kota
Jakarta” 

Perbedaan Obyektif (Scientific) dan Subyektif (Interpretif)

1. Bagi aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara aliran
humanistic mengutamakan kreatifitas individu.

2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan-perbedaan pandangan
tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil
temuan subyektif individual.

2019 Teori Komunikasi


9 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada dai sana (out there), di luar
diri pengamat/peneliti. Di lain pihak aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada di sini (in here), dalam arti berada di dalam diri (pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti.

4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penerimaan (discovered world), sedangkan
aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).

5. Aliranscientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan


interpretasi-interpretasi alternatif.

6. Aliran scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knowner sedangkan aliran humanistic
cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Kesimpulan

1. Paradigma berkaitan dengan cara memandang terhadap realitas. Realitas yang sama
akan tampak berbeda bila dilihat dengan paradigma yang berbeda. Dalam ilmu sosial
dan komunikasi, terdapat sejumlah paradigma, biasanya secara sederhana
dikelompokkan secara dikotomis ke dalam paradigma objektif, yang lebih populer
dengan istilah kuantitatif, dan subjektif, yang lebih dikenal dengan sebutan kualitatif.
2. Paradigma objektif memandang bahwa realitas itu tunggal dan objektif, kebenaran itu
bersifat universal, ilmu dikembangkan dalam konteks yang bebas nilai. Paradigma
subjektif memandang realitas sebagai majemuk, hasil konstruksi sosial, dan kebenaran
yang diperoleh itu sifatnya relatif yang hanya berlaku pada wilayah geografis tertentu,
serta ilmu dikembangkan tidak bebas nilia.
3. Paradigma mengimplikasikan pada metode peneltian. Dalam paradigma objektif
dikenal, antara lain, metode peneltian survei dan eksperimen. Dalam paradigma
subjektif, dikenal, atara lain, pendekatan fenomenologi, studi kasus, etnografi, biografi,
grounded theory.
4. Ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial yang memiliki sifat multidisiplin.
Hal ini disebabkan karena pendekatan-pendekatan yang digunakan didalam teori komunikasi
berasal dan juga menyangkut beberapa bidang keilmuan atau disiplin lainnya. Terlebih lagi
objek pengamatan didalam ilmu komunikasi maupun teori komunikasi juga sangat beragam dan
luas, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, maupun juga aspek politik yang ada didalam
kehidupan sehari-hari manusia.

2019 Teori Komunikasi


10 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
• Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

• Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya

• Litteljohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication. Terjemahan oleh
Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Empat.

• Mulyana, Deddy. 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

• Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

• Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi; Perspektif, Ragam, dan Aplikasi.Jakarta: Rineka Cipta.

2019 Teori Komunikasi


11 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
• Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: PT. Grasindo

• Fisher, B, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.

• Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw Hill.

• Littlejohn, Stephen. 1996. Theories of Human Communication. Wadsworth Publishing Company Inc
Belmont.

• Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya

• Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka

2019 Teori Komunikasi


12 Eka Wulan Sari
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai