Anda di halaman 1dari 7

BAB 3: Dua Dimensi Empat Paradigma Gibson Burrell and Gareth Morgan

Paradigma dalam Menganalisis Ilmu Sosial

Dengan mengkombinasikan pandangan-pandangan mengenai asumsi sifat dasar ilmu sosial dan sifat dasar
masyarakat, paradigma untuk menganalisis teori sosial bisa dibagi menjadi empat, yaitu radical humanist, radical
structuralist, interpretive, dan functionalist. Untuk lebih jelas, klasifikasi tersebut bisa digambarkan dalam kuadran
seperti berikut:

Paradigma Functionalist

Paradigma ini berakar pada sociology of regulation dengan menggunakan sudut pandang objektif. Ciri khasnya
adalah perhatian yang besar pada penjelasan-penjelasan mengenai status quo, keteraturan sosial, konsensus,
integrasi sosial, soliadritas, pemenuhan kebutuhan dan aktualisasi.

Paradgma functionalis lebih sering melakukan pendekatan yang berorientasi masalah, lebih memerhatikan

m
er as
bagaimana menyediakan solusi praktis terhadap permasalahan praktis. Ia mengacu kepada tradisi dari kaum sosial

co
positif. Kaum fungsionalis cenderung untuk mengasumsikan bahwa dunia sosial merupakan teridiri dari artefact

eH w
empiris relatif dan hubungan, yang dapat diidentifikasi, dipelajari dan diukur, pendekatan ini diturunkan dari
pendekatan ilmu alam. Analogi yang paling favorit adalah analogi-analogi mekanik dan biologi.

o.
Pendekatan ini merefleksikan asumsi-asumsi mengenai alam ilmu sosial, yang berada pada oposisi paham sosiologi
positif. rs e
ou urc
Paradigma fungsionalisme sesungguhnya merupakan aliran pemikiran yang paling banyak dianut di dunia.
Pandangan fungsionalisme berakar kuat pada tradisi sosiologi keteraturan. Pendekatannya terhadap permasalahan
o

berakar pada pemikiran kaum obyektivis. Pemikiran fungsionalisme sebenarnya merupakan sosiologi kemapanan,
aC s

ketertiban sosial, stabilitas sosial, kesepakatan, keterpaduan sosial, ke setiakawanan, pemuasan kebutuhan, dan
vi y re

hal-hal yang nyata (empirik). Oleh karenanya, kaum fungsionalis cenderung realis dalam pendekatannya, positivis,
deterministis dan nomotetis. Rasionalitas lebih diutamakan dalam menjelaskan peristiwa atau realitas sosial.
Paradigma ini juga lebih berorientasi pragmatis, artinya berusaha melahirkan pengetahuan yang dapat diterapkan,
berorientasi pada pemecahan masalah yang berupa langkah-langkah praktis untuk pemecahan masalah praktis
ed d

juga. Mereka lebih mendasarkan pada “filsafat rekayasa sosial” (social engineering) sebagai dasar bagi usaha
ar stu

perubahan sosial, serta menekankan pentingnya cara-cara memelihara, mengendalikan atau mengontrol
keteraturan, harmoni, serta stabilitas sosial.
sh is

Paradigma ini pada dasamya berusaha me nerapkan metode pendekatan pengkajian masalah sosial dan
kemanusiaan dengan cara yang digunakan ilmu alam dalam memperlakukan objeknya. Paradigma ini dimulai di
Th

Prancis pada dasawarsa pertama abad ke-19 karena pengaruh karya Comte, Spencer, Durkheim, dan Pareto. Aliran
ini berasal dari asumsi bahwa realitas sosial terbentuk oleh sejumlah unsur empirik nyata dan hubungan antar
semua unsur tersebut dapat dikenali, dikaji, diukur dengan pendekatan dan menekankan alat seperti yang
digunakan dalam ilmu alam. Menggunakan kias ilmu meka nika dan biologi untuk menjelaskan realitas sosial pada
dasarnya adalah prinsip yang umumnya digunakan oleh aliran ini. Namun demikian, sejak awal abad ke-20, mulai
terjadi per geseran, terutama setelah dipengaruhi oleh tradisi pemikiran idealisme Jerman seperti pemikiran Max
Weber, Geroge Simmel dan George Herbet Mead. Sejak saat itu banyak kaum fungsionalis mulai meninggalkan
rumusan teoretis dari kaum objektivis dan mulai bersentuhan dengan paradigma interpretatif yang lebih subjektif.
Kias mekanika dan biologi mulai bergeser melihat manusia atau masyarakat, suatu per geseran pandangan menuju
para pelaku langsung dalam proses kegiatan sosial.

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
Pada tahun 1940-an pemikiran sosiologi “perubahan radikal” mulai menyusupi kubu kaum fungsionalis untuk
meradikalisasi teori-teori fungsionalis. Sungguhpun telah ter jadi persentuhan dengan paradigma lain, paradigma
fungsonalis tetap saja secara mendasar menekankan pemikiran objek tivisme dan realitas sosial untuk menjelaskan
keteraturan sosial. Karena persentuhan dengan paradigma lain itu sebenarnya telah lahir beragam pemikiran yang
berbeda atau campuran dalam paham fungsionalis.

Paradigma Interpretive

Paradigma ini berakar pada sociology of regulation dengan sudut pandang subjektif. Perhatian utamanya ada pada
bagaimana memahami dunia sebagaimana adanya, memahami tabiat fundamental dari dunia sosial dari
pengalaman subjektif. Paradigma ini berupaya untuk menjelaskan dalam dunia kesadaran seseorang dan
subjektivitas, dalam bingkai rujukan orang yang terlibat langsung, bukan sebagai pengamat.

Paradigma interpretasi diinformasikan dengan penekanan untuk memahami dunia apa adanya, untuk
memahami dasar alam dunia ilmu sosial pada level pengalaman subjektif. Ia berusaha mencari penjelasan dunia

m
alam sadar individu dan subjektivitas, dimana pola acuan peserta beroposisi dengan aksi pengamat. Ia

er as
cenderung menjadi kaum nominalis, anti positif, volunter, dan ideographic.

co
eH w
Paradigma interpretatif sesungguhnya menganut pendirian sosiologi keteraturan seperti halnya fungsionalisme,

o.
tetapi mereka menggunakan pendekatan objektivisme dalam analisis sosialnya sehingga hubungan mereka dengan

rs e
sosiologi keteraturan bersifat tersirat. Mereka ingin memahami kenyataan sosial menurut apa adanya, yakni
ou urc
mencari sifat yang paling dasar dari kenyataan sosial menurut pandangan subjektif dan kesadaran seseorang yang
langsung terlibat dalam peristiwa sosial bukan menurut orang lain yang mengamati.

Pendekatannya cenderung nominalis, antipositivis dan ideografis. Kenyataan sosial muncul karena dibentuk oleh
o

kesadaran dan tindakan seseorang. Karenanya, mereka berusaha menyelami jauh ke dalam kesadaran dan
aC s

subjektivitas pribadi manusia untuk menemukan pengertian apa yang ada di balik kehidupan sosial. Sungguhpun
vi y re

demikian, anggapan- anggapan dasar mereka masih tetap didasarkan pada pan dangan bahwa manusia hidup
serba tertib, terpadu dan rapat, kemapanan, kesepakatan, kesetiakawan. Pertentangan, penguasan, benturan sama
sekali tidak menjadi agenda kerja mereka. Mereka terpengaruh lansung oleh pemikiran sosial kaum idealis Jerman
ed d

yang berasal dari pemikiran Kant yang lebih menekankan sifat hakikat rohaniah daripada kenyataan sosial. Perumus
teori ini yakni mereka yang penganut filsafat fenomenologi antara lain Dilttey, Weber, Husserl, dan Schutz.
ar stu

Paradgima Radical Humanist


sh is

Paradigma ini didefinisikan dengan perhatian utamanya untuk mengembangkan sociology of radical change dari
sudut pandang subjektif. Paradigma ini berpandangan bahwa dalam sebuah masyarakat adalah penting untuk
Th

membuang atau melanggar batas-batas yang ada dalam pengaturan sosial.

Paradigma kemanusiaan radikal didefinisikan dengan penekanannya untuk mengembangkan sosiologi dari
perubahan radikal dari sudut pandang kaum subjektif. Pendekatannya terhadap ilmu sosial memiliki banyak
kesamaan dengan paradigma interpretif, dalam hal ini ia memandang dunia sosial dari perspektif yang
cenderung menjadi kaum nominalis, anti-positif, dan ideographic.

Para penganut humanis radikal pada dasamya berminat mengembangkan sosiologi perubahan radikal dari
pandangan subjektivis yakni berpijak pada kesadaran manusia. Pen dekatan terhadap ilmu sosial sama dengan
kaum interpretatif yaitu nominalis, antipositivis, volunteris dan ideografis. Kaum humanis radikal cenderung
menekankan perlunya menghilang kan atau mengatasi berbagai pembatasan tatanan sosial yang ada. Namun

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
demikian, pandangan dasar yang penting bagi humanis radikal adalah bahwa kesadaran manusia telah di kuasai
atau dibelenggu oleh supra struktur idiologis di luar dirinya yang menciptakan pemisah antara dirinya dengan
kesadarannya yang murni (alienasi), atau membuatnya dalam kesadaran palsu (false consciousness) yang
menghalanginya mencapai pemenuhan dirinya sebagai manusia sejati. Karena itu, agenda utamanya adalah
memahami kesulitan manusia dalam membebaskan dirinya dari semua bentuk tatanan sosial yang menghambat
perkembangan dirinya sebagai manusia. Penganutnya mengecam kemapanan habis-habisan. Proses-proses sosial
dilibat sebagai tidak manusiawi. Untuk itu mereka ingin memecahkan masalah bagaimana manusia bisa
memutuskan belenggu-belenggu yang mengikat mereka dalam pola-pola sosial yang mapan untuk mencapai harkat
kemanusiaannya. Meskipun demikian, masalah-masalah pertentangan struktural belum menjadi perhatian mereka.
Paulo Freire misalnya dengan analisisnya mengenai tingkatan kesadaran manusia dan usaha untuk melakukan
“konsientisasi”, yang pada dasarnya membangkit kan kesadaran manusia akan sistem dan struktur penindasan,
dapat dikategorikan dalam paradigma humanis radikal.

Paradgima Radical Structuralist

m
er as
Paradigma ini berangkat dari pandangan Sociology of radical change dari sudut pandang objektif. Radical
structuralist sangat gigih dalam membahas isu-isu perubahan radikal, emansipasi, dan potensiality, analisis yang

co
eH w
menekankan konflik struktural, dominasi, kontradiksi dan pengambilalihan (deprivation). Kaum teori berada pada
paradigma ini menganjurkan sosiologi dari perubahan radikal dari sudut pandang kaum objektif.

o.
rs e
Penganut paradigma strukturalis radikal seperti kaum humanis radikal memperjuangkan perubahan sosial secara
ou urc
radikal tetapi dari sudut pandang objektivisme. Pendekatan ilmiah yang mereka anut memiliki beberapa persamaan
dengan kaum fungsionalis, tetapi mempunyai tujuan akhir yang saling berlawanan. Analisisnya lebih menekankan
pada konflik struktural, bentuk-bentuk penguasaan dan pemerosotan harkat kemanusiaan. Karenanya,
o

pendekatannya cen derung realis, positivis, determinis, dan nomotetis.


aC s
vi y re

Kesadaran manusia yang bagi kaum humanis radikal penting, justru oleh mereka dianggap tidak penting. Bagi kaum
strukturalis radikal yang lebih penting justru hubungan -hubungan struktural yang terdapat dalam kenyataan sosial
yang nyata. Mereka menekuni dasar-dasar hubungan sosial dalam rangka menciptakan tatanan sosial baru secara
me nyeluruh. Penganut paradigma strukturalis radikal terpecah dalam dua perhatian, pertama lebih tertarik pada
ed d

menjelaskan bahwa kekuatan sosial merupakan kunci untuk menjelaskan perubahan sosial. Sebagian mereka lebih
ar stu

tertarik pada keadaan penuh pertentangan dalam suatu masyarakat.

Paradigma strukturalis radikal diilhami oleh pemikiran setelah terjadinya perpecahan epistemologi dalam sejarah
pemikiran Marx, di samping pengaruh Weber. Paradigma inilah yang menjadi bibit lahirnya teori sosiologi radikal.
sh is

Penganutnya antara lain Luis Althusser, Polantzas, Colletti, dan beberapa penganut kelompok kiri baru.
Th

Paradigma : Fungsionalist Interpretive Radical Humanist Radical Structuralist

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
Paradigma ini
Paradigma ini berakar Paradigma ini didefinisikan
berakar pada Paradigma ini berangkat dari
pada sociology of dengan perhatian utamanya
Sudut sociology of pandangan Sociology of
regulation dengan untuk mengembangkan
Pandang regulation dengan radical change dari sudut
sudut pandang sociology of radical change
menggunakan sudut pandang objektif.
subjektif dari sudut pandang subjektif
pandang objektif

Teori kritis (Jerman), studi


Antropologi,
Akar Disiplin Psikologi, sosiologi kebudayaan Inggris dan Marxisme Jerman dan Rusia
sosiolinguistik
Eksistensialisme Perancis

m
er as
co
Perhatian utamanya

eH w
ada pada bagaimana

o.
memahami dunia

rs e
Ciri khasnya adalah sebagaimana adanya,
ou urc
perhatian yang besar memahami tabiat
Paradigma ini sangat gigih
pada penjelasan- fundamental dari
dalam membahas isu-isu
penjelasan dunia sosial dari Paradigma ini berpandangan
perubahan radikal,
o

mengenai status pengalaman subjektif. bahwa dalam sebuah


Ciri Khas emansipasi, dan potensiality,
quo, keteraturan Paradigma ini masyarakat adalah penting
aC s

dan analisis yang menekankan


vi y re

sosial, konsensus, berupaya untuk untuk membuang atau


Karakteristik konflik struktural, dominasi,
integrasi sosial, menjelaskan dalam melanggar batas-batas yang
kontradiksi dan
soliadritas, dunia kesadaran ada dalam pengaturan social
pengambilalihan
pemenuhan seseorang dan
(deprivation).
ed d

kebutuhan dan subjektivitas, dalam


ar stu

aktualisasi. bingkai rujukan orang


yang terlibat
langsung, bukan
sebagai pengamat.
sh is
Th

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
Ide totalitas: menekankan
pada hubungan dialektik
antara totalitas dan bagian
Bahwa masyarakat
unsur pokoknya.
mempunyai
keberadaan yang Ide struktur: fokusnya adalah
kongkrit dan Memandang dunia pada konfigurasi
mengikuti aturan sosial sebagai proses
tertentu. hubungan sosial yang
yang diciptakan oleh
Bahwa realitas tercipta dan disebut dengan struktur.
individu.
Bahwa teori-teori terpelihara secara sosial.
ilmiah dapat dinilai Ide kontradiksi: struktur atau
Bahwa dalam ilmu
secara obyektif Humanis radikal cenderung pembentukan sosial, berisi
pengetahuan alam,
dengan referensi memandang masyarakat kontradiksi dan hubungan
masalah subyeknya
pada bukti empiris. sebagai anti manusia.

m
bersifat spiritual. antagonistis di dalam mereka

er as
Asumi Dasar sehingga dapat menimbulkan
Standar universal Humanis radikal percaya

co
Bahwa ilmu kerusakan mereka sendiri.
bahwa segala sesuatu

eH w
dari ilmu pengetahuan
pengetahuan dipegang secara keseluruhan Ide krisis: kontradiksi di
terbentuk secara

o.
menentukan apa karena keseluruhan dalam totalitas mencapai
yang membentuk rs e sosial dan terjaga
mendominasi bagian dalam titik di mana mereka tidak
ou urc
secara sosial,
penjelasan dari seluruh pemahaman yang lagi dapat ditahan.
signifikansi dan
sesuatu yang dipegang Menghasilkan krisis ekonomi
maknanya hanya
diamati. dan politik di mana
o

dapat dipahami di
dalam konteks sosial. menunjukkan titik
aC s

Bahwa aturan transformasi dari satu


vi y re

eksternal dan totalitas kepada lainnya di


regulasi menguasai mana sekumpulan struktur
dunia eksternal. diganti oleh sifat lainnya
ed d

yang secara fundamental


berbeda.
ar stu

Nominalisme (realitas Realisme (realitas dipahami


Realisme (realitas
sh is

dipahami sebagai Nominalisme (realitas sebagai sesuatu yang apa


dipahami sebagai adanya dan terpisah dari
hasil konstruksi dipahami sebagai hasil
Th

sesuatu yang apa pengalaman peneliti)


Ontologi pengalaman – konstruksi pengalaman –
adanya dan terpisah
pengalaman individu pengalaman individu yang
dari pengalaman
yang membentuk membentuk intereksi social)
peneliti)
intereksi social)

Epistemologi Positivistik Non Positivistik Non Positivistik Positivistik (pengetahuan


(pengetahuan (pengetahuan (pengetahuan didapatkan didapatkan dari hasil
didapatkan dari hasil didapatkan dari hasil dari hasil interpretasi pengamatan empiris
pengamatan empiris interpretasi terhadap terhadap fenomena dan

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
terhadap fenomena fenomena dan gejala
gejala social) terhadap fenomena social.)
social.) social)

Deterministik
(manusia Volountaristik
Volountaristik (manusia Deterministik (manusia
merupakan agen (manusia bebas
Human bebas dalam memilih merupakan agen yang sudah
yang sudah dalam memilih
Nature perannya dalam relasi – ditentukan perannya dalam
ditentukan perannya perannya dalam relasi
relasi social setiap interaksi social)
dalam setiap – relasi social)
interaksi social)

Deduksi – induksi
Induksi (penelitian

m
(penelitian dilakukan

er as
dilakukan dengan Induksi (penelitian dilakukan Deduksi – induksi (penelitian
dengan metode
metode induksi, yaitu dengan metode induksi, dilakukan dengan metode

co
deduksi yaitu

eH w
meneliti secara yaitu meneliti secara deduksi yaitu pengamatan
pengamatan
grounded di akar – grounded di akar – akar terhadap gejala – gejala

o.
Metodologi terhadap gejala –
akar masyarakat, dan masyarakat, dan umum fenomenas social,
gejala umum
rs e memberikan memberikan interpretasi kemudian menarik
ou urc
fenomenas social,
interpretasi terhadap terhadap gejala social yang generalisasi terhadap
kemudian menarik
gejala social yang ditemukan) fenomena)
generalisasi
ditemukan)
o

terhadap fenomena)
aC s
vi y re

Bebas Nilai
(pengetahuan bebas Sarat Nilai
Bebas Nilai (pengetahuan
dari kepentingan, (Pengetahuan
Sarat Nilai (Pengetahuan bebas dari kepentingan,
ed d

pengalaman peneliti. merupakan hasil


merupakan hasil interpretasi, pengalaman peneliti.
ar stu

Pengetahuan yang interpretasi, dan


dan karenya pengetahuan Pengetahuan yang diperolah
Oksiologi diperolah sebisa karenya pengetahuan
bersifat sarat dengan nilai, sebisa mungkin terbebas dari
mungkin terbebas bersifat sarat dengan
yaitu kepentingan peneliti bias – bias yang mungkin
dari bias – bias yang nilai, yaitu
sh is

didalamnya.) bersumber dari pengalaman


mungkin bersumber kepentingan peneliti
peneliti)
Th

dari pengalaman didalamnya.)


peneliti)

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/
Radikal (perubahan social Radikal (perubahan social
Bertahap terjadi secara radikal, yaitu terjadi secara radikal, yaitu
Bertahap (perubahan
(perubahan social apabila sarana – sarana apabila sarana – sarana
Perubahan social hanya dapat
hanya dapat infrstruktur social berubah infrstruktur social berubah
Sosial dilakukan secara
dilakukan secara secara cepat, maka secara cepat, maka
bertahap)
bertahap) fenomena social pun akan fenomena social pun akan
berubah secara cepat) berubah secara cepat)

Teori didapatkan dari


Teori didapatkan Teori didapatkan dari Teori didapatkan dari
interaksi pemikiran
dari pengamatan interaksi pemikiran individu- pengamatan terhadap
Penekanan individu-individu yang
terhadap fenomena individu yang kemudian fenomena yang terjadi dalam
Teori kemudian
inpiris yang terjadi berkembang menjadi struktur-struktur realitas
berkembang menjadi

m
dalam realitas sosial consensus masyarakat social
consensus masyarakat

er as
co
eH w
Comte, Spencer, Luis Althusser, Polantzas,
Dilttey, Weber,

o.
Tokoh Durkheim, dan Paulo Freire Colletti, dan beberapa
Husserl, dan Schutz.
Pareto
rs e penganut kelompok kiri baru.
ou urc
o
aC s
vi y re
ed d
ar stu
sh is
Th

https://www.coursehero.com/file/38553057/CHAPTER-3docx/

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai