Anda di halaman 1dari 13

Jessie Bernard, Teori Feminisme

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern II

Dosen Pengampu:

Dr. Muhammad Zuldin, Drs., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Aftar Rifal Hikmatulloh (1198030008)

Alfiyatun Nashiroh (1198030020)

Amalia Zahra (1198030023)

Bintang Mu’ammar Makarim (1198030046)

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, atas limpahan nikmat berupa akal
dan penegtahuan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah limpah kepada Nabi besar penghulu alam, yakni Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.

Makalah dengan judul “Jessie Bernard, Teori Feminisme” ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Teori Sosiologi Modern II pada program studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Kami menyadari
bahwa terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini sebab
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Muhammad Zuldin, Drs., M.Si.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Teori Sosiologi Modern II, yang telah
mengamanahi pembuatan tugas makalah ini. Juga kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Kami sangat
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
bagi para pembaca meskipun di dalamnya penuh ketidaksempurnaan. Sekian, terima kasih.

Bandung, 5 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Biografi Jessie Bernard 3


B. Definisi dan Perkembangan Teori Feminisme 4
C. Konsep Teori Feminisme Jessie Bernard 7
D. Karya-Karya Jessie Bernard 8

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sebuah basis ide dan teori, feminisme menampakkan eksistensinya
pada era liberalisme di Eropa dan saat terjadinya Revolusi Perancis di Abad ke-18
yang kemudian mulai menyebar ke Amerika Serikat dan seluruh dunia. Pada tahun
1792, Mary Wollstonecraft (1759-1799) menulis sebuah karya tulis berjudul,
Vindication of The Right of Women, yang isinya dapat dikatakan meletakkan dasar
prinsip-prinsip feminisme.1
Feminisme sebagai sebuah gerakan muncul sekitar abad ke-19 dan awal abad
ke-20 di Amerika. Pada tahun 1948 setelah di tetapkannya Deklarasi Hak-hak Asasi
Manusia dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) gerakan-gerakan perempuan di
berbagai tempat di dunia mengalami perkembangan yang pesat untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender. Gerakan perempuan tersebut didorong oleh
ketidakadilan yang diterima para kaum perempuan pada level domestik, lingkungan
sosial, ekonomi maupun politik.2
Kemudian pada tahun 1960-an bertepatan dengan terbitnya buku yang
berjudul The Feminime Mystique oleh Betty Frieden gerakan perempuan
mendapatkan momentum serta menjadi sebuah kejutan besar bagi masyarakat. Dari
gerakan tersebut muncullah sebuah kesadaran baru terkhusus bagi kaum perempuan
bahwa peran tradisionalnya ternyata menempatkan pada posisi yang tidak
menguntungkan yang disebut sebgai sub-ordinasi perempuan.
Setelah melalui masa-masa tersebut, akhirnya banyak bermunculan teori-teori
feminis, dimulai dari feminisme liberal sampai dengan ekofeminisme. Feminisme
liberal, feminisme radikal, feminisme marx, feminisme sosialis memiliki penekanan
yang berbeda-beda dalam analisisnya mengenai sebab-sebab ketertindasan kaum
perempuan. Akan tetapi feminisme-feminisme tersebut bertumpu pada tujuan yang
sama yaitu bagaimana perempuan dapat memiliki hak yang sama. Teori ini secara
umum tidak mengakui perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan yang
bersifat intrinsik. Bagi para pencetus teori feminisme, perbedaan yang ada merupakan

1
Khoirul Faizain, “Mengintip Feminisme dan Gerakan Perempuan”, Egalita: Jurnal Kesetaraan dan Keadilan
Gender, Vol.2 No.1, 2007, hlm.1-14.
2
Abdul Wahid Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm.60.

1
2

produk sosial. Untuk itu perubahan yang dilakukan juga harus dimulai dengan
membongkar struktur sosial yang patriarki.
Salah satu sosiolog yang memiliki kontribusi pada teori feminisme yaitu Jessie
Bernard. Bernard menyajikan revolusinya yang terakhir sebagai sebuah gerakan
menuju feminisme masa kini atau yang disebutnya “Pencerahan Feminis”. Untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana pandangan Bernard terhadap feminisme, akan
dibahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Jessie Bernard?
2. Apa yang dimaksud dengan feminisme dan bagaimana perkembangan teori
feminisme?
3. Bagaimana konsep teori feminisme Jessie Bernard?
4. Apa saja karya-karya dari Jessie Bernard?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Jessie Bernard.
2. Untuk mengetahui pengertian feminisme dan perkembangan teori feminisme.
3. Untuk mengetahui konsep teori feminisme Jessie Bernard.
4. Untuk mengetahui karya-karya dari Jessie Bernard.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Jessie Bernard


Jessie Sarah Ravitch (Jessie Bernard) lahir di Minneapolis pada 8 Juni 1903.
Pada usia 17 tahun Jessie meninggalkan keluarga imigran Yahudinya untuk belajar di
Universitas Minnesota yang menjadi pertumbuhan penting pertama untuknya. Di
universitas tersebut Jessie tidak hanya keluar dari lingkungan imigran untuk pertama
kalinya, tetapi yang lebih penting yaitu Jessie mulai mengaitkan dirinya dengan upaya
membangun sosiologi sebagai profesi yang diakui penuh dalam dunia akademik di
Amerika.3
Jessie menjadi murid Sorokin yang kemudian mendirikan jurusan sosiologi di
Universitas Harvard. Jessie kemudian belajar dengan L.L Bernard yang menjadi tokoh
penting dalam menirikan The American Sociological Review. Selain menjadi
muridnya, Jessie menjadi asisten Bernard selama 4 tahun dan menikahinya pada tahun
1925. Studinya dengan Bernard memberinya landasan pendekatan positivistik atau
sosiologi sebagai ilmu yang meninggalkan ciri-cirinya di seluruh karyanya yang
terakhir dalam kemampuannya memindahkan riset kuantitatif menjadi riset kualitatif
serta analisis kritis.
Sehubung Bernard suaminya mendapatkan berbagai jabatan akademis Jessie
pun memutuskan pindah mengikuti suaminya. Pada tahun 1935, ia mendapat gelar
Ph.D dalam program studi sosiologi di Universitas Washington, St. Louis. Kemudian
pada pertengahan tahun 1940, keluarga Bernard berada di Universitas Negeri
Pensylvania dan Jessie berada di pertengahan pertumbuhan positivismenya. Akan
tetapi akibat peristiwa Perang Dunia II, ia meninggalkan positivismenya. Kekejaman
Nazi menghancurkan keyakinannya tentang kemampuan ilmu untuk mengetahui dan
menciptakan sebuah dunia yang adil. Kekejaman Nazi ini juga membuatnya menguji
kembali alasan kepindahannya ke Amerika Serikat selaku keluarga Yahudi.
Pengalaman tersebut membuatnya meningkatkan kepekaan terhadap keadaan sosial
seluruh pengetahuan walaupun secara pelan-pelan ia mampu beralih ke posisi feminis
ini.

3
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.424.

3
4

Bersamaan dengan perpecahannya dengan positivisme tersebut, pada


pertengahan 1940 Jessie mulai membangun posisi akademisnya sendiri di Penn State.
Pada tahun 1951 suaminya, Bernard meninggal dunia. Akan tetapi Jessie tetap di Penn
State sampai tahun 1960. Disana ia mengajar, menulis, dan mangasuh ketiga orang
anaknya. Selama dekade tahun 1960, Jessie bolak balik antara Penn State dan
Washington DC hingga akhirnya meninggalkan dunia akademisnya untuk
mencurahkan segenap perhatiannya pada tugas riset dan menulis. Pada pertengahan
tahun 1960, akhirnya ia menetap di Washington DC meskipun masih mengajar
sebagai professor di Penn State.
Selama dua dekade setelah Perang Dunia II merupakan periode lain dari
pertumbuhan serta hasil perkembangan Jessie. Pertama ia membangun identitas
professional untuk pertama kalinya terlepas dari sang suami, dan kemudian terlepas
dari kungkungan konvensional serta mulai meningkatkan penolakan publik terhadap
sosiologi sebagai ilmu positif. Tahun 1964 merupakan periode paling dramatis dalam
perkembangan Jessie. Fakta tersebut penting baik dilihat dari sudut kualitas dan
kuantitas produktivitas Jessie, maupun dari sudut apa yang ia katakan sendiri tentang
pola karir kehidupan wanita. Selama periode ini Jessie telah menerbitkan 12 buku dan
sejumlah besar artikel serta makalah yang membuktikan dirinya sebagai penerjemah
utama sosiologi gender. Gerakannya menuju kepemimpinan tersebut ditandai oleh
pola pertumbuhan dan perkembangan yang sama. Demikianlah, Jessie mengurangi
peran kepemimpinan tradisionalnya dengan mundur dari jabatan presiden ASA
(American Sociological Association) untuk memusatkan perhatiannya pada kegiatan
riset, menulis serta untuk meningkatkan keterlibatannya dalam gerakan-gerakan
wanita. Jessie pun mengkaji ulang tulisan-tulisan awalnya tentang keluarga dan
gender serta kemudian ia mulai meningkatkan penafsiran pada feminisnya.
B. Definisi dan Perkembangan Teori Feminisme
Feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu femina yang artinya perempuan.
Istilah tersebut mulai digunakan pada tahun 1890-an yang mengacu pada teori
kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak
perempuan.4 Feminisme yang memiliki artian dari femina tersebut, memiliki arti sifat
keperempuan, sehingga feminisme diawali oleh presepsi tentang ketimpangan posisi
perempuan dibanding laki-laki dalam masyarakat. Akibat presepsi tersebut, timbul
berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan yang terjadi serta untuk
4
Azis Asmaeny dan Fajlurrahman Jurdi, Feminisme Profetik, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2007).
5

mengeliminasi dan menemukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki-laki


dalam berbagai bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia (human
being).
Definisi lain dari feminisme diungkapkan oleh Saptari dan Brigitte yang
mengartikan sebagai faham untuk menyadarkan posisi perempuan yang rendah dalam
masyarakat, dan keinginan memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. Posisi
perempuan selama ini dalam masyarakat selalu berada di bawah atau di belakang laki-
laki.5 Posisi yang sangat tidak menguntungkan tersebut membuat perempuan
mengembangkan dirinya. Feminisme menjadi bergerak bagi perubahan posisi
perempuan di masyarakat.6
Teori feminisme adalah sistem ide yang digeneralisasikan, meliputi banyak hal
tentang kehidupan sosial dan pengalaman pada wanita yang dikembangkan dari suatu
perspektif yang berpusat pada wanita.7 Sejarah feminisme terbagai menjadi dua fase,
fase pertama yaitu lahir bersamaan dengan era pencerahan Eropa yang dipelopori oleh
Lady Mary Worlky Montagu dan Marquis de Condarcet yang keduanya adalah
anggota perkumpulan perempuan ilmiah. Dari Eropa gerakan ini berpindah ke
Amerika dan berkembang pesat setelah Jhon Stuart Mill menerbitkan buku The
Subjection of Women. Kemudian fase kedua lahir setelah terjadinya perang dunia
kedua, di mana lahir negara-negara baru yang terbebas dari jajahan Eropa dan
memberikan perempuan hak pemilihan di parlemen.8
Sebagai sebuah gerakan yang telah lama muncul, dalam Ensiklopedia Islam
dikatakan bahwa gerakan feminisme telah hadir sejak abad ke 14. Meskipun secara
historis feminisme merupakan gerakan yang sudah tua, namun baru pada tahun 1960-
an dianggap sebagai tahun lahirnya gerakan feminisme. Karena di tahun-tahun
tersebutlah gerakan feminisme dianggap menguat dengan ditandainya kemunculan
gerakan feminisme liberal di Amerika. Pada saat itu di Amerika muncul gerakan yang
meletakkan feminisme sebagai bagian dari hak-hak sipil (civil right) dan sexual
liberation (kebebasan seksual).
Nasrudin menyatakan bahwa dalam studi gender dikenal beberapa teori yang
cukup berpengaruh dalam menjelaskan latar belakang perbedaan dan persamaan peran

5
Ratna Saptari dan Brigitte M. Holzner, Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi
Perempuan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009).
6
Agus Hiplunidin, Politik Gender, (Yogyakarta: Calpulis, 2017), hlm.26-27.
7
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Op.Cit.
8
Nina Armanado dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoven, 2003)
6

gender laki-laki dan perempuan. Salah satu teori tersebut adalah teori feminis. Teori
feminis ini dikategorikan kedalam beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut:9
1) Feminisme Liberal. Feminisme liberal ini diinspirasi oleh prinsip prinsip
pencerahan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai
kekhususan. Secara ontologis keduanya sama, laki-laki dan perempuan sama-
sama memiliki hak. Kelompok ini tetap menolak persamaan secara
menyeluruh antara laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal, terutama
yang berkaitan dengan fungsi reproduksi, sebab bagaimanapun, fungsi organ
tubuh perempuan yang satu ini membawa konsekuensi logis dalam kehidupan
bermasyarakat. Kelompok ini termasuk kelompok yang paling moderat
dibanding dengan kelompok yang lain. Feminis dalam kelompok
membenarkan perempuan bekerjasama dengan laki-laki. Kelompok ini
menghendaki agar perempuan diintegrasikan secara total di dalam semua
peran, termasuk bekerja di luar rumah.
2) Feminisme Marxis-Sosialis. Aliran ini berupaya menghilangkan struktur kelas
dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin dengan melontarkan isu bahwa
ketimpangan peran antara kedua jenis kelamin itu sesungguhnya lebih
disebabkan oleh faktor budaya alam. Aliran ini menolak anggapan tradisional
para teolog bahwa status perempuan lebih rendah dari pada laki-laki karena
faktor biologis dan sejarah. Kelompok ini beranggapan bahwa ketimpangan
gender dalam masyarakat merupakan akibat penerapan sistem kapitalis yang
mendukung terjadinya tenaga kerja tanpa upah bagi perempuan di dalam
rumah tangga. Istri mempunyai ketergantunagan lebih tinggi pada suami dari
pada sebaliknya.
3) Feminisme Radikal. Aliran ini muncul di permulaan abad ke-19 dengan
mengangkat isu besar, menggugat semua lembaga yang dianggap merugikan
perempuan, seperti lembaga patriarki yang dinilai merugikan perempuan.
Tidak hanya itu, kaum feminis radikal yang ekstrem menuntut persamaan
seks, dalam arti kepuasan seksual juga bisa diperoleh dari sesama perempuan
sehingga mentolerir lesbian. Feminis aliran ini juga mengupayakan
pembenaran rasioanal gerakannya dengan menyatakan bahwa laki-laki adalah
masalah bagi perempuan. Aliran ini juga beranggapan bahwa laki-laki selalu
mengeksploitasi fungsi reproduksi perempuan dengan berbagai dalih.
9
Umar Nasrudin, Argumen Kesetaraan Gender Persfektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001).
7

C. Konsep Teori Feminisme Jessie Bernard


Dalam studinya yang berjudul The Future of Marriage (1982), Jessie Bernard
menganalisis perkawinan sebagai hal yang sekaligus merupakan sebuah sistem
budaya dari kepercayaan-kepercayaan dan ideal-ideal, susunan institusional peran-
peran dan norma-norma, serta suatu kompleks pengalaman-pengalaman interaksional
bagi wanita dan pria individual. Adapun secara kultur, perkawinan diidealkan sebagai
takdir dan sumber pemenuhan bagi wanita, suatu anugerah campuran domestisitas,
tanggung jawab, dan paksaan bagi pria, kemudian untuk masyarakat Amerika secara
keseluruhan suatu asosiasi di antara suami dan istri yang pada dasarnya egaliter.
Secara kelembagaan, perkawinan memperkuat peran suami dengan otoritas dan
kebebasan tentu saja, kewajiban untuk bergerak melampaui latar domestik,
perkawinan mempertautkan ide otoritas jantan dengan ketangguhan seksual dan
kekuasaan jantan, dan hal itu memerintahkan agar istri selalu mengalah, bergantung,
mengosongkan diri, dan pada dasarnya berpusat pada kegiatan-kegiatan dan tuntutan-
tuntutan rumah tangga domestik yang terisolasi.10
Kemudian secara eksperiensial ada dua perkawinan di dalam setiap
perkawinan institusional: (1) perkawinan pria, yaitu sang suami percaya dia dikekang
dan dibebani, sambil mengalami apa yang didiktekan norma-norma otoritas,
independensi, dan hak untuk mendapat layanan domestik, emosional, dan seksual
yang diberikan oleh istri; (2) perkawinan wanita, yaitu istri mengukuhkan
kepercayaan kultural akan pemenuhan, sambil mengalami secara normatif diperintah
untuk tidak berdaya dan ketergantungan, kewajiban untuk memberikan pelayanan
domestik, emosional, dan seksual, dan berangsur-angsur “lenyap” lah diri wanita
muda yang independen, yang dulu dimilikinya sebelum menikah.
Selanjutnya dalam bukunya The Female World (1981) Jessie Bernard
mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan masuk ke dalam dunia yang berbeda
dalam satu komunitas tunggal, yaitu dunia pink (pink world) bagi anak perempuan
dan dunia biru (blue world) bagi anak laki-laki. Menurutnya, perempuan lahir ke
dalam “pink world” disebut pink karena pink adalah warna tradisi feminin, yang biasa
melekat pada pakaian dan selimut bayi perempuan (dan secara tradisional bayi laki-
laki menggunakan warna biru untuk pakaian dan selimutnya). Selanjutnya, Bernard
menjelaskan bahwa pembedaan “dunia” ini telah banyak diteliti oleh para psikolog
sosial yang mengkaji bagaimana orang tua melakukan praktik pembedaan jenis
10
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Op.Cit.
8

kelamin ketika merawat dan mendidik anak. Ada sekitar hampir 200 studi tentang
sosialisasi pada tahun tahun 1974 di Amerika serikat yang menunjukkan bahwa orang
tua memperlakukan anak-anaknya dengan kecenderungan membedakan secara tajam
antara perlakuan terhadap anak laki-laki dengan anak perempuannya. Misalnya,
perbedaan warna pakaian dan perbedaan permainan. Bernard juga melihat bahwa
dunia pink ini berlanjut sampai ke sekolah Taman Kanak-kanak ketika anak berusia
35 tahun di mana anak-anak perempuan lebih banyak bermain di sudut-sudut di
mana boneka diletakkan dan laki-laki akan bermain di areal yang lebih luas. Anak-
anak perempuan akan mengidentifikasi kepada ibunya, guru-gurunya (perempuan
juga) atau imitasi pada perilaku merawat sedangkan anak laki-laki benar-benar dididik
berbeda dengan anak perempuan.11
D. Karya-Karya Jessie Bernard
Beberapa karya besar dari Jessie Bernard antara lain, yaitu:12
1) Amrican Family Behavior (1942),
2) Marriage and Family among Negroes (1956),
3) Romarriage: A Study of Marriage (1957)
4) Academic Women (1964)
5) The Sex game: Communication between the Sexes (1968)
6) Women and the Public Interest: An Essay on Policy and Protest (1971)
7) The Future of Motherhood (1974)
8) Women, Wifes, Mothers: Values and Options (1975)
9) The Female World (1981),
10) The Future of Marriage (1982), dan
11) The Female World From a global Perspective (1987).
Selama karirnya Jessie telah mengumpulkan sejumlah tanda penghargaan dan
penghargaan tertinggi yang diterimanya adalah hadiah yang ditunjukan untuk
menandai “orang yang telah menyumbang secara intelektual, professional dan
kemanusiaan terhadap dunia kerja sama dan feminisme”.

11
Vina S. Darvina dan Tutik Sulistyowati, Sosiologi Gender, (Tanggerang: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 18.
12
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Op.Cit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu femina yang artinya perempuan.
Istilah tersebut mulai digunakan pada tahun 1890-an yang mengacu pada teori
kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak
perempuan. Teori feminisme adalah sistem ide yang digeneralisasikan, meliputi
banyak hal tentang kehidupan sosial dan pengalaman pada wanita yang
dikembangkan dari suatu perspektif yang berpusat pada wanita. Sejarah feminisme
terbagai menjadi dua fase, fase pertama yaitu lahir bersamaan dengan era pencerahan
Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Worlky Montagu dan Marquis de Condarcet
dan fase kedua lahir setelah terjadinya perang dunia kedua, di mana lahir negara-
negara baru yang terbebas dari jajahan Eropa dan memberikan perempuan hak
pemilihan di parlemen.
Salah satu tokoh sosiolog yang berkontribusi pada teori feminisme yaitu Jessie
Bernard yang lahir di Minneapolis pada 8 Juni 1903. Jessie Bernard menganalisis
perkawinan sebagai hal yang sekaligus merupakan sebuah sistem budaya dari
kepercayaan-kepercayaan dan ideal-ideal, susunan institusional peran-peran dan
norma-norma, serta suatu kompleks pengalaman-pengalaman interaksional bagi
wanita dan pria individual. Kemudian Bernard mengungkapkan bahwa laki-laki dan
perempuan masuk ke dalam dunia yang berbeda dalam satu komunitas tunggal, yaitu
dunia pink (pink world) bagi anak perempuan dan dunia biru (blue world) bagi anak
laki-laki. Menurutnya, perempuan lahir ke dalam “pink world” disebut pink karena
pink adalah warna tradisi feminin, yang biasa melekat pada pakaian dan selimut bayi
perempuan (dan secara tradisional bayi laki-laki menggunakan warna biru untuk
pakaian dan selimutnya). Selama karirnya Jessie telah mengumpulkan sejumlah tanda
penghargaan dan penghargaan tertinggi yang diterimanya adalah hadiah yang
ditunjukan untuk menandai “orang yang telah menyumbang secara intelektual,
professional dan kemanusiaan terhadap dunia kerja sama dan feminisme”.

9
DAFTAR PUSTAKA

Armanado, N., & dkk. (2003). Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoven.

Asmaeny, A., & Jurdi, F. (2007). Feminisme Profetik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Darvina, V. S., & Sulistyowati, T. (2010). Sosiologi Gender. Tanggerang: Universitas


Terbuka.

Faizain, K. (2007). Mengintip Feminisme dan Gerakan Perempuan. Egalita: Jurnal


Kesetaraan dan Keadilan Gender, 1-14.

Hiplunidin, A. (2017). Politik Gender. Yogyakarta: Calpulis.

Nasrudin, U. (2001). Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta:


Paramadina.

Pradista, D. G. (2016, November 19). Scribd. Retrieved from Scribd Web Site:
https://id.scribd.com/document/331616934/Jessie-Bernard2

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Saptari, R., & Holzner, B. M. (2009). Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Jakarta:
Pustaka Utama Gafiti.

Situmorang, A. W. (2013). Gerakan Sosial: Teoritik dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

10

Anda mungkin juga menyukai