Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Teori Postmodernisme Fredrich Jameson”

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Sosiologi Modern II)

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Zuldin, Drs, M.Si

Disusun oleh Kelompok 9 :

Ade Rahman 1198030004

Ahda Ghassani F R 1198300010

Azizah Faujiah 1198030043

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
JURUSAN SOSIOLOGI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya, terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
kami sampaikan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kita contoh
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari berupa sunnahnya dan Al-Qur’an yang dijadikan pedoman hidup
kita selaku ummat-Nya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori Sosiologi
Modern II. Layaknya fitrah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan masukan yang konstruktif dalam penulisan makalah ini. kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.kami sangat
mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya, baik itu bagi penulis ataupun pada
para pembaca.

Bandung, 14 November 2021

Penulis

2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULIAN.......................................................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A. Biografi Fredrich Jameson: Kapitalisme Lanjut dan Postmodernisme.......................................2
B. Teori Postmodernisme..............................................................................................................3
C. Kritik Terhadap Teori Postmodernisme.....................................................................................5
D. Kelebihan dan Kekurangan Postmodernisme............................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Posisi dominan mengenai isu posmodernitas adalah jelas bahwa terdapat keterpisahan
antara modernitas dan posmodernitas. Namun, ada sebagian teoretisi posmodern yang
berpendapat bahwa meskipun posmodern memiliki sejumlah perbedaan penting dengan
modernitas, tetap ada kontinuitas di antara kedua hal itu. Pendapat yang paling dikenal
berkenaan dengan gagasan tersebut diajukan oleh Fredrich Jameson (1984; Kellner,2005b)
dalam sebuah esai yang berjudul Posmodernisme, atau logika budaya dari kapitalisme
terbaru, dan juga di kemudian hari dalam kumpulan sebuah esai dengan judul yang sama
(Jameson, 1991). Judul itu jelas mengindikasikan posisi Jameson yang Marxis bahwa
kapitalisme yang saat ini berada dalam fase akhir tetap menjadi fitur dominan dalam dunia
kini, tetapi telah menyebabkan tumbuhnya sebuah logika baru—posmodernisme. Dengan
kata lain, walaupun logika budaya telah mengalami perubahan, struktur ekonomi yang
mendasari merupakan kelanjutan dari bentuk awal kapitalisme. Lebih lanjut, kapitalisme
tetap melakukan muslihat lama, yakni melahirkan sebuah logika budaya untuk membantu
mempertahankan dirinya sendiri. Dalam pembahasan ini, akan mengupas tuntas pembahasan
mengenai biografi Fredich Jameson, Teori Postmodernisme, Kritik terhadap teori ini dan
kelebihan serta kekurangan teori postmodern.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Fredich Jameson?


2. Bagaimana teori postmodernisme?
3. Bagaimana kritik terhadap teori postmodernisme?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori postmodernisme?

C. Tujuan

1. Mengetahui biografi Fredich Jameson.


2. Mengetahui teori postmodernisme.
3. Mengetahui kritik terhadap teori postmodernisme.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori postmodernisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Fredrich Jameson: Kapitalisme Lanjut dan Postmodernisme
Fredrich Jameson adalah seorang kritikus budaya paling penting dalam tradisi
berbahasa Inggris sekarang ini dan dikenal sebagai penyokong utama tradisi teori kritis
Marxisme Barat. Ia dikenal juga sebagai teoritisi politik Marxis, sekaligus seorang
kritikus sastra.
Jameson lahir di Cleveland, Ohio pada tahun 1934. Setelah kuliah di Haverford
College pada tahun 1954, ia berpergian ke Eropa dan mampir di Aix-en Provence,
Munich dan Berlin untuk belajar perkembangan baru filsafat kontinental termasuk
strukturalisme. Berselang kemudian dia pindah ke Amerika dan mengambil studi
doktoral di Yale pada tahun 1960 dan menggarap disertasinya dengan judul Sartre: The
Origins Of a Style, dibawah bimbingan Erich Euerbach, seorang ahli fisiologi Jerman
yang juga pernah menulis sejarah style, yang lalu sangat berpengaruh pada Jameson.
Awalnya, minat besar Jameson terhadap karya-karya Sartre membuatnya tertarik
untuk mempelajari teori sastra Marxian. Meskipun Karl Marx telah mendapat tempat
semakin penting dalam kajian ilmu sosial di Amerika Serikat, sebagian juga karena
pengaruh para pemikir Eropa yang pindah ke Amerika setelah pecah Perang Dunia II
seperti Theodor Adorno, karya-karya beraliran Marxian masih jarang dikenal di dunia
akademik Amerika hingga akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an.
Pergeseran minat Jameson menuju paham Marxisme juga didorong oleh
hubungan politik pribadinya yang semakin meningkat dengan tokoh-tokoh gerakan Kiri
baru. Tema-tema penelitiannya kemudian terfokus pada tokoh seperti Kenneth Burke,
Gyorgy Lukacs, Ernst Bloch, Theodor Adorno, Walter Benjamin, Herbert Mercuse,
Louis Althusser dan Sartre, yang melihat kritik kebudayaan sebagai ciri yang melekat
kuat dalam teori Marxian. Dalam banyak hal, Jameson bersama dengan pemikir kritik
kebudayaan Marxian lainnya yaitu Terry Eagleton, berusaha menjelaskan peran penting
pandangan Marxisme terhadap trend filsafat dan sastra kontemporer. Setelah pindah ke
University of California, San Diego pada tahun 1967, Jameson menerbitkan judul
Marxism and Form: Twentieth-Century Dialectical Theories of Literature (1971) dan

5
The Prison-House of Language; A Critical Account of Structuralism and Russian
Formalism (1972).

Dalam perjalanan karir intelektualnya, Jameson menulis banyak buku. Selain


buku disertasinya di atas ia menulis Marxism and Form (1971), The Prison-House of
Language (1972), The Political Unconscious (1981), Late Marxisme (1990), Signatures
of The Visible (1990), Postmodernism or The Cultural Logic of Late Capitalism (1991),
The Geopolitical Aesthetic (1992), The Seeds of Time (1994) dan The Cultural Turn
(1998).
Karya penting Fredrich Jameson mengenai pemikiran postmodernisme adalah
bukunya yang berjudul Postmodernisme or the Cultural Logic of the Late Capitalism.
Dalam buku ini Jameson menyatakan bahwa kapitalisme saat ini telah menjadi cara
pandang dominan masyarakat kontemporer dewasa ini. Jameson menolak pandangan
seperti ini. Dengan buku ini Jameson bermaksud mengkritik postmodernisme dan
menolak pendapat sebagian besar pemikir postmodernisme, terutama Jean Francois
Lyotard dan Jean Baudrillard.
B. Teori Postmodernisme
Istilah postmodern secara harfiah berarti “setelah modern”. Istilah “modern”,
yang berarti zaman baru, berasal dari bahasa Latin modernus, yang telah digunakan sejak
abad ke-5 M untuk menunjukkan batas antara era kekuasaan agama Kristen dan era
Pagnisme Romawi (Smart, 1990). Istilah ini kemudian berkembang menjadi beberapa
istilah turunan yang kesemuanya menunjuk pada suatu kurun sejarah setelah era Abad
Pertengahan. Beberapa istilah tersebut adalah modernitas, modernisasi dan modernisme.
Jean-Francois Lyotard adalah orang yang memperkenalkan postmodernisme
dalam bidang dilsafat dan ilmu pengetahuan di tahun 1970-an dalam bukunya yang
berjudul “The Postmodernisme Condition: A Report on Knowledge”. Dia mengartikan
postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik
fondasionalisme maupun atas modernisme (Maksum, 2014: 305-306).
Menurut beberapa para ahli yang lainnya, seperti Louis Leahy, postmodernisme
adalah suatu gerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (Leahy, 1985: 271).

6
Menurut Emmanuel, postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud
merevisi kembali paradigma modern (Emmanuel, 2006: 93).

Sedangkan menurut Fredrick Jameson, postmodernisme memiliki dua ciri utama,


yaitu pastiche dan schizofrenia. Jameson mulai dengan menjelaskan bahwa modernisme
besar didasarkan pada gaya yang personal atau pribadi. Subjek individual borjois tidak
hanya merupakan subjek masa lalu, tapi juga mitos subjek yang tidak pernah benar-benar
ada, hanya mistifikasi, kata Jameson yang tersisa adalah pastiche. Pastiche dari pastiche,
tiruan gaya yang telah mati. Kita telah kehilangan kemampuan memposisikan ini secara
historis. Postmodernisme memiliki konsep waktu yang khas. Jameson, menjelaskan apa
yang dimaksudkan dengan menggunakan teori schizofrena lacan. Schizofrenik adalah
pengalaman penanda material yang tepisah, terisolir, dan gagal membentuk rangkaian
yang koheren (Hidayat, 2008: 227).
Fredrick Jameson melihat dari perubahan struktur ekonomi digolongkan sebagai
moderat, sedangkan yang radikal adalah Jean Baudrialld yang dalam Turner digolongkan
sebagai teoritis kultural. Jameson melihat masih ada kontinulitas antara modernitas
dengan postmodern. Ada persambungan antara keduanya. Dunia kapitalisme saat ini
memasuki masa akhirnya, meskipun memang telah menumbuhkan logika kultural baru,
yakni postmodern. Meskipun kulturalnya berubah namun struktur ekonomi yang terjadi
masih dengan basis pola yang lama. Ia melihat sekaligus sisi positif dan negatif dari
postmodernitas. Ia menemukan ada tiga tahapan perkembangan kapitalisme. Pertama,
tahap kapitalisme pasar atau munculnya pasar nasional yang dipersatukan. Kedua, tahap
imperialis yang ditandai dengan munculnya jaringan kapitalisme global. Ketiga, tahap
kapitalisme lanjut yang ditandai dengan ekspansi luar biasa hingga ke kawasan yang
hingga kini belum dieksplorasi secara maksimal.
Perubahan dalam struktur ekonomi ini mempengaruhi pada bentuk-bentuk
kultural. Satu ciri kultural baru adalah elemen yang lebih heterogen. Tidak terjadi
dominasi satu kultur tertentu, namun ada banyak kekuatan yang saling hadir secara
bersamaan.
Jameson menunjukkan suatu upaya besar untuk merevitalisasi Marxisme dengan
cara membangun antara wacana postmodernisme sebagai totalitas sosial, budaya,

7
ekonomi, politik dan sejarah yang menandai gejala-gejala sosial mutakhir sejak 1950-an
seiring dengan munculnya struktur masyarakat baru dengan nama beragam.

Masyarakat postmodern, menurut Jameson, terdiri atas empat unsur yaitu:


Pertama, masyarakat postmodern ditandai dengan kedangkalan dan kekurangan
kedalaman. Kedua, masyarakat postmodern ditandai oleh kepura-puraan atau kelesuan
emosi. Ketiga, masyarakat postmodern ditandai oleh hilangnya kesejarahan. Dan
keempat, masyarakat postmodern ditandai sejenis teknologi baru yang berkaitan erat
dengan masyarakat postmodern itu sendiri. Misalnya, teknologi seperti televisi atai
teknologi elektronik.
Dalam bukunya yang telah menjadi klasik tersebut, Jameson juga memberikan
ciri-ciri masyarakat postmodern yang cenderung negatif sebagai berikut: (1)
postmodernisme ditandai oleh kedangkalan dan kekurangan kedalaman; (2)
postmodernisme ditandai oleh kepura-puraan atau kelesuan emosi; (3) postmodernisme
ditandai oleh hilangnya makna sejarah; (4) terdapat sejenis teknologi baru seperti televisi
dan komputer yang melekat amat erat dengan masyarakat postmodern.
C. Kritik Terhadap Postmodernisme
Habernas dalam bukunya, The Philosophical of Modernity, mengkritik
postmodernisme menyatakan bahwa asal-usul konsep post-modernity itu sendiri harus
diteliti. Habernas menyatakan ada kelemahan mendasar pemikiran kaum postmodernis
tentang modernitas yang dianggap ahistoris. Para pemikir postmodernisme seakan-akan
menghilangkan dimensi dan cakrawala historis yang memunculkan postmodern itu.
Kritik lain disampaikan oleh Terry Eagleton, seseorang kritikus sastra Marxian,
dalam bukunya The Illusions of Postmodernism (1996). Dalam buku ini Terry Eagleton
memaparkan ambivalensi, sejarah, kesalahpahaman dan kontradiksi teori-teori sosial
postmodern. Menurutnya, postmodernitas adalah sebuah gaya pemikiran yang selalu
mencurigai ide tentang kebenaran, akal, identitas dan obyektivitas, ide kemajuan
universal atau emanispasi, dan narasi besar. Menolak norma-norma pencerahan ini,
postmodernitas melihat dunia modern sebagai realitas yang kontingen, tidak perpijak,
beragam, tidak stabil, serta kebudayaan yang penuh dengan sikap skeptis mengenai
obyektivitas kebenaran, sejarah dan norma serta koherensi identitas.

8
Ali Maksum menyatakan bahwa kritik atas postmodernisme antara lain: a)
Pemikir postmodernisme kurang tegas apakah mereka menciptakan teori atau mengarang
sastra; b) Habermas merasa argumen para postmodernis sarat dengan sentimen normatif,
namun sentimen mereka itu disembunyikan dari pembaca, Habermas mengemukakan
sentimen normatifnya (kebebasan, keterbukaan, komunikasi) yang dijadikan sumber
kritiknya terhadap masyarakat serta menjadi basis bagi praktis politiknya; c) Habermas
mengkritik postmodernisme sebagai perspektif yang gagal membedakan fenomena dan
praktik yang terjadi pada masyarakat modern. Contohnya tentang pandangan dunia yang
didominasi oleh kekuasaan dan pengawasan tidak memberikan peluang yang cukup baik
untuk melakukan analisis yang bermakna atas sumber nyata penindasan dalam kehidupan
modern; d) Pemikir postmodernisme dituduh mengabaikan praktik kehidupan dunia.
Kekeliruan ini merupakan kerugian ganda bagi pemikir postmodernisme. Di satu sisi,
mereka sumber penting perkembangan standar normatif. Sedangkan disisi lain, mereka
menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhir karya ilmu sosial (Maksum, 2014: 340,
345-346).
Beberapa kritik tajam terhadap teorii-teori sosial postmodern di atas patut menjadi
catatan untuk memahami masa depan teori-teori sosial postmodern secara lebih jernih
dan koheren. Setidaknya, diperlukan sikap kritis, reflektif dan obyektif dalam
memandang realitas sosial dan budaya kontemporer dewasa ini. Sikap ini diperlukan
sebagai filter agar tidak berkembang sikap a priori, fatalis dan nihilis terhadap
kebudayaan postmodern yang saat ini, bagaimanapun, sedang kita hidupi.
D. Kelebihan dan Kelemahan Postmodernisme
Kelebihan postmodernisme antara lain bahwa perspektif postmodernisme dapat
membuat kita peka terhadap kemungkinan bahwa wacana besar positif, prinsip-prinsip
etika positif, dapat diputar dan dipakai untuk menindas manusia. Martabat manusia harus
dijunjung tinggi, seperti kebebasan adalah nilai tinggi, tetapi bisa saja terjadi bahwa nama
kebebasan sekelompok orang mau ditiadakan. Postmodernisme ikut membuat kita sadar,
sebuah kesadaran bahwa semua cerita besar perlu dicurigai, perlu diwaspadai agar tidak
menjelma rezim totalitarianisme yang hanya mau mendengarkan suara diri sendiri dan
mengharuskan suara-suara yang berbeda dari luar (Zaprulkhan, 2006: 323-324). Menurut
Franz Dahler, postmodernisme memiliki segi positif, yaitu keterbukaan untuk

9
kebhinekaan masyarakat, untuk toleransi, perlawanan terhadap monopoli, dominan
agama, aliran dan ideologi tertentu, hingga menguntungkan demokrasi (Jalaladdin, 2013:
67).

Zaprulkhan menyatakan bahwa setidaknya ada kelemhan yang ada pada


postmodernisme yaitu: Pertama, postmodernisme yang sangat semangat mempromosikan
narasi-narasi kecil yang mengandung banyak kebusukan. Katakanlah kaum komunitarian
yang membela tradisi-tradisi komunitas dikemukakan bahwa banyak tradisi komunitas
bertentangan tidak hanya dengan suatu ide abstrak martabat manusia postmodernisme
akan menolak argumen itu, melainkan terhadap institusi-institusi moral mendalam
manusia. Kedua, postmodernisme tidak membedakan antara ideologi, di satu pihak dan
prinsip-prinsip universal etika terbuka, di pihak lain. Dengan istilah-istilah kabur seperti
cerita besar mereka menutup perbedaan yang prinsipil itu. Yang mempermudah adalah
pendekatan ideologis dan bukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar moralitas yang
terbuka. Dalam arti ideologi tertutup, memang bertentangan dengan martabat manusia
sebagai makhluk yang bertindak berdasarkan kesadaran akan baik dan buruk, yang
sanggup untuk bertanggungjawab, karena ideologi selalu menuntut ketaatan mutlak. Dan
yang ketiga postmodernisme menuntut untuk menyingkirkan cerita-cerita besar demi
cerita kecil atau lokal. Dengan kata lain tuntutan postmodernisme kontradiktif,
memaklumkan kepada umat manusia bahwa maklumat-maklumat kepada umat umat
manusia (cerita besar) harus ditolak sama artinya dengan memaklumatkan bahwa
maklumat itu sendiri tidak perlu dihiraukan (Zaprulkhan, 2006: 322-323)

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Fredrick Jameson, postmodernisme memiliki dua ciri utama,
yaitu pastiche dan schizofrenia. Jameson mulai dengan menjelaskan bahwa
modernisme besar didasarkan pada gaya yang personal atau pribadi. Subjek
individual borjois tidak hanya merupakan subjek masa lalu, tapi juga mitos
subjek yang tidak pernah benar-benar ada, hanya mistifikasi, kata Jameson
yang tersisa adalah pastiche. Pastiche dari pastiche, tiruan gaya yang telah
mati. Kita telah kehilangan kemampuan memposisikan ini secara historis.
Postmodernisme memiliki konsep waktu yang khas. Jameson, menjelaskan
apa yang dimaksudkan dengan menggunakan teori schizofrena lacan.
Schizofrenik adalah pengalaman penanda material yang tepisah, terisolir, dan
gagal membentuk rangkaian yang koheren.
Kritik terhadap postmodernisme antara lain pemikir postmodernisme
kurang tegas terhadap membedakan apakah mereka menciptakan teori atau
mengarang sastra. Habernas merasa argumen para postmodenis sarat dengan
sentimen normatif.
Kelebihannya postmodernisme dapat membuat kita peka terhadap
kemungkinan bahwa wacana besar positif, prinsip-prinsip etika positif,
prinsip-prinsip etika positif, dapat diputar dan dipakai untuk menindas
manusia. Sedangkan kelemahan postmodernisme. Pertama. Postmodernisme
yang sangat semangat mempromosikan narasi-narasi kecil, ternyata buta
terhadap kenyataan bahwa banyak juga narasi-narasi kecil yang mengandung
banyak kebusukan. Kedua, postmodernisme tidak membedakan antara
ideologi, di satu pihak dan prinsip-prinsip universal etika terbuka, di pihak

11
lain. Ketiga, postmodernisme menuntut untuk menyingkirkan cerita-cerita
besar demi cerita kecil atau lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rajawali Pers. Jakarta

Maksum, Ali. 2012. Pengantar Filsafat. Ar-ruzz media, Jakarta.

Medhy Aginta. 2019. Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik
dan Masa Depan Postmodernisme. Journal of Urban Sociology, Volume 2 No. 1

Smart, Barry. 1990. Modernity, Postmodernity and The Present, dalam Turner, Bryan S., (ed),
Theories of Modernity and Postmodernity. London: Sage

Zaprulkhan. 2016. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, PT Rajagrafindo Persada,


Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai