Anda di halaman 1dari 9

POSTMODERN: JEAN-FRANCOIS LYOTARD

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Postmodern dan Postrukturalisme

Dosen Pengampu: Bapak Zainnul Adzfar

Disusun Oleh:

1. Novia Putri Rahayu (1604016044)


2. Roby Ashari (1604016045)
3. Wachidatuzzuhro (1604016046)

AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2018

1
Pendahuluan

Latar Belakang

Perubahan adalah nafas bagi kehidupan manusia. Terbukti dari telah


banyaknya perubahan yang terjadi atau yang dialami oleh realitas pengetahuan
manusia. Paradigm perubahan ini selalu diawali dan dipandu oleh ilmu
pengetahuan. Gelombang perubahan tersebut dibingkai oleh hasrat manusia yang
terus bersemayam dalam diri mereka. kerangka pikir atas perubahan pengetahuan
manusia mengacu pada sebuah frame besar yaitu masa kuno/klasik, masa
pertengahan, masa modern, dan masa postmodern. Secara garis besar masa klasik
dan pertengahan di Barat belum mampu mengantarkan manusia pada kehidupan
yang mereka rasa nyaman dan penuh kemapaman. Seiring perkembangan
teknologi pasca masa pertengahan yang terstruktur sedemikian rupa, disinilah
masa yang dianggap nyaman dan mapan sesuai harapan mulai dipuja. Akan tetapi,
setelah berjalan beberapa dekade kenyamanan dan kemapaman yang dibawa oleh
modernitas mendapat kritik dan mulai terjadi pergeseran paradigm pengetahuan di
dalamnya. Pergeseran paradigm pengetahuan inilah yang disebut sebagai
postmodern. Muncul beberapa orang yang mulai merumuskan pemikiran
postmodern di antaranya adalah Jean-Francois Lyotard. Disinilah makalah ini
kami buat untuk memberikan paparan mengenai postmodern ala Lyotard dengan
karya terkenalnya The Postmodern Condition.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup dari Jean-Francois Lyotard?


2. Bagaimana postmodern menurut Jean-Francois Lyotard?

2
Pembahasan

1. Biografi Jean-Francois Lyotard

Jean-Francois Lyotard lahir pada 10 Agustus 1924 di Vincennes, Perancis.


Orangtuanya adalah Jean dan Pierre Lyotard yang bekerja sebagai sales
representative dan madeleine cavalli. Beliau bersekolah di Paris Lycees Buffon
dan Louis-Ie-Grand saat kecil, untuk bidang filsafat beliau dipengaruhi oleh
Dominican seorang pelukis dan sejarawan. Dunia filsafat mulai digelutinya
setelah beliau menikah dengan Andree May pada tahun 1948, dari tahun 1950
sampai wafat, Lyotard memiliki perjalanan yang panjang dari pendidikan,
pembelajaran dan karirnya dalam bidang ilmu fisafat.

Lyotard dikenal juga sebagai aktivis beraliran Marxis ini pernah mengajar di
sekolah menengah di kota Constantine Perancis dan berkerja di Aljazair Timur
dan juga di personal militer La Fleche. Selanjutnya, Lyotard keluar dari
lingkungan/pengaruh Marxis, karena kecewa dengan gerakan Marxis yang gagal
membangun masyarakat sosialis yang adil seperti selogan Marxis selama ini, dari
reaksi kekecewaannya terhadap Marxis, Lyotard memposisikan dirinya sebagai
tokoh poststrukturalisme dan postmodernisme dengan ditandainya penyelesaianya
program doktor bidang sastra dengan desertasinya yang berjudul Discours, figure
tentan problem bahasa dengan fenomenologi. Lyotard menulis buku The
Postmodern Conditin yang membawanya terkenal di dunia pada tahun 1979. Ia
dikenal sebagai pemikir postmodernisme non-Marxis sehingga sangat tersohor.
Lyotard wafat pada tanggal 21 April 1998 di Paris karena penyakit leukimia.1

2. Postmodern dan Lyotard

Jean Francois Lyotard dalam bukunya The Postmodern Condition : A Report


on Knowledge, telah memperkenalkan postmodernisme dalam bidang filsafat dan
ilmu pengetahuan. Beliau mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas
pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas
modernisme. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa postmodernisme
1
Oleh endang wahyu lestari.”Jean Francois Lyotard”.

3
merupakan suatu ide baru yang menolak ataupun yang termasuk dari
pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya
yaitu paham modernisme yang berusaha untuk memberikan kritikan terhadap
moodernisme yan dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap
kehancuran martabat manusia, selanjutnya postmodernisme merupakan
pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju kepada suatu ide yang
baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.2

Postmodernisme itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari modernisme, karena


posmodernisme ini sebagai reaksi terhadap sikap-sikap yang dimunculkan
modernisme. Kata modernisme sendiri mengandung sebuah makna serba maju,
gemerlap, dan progresif, dengan menjanjikan kita untuk membawa pada
perubahan ke dunia yang lebih mapan di mana semua kebutuhan akan dapat
terpenuhi. Yang akan dibantu oleh rasionalitas menghadapi mitos dan keyakinan
tradisional yang tak bersandar, yang embuat manusia tak berdaya dalam
menghadapi dunia ini.

Di sisi lain, modernisme juga memiliki dampak yang menyebabkan kehidupan


manusia kehilangan disorientasi. Seperti apa yang dikatakan oleh Max
Horkheimer, Ardono, dan Herbert Marcuse bahwa disamping moodernisme
membawa pencerahan dan kemajuan, juga pula mempunyai sisi gelap yang
melahirkan sebuah penindasan dan dominasi. Menurut Anthony Giddens,
modernisme menimbulkan berkembang biaknya petaka bagi umat manusia.
Pertama, penggunaan kekerasan dalam menyelsaikan sengketa. Kedua,
penindasan oleh yang kuat atas yang lemah. Ketiga, ketimpangan sosial yang
semakin parah. Keempat, kerusakan hidup yang semakin mengkhawatirkan.3

Lyotard sangat tidak setuju dengan modernisme yang mengusung


keseragaman atau upaya menyeragamkan dengan diikuti jalan kekerasan. Istilah
postmodern yang dia usung adalah sebagai kritik terhadap filsafat modern yang ia

2
Johan Setiawan, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan”,
Jurnal Filsafat. Vol. 28 No 1 .Februari 2018 hlm 27-28
3
Ibid hlm 28-29

4
perkenalkan pada bukunya yang terkenal dalam bahasa Inggris dengan judul “
The Post Condition : A Report On Knowledge”. Dalam buku itu, ia mengatakan
bahwa telah terjadi perkembangan dan perubahan yang luar biasa pada
pengetahuan sains, dan pendidikan pada masyarakat informasi. Perkembangan
dan perubahan tersebut telah menggiring masyarakat tersebut pada suatu kondisi
yang dia sebut sebagai postmodern.

Dalam buku itu, Lyotard menjelaskan beberapa pokok pembahasan yaitu:4

a. Komputerisasi Pengetahuan dalam Masyarakat

Menurutnya, posisi pengetahuan telah diubah ketika masyarakat memasuki


masa dan budaya pasca-industri. Perubahan ini berlangsung sejak akhir tahun
1950. Pengetahuan ilmiah adalah semacam wacana dimana ilmu dan teknologi
berhubungan dengan bahasa. Dari perubahan teknologi ini memberikan dampak
yang nyata bagi pengetahuan. Dampak yang dimaksud disini berupa teknologi
telah memberi kemudahan bagi siapapun untuk mengakses ilmu pengetahuan. Di
samping itu, teknolologi telah mengubah cara mendapatkan ilmu pengetahuan,
semua telah tersedia dan dieksploitasi. Prinsip lama memperoleh ilmu
pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari pelatihan pikiran dan prinsip ini semakin
hari semakin usang.

Dalam kondisi masyarakat sekarang, dengan adanya perkembangan teknologi,


kondidi ilmu pengetahuan ditentukan dari seberapa bagus kegunannya.
Akibatnya, ilmu pengetahuan sudahtidak lagi menjadi tujuan tetapi menjadi
komoditas yang diperdagangkan. Hubungan antarpemasok dan pengguna
pengetahuan terhadap pengetahuan itu cenderung seperti relasi antara produsen
dengan konsumen terhadap komoditas.

Pengetahuan berhenti menjadi tujuan dan kehilangan nilai gunanya.


Pengetahuan pada masa komputerisasi seperti tersebut dengan mudah diproduksi

4
Jean-Francois Lyotard, The Postmodern Condition A Report on Knowledge, (Manchester
University Press, 1984), Translation from The French by Geoff Bennington and Brian Massumi
Foreword by Fredric Jameson, Theory and History of Literature, volume 10, hal. 3

5
untuk dijual dan hanya akan menjadi alat tukar yang menguntungkan. Hal ini
dapat dilihat dari kekuatan dari negara-negara yang paling maju. Dimana negara
yang paling maju teknologinya adalah negara yang akan terus maju. Dengan ini,
akan menjadi hambatan bagi negara-negara berkembang. Situasi seperti inilah
yang akan semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan negara
berkembang.

b. Legitimasi Ilmu Pengetahuan

Perubahan kondisi ilmu pengetahuan pada masyarakat kontemporer seperti itu


berdampak pada legistimasi ilmu pengetahuan ilmiah. Legislator ilmu
pengetahuan adalah para ilmuwan yang menentukan sejumlah persyaratan tertentu
yang harus dipatuhi pengetahuan untuk menjadi ilmiah. Dengan begitu, maka
persoalan legistimasi berkaitan dengan perkara kekuasaan. Oleh sebab itu
pertanyaan perihal pengetahuan merupakan pertanyaan mengenai kekuasaan.

Pengetahuan ilmiah mendapatkan legistimasinya melalui narasi-narasi besar


seperti dialektika roh (Hegelianisme) dan emansipasi (Habermas). Sains yang
mendapatkan legitimasi melalui dialektika roh menyatakan bahwa pengetahuan
hanya absah sebagai pengetahuan ilmiah jika dihasilkan demi pengetahuan itu
sendiri, ia bersifat objektif dan benar secara universal. Narasi besar ini telah gugur
karena erosi internal dan erosi eksternal. Narasi besar kedua adalah emansipasi
oleh Habermas. Legistimasi sains terletak pada otonomi subjek yang terlibat
dalam praktis etis, sosial, dan politisi. Narasi besar inipun mengalami keruntuhan.
Kemudian, legistimasi ilmu pengetahuan didapat melalui kriteria performatifitas,
artinya ilmu pengetahuan terait erat dengan tenologi. Pengetahuan tersebut
membutuhkan teknologi untuk pembuktiannya. Oleh sebab itu, tujuan
pengetahuan bukan lagi kebenaran objektifitas melainkan performatifitas.
Tunduknya riset dan transmisinya pada teknologi telah membuat penelitian dan
institusi pendidikan berorientasi pada kekuasaan, bahwa yang dapat mendanai
riset adalah pihak yang memiliki modal.

6
Dengan postmodernisme-nya Lyotard menganggap bahwa untuk
mengaktifkan ilmu pengetahuan adalah dengan menghidupkan perbedaan-
perbedaan, keputusan-keputusan, dan keterbukaan pada tasiran baru. Lyotard,
tidak percaya bahwa ilmu pengetahuan itu dapat diwadahi atau ditampung oleh
suatu badan pemersatu yang berupa sistem yang stabil. Karena menurutnya, ilmu
pengetahuan itu tumbuh sebagai sistem yang organik, dalam arti tidak homogen
apalagi tertutup pada eksperimentasi dan permainan berbagai kemungkinan
wacana. Dari sini, lanjut Lyotard, secara jelas dapat memahami bahwa
postmodernisme adalah usaha penolakan dan sebuah bentuk ketidakpercayaan
terhadap segala ”Narasi Besar” filsafat modern, penolakan filsafat metafisis,
filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran yang mentotalitasi, seperti
Hegelianisme, liberalisme, Marxisme, atau apapun.5

Dengan demikian, postmodern menolak pemikiran yang totaliter dan juga pula
mengimplikasikan dan menganjurkan kepekaan kita terhadap perbedaan, serta
memperkuat toleransi terhadap kenyataan yang tak terukur. Selanjutnya, dapat
diketahui bahwa, muncul atau hadirnya postmodernisme ini untuk menolak
anggapan modernisme yang membawa keyainan bahwa filsafat melalui rasio
sabagai sarananya manpu merumuskan hal-hal yang dapat berlaku secara
universal. Selanjutnya, postmodernisme juga menolak cara pandang tunggal atau
juga paradigma tunggal dan sebaliknya menyatakan bahwa terdapat banyak
paradigma/perspektif dalam melihat realitas dunia.6

c. Permainan Bahasa

Pada abad modern, ilmu pengetahuan ilmiah atau sains sebagai wacana yang
mengklaim dirinya sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang valid. Sains
melegitimasi dirinya dengan merujuk pada metawacana dengan bantuan beberapa
narasi besar seperti dialektika roh, hermeneutika makna, emansipasi subje yang
rasional, dan penciptaan kesejahteraan umat manusia. Menurutnya, sains hanyalah

5
M Chairul Basrun Umanailo, “Postmodernisme Dalam Pandangan Jean Francois Lyotard”,
Univercity of Iqra Buru..Maret 2018 hlm 4-6
6
Ibid hlm 7

7
salah satu permainan bahasa. Permainan bahasa dipahami sebagai ragam jenis
atau kategori ucapan yang keberadaan dan pemberlakuannya dalam praktik
komunikasi ditentuan oleh aturan main tertentu yang memberi sifat khas bagi tiap
kategori ucapan tersebut. Ada tiga karakteristik dalam permainan bahasa.
Pertama, setiap aturan dalam permainan itu tidak mendapatkan legitimasi dari
dirinya sendiri melainkan hasil kontrak dari para pemainnya. Kedua, jika tidak
ada aturan maka tidak ada permainan. Begitupula segala modifikasi sekecil
apapun terhadap aturan akan berdampak pada keseluruhan sifat dasar sebuah
permainan. Ketiga, setiap ucapan dalam permainan bahasa dilihat sebagai sebuah
gerakan.

Fokus permainan bahasa ada pada apa yang benar atau salah. Dalam hal ini
permainan bahasa masih sederhana karena hanya fakta-fakta yang diperhitungkan.
Akan tetapi, permainan bahasa tidak hanya berbicara tentang hal itu. Fokus
permainan bahasa yang lain juga tentang baik dan buruk, adil dan tidak adil, hal
ini berarti menggunakan nilai-nilai. Fokus dari permainan bahasa yang lain adalah
efisien atau tidak efisien. Hal ini lebih faktual. Ilmu pengetahuan tidak memiliki
metabahasa umum dimana semua keberagaman bahasa lain dapat diterjemahkan
dan dievaluasi. Sebuah permainan bahasa membuktikan bahwa tidak ada teori
yang mampu menangkap bahasa secara totalitas. Oleh sebab itu, permainan
bahasa tidak dapat dipercaya karena bagian dari keberagaman permainan bahasa.

Menurut Lyotard legitimasi pengetahuan dengan narasi besar dibawah satu ide
untuk menciptakan kebenaran tunggal harus diganti dengan parology, yaitu
pengakuan akan aneka macam narasi kecil dan pemikiran plural. Paralogy lebih
memungkinan untuk menganalisa kondisi masyarakat postmodern yang telah
kehilangan narasi-narasi besarnya. Realitas tidak dapat disatukan dalam sebuah
kerangka besar, karena setiap unsur yang ada bekerja dengan logikanya sendiri
dan setiap unsur bermain dengan bahasa masing-masing. Dengan demikian logika
kondisi postmodern adalah pluralisme.

Kesimpulan

8
Dari pemikiran Jean-Francois Lyotard dapat kita pahami bahwa ciri pemikiran
postmodern yang digagasnya menolak adanya sesuatu yang bersifat tunggal.
Artinya postmodern mencoba menjauhkan kita dari kebenaran yang hanya
bersumber pada satu sumber dan menghadirkan realitas yang lebih majemuk dan
memberikan banyak alternative. Lyotard juga menolak tentang kebenaran objektif
yang universal. Karena menurutnya, sains hanya berupa permainan bahasa yang
dimainkan oleh para pemilik-pemilik modal. Lyotard meyakini bahwa kebenaran
yang sesungguhnya adalah yang bersifat pluralism.

Daftar Pustaka

Oleh endang wahyu lestari.”Jean Francois Lyotard”.


Setiawan.Johan.2018. “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap
Ilmu Pengetahuan”, Jurnal Filsafat. Vol. 28 No 1 .
Lyotard.Jean-Francois.1984.The Postmodern Condition A Report on
Knowledge.Manchester University Press. Translation from The French by Geoff
Bennington and Brian Massumi Foreword by Fredric Jameson. Theory and
History of Literature
Basrun Umanailo.M Chairul.2018“Postmodernisme Dalam Pandangan Jean
Francois Lyotard” .Univercity of Iqra Buru.

Anda mungkin juga menyukai