MAKALAH
Disusun Oleh:
2018
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
2
Pembahasan
Lyotard dikenal juga sebagai aktivis beraliran Marxis ini pernah mengajar di
sekolah menengah di kota Constantine Perancis dan berkerja di Aljazair Timur
dan juga di personal militer La Fleche. Selanjutnya, Lyotard keluar dari
lingkungan/pengaruh Marxis, karena kecewa dengan gerakan Marxis yang gagal
membangun masyarakat sosialis yang adil seperti selogan Marxis selama ini, dari
reaksi kekecewaannya terhadap Marxis, Lyotard memposisikan dirinya sebagai
tokoh poststrukturalisme dan postmodernisme dengan ditandainya penyelesaianya
program doktor bidang sastra dengan desertasinya yang berjudul Discours, figure
tentan problem bahasa dengan fenomenologi. Lyotard menulis buku The
Postmodern Conditin yang membawanya terkenal di dunia pada tahun 1979. Ia
dikenal sebagai pemikir postmodernisme non-Marxis sehingga sangat tersohor.
Lyotard wafat pada tanggal 21 April 1998 di Paris karena penyakit leukimia.1
3
merupakan suatu ide baru yang menolak ataupun yang termasuk dari
pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya
yaitu paham modernisme yang berusaha untuk memberikan kritikan terhadap
moodernisme yan dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap
kehancuran martabat manusia, selanjutnya postmodernisme merupakan
pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju kepada suatu ide yang
baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.2
2
Johan Setiawan, “Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan”,
Jurnal Filsafat. Vol. 28 No 1 .Februari 2018 hlm 27-28
3
Ibid hlm 28-29
4
perkenalkan pada bukunya yang terkenal dalam bahasa Inggris dengan judul “
The Post Condition : A Report On Knowledge”. Dalam buku itu, ia mengatakan
bahwa telah terjadi perkembangan dan perubahan yang luar biasa pada
pengetahuan sains, dan pendidikan pada masyarakat informasi. Perkembangan
dan perubahan tersebut telah menggiring masyarakat tersebut pada suatu kondisi
yang dia sebut sebagai postmodern.
4
Jean-Francois Lyotard, The Postmodern Condition A Report on Knowledge, (Manchester
University Press, 1984), Translation from The French by Geoff Bennington and Brian Massumi
Foreword by Fredric Jameson, Theory and History of Literature, volume 10, hal. 3
5
untuk dijual dan hanya akan menjadi alat tukar yang menguntungkan. Hal ini
dapat dilihat dari kekuatan dari negara-negara yang paling maju. Dimana negara
yang paling maju teknologinya adalah negara yang akan terus maju. Dengan ini,
akan menjadi hambatan bagi negara-negara berkembang. Situasi seperti inilah
yang akan semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan negara
berkembang.
6
Dengan postmodernisme-nya Lyotard menganggap bahwa untuk
mengaktifkan ilmu pengetahuan adalah dengan menghidupkan perbedaan-
perbedaan, keputusan-keputusan, dan keterbukaan pada tasiran baru. Lyotard,
tidak percaya bahwa ilmu pengetahuan itu dapat diwadahi atau ditampung oleh
suatu badan pemersatu yang berupa sistem yang stabil. Karena menurutnya, ilmu
pengetahuan itu tumbuh sebagai sistem yang organik, dalam arti tidak homogen
apalagi tertutup pada eksperimentasi dan permainan berbagai kemungkinan
wacana. Dari sini, lanjut Lyotard, secara jelas dapat memahami bahwa
postmodernisme adalah usaha penolakan dan sebuah bentuk ketidakpercayaan
terhadap segala ”Narasi Besar” filsafat modern, penolakan filsafat metafisis,
filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran yang mentotalitasi, seperti
Hegelianisme, liberalisme, Marxisme, atau apapun.5
Dengan demikian, postmodern menolak pemikiran yang totaliter dan juga pula
mengimplikasikan dan menganjurkan kepekaan kita terhadap perbedaan, serta
memperkuat toleransi terhadap kenyataan yang tak terukur. Selanjutnya, dapat
diketahui bahwa, muncul atau hadirnya postmodernisme ini untuk menolak
anggapan modernisme yang membawa keyainan bahwa filsafat melalui rasio
sabagai sarananya manpu merumuskan hal-hal yang dapat berlaku secara
universal. Selanjutnya, postmodernisme juga menolak cara pandang tunggal atau
juga paradigma tunggal dan sebaliknya menyatakan bahwa terdapat banyak
paradigma/perspektif dalam melihat realitas dunia.6
c. Permainan Bahasa
Pada abad modern, ilmu pengetahuan ilmiah atau sains sebagai wacana yang
mengklaim dirinya sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang valid. Sains
melegitimasi dirinya dengan merujuk pada metawacana dengan bantuan beberapa
narasi besar seperti dialektika roh, hermeneutika makna, emansipasi subje yang
rasional, dan penciptaan kesejahteraan umat manusia. Menurutnya, sains hanyalah
5
M Chairul Basrun Umanailo, “Postmodernisme Dalam Pandangan Jean Francois Lyotard”,
Univercity of Iqra Buru..Maret 2018 hlm 4-6
6
Ibid hlm 7
7
salah satu permainan bahasa. Permainan bahasa dipahami sebagai ragam jenis
atau kategori ucapan yang keberadaan dan pemberlakuannya dalam praktik
komunikasi ditentuan oleh aturan main tertentu yang memberi sifat khas bagi tiap
kategori ucapan tersebut. Ada tiga karakteristik dalam permainan bahasa.
Pertama, setiap aturan dalam permainan itu tidak mendapatkan legitimasi dari
dirinya sendiri melainkan hasil kontrak dari para pemainnya. Kedua, jika tidak
ada aturan maka tidak ada permainan. Begitupula segala modifikasi sekecil
apapun terhadap aturan akan berdampak pada keseluruhan sifat dasar sebuah
permainan. Ketiga, setiap ucapan dalam permainan bahasa dilihat sebagai sebuah
gerakan.
Fokus permainan bahasa ada pada apa yang benar atau salah. Dalam hal ini
permainan bahasa masih sederhana karena hanya fakta-fakta yang diperhitungkan.
Akan tetapi, permainan bahasa tidak hanya berbicara tentang hal itu. Fokus
permainan bahasa yang lain juga tentang baik dan buruk, adil dan tidak adil, hal
ini berarti menggunakan nilai-nilai. Fokus dari permainan bahasa yang lain adalah
efisien atau tidak efisien. Hal ini lebih faktual. Ilmu pengetahuan tidak memiliki
metabahasa umum dimana semua keberagaman bahasa lain dapat diterjemahkan
dan dievaluasi. Sebuah permainan bahasa membuktikan bahwa tidak ada teori
yang mampu menangkap bahasa secara totalitas. Oleh sebab itu, permainan
bahasa tidak dapat dipercaya karena bagian dari keberagaman permainan bahasa.
Menurut Lyotard legitimasi pengetahuan dengan narasi besar dibawah satu ide
untuk menciptakan kebenaran tunggal harus diganti dengan parology, yaitu
pengakuan akan aneka macam narasi kecil dan pemikiran plural. Paralogy lebih
memungkinan untuk menganalisa kondisi masyarakat postmodern yang telah
kehilangan narasi-narasi besarnya. Realitas tidak dapat disatukan dalam sebuah
kerangka besar, karena setiap unsur yang ada bekerja dengan logikanya sendiri
dan setiap unsur bermain dengan bahasa masing-masing. Dengan demikian logika
kondisi postmodern adalah pluralisme.
Kesimpulan
8
Dari pemikiran Jean-Francois Lyotard dapat kita pahami bahwa ciri pemikiran
postmodern yang digagasnya menolak adanya sesuatu yang bersifat tunggal.
Artinya postmodern mencoba menjauhkan kita dari kebenaran yang hanya
bersumber pada satu sumber dan menghadirkan realitas yang lebih majemuk dan
memberikan banyak alternative. Lyotard juga menolak tentang kebenaran objektif
yang universal. Karena menurutnya, sains hanya berupa permainan bahasa yang
dimainkan oleh para pemilik-pemilik modal. Lyotard meyakini bahwa kebenaran
yang sesungguhnya adalah yang bersifat pluralism.
Daftar Pustaka