Anda di halaman 1dari 10

teori praktik sosial

pierre bourdieu
Kelompok 11 :
Aditiya Nurhafidz 1198030006
Asad Muzahid 1198030039
Ajeng Sri Mulyani 1198030017
Aurora Alkautsar 1198030041
Pierre
Bourdie
Bourdieu lahir pada 1 Agustus 1930 di sebuah desa kecil
yang bernama Denguin, di wilayah Pyerenia Atlantik, Prancis.
Masa kecil dilewatkannya dalam kehidupan pedesaan yang
sederhana. Bisa disebut, dia berasal dari keluarga yang kurang
berpendidikan. Ayahnya tidak pernah menyelesaikan sekolah
formal, meski ibunya masih bisa melanjutkan pendidikan
formalnya sampai usia 16 tahun. (Grenfell: 2008)

Dia kemudian menempuh pendidikan di Louis-le-Grand,


Paris, yang disebut-sebut sebagai “tempat pelatihan” untuk
memasuki kampus elite di Paris yang bernama Ecole Normale
Superieure (ENS). Pada tahun 1951, Bourdieu lulus tes ke ENS,
dan memilih menekuni filsafat sampai lulus tahun 1951.
Pierre
BourdieGagasannya dipengaruhi trauma saat dia dicerabut dari
asal-usulnya ketika dia memasuki Louis-le-Grand di Paris dan
kemudian ENS di Paris. ENS adalah sekolah tinggi yang amat
prestisius. Di kampus itu juga belajar tokoh-tokoh ilmu sosial
seperti Sartre, Levinas, atau Foucoult.

Lulus dari ENS, Bourdieu berpindah-pindah mengajar di


berbagai tempat, mulai di Moulins, Fakultas Satra di Alger,
Lille, dan menduduki jabatan-jabatan prestisius seperti direktur
Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS),
direktur pusat kajian sosiologi Eropa dan majalah Actes de la
Rocherche en Sciences Sociales, editor di penerbit Le Sens
Common. Pada masa-masa ini, dia menulis berbagai buku
yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa..
Hasil karya Pierre Bourdie
Pada 1956, saat masih mengajar di Moulins, dia mendapat panggilan wajib militer ke Aljazair. Pada tahun 1956 dia
tiba di Aljazair sebagai serdadu dan filsuf, namun pulang ke Prancis pada tahun 1960 sebagai etnografer otodidak dan
antropolog sosial.
Ketegangan antara orang Eropa dan penduduk Aljazair ini memberi pengaruh pada hasil karya Bourdieu, yang lalu
diterbitkan dengan judul Sosiologie de l‘Agerie, yang ikut memposisikan dirinya dalam kelompok orang besar dalam ilmu
sosial.
Pada 1993, dia menerbitkan buku The Weight of the World yang mengungkapkan penderitaan sosial di Prancis yang
diakibatkan kebijakan neoliberal yang diadopsi pemerintah sosialis di sana. Beruntun, dia menulis serangkaian buku
dengan tema yang sama.
Dia juga menyerukan intelektual mendukung pemogokan pekerja kerata api di Prancis pada 1995. Pada Maret 1996
dia bahkan menandatangani petisi pembangkangan sipil melawan hukum Prancis yang memperkeras legislasi imigrasi.
Bourdieu juga membela kaum tunawisma, pensiunan, kaum buruh, aktivis antirasisme, lesbian-gay, dan imigran
Karena tulisan dan aktivitas kritisnya, Bourdieu disemati berbagai julukan. Dia disebut sebagai Nabi, Dewa,
Sosiolog teroris (sociological terrorist), diktator intelektual (intellectual dictator), pemimpin pemujaan (cult leader), dan
sebagainya.
Teori praktik
Bourdieu menyatakan teori praktik sosial mempunyai rumusan
sosial (struktural generatif yang berbunyi: (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik.
Pendekatan teoretis yang dilakukan Bourdieu adalah untuk
konstruktif) menggambarkan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan
seseorang dalam kehidupannya pada dasarnya adalah sesuatu
yang lain dari keinginannya atau hanya sekedar dari struktur sosial
dan struktur material. 
Teori yang dikemukakan oleh Pierre-Felix Bourdieu disebut teori
struktural konstruktif atau sering juga disebut teori praktik sosial.
Konsep penting dalam teori praktik Bourdieu yaitu, habitus,
arena/ranah/medan (field), kekerasan simbolik (symbolic violence),
modal (capital), dan strategi (strategy).

•Habitus
Habitus merupakan pembatinan nilai-nilai sosial budaya yang
beragam dan rasa permainan (feel for the game) yang melahirkan
bermacam gerakan yang disesuaikan dengan permainan yang sedang
dilakukan. Habitus merupakan produk sejarah yang terbentuk setelah
manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan
waktu tertentu. Habitus bukan bawaan alamiah atau kodrat tetapi
merupakan hasil pembelajaran lewat pengasuhan dan bersosialisasi
dalam masyarakat
Teori praktik
•Modal
sosial (struktural Modal dalam pengertian Bourdieu sangatlah luas karena
mencakup: modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik
konstruktif) digunakan untuk merebut dan mempertahankan perbedaan dan dominasi.
Modal disini menjadi instrument yang paling penting dalam
hubungannya untuk pelestarian atau menjaga kekuasaan seorang
aktor/agen. Dengan adanya sumber modal, maka bisa digunakan oleh
seorang aktor sosial untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan
kelompoknya. 

•Ranah
Konsep ranah atau arena atau medan (field) merupakan ruang atau
semesta sosial tertentu sebagai tempat para agen/aktor sosial saling
bersaing. Di dalam ranah, para agen/aktor bersaing untuk mendapatkan
berbagai bentuk sumber daya materiil maupun simbolik. Tujuannya
adalah untuk memastikan perbedaan yang akan menjamin status aktor
sosial Dengan adanya perbedaan tersebut si aktor mendapat sumber
kekuasaan simbolis dan kekuasaan simbolis akan digunakan untuk
mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Dampak teori praktik sosial
Pierre
Konsep iniBourdie
mencakup kemampuan melakukan kontrol terhadap masa depan diri
sendiri dan orang lain. Dengan pendekatan ini, maka setiap kelas sosial tidak dapat
didefinisikan secara terpisah, tetapi selalu dalam hubungan dengan kelas-kelsa lain.
Menjelaskan hubungan ranah dengan kapital. Contohnya, Mahasiswa pasif (pendiam) dapat
memasuki ranah organisasi di kampus agar meningkatkan modal budaya (berbicara) dan
modal sosial (pertemanan). Dapat juga memaksimalkan ranah di dunia virtual, seperti blog-
twitter-facebook untuk mencurahkan lubuk hatinya yang paling dalam agar lebih extropped
(terbuka tidak pendiam).

Modal simbolik guru terhadap muridnya juga dapat menjadi kekurangan dari teori,
karena menjadi reproduksi sosial kelas, melalui penyebaran habitus kelas sosial dominan.
Ketika seorang guru menyatakan harga dirinya lebih tinggi dan harus dipatuhi oleh
muridnya; ketika seorang guru menunjuk dan mengatakan peserta didiknya bodoh. Salah
besar bagi guru tersebut, karena manusia Indonesia sudah ditakdirkan sumber dayanya
lemah sebelum manusia Indonesia itu bertindak
Kritik terhadap teori dan pemikiran
• Pierre Bourdie
Gaya bahasa dan analogi
Pierre B cenderung menggunakan kalimat panjang yang rumit dan berlebihan,sehingga nyaris
tak terpahami. Selain itu, gagasan Pierre B menurut pembacaan (Haryatmoko 2016) pada buku La
Distinction (1979) terlalu beraliran strukturalisme dan determinisme. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan istilah 'kepentingan' dalam konsep "ranah" atau "arena" sebagai 'arena kompetisi',
sehingga mereduksi "dunia sosial" ke dalam perspektif utilitarianisme, yaitu persaingan dengan
konteks perdagangan antar individu atau kelompok
• Analisis Pemikiran
Konsep "habitus" Pierre B mencoba menjelaskan alasan tindakan individu di masyarakat,
sesuai dengan skema yang telah ada sebelumnya. Dia juga mengklasifikasikan habitus menjadi dua
kelompok yaitu habitus individual dan habitus kelas. Kritik atas konsep ini adalah adanya kesatuan
disposisi, keberlangsungannya dalam hidup dan pengaruhnya dalam segala situasi kehidupan sehari-
hari. Padahal seorang individu dapat belajar dari berbagai sumber yang tidak homogen baik keluarga,
sekolah, kerja, dan media. Seseorang dapat melewati bentuk sosialisasi yang berbeda-beda, meskipun
posisi asal-usul keluarga dalam hierarki sosial pada awalnya memprediksikan kemungkinan-
kemungkinan yang berbeda pula
Kesim
pulan
Bourdieu menyatakan teori praktik sosial mempunyai rumusan generatif
yang berbunyi: (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik. Adapun yang menjadi
konsep penting dalam teori praktik Bourdieu yaitu habitus, arena/ranah/medan
(field), kekerasan simbolik (symbolic violence), modal (capital), dan strategi
(strategy) .
Kelebihan teori ini adalah bisa menjelaskan kegunaan dari teori praktik
sosial. Ide Bourdieu tentang modal ini, terlepas dari pemahaman tradisi Marxian
dan juga konsep ekonomi formal. Konsep ini mencakup kemampuan melakukan
kontrol terhadap masa depan diri sendiri dan orang lain. Untuk kritik yang didapat
Bourdie seperti yang dikatakan oleh Bonnewitz dan Haryatmoko adalah tidak
memberikan analisis yang berpengaruh langsung terhadap perubahan sosial;
misalnya pemikirannya tentang sistem sekolah yang menjadi sarana reproduksi
kesenjangan sosial, serta penjelasan Bourdieu tentang norma-norma budaya
penguasa yang seolah-olah bersifat universal dan berlaku sepanjang waktu. Padahal
sejarah menunjukkan bahwa kriteria seleksi dan keberhasilan sekolah telah
berubah.
Sekian
Sekian&
&Terimakasih
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai