Disusun Oleh:
Kelas A Semester 4
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami sampaikan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah pada mata kuliah Teori
Sosiologi Modern I dengan judul “Teori Kontruksi Sosial Oleh Peter L. Berger” dalam waktu
yang ditentukan. Dan shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan para Tabi’in.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
manyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami manyampaikan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan krirtik dari pembaca. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, menambah pengetahuan dan juga
inspirasi bagi berbagai pihak yang membaca makalah ini.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Konsep Dasar Teori Kontruksi Sosial 3
2.2. Asumsi Pemikiran Peter L. Berger 7
2.3. Pengaruh Pemikiran Tokoh Lain Terhadap Peter L. Berger 8
2.4. Kritikan Terhadap Teori Kontruksi Sosial 9
BAB III PENUTUP 12
3.1. Simpulan 12
3.2. Saran 12
Daftar Pustaka 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbeda antara masyarakat yang satu dengan lainnya. Oleh logika disiplinnya
itu seorang sosiolog dipaksa untuk bertanya, setidaknya, apa perbedaan antara
kedua “kenyataan” itu mungkin dapat dipahami dalam kaitan dengan berbagai
perbedaan yang terdapat di antara kedua masyarakat.
Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa
terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L Berger
dan Thomas Luckmann. Peter L Berger seorang sosiolog dari New School for
Social Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari
University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, dirumuskan kedua akademisi
ini sebagai suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan.
Berdasarkan pemikiran Berger dan Luckmann ini, terlihat cukup utuh di dalam
buku mereka berjudul “the Social Construction of Reality: A Treatise in the
Sociology of Knowledge. Publikasi buku ini mendapat sambutan luar biasa dari
berbagai pihak, khususnya para ilmuan sosial, karena saat itu pemikiran
keilmuan termasuk ilmu-ilmu sosial banyak didominasi oleh kajian positivistik.
Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas merupakan
hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap
dunia sosial di seklilingnya, “reality is socially constructed”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme, yang dimulai dari
gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Dalam aliran filsasat, gagasan
konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam
tubuh manusia, dan Plato menemukan akal budi. Gagasan tersebut
semakin konkret setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi,
individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya.
3
Seorang epistemolog dari Italia bernama Giambatissta Vico, yang merupakan
pencetus gagasan-gagasan pokok Konstruktivisme, Menurutnya, hanya Tuhan
sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Ia yang tahu bagaimana
membuatnya dan dari apa Ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat
mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya.
1. Konstruktivisme radikal
Hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita, dan bentuknya tidak
selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan
hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran.
Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif,
namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan
selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat
ditransfer kepada individu lain yang pasif.
2. Realisme hipotesis
Pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas
dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
3. Konstruktivisme biasa
4
realitas yang dilihatnya berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada
sebelumnya, inilah yang disebut dengan konstruksi sosial menurut Berger dan
Luckmann.
Menurut Berger & Luckman, terdapat 3 (tiga) bentuk realitas sosial, antara lain:
Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas
sosial simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan
5
dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-
masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses
eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah
struktur sosial.
Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang
benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan
sebagai realitas sosial subjektif dalam diri pekerja media dan individu yang
menyaksikan peristiwa tersebut. Pekerja media mengkonstruksi realitas subjektif
yang sesuai dengan seleksi dan preferensi individu menjadi realitas objektif yang
ditampilkan melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan
realitas di media inilah yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa
sebagai realitas sosial objektif karena media dianggap merefleksikan realitas
sebagaimana adanya.
Berger & Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial,
dalam pengertian individu-individu dalam masyarakat yang telah membangun
masyarakat, maka pengalaman individu tidak dapat terpisahkan dengan
masyarakat. Manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objektif melalui 3
(tiga) momen dialektis yang simultan, yaitu:
1. Eksternalisasi
Merupakan usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik
dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri
untuk menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini
masyarakat dilihat sebagai produk manusia (Society is a human product).
2. Objektivasi
Merupakan hasil yang telah dicapai (baik mental maupun fisik dari kegiatan
eksternalisasi manusia), berupa realitas objektif yang mungkin akan menghadapi
si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan
6
dari manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata). Pada tahap
ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif (Society is an objective
reality) atau proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan
atau mengalami proses institusionalisasi.
3. Internalisasi
7
b) Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran
itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan
c) Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
Memang tidak dapat disangkal bahwa pemikiran yang digagas Berger dan
Luckmann merupakan derivasi perspektif fenomenologi yang telah memperoleh
lahan subur baik di dalam bidang filsafat maupun pemikiran sosial. Aliran
fenomenologi dikembangkan oleh Kant dan diteruskan oleh Hegel, Weber,
Huserl, Schutz baru ke Berger dan Luckmann (Sukidin,2002:204). Istilah
sosiologi pengetahuan yang dilekatkan pada pemikiran mereka pun sebenarnya
bukan hal yang baru ada, sebelumnya rintisan ke arah sosiologi pengetahuan telah
diperkenalkan oleh Max Scheler dan Karl Manhein.
8
tentang “struktur” Marxian tentang “dialektika” serta Mead tentang
“interaksi simbolik”. Dalam konteks itulah, Poloma menyimpulkan
pembentukan realitas secara sosial sebagai sintesis antara strukturalisme
dan interaksionisme.
Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas
realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kelemahan, dengan kata lain
9
tidak mampu menjawab perubahan zaman, karena masyarakat berubah menjadi
masyarakat modern dan postmodern. Dengan demikian hubungan sosial antara
individu dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan
anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial
primer dan semisekunder hampir tidak ada lagi dalam kehidupan masyarakat
modern dan postmodern. Dengan demikian, teori dan pendekatan konstruksi
sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann menjadi tidak bermakna lagi.
Walaupun sekarang teori ini menjadi kurang relevan karena mengabaikan media
massa yang memiliki peran semakin substantive, namun sebagai pemikiran yang
berakar pada tradisi fenomenologi, Berger dan Luckmann telah menyumbangkan
gagasan yang signifikan dalam upaya membangun teori-teori sosiologi
pengetahuan (sociology of knowledge) yang juga dapat dirujuk oleh bidang ilmu
Desain.
Kontruksi sosial memiliki arti yang luas dalam ilmu sosial. Hal ini biasanya
dihubungkan pada pengaruh sosial dalam pengalaman hidup individu. Asumsi
dasarnya pada “realitas adalah kontruksi sosial” dari Berger dan Luckmann.
Selanjutnya dikatakan bahwa kontruksi sosial memi-liki beberapa kekuatan.
Pertama, peran sentral ba-hasa memberikan mekanisme konkret, dimana bu-daya
mempengaruhi pikiran dan tingkah laku individu. Kedua, kontruksi sosial dapat
mewakili kompleksitas dalam satu budaya tunggal, hal ini tidak mengasumsikan
keseragaman. Ketiga, hal ini bersifat konsisten dengan masyarakat dan waktu.
Menurut DeLamater dan Hyde juga bahwa konstruksi sosial menyatakan tidak
ada kenyataan pokok (essences) yang benar, realitas adalah kontruksi sosial oleh
karena itu fenomena seperti ho-moseksual adalah kontruksi sosial, hasil dari suatu
budaya, bahasanya, dan juga institusi-institusi. Juga konstruksi sosial
memfokuskan bukan pada pasangan seksualitas yang menarik tapi pada va-riasi-
variasi budaya dalam mempertimbangkan apakah yang menarik itu. Kontruksi
sosial merupakan sebuah pandangan kepada kita bahwa semua nilai, ideologi, dan
institusi sosial adalah buatan manusia.
10
Secara garis besar teori konstruksi sosial Berger tidak menyediakan analisis
terperinci terhadap interpratasi manusia dan kegunaannya terhadap media massa
sebagai media terbesar yang bersifat konstruktif pada pengetahuan manusia.
Menurut Karman (2015) gagasan Peter L. Berger dikoreksi oleh Jaques Derrida
dengan gagasan dekonstruksi. Inti dari dekonstruksi terletak pada proses
dekonstruksi makna di masyarakat terhadap teks, wacana, dan pengetahuan di
masyarakat. Gagasan Derrida kemudian menghasilkan tesis-tesis keterkaitan
antara kepentingan (interest) dengan metode penafsiran (interpretation) atas
sebuah realitas sosial. Derrida menegaskan bahwa kepentingan selalu
mengarahkan manusia pada pemilihan metode penafsiran. Gagasan Derrida ini
menurut (Karman 2015) sejalan dengan pemikiran Habermas, yang lebih dahulu
mengemukakan adanya hubungan strategis antara pengetahuan manusia (baik
empiris- analitis, historis-hermeneutik, maupun kritis) dengan kepentingan
(teknis, praktis, atau yang bersifat emansipatoris), meski tak dapat disangkal
bahwa yang terjadi juga sebaliknya, yakni “pengetahuan” adalah produk
“kepentingan”.
Kritik kedua datang dari Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul
“Konstruksi Sosial Media Massa (2008)” (Bungin (2008). Bungin
menyebut bahwa basis teori konstruksi sosial Berger adalah masyarakat
transisi-moderen di Amerika pada tahun 1960-an, di mana media massa
belum menjadi fenomena sosial dan basis riset para akademisi. Dalam
kesempatan ini Bungin menjadi akademisi yang memasukkan media
massa sebagai variabel dalam konstruksi realitas sosial. Pada dasarnya
konstruksi sosial Berger dinilai berjalan sangat lamban dan tidak tajam
melihat konstruksi pengetahuan di masyarakat tanpa adanya variabel
media massa. Selain itu pandangan Berger dianggap tidak mampu
menjawab tantangan perkembangan jaman masyarakat moderen dan
postmodern di seluruh dunia yang dengan cepat merubah citizen menjadi
netizen karena adanya perubahan media massa.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Adapula beberapa simpulan dari Teori Konstruksi Sosial Oleh Peter L. Berger,
antara lain:
3.2. Saran
12
Teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger adalah pengetahuan yang dapat
membantu baik sosiolog ataupun pemerintah dalam memahami masyarakat.
Adanya konstruk yang selalu ada dan berbeda-beda dapat memaksa pembuat
kebijakan untuk terus mengevalusai norma atau aturan terhadap masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Berger P.L dan Luckmann T. Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan. Penerjemah, Hasan Basari. 1990. Jakarta: LP3ES.
River, W.L., Jenson, J.W., dan Peterson, Theodore. Media Massa dan Masyarakat
Modern, edisi kedua. 2003. Jakarta : Prenada Media.
14