Anda di halaman 1dari 33

Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah:
Bimbingan Konseling Sosial
Dosen Pengampu: Nova Erlina, M. Ed.

Disusun oleh:

Desti Nava Alicia Putri 2211080024

KELAS: A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1444H/2023
Makalah Kelompok 1

Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial, Membentuk Kesan Terhadap Orang Lain,
Memahami Dunia Sosial.

A. Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial


1. Pendekatan Psikologi Sosial Sosial
Menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari bagaimana kita memandang
orang lain dan peristiwa sosial, bagaimana kita mempengaruhi orang lain, dan
untuk mempelajar, sifat dari hubungan sosial kita saat membaca buku ini. Anda
akan mengetahui bahwa beberapa Psikolog sosial telah mempelajari persepsi dan
sikap bagaimana orang memandang dirinya sendiri dan orang lain, bagaimana
orang mengintegretasikan perilaku orang lain, dan bagaimana sikap mereka
terbentuk dan berubah. Psikologi sosial lainnya lebih fokus pada interaksi antar
orang, termasuk masalah persahabatan dan altruisme,prasangka dan agresi, serta
konformitas (kepatuhan) dan kekuasaan. Psikolog sosial juga
mempelajaribagaimana orang bertindak dalam berinteraksi dan bagaimana
kelompok mempengaruhi anggota anggotanya.
Kita dapat, mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi ilmiah tentang
bagaimana orang berpikir, memengaruhi, dan berhubungan dengan orang lain.
Prinsip psikologi sosial membantu kita memahami berbagai macam isu penting,
seperti cara mempromosikan ayo hidup sehat, pengaruh media terhadap sikap
publik, dan saksi niat atas tindakan kejahatan.Psikologi sosial merupakan studi
ilmiah tentang bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku dalam
konteks. Berdasarkan definisi ini, terdapat beberapa poin penting dari psikologi
sosial sebagai berikut :
a. Studi ilmiah Banyak cara untuk memahami bagaimana individu berpikir,
merasa, dan berperilaku, bisa melalui novel, film, sejarah, dan filsafat.
Psikologi sosial menggunakan metode ilmiah yang sistematis, seperti
observasi yang sistematis, deskripsi dan pengukuran untuk mempelajari
kondisi manusia.
b. Bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku Psikologi sosial fokus
pada beragam topik yang luar biasa. Selain psikologi sosial, beberapa studi
ilmiah juga menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari tentang manusia,
seperti antropologi, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan
sosiologi. Semua bidang studi ini, termasuk psikologi sosial digolongkan
sebagai ilmu-ilmu sosial.
c. Dalam konteks atau situasi sosial “Sosial” inilah yang membedakan psikologi
sosial dengan cabang psikologi lainnya. Situasi sosial mencerminkan tempat
perilaku terjadi. Dalam menyusun prinsip prinsip secara umum dari perilaku
manusia, psikologi sosial menguji faktor faktor non sosial (misalnya cuaca
panas) dan faktor sosial (seperti pengaruh sosial dan interaksi sosial) yang
mempengaruhi pikiran,emosi, motivasi, dan perilaku. Pendekatan yang
memilah psikologi dan sosiologi, dan melihat psikologi sosial sebagai
intersection keduanya sangat kaku dan membatasi ruang gerak psikologi
sosial. Konsep ini tidak mampu membendung aspirasi psikologi sosial dalam
perkembangannnya.
Menurut Stephan selanjutnya mengusulkan suatu perspektif dalam
pembelajaran psikologi sosial, yaitu perspektif psikologi dan sosiologi dalam
mempelajari psikologi sosial dan keduanya masih bernama psikologi
sosial.Satu sisi lebih menekankan pada perspektif psikologis, yaitu
psychological social psychology dan sisi lainnya menekankan perspektif
sosiologis yaitu sociological social psychology.Dua perspektif psikologi
sosial, yaitu psikologis dan sosiologis membawa kekayaan dan keunikan pada
perkembangan pendekatan serta metode analisa psikologi sosial. Shaw &
Costanzo menyatakan bahwa sejak awal, psikologi sosial adalah disiplin yang
terbagi, sebagian cenderung memilah psikologi sosial yang psikologis dan
sebagian psikologi sosial yang sosiologis.
Seperti yang tertuang dalam hadis yang di riwayatkan oleh Sahih
alBukhari"Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (Sahih al-
Bukhari). Dan juga tertuang dalam Q.S An-Nahl ayat 90 “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
2. Akar Historis Psikologi Sosial
Pada awal 1900-an, ada tiga perspektif teori utama yang dikebangkan oleh
para psikolog, masing masing meninggalkan warisan penting pada psikologi sosial
kontemporer, Sigmund Freud, bapak pendiri psychoanalytic theory (teori
psikoanalitik), terkesan oleh kehidupan mental dari manusia. Sigmund Freud
mengatakan bahwa perilaku didasari dari dalam oleh dorongan dan impuls internal
yang kuat seperti seksualitas dan agresi,dia juga percaya bahwa perilaku orang
dewasa dibentuk oleh konflik psikologis yang belum terselesaikan yang dapat
dirunit kembali hingga ke pengalaman masa kanak kanak dalam keluarga. Para
teoritisi psikoanalisis berusaha memahami kekuatan batin, baik itu kesadaran
maupun bawah sadar,yang memberi kekuatan dan mempengaruhi perilaku.Teori
kedua adalah behaviorism (behaviorisme),yang menawarkan perpektif yang
berbeda tentang pengalaman manusia.
Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B. F. Skinner, dan rekan-rekannya.
Teori behaviorisme lebih fokus pada perilaku manusia dan hewan yang dapat
diamati. Behaviorisme tidak tertarik pada pemikiran dan perasaan subjektif
mereka memilih mempelajari hal-hal yang dapat dilihat dan diukur secara
langsung, yakni perilaku yang kelihatan nyata.Akar Experimental Social
Psychology dan Critical Social Psychology Experimental Social Psychology
diawali oleh Norman Triplet pada tahun 5 1908 dengan penelitiannya tentang
dynamogenic. Rogers menuliskan bahwa sebelum McDougal pada tahun 1908
mempublikasikan bukunya pertama kali mengenai Psikologi Sosial, adalah
Norman Triplet yang pada tahun 1989 melakukan penelitian terhadap anak-anak
di sebuah organisasi bersepeda Amerika.
3. Teori Teori Dalam Psikologi Sosial
Kenrick menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah yang
mempelajari tentang bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan berperilaku
yang dipengaruhi oleh orang lain. Kenrick menekankan orang lain sebagai faktor
yang mempengaruhi perilaku individu, sedangkan Kassin, dkk. menekankan
situasi sosial sebagai setting terjadinya perilaku. Baron dan Byrne menyatakan
bahwa psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami
asal-usul dan penyebab terjadinya perilaku dan pemikiran individu dalam konteks
sosial. Situasi sosial adalah situasi dimana terdapat kehadiran orang lain secara
nyata maupun imajinasi.
4. Metode dalam Psikologi Sosial
Rogers (2003) menyatakan ada beberapa metode penelitian yang digunakan
dalam psikologi sosial. Pertama, metode induktif, secara ontologis menegaskan
bahwa dunia sosial ada “di luar” tindakan manusia, dan secara epistemologis
menganut paham positifisme, dengan tujuan mengobservasi dunia sosial dan
mengidentifikasi keteraturan sistematis dalam sebab dan akibat antara beberapa
variabel yang kita observasi, untuk mengembangkan suatu hukum universal dan
kemudian mengujinya. Kedua, metode deduktif, yang secara epistemologis
menganut paham rasionalisme dan secara ontologis menempatkan diri dalam
posisi bahwa fenomena yang satu berhubungan dengan fenomena yang lain.
B. Persepsi Orang: Membentuk Kesan Terhadap Orang Lain
1. Mengintegrasikan Kesan
Penelitian asli tentang pembentukan kesan (yaitu bagaimana seseorang
memandang orang lain) dikreditkan ke psikolog Amerika kelahiran Polandia
Solomon E, Asch (1907-1996), yang membahas dua masalah utama dalam
karyanya: makna yang diberikan orang kepada mereka. Penelitian terbaru tentang
pembentukan kesan menggunakan pendekatan keempat penggunaan skala
peringkat yang ditentukan oleh label akhir seperti “sangat disukai” dan “sangat
tidak menguntungkan”. Perhatian teoritis utama Asch adalah pentingnya
memahami bagaimana orang mengatasi beragam informasi yang mereka terima
tentang individu lain. Kekhawatiran ini terkadang disebut masalah integrasi
informasi. Dua pendekatan teoritis utama terhadap pembentukan kesan dan
masalah integrasi informasi adalah pendekatan Gestalt dan pendekatan aljabar
kognitif. Teori Gestalt menyatakan bahwa orang mengadopsi strategi konfigurasi
di mana mereka menilai seluruh larik informasi dan, kemudian, membentuk
interpretasi teoretis yang mengintegrasikan semua bagian data yang terpisah
menjadi satu kesatuan yang koheren. Pendekatan ini sering kali melibatkan
interpretasi ulang beberapa data dan mendiskontokan informasi lainnya.
2. Persepsi orang yang termotivasi
Persepsi merupakan proses pemaknaan terhadap stimulus. Sebagai suatu
proses, persepsi slalu mensyaratkan objek. Objek persepsi sangat beragam salah
satunya adalah self. Sebagai objek persepsi self bukanlah objek tunggal, tapi objek
yang memiliki aspek-aspek yang sangat kompleks. Secara umum aspekaspek dari
self itu bisa dikategorikan menjadi empat kategori: aspek fisik, psikologis, sosial-
kultural, dan spiritual.
Tokoh psikologi kebanyakan mengakui bahwa persepsi terhadap orang lain
terkait dengan persepsi terhadap diri sendiri. Pemahaman kita terhadap diri kita
sendiri ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penilaian kita
dengan orang lain. Persepsi diri berpengaruh terhadap persepsi social dengan cara:
sebagai sumber informasi, sebagai standar evaluasi, dan sebagai standar moral.
Empat isu menarik perhatian para peneliti:
a. Self sebagai sumber informasi ketika memahami orang lain: persepsi
kesamaan
b. Self sebagai sumber informasi ketika memahami orang lain: persepsi
perbedaan dan keunikan
c. Self sebagai standar didalam mengevaluasi orang lain
d. Self sebagai standar moral
3. Menghungkan Sebab Prilaku
Menurut Baron dan Byrne atribusi sosial adalah proses yang kita lakukan
untuk mencari penyebab dari prilaku orang lain sehingga mendapatkan
pengetahuan mengenai karakteristik stabil dari orang lain. Faktor penyebab dari
suatu prilaku bisa bersifat internal dan eksternal, spontan atau pertimbangan,
terencana atau tidak terencana.6 Atribusi sosial bisa juga berlangsung secara
spontan atau melalui pertimbangan dan proses berfikir yang panjang. Islam
mengajarkan pada kita untuk tidak berburuk sangka, menjauhi persangkaan tanpa
pengetahuan yaitu terdapat dalam QS al-hujurat (49) yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu‟‟
4. Akurasi Penilaian
Akurasi penilaian Seberapa akuratkah orang menilai orang lain.Kesan kita
tentang orang lainmisalnya keluarga dan kawan kita umumnya cukup detail, dan
membuat kita merasa lebih yakin dengan pengetahuan atau kesan kita tentang
mereka (Gill Swann, & Silvera, 1998). Persepsi sosial bersifat subjektif.
Kebenaran persepsi sering kali bersifat relatif, dan kebenarannya sering kali
berbeda diotak masing-masing orang Kognitive miser adalah kecendrungan kita
untuk tidak berikir secara mendalam mengenai penilaian kita terhadap orang lain.
5. Komunikasi non verbal
Banyak dari komunikasi itu adalah verbal, namun sering pula kita
berkomunikasi se- cara nonverbal. Kita meniru perilaku rekan interaksi kita; kita
menggunakan perilaku neverbal untuk mengomunikasikat, keinginan kita, simpati
kita, atau kesukaan kita. Ketika orang lain mengomunikasikan keinginannya untuk
memaksa melalui isyarat atau postur tubuh, kita secara spontan mungkin akan
bersikap tunduk, dan ketika Seseorang mengomunikasikan ketundukanya melalui
postur tubuh, kita akan berpe niaku dengan cara yang lebih dominan (Ticdens &
Fragale, 2003).
C. Kognisi Sosial : Memahami dunia sosial
1. Inferensi sosial
Inferensi adalah sebuah proses dimana kita mempelajari tentang orang lain
atau perilaku nya. Dalam mempelajari inferensi kita dapat 16 mengumpulkan data
sosial berupa: informasi sosial, penampil fisik, petunjuk nonverbal, dan
tindakantindakan orang lain.7 Seperti yang tercantuh dalam QS. Al-Baqarah ayat
30.“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".[al baqarah/2 :30]
Dari ayat diatas di jelaskan bahwa manusia diciptkan berprilaku merusak ,yaitu
dari “merusak an menumpah darah”,namun tidak sama halnya dengan
malaikat,yang taat dan patuh, Disini dijelaskan bahwa manusia yang hanyalah
mempunyai prilaku yang berlebih dari pada makluk lain,dimana manusia dia bisa
tahu dengan segala apa yang ada di alam ini karena manusia lebih unggul dari
pada makluk lain.
2. Emosi dan inferensi
Banyak kesalahan dan bias yang memiliki ciri peneng Semua itu
merepresentasika keyakina evaluatif. Sering kali kita membentuk komitmen
emosional ke suatu teur atan keyakinan tertentu sehingga memengaruhi cara
pandang kita pada informasi proses yang Misalnya, kita mengira kita sulises
dalam wawancara kerja karena kita sangat meng inginkan pekerjaan, itu Anda
mungkin berasulasi bahwa emosi adalah membelokkan kognisi saat mencari
akurasi Dalam hal tertentu, asumsi Anda ini be nar Namun, emosi juga merupakan
bagian penting dari pengambilan keputusan, dan ketika orang mengabaikan
emosinya mereka mungkin akan mengambil keputusa yang bertentangan dengan
kepentingan mereka sendiri.
3. Skema
Skema sosial adalah struktur kognitif yang merepresentasikan pengetahuan
kita tentang suatu konsep stimulus, termasuk atribut dan keterkaitan diantara
atributatribut tersebut. Salah satu tujuan skema sosial adalah menyederhanakan
kompleksitas informasi mengenai kehidupan sosial sehingga kita akan lebih
mudah didalam memahami kompleksitas kehidupan sosial tersebut dan
komunikasi kita dengan kehidupan sosial menjadi lebih efisien
4. Pemrosesan Skematis
a) Perhatian atau Atensi (Attention)
b) Pengkodean (Encoding)
c) Mengingat Kembali (Retrieval).
5. Jalan Pintas Mental : Menggunakan Heuristik Kognitif
Herbert Simon, seorang peneliti dalam bidang psikologi kognitif menjelaskan
bahwa manusia adalah “bounded rational agent”. Artinya, kapasitas pikiran
manusia dalam menganalisis risiko yang kompleks, pada hakikatnya sangat
terbatas. Keterbatasan itulah yang membuat manusia pada akhirnya mengandalkan
heuristik dalam menganalisis permasalahan yang kompleks. Heuristik sendiri
diartikan sebagai mental shortcut atau jalan pintas kognitif yang didasari pada
perilaku yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Skema mana yang dipakai
faktor-faktor yang memengaruhi skenia yang dipakai orang untuk
menginterpretasikan informasi : a. Pengetahuan (orang lain, diri kita, dll.) b. Peran
sosial (dosen, dokter, ibu rumah tangga, dll) c. Peristiwa khusus (perang,
pemilihan umum)
7. Kapan skema dipakai
Skema adalah penting karena skema membantu orang untuk memahami
pengalaman dengan cepat. Jika kita melihat berbagai situasi seolah-olah kita baru
saja melihatnya, maka akan mustahil bagi kita untuk menjalani kehidupan
seharihari dengan normal.
8. Skema dalam tindakan
Penggunaan skema untuk pemrosesan informasi adalah penting bukan hanya
karena ia membantu orang untuk melakukan penilaian dan mengambil keputusan
tetapi juga menyediakan pedoman untuk berinteraksi dengan orang lain.
Makalah Kelompok II

Belajar Tentang Diri, Sikap Dan Perubahan Sikap, Prasangka

A. Diri: Belajar Tentang Diri


1. Apa Itu Diri
Menurut James diri ini terdiri dari empat (4) komponen, yaitu: 1) Diri
spiritual; 2) Diri kebendaan; 3) Diri sosial dan 4) Diri badaniah. Diri spiritual
menyangkut kepuasan terhadap apa yang telah kita lakukan, bukan terhadap apa
yang kita punyai. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan
yang kita lihat sebagai bagian dari kita. Diri sosial adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan orang lain. Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial
yang berbeda-beda, sebanyak individu-individu dan group-group yang dianggap
penting. Diri badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah berkaitan dengan
kondisi fisik seseorang, seperti tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung atau
pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau keriting.
2. Dari Mana Asal Pengehtahuan Diri
Pengetahuan diri seseorang bisa diketahui mengenai dirinya sendiri seperti
usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lainnya. Faktor-faktor
tersebut menempatkan individu kepada suatu kelompok sosial seperti kelompok
umur, suku bangsa, dan sebagainya. Akhirnya individu tersebut
mengidentifikasikan dengan kelompok sosial tersebut yang menambah daftar
julukan kita, seperti kelompok menengah atas, kelompok wanita karir dan lainnya.
3. Aspek Aspek Pengetahuan Diri
Pudjijogjanti berpendapat bahwa konsep diri secara global terdiri dari tiga
aspek, yaitu konsep diri general, konsep diri mayor, dan konsep diri spesifik.
a. Konsep diri ini sulit untuk dirubah, karena sudah melekat.
b. Konsep diri mayor merupakan cara individu memahami konteks sosial, fisik
dan akademis dari dirinya.
c. Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya berkaitan
dengan aktivitas dalam berkegiatan sosial, fisik dan akademis.
Konsep diri menurut Suryabrata memiliki beberapa aspek yaitu: Bagaimana
orang mengamati dirinya sendiri b. Bagaimana orang berpikir tentang dirinya
sendiri c. Bagaimana orang menilai dirinya siendiri d. Bagaimana orang
berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan
diri
4. Regulasi dan diri
Regulasi diri diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam
mengendalikan diri terhadap dorogan-dorongan yang bersifat negatif dari
lingkungan ketika diri tidak memiliki kontrol dari manapun. Ada dua jenis konsep
diri negatif. Pertama, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar
tidak teratur, dia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dia benar-
benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang
dihargai dalam hidupnya. Kedua, konsep dirinya hampir merupakan lawan dari
yang pertama. Disini konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata
lain terlalu kaku.
5. Teori Perbandingan Sosial
Perbandingan sosial adalah suatu adaptasi sosial koginitif yang dilakukan
seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain. Teori
perbandingan sosial ini pertama kali dirumuskan oleh leon festinger. Menurut
teori ini, proses saling memoengaruhi dan prilaku saling bersaing dalam interaksi
sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri.
6. Presentasi Diri Presentasi diri adalah proses di mana individu melakukan
pengendalian atau pengelolaan kesan agar orang lain membentuk kesan tertentu
mengenai mereka dalam interaksi sosial. Kebanyakan individu sering kali
memfokuskan diri pada kesan yang ingin ditampilkan melalui perilaku publik di
lingkungan sosialnya. Presentasi diri merupakan sebuah proses di mana kita
berusaha untuk membentuk apa yang dipikirkan orang lain tentang kita dan apa
yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri.
7. Kultur Dan Diri Sebuah Ulasan Konsep diri melalui sejarah perkembangan yang
cukup panjang, yang meliputi: 1) model terdahulu yang berisikan riset tentang
konsep diri sebagai sesuatu yang terdiri dari banyak segi (multifaceted), 2) Model
Shalvelson yang berisikan tentang model konsep diri yang bersifat terorganisasi
atau terstruktur, terdiri dari banyak segi (multi-faceted)
B. Sikap dan Perubahan Sikap
1. Definisi Sikap Sikap didefinisikan sebagai evaluasi akan manusia, objek, atau ide.
Sikap seseorang merupakan hal yang penting karena sikap menentukan apa yang
akan ia lakukan. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus, yang
melibatkan pendapat dan emosi orang yang bersangkutan. Sikap juga dapat
didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respons.
2. Teori Sikap
a. Cognitively Based Attitude Sikap dapat berasal dari keyakinan seseorang
mengenai karakteristik dari objek sikap. Contohnya, jika seseorang
mempertimbangkan sikap terhadap suatu objek seperti air purifier dengan melihat
fakta-fakta mengenai objek tersebut.
b. Affectively Based Attitude Sikap dapat berasal dari perasaan dan values yang
dimiliki seseorang.
c. Behaviorally Based Attitude Sikap juga dapat berasal dari observasi akan
bagaimana seseorang berperilaku terhadap suatu objek.
3. Persuasi
Persuasi adalah proses yang kompleks, interaktif, dan berkesinambungan di
mana persuader dan persuadee dihubungkan oleh simbol baik verbal maupun
nonverbal, di mana persuader berusaha untuk mempengaruhi persuadee untuk
mengadopsi perubahan sikap atau perilaku tertentu.
4. Perubahan Sikap dari Waktu ke Waktu Salah satu teori yang dapat menjelaskan
pembentukan dan perubahan sikap melalui persuasi adalah teori Elaboration
Likelihood Model. ELM berfokus pada karakteristik sumber (persuader), pesan,
dan audiens (persuadee) yang memandang bahwa dalam upaya membentuk atau
mengubah sikap seseorang melalui transmisi pesan, terdapat proses pemikiran
atau proses mental persuadee untuk menerima atau menolak pesan persuasi.
Dalam teori ELM ini, menekankan persuadee juga memiliki peran aktif untuk
menentukan keberhasilan persuasi.
5. Sikap dan Prilaku Sikap manusia merupakan prediktor yang utama bagi perilaku
(tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan
dan keyakinan seseorang. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna
atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan
mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku
yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau
keadaan yang dihadapkan kepadanya. Meskipun demikian, tidak semua sikap
dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam arti bahwa kadang-kadang sikap
dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi kadang-kadang sikap tidak mewujud
menjadi tindakan
C. Prasangka
1. Komponen Antagonisme
Kelompok Antagonisme kelompok memiliki tiga komponen yang saling
terkait yaitu stereotip (stereotype), prasangka (prejudice), dan diskriminasi
(discrimination). Stereotip merupakan jalan pintas dari proses mental dalam
memahami orang lain atau membuat penilaian terhadap orang atau kelompok lain.
Sebenarnya warga ingin 12 mempertahankan kekayaan kultutal lokal. Islam
diperankan sesuai identitas dan karakter budaya lokal bukan budaya luar.
2. Belajar Prasangka
Prasangka merupakan komponen afektif atau komponen evaluatif dari
antagonisme kelompok. Prasangka adalah penilaian terhadap suatu kelompok atau
seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok orang itu.
Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka yang sama dengan dimensi afektif
atau evaluatif yang telah dibahas dalam kaitannya dengan kesan dan sikap.
3. Motif Prasangka
Konflik langsung antar kelompok Berdasarkan Teori Konflik Realistik
(Realistic Conflict Theory) di mana prasangka muncul karena kompetisi antar
kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga
yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi. Contoh:
konflik antara para migrant dengan masyarakat setempat, masyarakat setempat
cenderung memiliki prasangka terhadap para migrant ini karena para migrant
lebih mampu untuk survive dan berhasil wilayah barunya sehingga menimbulkan
rasa kebencian pada diri masyarakat setempat terhadap para migrant.
4. Indentitas Sosial
Identitas sosial (social identity) adalah keterkaitan, keterlibatan, peduli dan
rasa bangga yang bersumber dari pengetahuan seseorang tentang keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial sehingga timbul rasa kebersamaan, signifikansi nilai
dan emosional dari keanggotaan tersebut yang membedakan dengan kelompok
lainnya. Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal
dari pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu dengan
disertai internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga sebagai
anggota kelompok tersebut.
5. Wajah Prasangka yang Berubah
Ketika prasangka berubah bisa menjadi diskriminasi dan perilaku yang
melanggar hukum. Beberapa orang mencoba membenarkan prasangka atau
diskriminasi dengan berargumen bahwa 'kelompok luar' tertentu menimbulkan
ancaman terhadap kelompok 'dalam' mereka sendiri (yang terkadang dominan atau
mayoritas) dalam masyarakat. Ancaman yang dirasakan ini bisa bersifat realistis
(kelompok dominan merasa keselamatan dan kesehatan mereka terancam),
simbolis (nilai-nilai atau cara hidup terancam) atau ekonomi (pekerjaan atau harta
benda terancam).
6. Mengurangi Prasangka
Langkah-langkah yang bisa dilakukukan untuk mengatasi prasangka sehingga
prasangka tersebut dapat berkurang atau bahkan bisa dihilangkan, caranya sebagai
berikut;
a. Dengan cara mengadakan direct intergroup contact
b. Dengan cara mengadakan kerja sama atau cooperative interdependence.
Kelompok III

Pengaruh Sosial, Daya Tarik Interfersonal, Dan Hubungan Personal

A. Pengaruh sosial
1. Konformitas
Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau
perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Jadi kita harus
"menyesuaikan diri agar bisa akrab”. Mengikuti norma kelompok sering menjadi
syarat agar kita bisa diterima dan tercipta kerukunan.
2. Kultur dan konformitas
Konformitas dianggap akan menghilangkan otonomi dan kontrol personal.
Sebaliknya, dalam kultur kolektivis seperti di Afrika, Asia, dan Amerika, makna
konformitasnya berbeda. Kultur kolektivis menekankan pentingnya ikatan dengan
kelompok sosial. Orang tua sangat memerhatikan kepatuhan, perilaku yang tepat,
dan penghormatan terhadap tradisi kelompok. Dalam konteks kultural ini, aspek
positif dari konformitas lebih ditekankan. Konformitas dianggap bukan sebagai
respon terhadap desakan sosial, tetapi sebagai cara untuk menjalin hubungan
dengan orang lain dan memenuhi kewajiban moral. Alasan lain dari conformitas
adalah keinginan agar diterima secara sosial. Ini dinamakan normative influence
(pengaruh normatif). Kita sering ingin agar orang lain menerima diri kita,
menyukai, dan memperlakukan kita dengan baik. Secara bersamaan, kita ingin
menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan. Pengaruh normatif terjadi ketika
kita mengubah perilaku kita untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok
atau standar kelompok agar kita diterima secara sosial.
3. Pengaruh minoritas
Inovasi dalam kelompok Konformitas terhadap mayoritas adalah aspek dasar
dalam kehidupan sosial. Akan tetapi, penekanan pada pengaruh mayoritas bukan
berarti minority influence (pengguna minoritas) tidak penting. Terkadang kubu
minoritas yang kuat dengan ide baru dan unik dapat mengubah pandangan
mayoritas Studi-studi awal menunjukkan bahwa pembangkangan bisa mereduksi
konforta, mengubah ide bahwa mayoritas "selalu kuat”. Penentangan ini
menyebabkan kemungkinan adanya pengaruh dari minoritas.
4. Ketundukan Compliance
Ketundukan menenuhi permintaan orang lain) didefinisikan sebagai
melakukan apapun yang diminta orang lain, walaupun kemungkinan tidak kita
sukai. Ciri utama dari ketundukan adalah kemauan merespons permerintahan
orang lain atau kelompok lain.

5. Dasar kekuasaan sosial


Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk memberi hasil positif
orang lain untuk membantu mendapatkan tujuan yang diinginkan atau ditawarkan
untuk memperoleh imbalan yang bermanfaat.
a. Koersi dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda
ketidaksetujuan. Contoh: seorang supervisor mungkin mengancam akan
mengenakan tindakan hukuman jika karyawan selalu telat masuk kerja.
b. Keahlian seperti pengetahuan khusus, training, dan ketrampilan juga dapat
menjadi sumber kekuasaan, contoh: Kita tunduk pada ahli dan mengikuti
nasihatnya karena kita percaya bahwa pengetahuan mereka akan membantu kita
mencapai tujuan kita.
c. Informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya mereka
lakukan. Seorang teman mungkin berusaha memengaruhi anda agar anda mau
menonton konser dengan cara memberi anda informasi bahwa grup musik favorit
anda ikut tampil. Dalam kasus ini, pihak yang mempengaruhi bukanlah ahli, isi
pesanlah yang diharapkan mampu memengaruhi. Informasi adalah faktor utama
dalam pengaruh 5 sosial, seperti telah dikemukakan di atas, kebutuhan informasi
dapat memotivasi conformitas.
d. Kekuasaan rujukan sebagai basis pengaruh dengan relevansi pada relasi personal
atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini eksis ketika kita
mengidentifikasi atau ingin menjalin hubungan dengan kelompok atau orang
lain. Otoritas yang sah untuk menyuruh orang lain melakukan hal tertentu.
Seperti guru yang memerintahkan muridnya untuk mengerjakan PR.
B. Daya Tarik Internasional
1. Kebutuhan untuk diterima
Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial adalah bagian dari warisan volusi
manusia. Misalnya bayi yang bergantung pada perawatan dan pengasuhan. Sejak
hari pertama, keberlangsungan hidup bayi bergantung pada orang lain. Bayi
manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk menatap wajah. Mereka juga
dilengkapi dengan kemampuan untuk membentuk ikatan emosional dengan orang
tuanya atau pengasuhnya. Kebutuhan untuk diterima ini adalah elemen universal
dalam diri manusia, sama seperti kebutuhan untuk makan dan minum. Karena
hubungan sosial penting bagi kehidupan manusia, tidak mengejutkan jika kesepian
dan penolakan sosial merupakan sumber utama dari penderitaan atau strcs
personal.
2. Kesepian
Ketika hubungan sosial kita kekurangan beberapa aspek penting, kita akan
merasakan penderitaan personal dari situasi loneliness (ke epian). Kekurangan ini
mungkin bersifat kuantitatif: kita mungkin tidak memiliki teman atau hanya punya
sedikit teman, atau mungkia juga bersifat kualitatif: kita mungkin merasa
hubungan kita sangat dangkal dan tidak memuaskan. Kesepian dan kesendirian
(aloness) merupakan hal yang berbeda. Kesepian merasuk ke dalam batin manusia
dan tidak dapat dideteksi hanya dengan melihat seseorang. Sebaliknya,
kesendirian adalah keadaan objektif di mana seseorang terpisah atau tidak
bersama orang lain.
3. Penolakan sosial
Banyak orang dewasa menggunakan "pengkucilan" menghukum anaknya
dengan menyuruh mereka menghabiskan waktu sendirian saja. Penolakan oleh
teman juga merupakan salah satu pengalaman paling menyakitkan masa kanak-
kanak dan dapat menyebabkan kesepian di kalangan anak muda. Orang dewasa
menggunakan penolakan sosial untuk memenuhi dan mengubah perilaku orang
lain, dengan intensitas yang bervariasi. Salah satu cara agar partner akrab
melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatu adalah dengan menggunakan
"tindakan mendiamkan”.
4. Keterkaitan pada anak dan orang dewasa
Ada empat ciri penting dari keterikatan,seperti:
a. Menjaga kedekatan (proximity maintenance). Anak berusaha tetap dekat
dengan orang yang terikat dengannya, baik itu secara fisik atau psikologis.
b. Kegelisahan perpisahan (separation distress), anak yang bertambah cemas dan
gelisah saat mengalami perpisahan dengan sosok yang dekat dengannya.
c. Orang yang dekat dengannya menjadi tempat berteduh" (safe heaven), pada
saat tertekan, takut, atau berada dalam situasi yang asing, sosok yang sudah
diakrabinya akan menjadi sumber kenyaman dan perlindungan.
d. Orang yang dekat akan menjadi basis keamanan (secure base), yang membuat
anak merasa aman dan terlindungi sehingga anak bisa mengeksplorasi
lingkungan fisik dan sosial. Semua anak mengembangkan keterikatan dengan
pengasuh utamanya.
5. Keterkaitan romantis orang dewasa
Hubungan cinta anak dengan orang tuanya mungkin akan memengaruhi
caranya dalam menjalin hubungan asmara pada masa dewasa misalnya, anak yang
mendapat perhatian baik mungkin akan lebih berprasangka baik terhadap orang
lain. Keyakinan ini dikenal sebagai working model dari hubungan. Erennan dan
Shaver meringkaskan menggaSmbarkannya sebagai berikut:
a. Secure adults Orang dewasa dalam kelompok ini merasa nyaman dan
memandang diri mereka sebagai orang yang pantas menerima perhatian dan
kasih sayang orang lain. Mereka mendeskripsikan diri mereka untuk akrab
dengan orang lain dan jarang merasa diabaikan. Orang dewasa pada tipe ini
mendeskripsikan hubungan cinta yang paling penting adalah kebahagiaan,
persahabatan, dan saling percaya. Mereka cenderung berbagi ide dan
perasaan dengan rekannya.
b. Avoidant adult Orang dewasa dalam kelompok ini merasa kurang nyaman
saat bersama orang lain atau kurang mempercayai pasangan asmaranya.
Dalam mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting, orang dewasa ini
menyebut pasangannya emosi, cemberu, dan ketakutan akan indinasi.
Mereka cenderung menyangkal kebutuhan keterikatannya, memandang
akhir hubungan romantis sebagai inkonsekuensial, dan lebih fokus pada
pekerjaan.
c. Anxious atau ambivalent adults Orang dewasa tipe ini mencari intimasi
tetap mencemaskan cintanya tak terbalas. Orang yang ambivalen
mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting sebagian obsesi,
keinginan akan hubungan timbal balik, pasang surut emosional, dan daya
tarik seksual yang ekstrem. Mereka cenderung jatuh cinta pada pandangan
pertama dan kurang dihargai oleh pasangan romantis atau rekannya. Orang
yang ambivalen cenderung mendeskripsikan orang tuanya sebagai intrusif
dan pemaksa, dan menganggap perkawinan mereka kurang bahagia.
6. Menjelaskan efek kedekatan
Kedekatan orang ini juga memengaruhi keseimbangan manfaat dan kerugian
interaksi, seperti yang ditekankan oleh teori pertukaran sosial. Tidak perlu banyak
usaha untuk berbincang dengan tetangga sebelah. Bahkan meski tetangga sebelah
itu tidak begitu menyenangkan, namun kita menganggap akan lebih bermanfaat
punya kawan tetangga itu ketimbang orang yang jauh.Ketika kita sering berjanji
akan tetapi dalam kenyataannya hanya sedikit yang menepati janji itu pun telah
termaktub dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 91

‫َتْ فَ علُْ ى‬ ‫اًلۗ ِاَّ ن َيْ علَُ م‬ ‫ْ دت َت ْىقُ و َ ما َ ن َب ْع َد َت ْى ِك ْي وقَ َ ع ّ ْ ي‬ ‫ِاَ ذا‬ ‫واَ ْوُف ىْ ا ِب َع‬
َ ّّ
‫لال‬ ‫ك ِف ْي‬ ‫ِدهَا ضىا ا ََْل ْي ْد ْلتُ ُم ل ّ ُكْ م‬ ‫ََل‬ َ‫ْم عاه‬ ِ‫ّّلال‬ ‫ْه ِد‬
‫َن َ ما‬ َ‫ج ال عل‬
:Artinya
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

7. Pemilihan pasangan
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang, orang
biasaya tidak mengutamakan penampilan fisik dan biasanya akan lebih
mempertimbangkan kualitas personal yang sesuai. Kita menginginkan pasangan
yang hangat, baik, dan dapat dipercaya. Kita mengutamakan responsivitas dan
selera humor yang baik. Seperti yang dijelaskan di dalam suatu hadis

‫ْ ىهُ ع‬
‫ِزي ّ ْه ع‬ ‫ِ ه ع ْه َابِي هُ َس ْي‬ ‫َ ابِي س ِعي‬ ‫َقا َ ل ح َّدثَِىي ِ ع‬ ‫ح َّدثىَا َّ د َي ْ حَيى ع ْه عبَ ْي ِد‬
‫لُا‬ ‫َسَ ع ْه َِابي‬ ‫ٍد ب ُ ه‬ ‫يُ د‬ ِ‫ّلال‬ ‫ح َّ َدثَىا‬ ‫ٌد‬
‫س‬ ‫مس‬
‫ال ِّديه س ت َي َداك‬ ِ ِ‫ها َفاظَف ْس ِب َرا ول‬
َ ‫وج َماِل‬ ‫ول‬ ِ‫ل‬ ْ ‫ا ْل َم ْسَا‬ َ
‫الَىِّبي صل ّ ْ ي َ م َقا َ ل ت‬
‫تَ ت ب‬ ‫ها‬
َ ‫ِدىي‬ ‫ها‬
َ ‫ِسب‬ ‫ح‬ َ ‫ح زبَ َماِل‬
‫ها‬ َّ‫ْى َك وسل‬ ‫ى لُا ِه‬
‫ع‬ َ‫َل‬ َ‫عل‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada


kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Sa'id
bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena
empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan
karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan
beruntung.( Shahih Bukhari;no.4700)

8. Apakah internet membangun koneksi sosial atau meningkatkan isolasi sosial


Dalam sebuah survei, 94 persen pengguna internet mengatakan bahwa Internet
memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman.12
Sebagai akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu
mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat berinteraksi melalui
internet. Katelyn dan rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin
menjalin hubungan awal dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap
muka.
C. Hubungan Personal
Ini bisa berupa hubungan dengan orang tua, kawan baik, guru, pasangan, rekan
kerja, atau bahkan semua hubungan yang memiliki tiga karakteristik dasar.
Pertama,melibatkan interaksi yang terus berlanjut,hubungan yang erat itu mencakup
banyak jenis aktivitas atau peristiwa yang berbeda-beda. Misalnya, dalam
persahabatan,hubungan yang erat dengan orang lain, allah SWT berfirman dalam
surah Al-Hujurat ayat 10:

‫َّ حُ مىَ ن‬
‫ُ م ْؤ ِمىُى َ ن ِإ ْ خ ََىٌ ص َب ْي َ ه أ ُ كْ م‬
‫َل لَ َعلَّ ُكْ م تُ ْس‬ ‫َفأَ ِإَوّ َماٱ ْل ل حى ۟ا ۚ خَ ى‬
‫وٱتَُّقى ۟اٱ‬ ‫ْي‬

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
1. Pengungkapan diri
Self-disclosure adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi
informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain.Berbicara kepada teman tentang
problem akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang sedang kita
jalani.
2. Intimasi
Seperti halnya cinta, "intimasi" adalah salah satu istilah umum yang sulit
didefinisikan dengan tepat. Intimasi tercipta ketika kita memandang orang lain
sebagai responsif.
3. Keseimbangan kekuasaan
Kekuasaan sosial berarti kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
perilaku, pikiran, atau perasaan orang lain.
4. Konflik
Proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang
lain. Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
a. Perilaku spesifik
Perilaku spesifik dari pasangan. seorang istri mungkin kesal karena suaminya
lupa membelikan bedak titipannya.seorang istri mungkin kesal karena suaminya.
b. Norma dan peran
Hak dan tanggung jawab partner dalam suatu hubungan.muncul akibat adanya
janji yang tak ditepati, kurangnya perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah
disepakati.
c. Disposisi personal
Berfokus pada motif dan personalitas seseorang. kesal karena pasangannya
tampak malas, tidak disiplin, atau tidak peduli pada hubungan mereka.
5. Komitmen
Dalam hubungan, mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memahami
pasangan kita dalam suka maupun duka, serta untuk memohon ampunan dan rahmat
Allah dalam menjalani perjalanan bersama. Tiga faktor utama yang mempengaruhi
komitmen pada suatu hubungan yaitu, pertama komitmen dipengaruhi oleh
kekuatan daya tank pada partner atau hubungan tertentu, kedua komitmen
dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral kita perasaan bahwa kita seharusnya tetap
berada dalam suatu hubungan, dan ketiga komitmen didasarkan pada kekuatan
negatif atau penghalang yang menyebabkan seseorang akan rugi besar jika
meninggalkan hubunga
KELOMPOK IV

PERILAKU DALAM KELOMPOK, GENDER, DAN PERILAKU MENOLONG

A. Perilaku dalam kelompok


1. Prilaku Ditengah-Tengah Orang Lain
Menurut Sopiah untuk dapat memahami perilaku individu dengan baik,
terlebih dahulu kita harus memahami karakteristik yang melekat pada indvidu.
Adapun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis, kepribadian,
persepsi dan sikap. Kast dan James, mengemukakan perilaku adalah cara
bertindak, ia menunjukkan tingkah laku seseorang. Pola perilaku adalah mode
tingkah laku yang dipakai seseorang dalam melaksanakan kgiatankegiatannya.
Dikatakan bahwa proses perilaku serupa untuk semua individu, walaupun pola
perilakunya mungkin berbeda. Ada 3 asumsi yang saling berkaitan mengenai
perilaku manusia, yakni: 1) perilaku itu disebabkan (caused), 2) perilaku itu
digerakkan (motivated), 3) perilaku itu ditunjukan pada sasaran.
2. Ciri Dasar Kelompok
a. Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan mereka
bersikap loyal terhadap anggotaanggotanya dan termasuk didalamnya pihak
pimpinan kelompok.
b. Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan dan
keyakinan tinggi pada diri mereka masingmasing.
c. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da ekspresi
dari nilai-nilai relevan dan kebutuhankebutuhan anggotanya.
d. Seluruh aktivitas interaksi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan
kelompok tersebut berlangsung dalam suasana saling bantu membantu. Saran-
saran, komentar, ide-ide, informasi kritik semuanya disajikan dengan tujuan
saling membantu kelompok.
3. Kinerja Kelompok
Kelompok merupakan dua orang (atau lebih) yang berinteraksi secara bebas
dengan norma dan tujuan bersama dan identitas bersama. Kerja kelompok ini
dikatakan berhasil apabila mereka bisa mengesampingkan sikap kompetisi dan
berkonsentrasi pada perbedaan pandangan dan keahlian untuk mengatasi
hambatanhambatan atau tantangan dengan cepat. Dapat disimpulkan, bahwa
teamwork atau kerja kelompok ialah dua orang atau lebih yang berkumpul
membentuk kelompok sesuai dengan kemampuan, talenta, pengalaman dan latar
belakang yang berbeda yang berkumpul bersama-sama untuk mencapai satu
tujuan dalam satu kegiatan atau lebih.
4. Pengertian keputusan kelompok
Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan memilih diantara
beberapa kemungkinan, tetapi ungkapan itu terasa sangat disederhanakan secara
berlebihan, pengambilan keputusan adalah suatu proses lebih pelik dari sekedar
memilih diantara beberapa kemungkinan. Banyak perdebatan muncul saat
menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara individu atau kelompok,
keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh
kelompok, sementara hal lain lebih cocok jika dibuat oleh individu, keputusan
tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok curahan bakat biasanya
dibuat oleh manajer puncak karena begitu pentingnya keputusan ini. Hal-hal
berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak
terprogram yaitu, a. Penetapan tujuan. b. Identifikasi alternatif c. Evaluasi
alternatif d. Memilih alternatif e. Implementasi keputusan f. Suasana yang
memungkinkan berkembang kreatiftas mesti dibina karena kelompok lebih cocok
dibanding individu untuk keputusan tidak terprogram.
Pengambilan keputusan kelompok lebih disukai dibandingkan individu
kebutuhan dan keuntungan pengambilan keputusan kelompok telah diketahui
tetapi sejumlah masalah dapat muncul.
5. Interaksi kelompok: kompetisi vs kerja sama.
Teori kerjasama dan kompetisi menyatakan bahwa dalam situasi kerjasama
tindakan karyawan satu dengan karyawan lainnya akan saling menunjang untuk
mencapai tujuan bersama ,dan sebaliknya dalam situasi persaingan, karyawan satu
dengan karyawan lain akan saling bersaing dalam mencapai tujuan, pada kondisi
model penugasan kerjasama individu satu dengan individu lain akan bekerja
secara bersama saling menunjukkan satu sama lain untuk mencapai tujuan berbeda
dengan kondisi penugasan persaingan di mana individu satu dengan individu lain
akan bersaing untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Kepemimpinan
Menurut Kadarusman kepemimpinan leadership dibagi tiga yaitu: (1) Seld
leadership, (2) Team leadership dan (3) Organizational Leadership. Self
Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai
gagal menjalani hidup. Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain, kepemimpinan merupakan suatu proses untuk
mempengaruhi aktivitas kelompok, kepemimpinan merupakan kemampuan
memperoleh kesepakatan pada tujuan bersama, kepemimpinan adalah suatu upaya
untuk mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan, pada prinsip
kepemimpinan leadership berkenaan dengan seseorang mempengaruhi perilaku
orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa setiap orang yang
mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin.
B. Gender
1. Stereotip Gender
Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir secara
biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian memperoleh pencirian
sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan
feminitas yang sering didukung oleh nilai- nilai atau sistem dan simbol di
masyarakat yang bersangkutan. Istilah gender seringkali tumpang tindih dengan
seks (jenis kelamin), padahal dua kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Menurut LeDoux pendekatan biologis menjelaskan perbedaan dalam otak
perempuan dan laki-laki. Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara
perempuan dan laki-laki di dalam corpus collosum, sekumpulan sel saraf yang
menggabungkan dua belahan otak. Corpus collosum pada perempuan lebih besar
daripada pada laki-laki dan ini menjelaskan mengapa perempuan lebih sadar
dibandingkan dengan laki- laki tentang emosi mereka sendiri dan emosi orang
lain. Ini terjadi karena otak kanan mampu meneruskan lebih banyak informasi
tentang emosi ke otak kiri. Bagian otak yang terlibat dalam pengungkapan
emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas metabolis pada perempuan
dibandingkan pada laki-laki. Selain itu, bagian lobus parietal (salah satu cuping
otak di bagian ujung kepala) yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang
pada laki-laki, lebih besar daripada Perempuan.
Begitu pula seseorang yang mengatakan bahwa pria tidak bisa menjadi guru
anak-anak yang kompeten. Kontroversi Gender mengungkapkan beberapa
perbedaan substansial dalam kemampuan fisik, keterampilan membaca dan
menulis, agresi, dan pengaturan diri, hanya ada sedikit perbedaan dalam
kemampuan matematika, dan ilmu pengetahuan. perempuan dalam ilmu
pengetahuan. Ilmu eksakta yang mementingkan rasionalitas dijauhkan dari
perempuan. Perempuan dipaksa untuk lebih tertarik pada ilmu sosial dan urusan
domestik. Semua ini tidak terlepas dari konstruksi kerja berdasarkan jenis kelamin
(sexbased division of labor).
Di bidang reproduksi, ketidakberdayaan itu terlihat dari hubungan yang tidak
berimbang antara laki- laki dan perempuan dalam hal seksual dan reproduksi,
seperti tercermin dalam kasus pemaksaan hubungan kelamin, pemerkosaan,
istri/perempuan yang berisiko tinggi terkena HIVAIDS, dan penyakit-penyakit
lain yang ditularkan melalui hubungan seksual sebagai akibat dari kehamilan
yang tidak diinginkan, bahkan bermacam-macam cara berkeluarga berencana
hampir seluruhnya ditujukan untuk perempuan.Stereotype adalah pemberian sifat
tertentu terhadap sesorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif hanya
karena dia berasal dari kelompok lain. Stereotype didasarkan pada penafsiran
yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya.
2. Gender Dan Diri
Secara etimologis kata „gender‟ berasal dari bahasa Inggris yang berarti 'jenis
kelamin'. Kata „gender‟ bisa diartikan sebagai „perbedaan yang tampak antara
laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Secara terminologis,
„gender‟ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-
laki dan perempuan. Martin, Ruble, & Szkrybalo menyatakan bahwa menurut teori
kognitif sosial, gender berkembang melalui mekanisme yang terdiri atas
observasi, imitasi, penghargaan, dan hukuman. Menurut pandangan kognitif
interaksi antara anak dan lingkungan sosial merupakan kunci utama untuk
perkembangan gender. Menurut Santrock beberapa pengkritik berpendapat bahwa
penjelasan ini kurang memperhatikan pikiran dan pemahaman anak, serta
menggambarkan bahwa anak menerima peran gender secara pasif, serta gender
dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi.
Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud ntuk
menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan
dan bentukan budaya. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab
antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan James membedakan diri
menjadi dua komponen yaitu “aku objek” (me) dan “aku subjek” (I). “Aku objek”
adalah keseluruhan diri seseorang yang dapat disebut miliknya, termasuk
didalamnya kemampuan, karakteristik sosial dan kepribadian, serta kepemilikan
materi. “Aku subjek” adalah diri sebagai yang mengetahui. “Me” dan “I” adalah
diri global yang berlangsung bersamaan. Mereka merupakan aspek-aspek yang
berbeda dari suatu kesatuan yang sama; pembedaan antara pengalaman yang
murni (I) dan isi pengalaman (Me); antara pengenal dan yang dikenal.
3. Perspektif teoritis tentang gender
Secara khusus tidak ada teori yang membicarakan masalah gender. teori yang
di gunakan dalam permasalahan gender ini diambil dari ahli dalam bidang sosial
kemasyarakatan dan kejiwaan. seperti teori sosiologi dan psikologi berikut:
a. teori struktural fungsional
Teori ini berasumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa
bagian yang saling mempengaruhi, yang menciptakan keragaman dalam
kehidupan sosial.
b. teori sosial konflik
Bahwa perbedaan dan ketimpangan gender antar laki laki dan
perempuan tidak disebabkan oleh biologis, tapi merupakan bagian dari
penindasan kelas yang berkuasa.
c. teori feminisme liberal
berasumsi bahwa tidak ada perbedaan antara laki laki dan perempuan.
4. Membandingkan perilaku sosial perempuan dan pria.
Perbedaan pemikiran mengenai pandangan terhadap laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat dilihat bahwa perempuan di judge lebih emosional
dibandingkan dengan laki-laki dan banyak hal lain yang membedakan antara laki-
laki dan perempuan di masyarakat.
5. Peran wanita dan pria yang terus berubah
Peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu kondisi dan tempat berbeda
sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan. Jika peran
gender dianggap sebagai suatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan
kondisi yang dialami seseorang maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk
menganggA. ap aneh jika seorang suami yang pekerjaan sehari-harinya memasak
dan mengasuh anak-anaknya.
C. PerilakuMenolong
1. MendifiniskanAltruisme Dan Perilaku Prososial
Secara khusus, altruisme adalah tingkah laku prososial yang
dimotivasiolehkeinginanmembantu orang lain karena perhatian murni terhadap
kebutuhan mereka. Perilakual truistik berasal dari tiga perspektif teoritis yaitu:
a. Dasarhistoris,yaitu pandangan para sosio biolog bahwa predisposisi untuk
menolong merupakan bagian dari warisan genetik.
b. Tindakanmenolongdipengaruhiolehprinsipdasarpenguatandanpeniruan.
c. Pengambilan keputusan, memfokuskan diri pada proses yang mempengaruhi
penilaiankita tentang kapan dibutuhkan pertolongan. Pandangan ini juga
menekankan pertimbangan untung rugi keputusan untuk memberikan
pertolongan.
2. Prespektif Teoritis Tentang Tolong Menolong
Perilaku menolong merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan untuk memberikan keuntungan dan meningkatkan kualitas hidup
kepada orang lain yang diberikan secara pamrih atau tidak pamrih. Islam
mengajarkan kepada orang-orang mukmin agar saling tolong menolong sebagai
etiket hidup. Hal tersebut telah diamanatkan Allah dalam QS. At-Taubah: 71,
Allah SWT berfirman: Artinya: Dan orang-orang yang beriman,
lelakidanperempuan, sebahagianmereka (adalah) menjadipenolongbagisebahagian
yang lain. merekamenyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegahdari yang
munkar, mendirikanshalat, menunaikan zakat danmerekataatpada Allah danRasul-
Nya. merekaituakandiberirahmatoleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagiMahaBijaksana.
3. Sipenolong: Siapa Yang MungkinMenolong
Clarkemendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari perilaku
prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk
memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.
4. Intervensi Orang Sekitar:Membantu Orang Asing Dalam Membutuhkan
Studiempiris menunjukkan bahwamanusia sering bekerja sama dalam permainan d
ilematahanantanpanama (atau memberikan uang dalam permainan diktator)
meskipun faktanya tidak memberikan kontribusi adalah solusi optimal. Telah
dikemukakan bahwa membantuM tanpa adanya imbalan yang
jelasmunculdarimekanismepsikologisterdekat yang menjadikanmembantu orang
lainsecarasubyektifbermanfaatbagipelakunya.
5. Merawat: MembantuKeluarga Dan Teman
Perilaku prososial merupakan perilaku sukarela untuk membantu individu atau
kelompok lain untuk memberika nmanfaat bagi orang lain. Pembentukan perilaku
prososial juga dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, terutama orang-orang di
sekitar remaja. Menurut Afolabi individu yang memiliki interaksi anggota
keluarga yang baikakan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi. Interaksi
orang tua-anak yang menunjukkanadanyakehangatan, kelekatan, dan dukungan
dapat meningkatkan kecenderungan seorang remaja melakukan perilaku
prososial.Interaksi yang positif seperti bermain dan menghabiskan waktu
menyenangkan bersama saudarakandung jugaberhubungan positif dengan perilaku
prososial dan sebaliknya interaksi negatif seperti saling iri dan mengganggu
dengan saudara kandung berhubungan negatif dengan perilaku prososial.

6. Mencari Dan MenerimaPertolongan


Allah mengajak untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dengan
beriringan ketakwaan kepadaNya. Sebab, dalam katakwaan terkandung ridha
Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Jadi, seorang
Mukmin setelah mengerjakan suatuamalshalih,berkewajiban membantu orang lain
dengan ucapan atau tindakan yang memacusemangat orang lain untukberamal.
Kelompok V

PSIKOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN, PSIKOLOGI SOSIAL DAN HUKUM

A. Psikologi Sosial dan Kesehatan


1. Prilaku Sehat
Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang mempunyai
bentangan yang luas. Menurut Soekidjo yang dimaksud perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati langsung. Menurut Solita Sarwono perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan demikian, perilaku adalah respons/reaksi seorang individu terhadap
sitimulus yang berasal atau dari dalam dirinya. Para ahli mengatakan bahwa
perilaku sama dengan tindakan atau aktivitas yang dilakukan individu akibat
adanya stimulus atau rangsangan dari luar, sedangkan menurut M. Ichsan yang
dikutip oleh Samsu perilaku adalah suatu proses keadaan mental yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatU.
Perilaku hidup sehat di dalamnya terdapat lima faktor yaitu perilaku terhadap
makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku terhadap
kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit serta perilaku hidup
yang teratur. Hasil kategorisasi data pada masing-masing faktor perilaku hidup
sehat meliputi perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
kebersihan diri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit
dan penyakit serta perilaku hidup teratur adalah sebagai berikut. a. Perilaku
terhadap Makanan dan Minuman b. Perilaku terhadap Kebersihan Diri c. Perilaku
terhadap Kebersihan Lingkungan d. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit e.
Perilaku Hidup yang TeraturStres dan Penyakit
2. Coping Kejadian yang Membuat Stres
Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan
atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar.
Rasmun menyatakan 2 Suryanto. 4 stres merupakan respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari.
Stres memberi dampak secara keseluruhan pada diri individu baik yang
berhubungan dengan fisik, psikologis, intelektual, sosial maupun spiritual anyak
hal yang bisa dilakukan atau digunakan individu untuk mengurangi stres atau
ketegangan psikologik dalam menghadapi problema kehidupan yaitu melalui
coping stres. coping stres sebagai sejumlah usaha untuk menanggulangi,
mengatasi atau berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan
individu dalam mengatasi stres yang berasal dari berbagai macam problema
psikologis. Ada dua macam coping yaitu:
a. Coping Psikologis yaitu reaksi persepsi atau penerimaan individu terhadap
stresor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan individu serta
keefektifan strategi coping yang digunakan.
b. Coping psikososial yaitu reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres
yang diterima atau dihadapi oleh individu.
3. Gejala, Penyakit, dan Perawatan
Menurut KBBI gejala adalah perihal (keadaan, peristiwa, dan sebagainya)
yang tidak biasa dan patut diperhatikan (ada kalanya menandakan akan terjadi
sesuatu). Gejala atau simtom dalam hal penyakit ialah pengindikasian keberadaan
sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan, berbentuk tanda-
tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti misalnya perasaan mual
atau pusing.
Penyakit umum / penyakit adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atau kelainan jaringan pada organ tubuh manusia. Penyakit yang
sering dialami pada masyarakat merupakan salah satu jenis penyakit umum.
4. Psikologi Sosial Tentang Penyakit Kronis
Istilah kronis digunakan untuk menjelaskan suatu penyakit yang bisa diderita
dalam kurun waktu yang lama atau berkembang secara perlahan-lahan. Selain dari
lamanya penyakit diderita, penyakit kronis terbilang lebih kompleks, dan
menyebabkan adanya penurunan kondisi kesehatan seseorang secara bertahap.
B. Psikologi Sosial dan Hukum
1. Psikologi Sosial dan Hukum
Psikologi adalah ilmu yang melakukan deskripsi, eksplanasi, kontrol,
peramalan, pemecahan masalah, dan pemberdayaan terhadap fenomena perilaku
dan proses mental. Definisi keilmuan psikologi semacam ini yang mengarah pada
tujuan pemecahan masalah adalah sesuai dengan pandangan filsuf pendidikan
aliran Progresivisme dan ahli psikologi aliran fungsionalisme Amerika Serikat,
John Dewey, yang menyatakan bahwa produk keilmuan yang dianggap baik,
seperti teori, adalah yang mampu diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
yang dialami oleh manusia.
2. Identifikasi Saksi Mata dan Kesaksian
Saksi adalah manusia biasa, maka banyak hal yang mempengaruhi kesesuaian
antara kesaksian yang diberikan dan fakta yang sebenarnya terjadi.
Ketidaksesuaian ini bersumber pada tiga hal, yakni (a) keterbatasan kemampuan
otak si saksi dalam mengolah, merekam, dan mengingat informasi, (b) bias yang
terjadi dalam persepsi hakim di dalam menilai kebenaran kesaksian, dan (c) cara
penggalian informasi di ruang pengadilan.
Dalam beberapa penelitian ternyata banyak faktor non-hukum yang terlibat di
dalam menilai keabsahan suatu kesaksian. Faktor tersebut adalah jenis kelamin,
suku bangsa, status sosial ekonomi, ketampanan dan perilaku di ruang pengadilan,
dan usia si saksi.
3. Pembelaan Kriminal
Peraturan pengha pusan pidana menetapkan berbagai keadaaan di mana pelaku
yang seharusnya dapat dihukum dengan pasal pidana dapat terbebas dari jeratan
hukum tersebut. Dalam ilmu hukum pidana, terdapat beberapa alasan penghapus
pidana,antara lain:
a. Alasan Pembenar, yaitu alasan yang menghapus sifat melawan hukum dari
suatu tindak pidana. Dalam alasan pembenar ini dilihat dari sisi perbuatannya
(objektif). Misalnya, eksekutor hukuman mati
b. Alasan Pemaaf, yaitu alasan yang menghapus kesalahan dari pelaku tindak
pidana walaupun perbuatannya tetap dianggap melawan hukum. Alasan
pemaaf ini dilihat dari sisi pelakunya (subjektif). Misalnya, orang gila yang
melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum.
c. Alasan Penghapus Penuntutan, yaitu alasan yang digunakan untuk
meniadakan penuntutan dilihat dari kemanfaatan dan kepentingannya untuk
masyara kat. Misalnya, kepala suku yang sangat dihormati dan vital perannya
bagi sukunya dapat dihapuskan tuntutan jika mela kukan suatutindak pidana.
4. Pemilihan Juri dan Pengambilan Keputusan
Juri adalah orang awam di bidang hukum yang diharapkan untuk mendengar
bukti, dan kemudian mengevaluasi kredibilitas dan keandalannya, untuk mencapai
keputusan dengan cara yang adil dan tidak memihak. Model dominan
pengambilan keputusan manusia dalam ilmu-ilmu sosial: teori pilihan rasional.
5. Kontribusi Psikolog Sosial pada Sistem Hukum
Sejauh ini, terdapat empat (kemungkinan) bentuk kontribusi psikologi dalam
praktek beracara di persidangan sebagai berikut:
a. Sebagai saksi ahli, dimana psikolog (atau orang yang memiliki keahlian dalam
bidang psikologi) memberikan keterangan ahli di depan persidangan sebagaimana
dimintakan oleh hakim, jaksa atau pengacara.
b. Sebagai pemberi nasehat ahli diluar persidangan untuk halhal yang terkait dengan
persidangan pada umumnya. Nasehat berupa opini atau hasil penelitian tersebut
dapat diberikan kepada majelis hakim atau badan peradilan pada umumnya
(misalnya Mahkamah Agung).
c. Sebagai hakim ad-hoc, yakni para psikolog profesional yang karena keahliannya
diminta bertugas sebagai hakim 14 anggota dalam majelis hakim yang
menyidangkan kasus tertentu
d. Sebagai pendidik para calon hakim atau pemberi penyegaran pada hakim senior,
yang difokuskan menjadi sebuah awareness course

Dalam konteks saksi ahli, maka terdapat beberapa persoalan yang khas
Indonesia sebagai berikut:

a. Pertama, perihal siapakah yang bisa menjadi atau dipanggil sebagai saksi ahli
psikolog. Bila dipergunakan pengertian bahwa psikolog adalah seseorang dengan
latar belakang pendidikan S-1 Psikologi
b. Kedua, lebih dari soal siapa yang menjadi saksi ahli, yang lebih substansial terkait
saksi ahli adalah mengenai keterangan yang diberikan itu sendiri dimana perlu
terdapat standar atau parameter sehingga bisa dibedakan mana keterangan saksi
ahli yang memenuhi syarat atau yang tidak.
c. Ketiga, sebagai sesuatu yang bersifat fakultatif atau opsional, maka selalu menarik
untuk mengetahui, pada kasus apa saja atau kapan seorang psikolog dianggap
perlu untuk dihadirkan ke depan persidangan

Anda mungkin juga menyukai