KELOMPOK 5 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
C. Klasifikasi Kelompok
1. Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley mengatakan bahwa kelompok primer adalah
suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal,
dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal dan tidak menyentuh hati kita. Perbedaan kelompok
primer dan sekunder berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (Perilaku yang kita
tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali
kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder non-personal.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal (Husni, 2019).
2. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(Membership group) dan kelompok rujukan (Reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(Standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normatif dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam
sebagai kelompok rujukan saya untuk mengukur dan menilai keadaan dan
status saya sekarang (Fungsi komparatif). Islam juga memberikan kepada
saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki kerangka
rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa
yang harus saya capai (Fungsi normatif). Selain itu, Islam juga
memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan
situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada
berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (Fungsi perspektif).
Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang
ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok
rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun
kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku
saya dalam berkomunikasi (Husni, 2019).
3. Ingroup dan outgroup
Ingroup adalah kelompok kita sedangkan outgroup adalah
kelompok mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun
sekunder. Keluarga kita adalah ingroup yang kelompok primer. Fakultas
kita adalah ingroup yang kelompok sekunder. Perasaan ingroup
diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama.
Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita membuat batas
(boundaries), yang menentukan siapa yang termasuk orang dalam dan
siapa orang luar. Dengan mereka yang termasuk dalam lingkaran ingroup,
kita merasa terikat dalam semangat “kekitaan” (we-ness). Semangat ini
lazim disebut kohesi kelompok (cohesiveness) (Rahmat, 2018).
4. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright dari Illinois State University,
membagi kelompok dalam dua kategori: deskriptif dan preskriptif.
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Kategori preskriptif
mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang
harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya. Untuk
kategori deskriptif, kita dapat mengelompokkan kelompok berdasarkan
tujuannya. Barlund dan Haimann menjejerkan kelompok itu dari tujuan
yang bersifat interpersonal sampai tujuan yang berkenaan dengan tugas
(task) kelompok. Mereka menyusunnya dalam rentangan kontinum seperti
berikut:
Kelompok sepintas dibentuk untuk membina hubungan manusiawi
yang hangat. Kelompok katarsis dimaksudkan untuk melepaskan tekanan
batin atau frustasi anggota-anggotanya. Kelompok belajar di bentuk untuk
untuk menambah informasi. Kelompok pembuat kebijaksanaan dan
kelompok aksi kedua-duanya dibentuk untuk menyelesaikan tugas berupa
perumusan kebijakan atau tindakan. Kelompok preskriptif, mengacu pada
langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai
tujuan kelompok. Menurut Cragan dan Wright ada enam forum diskusi,
yaitu diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium,
dan prosedur parlementer (Rahmat, 2018).
D. Pengaruh Kelompok
Ada tiga macam pengaruh kelompok yaitu konformitas, fasilitas sosial dan
polarisasi.
a. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
(Norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang nyata atau
dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau
melakukan sesuatu, maka kecenderungan para anggota untuk mengatakan
dan melakukan hal sama.. Penelitian paling tua tentang konformitas
dilakukan oleh Moore (Rakhmat, 2018). Moore meminta pendapat para
mahasiswa tentang sejumlah hal. Misalnya, mereka disuruh membaca
pasangan kalimat dalam bahasa Inggris dan diminta untuk menentukan
mana kalimat yang benar. Kelompok yang sama juga harus menilai mana
yang paling jelek secara etis di antara beberapa pasangan pelaku (Misalnya
antara “penghianatan pada sahabat” dan “memperkaya diri dengan cara
haram”). Setelah dua setengah bulan, mereka disuruh lagi menilai hal yang
sama, tetapi kali ini didahului dengan pemberitahuan mengenai pendapat
mayoritas anggota kelompok. Seperti sudah diduga, banyak diantara
mereka mengubah pendapatnya karena desakan suara mayoritas.
b. Fasilitas sosial
Fasilitasi berasal dari kata Prancis yaitu facile, yang artinya mudah.
Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena
ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi
lebih mudah. Fasilitasi sosial sebetulnya bukan istilah yang tepat karena
dalam beberapa hal, kehadiran kelompok malah menghambat pelaksanaan
kerja. Robert Zajonz menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dapat
menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini
terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan.
c. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan kearah posisi yang esktrem. Polarisasi
mengandung beberapa implikasi yang negative. Pertama, kecenderungan
kearah estremisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih jauh
dari dunia nyata, karena itu makin besar peluang bagi mereka untuk
berbuat kesalahan. Kedua, polarisasi akan mendorong ekstemisme dalam
kelompok gerakan sosial atau politik. Kelompok ini biasanya menarik
anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka
berdiskusi, pandangan yang smaa ini makin dipertegas sehingga mereka
yakin akan kebenarannya. Keyakinan ini disusul dengan merasa benar
sendiri (self-righteousness) dan menyalahkan kelompok lain. Proses yang
sama terjadi pada kelompok saingannya.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektivan Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal
satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok
tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Tugas kelompok dapat
dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif,
masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak
berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota kelompok berinteraksi secara
teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian
tunggal. Pada kelompok tugas koaktif, jumlah anggota berkorelasi positif
dengan pelaksanaan tugas yakni makin banyak anggota makin besar jumlah
pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong
minyak ke satu bak truk dalam 10 jam. Faktor lain yang mempengaruhi
hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila
tujuan kelompok memerlukan kegiatan konvergen (Mencapai suatu
pemecahan yang benar) hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan dan kemampuan yang terbatas. Faktor-faktor penghambat
efektivitasan kegiatan komunikasi kelompok mereka seperti keterbatasan
visualisai, kemungkinan kesalahan dalam mengartikan pesan, juga kurang
aktifnya anggota kelompok untuk turut serta dalam proses komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani, Zulkifli. 2001. Islam, Komunikasi Dan Teknologi Maklumat. Kuala
Lumpur: Dasar Cetak SHD BDN.
Abdul Ghani, Zulkifli. 1997. Penyiaran Islam: Konsep, Model dan Proga.
Malaysia: University Kebangsaan Malaysia.
Arifin, M. 1991. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.