Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN EMOSI DAN SEKSUALITAS PADA ANAK

REMAJA BERKEBUTUHAN KHUSUS


(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Anak Remaja Berkebutuhan Khusus)

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Adinda Pertiwi (1820901053)


Ananda Mahardika Salsabila (1820901057)
Deka Franata Rachim (1820901069)
Devi Sari Andini (1820901073)

Dosen Pengampu:
Umi Nur Kholifah,M.Psi

Program Studi Psikologi Islam


Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan rahmat


dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan
makalah yang berjudul “Perkembangan Emosi dan Seksualitas Anak Remaja
Berkebutuhan Khusus” dalam mata kuliah Perkembangan Anak Remaja
Berkebutuhan Khusus.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Palembang, Maret 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................... 4
Pendahuluan.............................................................................................. 4
Latar Belakang......................................................................................... 4
Rumusan Masalah.................................................................................... 5
Tujuan.................................................................................................... 5
BAB II....................................................................................................... 7
PEMBAHASAN............................................................................................. 7
Pengertian anak dan remaja.....................................................................7
Perkembangan anak dan remaja...............................................................7
Anak remaja berkebutuan khusus............................................................16
A. Perkembangan Emosi Anak dan Remaja Anak Berkebutuhan Khusus....18
B. Perkembangan Seksual Anak dan Remaja Berkebutuhan Khusus.......20
BAB III.................................................................................................... 22
KESIMPULAN............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23
LAMPIRAN................................................................................................ 24
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya semua makhluk ciptaan Tuhan dapat bertumbuh dan


berkembang. Pada manusia proses tumbuh dan kembang setiap individu
melewati fase yang sama. Manusia dilahirkan, kemudian melewati masa bayi,
anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa tengah, dewasa akhir dan lanjut
usia. Pada makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai anak dan remaja.
Masa anak ialah seseorang yang berusia mulai dari lahir hingga ia menikah.
Namun banyak pendapat dari ahli tentang rentang usia pada anak, mulai dari
lahir sampai dengan usia sekolah. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa
usia anak sampai dengan seseorang menikah.
Remaja ialah seseorang yang berusia 12 sampai 20 tahun. Menurut
WHO rentang usia remaja ialah 10 sampai dengan 20 tahun. Yang kemudian
masa remaja disatukan dalam batasan kaum muda( young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun. Individu pada masa remaja akan mengalami
situasi pubertas. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB
tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun. Dalam data kependudukan
Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287.
Remaja adalah suatu masa di mana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mngalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Sebagai manusia, pada fase anak dan remaja memiliki banyak aspek
dalam perkembangan serta pertumbuhannya. Mulai dari aspek fisik, sosial,
emosi, psikologis dan juga seksualitas. Lalu bagaimana dengan anak remaja
yang memiliki kebutuhan khusus? Seseorang yang berkebutuhan khusus juga
melewati fase anak dan remaja, namun dengan perkembangan dan
pertumbuhan yang sedikit berbeda dari anak atau remaja normal pada
umumnya. Anak dengan kebutuhan khusus pada umumnya melewatkan atau
belum sampai pada beberapa aspek tersebut.
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai perkembangan
psikologis anak remaja berkebutuhan khusus dalam aspek emosi dan seksual.
Yang mana seperti kita ketahui anak dan remaja berkebutuhan khusus memiliki
kebutuhan dan perkembangan yang berbeda dari anak dan remaja normal
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Anak dan remaja?
2. Bagaimana perkembangan pada anak dan remaja?
3. Apa definisi anak dan remaja berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana perkembangan aspek emosi anak remaja berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana perkembangan aspek seksual anak remaja berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari anak dan remaja.
2. Mengetahui perkembangan pada anak dan remaja.
3. Mengetahui definisi anak remaja berkebutuhan khusus.
4. Mengetahui perkembangan emosi anak remaja berkebutuhan khusus.
5. Mengetahui perkembangan seksual anak remaja berkebutuhan khusus.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian anak dan remaja


Anak adalah periode-periode perkembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usi lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah
dasar. Sedangkan Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa, dimana manusia berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun untuk
laki- laki.
(Mohammad & Mohammad, 2015) Remaja pada dasarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas, sebab mereka tidak termasuk golongan anak-
anak namun belum masuk ke golongan orang dewasa. (Papalia, 2015) masa
remaja adalah konstruksi sosial. Tidak ada masa remaja di kelompok sosial
preindustrial, anak dipertimbangkan sebagai dewa ketika matang secar fisik
atau mulai magang (suatu pekerjaan) untuk hal-hal yang di perlukan. Masa
remaja menawarkan banyak kesempatan untuk pertumbuhan, tidak hanya dari
demensi fisk, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan emosiaonal, otonomi,
harga diri, dan intimasi.

B. Perkembangan anak dan remaja


(Yusuf, 2017) Dalam perkembangan anak dan remaja mencakupi 8
aspek perkembangan yaitu:
1. Perkembangan fisik
Fisik atau pertubuhan manusia merupakan system oragan yang kompleks dan
sangat mengagumkan, sebab semua organ terbentuk pada priode prenatal
(dalam kandungan). (Santrock, 2012) mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu melengkapi empat aspek yaitu, (1) system saraf, yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. (2) otot-otot yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. (3) kelenjar
endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiaan, yang anggotanya sebagian terdiri atas lawan jenis. (4) struktur
fisik/tubuh, yang meliputi, tinggi, berat dan proporsi.
Dimasa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 2 1∕2 inci
dan bertambah berat hingga 5-7 pon setip tahunnya. Tumbuh dari anak yang
berusia5 tahun berbeda dengan anak berusia 2 tahun. Perhatikan bahwa anak
usia 5 tahun tidak hanya lebih tinggi dan lebih berat, namun juga memiliki
badan dan kaki yang lebih panjang dari pada anak usia 2 tahun. Pertumbuhan
pada masa kanak-kanak dan pertengahan berlangsung lambat namun
konsisten. Dimana masa ini merupakan priode tenang
sebelum akhirnya mereka mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat dimasa remaja. Selama usia sekolah dasar anak-anak bertambah
tinggi 2-3 inci setiap tahunnya. Ketika 11 tahun anak perempuan biasanya
memiliki ketinggian 4 kaki 10 1∕4 inci, sedangkan anak laki-laki biasanya
memiliki ketinggian 4 kaki 9 inci. Dimasa kanak-kanak pertengahan dan akhir
mengalami berat tumbuh sebesar 5-7 pon setiap tahunnya (Santrock, 2012).
Pada perkembangan fisisk usia remaja, perubahan fisisknya yaitu,
pubertas, otak, dan seksualitas remaja. Pubertas (puberty) dimana
kematangan fisik berlangsung secara cepat yang melibatkan perubahan
hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung diremaja awal. Kamatangan
seksual, tinggi dan berat tubuh dimana urutan perkembangan karakteristik
pubertas untuk pria yaitu, meningkatnya ukuran penis dan testis, kelarnya
rambut kemaluan yang lurus, perubahan sedikit pada suara, ejakulasi pertama
(biasanya terjadi ketika melakukan masturbasi atau mimp basah), munculnya
rambut kemaluan yang kaku, terjadinya pertumbuhan yang maksimal,
tumbuhnya rambut diketiak, perubahan suara yang terlihat jelas dan
bertumbuh rambut diwajah. Sedangkan untuk perempuan yaitu, payudara
membesar atau rambut kemaluan muncul,tumbuh rambut diketiak, bertambah
tinggi serta pinggulnya melebar melebihi bahunya, menstruasi prtama pada
wanita berlangsung lebih akhir dalam siklus pubertas, pada pubertas pertama
tidak tidak terjadi perubahan suara seperti yang terjadi pada pubertas laki-laki,
pada akhir masa pubertas payudara perempuan menjadi lebih bulat.

2. Perkembangan intelegensi
Chaplin dalam (Yusuf, 2017) bahwa ntelegensi dalam perkembangan ini
sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri trhadap situasi bar
secara cepat dan efektif. Sedangkan menurut teori Multiple Intelegence yang
dikemukakan oleh J.P Guilford dan Howard Gardner dapat dilihat dari tiga
kategori dasar atau “face of intellect” yaitu:
(1) Oprasi mental (proses berpikir)
a. Kognisi (menympan nformasi yang lama dan menemukan
informasi yang baru)
b. Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari)
c. Memory recording (ingatan yang segera)
d. Divergent production (berpikir melebar = anyak kemungkinan-
kemungkinan jawaban)
e. Convergent production (berpikir memusat = hanya satu
jawaban/alternatif)
f. Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu
baik, akurat, atau memadai)
(2) Content (isi yang dipikirkan)
a. Visual (bentuk kongkret atau gambaran)
b. Auditory
c. Word meaning (semantic)
d. Symbolic (informasi dalam bentuk lambing, kata-kata, angka
dan non musik)
e. Behavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh melalui
penginderaan, ekspesi muka atau suara)
(3) Product (hasil berpikir)
a. Unit (item tunggal informasi)
b. Kelas (kelompokitem yang memiliki sifat-sifat yang sama)
c. Relasi (keterkaitan antar informasi)
d. System (kompleksitas bagian yang saling berhubungan)
e. Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefisi informasi)
f. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informai item
lain).
Aspek-aspek intelegensi menurut Gardner :
NO INTELEGENSI KEMAMPUAN INTI
1. Logical-Mathematical Kepekaan dan kemampuan untuk
mengamati pola-pola logis dan
numeric (bilangan) serta kemampuan
untuk
berpikir rasioanal/logis.
2. Linguistic Kepekaan terhadap suara, ritme,
makna kata-kata, dan keragaman
fungsi-fungsi bahasa.
3. Musical Kemampuan untuk menghasilkan dan
mengapresiasikan ritme. Nada (warna
nada), dan bentuk-bentuk ekpresi
music.
4. Spatial Kemampuan mempersepsi dunia ruang
visual secara akurat dan melakukan
transpormasi persepsi terseut.
5. Bodily Kinesthetic Kemampuan untuk mengontrol
gerakan tubuh dan menangani objek-
objek secara terampil.
6. Interpersonal Kemampuan untuk mengamati dan
merespon suasana hati, tempramen
dan motivasi orang lain.
7. Intrapersonal Kemampuan untuk memahami
perasaan, kekuatan dan kelemahan
serta intelegensi sendiri.

3. Perkembangan emosi
Emosi yaitu, sesuatu keadaan perasaan yang kompleks disertai karakteristik
kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut sarlito yaitu setiap keadaanpada diri
seseorang yang disetai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal)
maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Bahwasanya emosi itu merupakan warna afektif yang menyertai setiap
keadaan atau prilaku individu. Dalam artian prilaku dan perubahan fisik individu
berpengaruh terhadap emosi.

NO JENIS EMOSI PERUBAHAN FISIK


1. Terpesona Reaksi elektrik pada kulit
2. Marah Predaran darah bertambah cepat
3. Terkejut Denyut jantung bertanbah cepat
4. Kecewa Bernapas panjang
5. Sakit/marah Pupil mata membesar
6. Takut/tegang Air liur mengering
7. Takut Berdiri bulu roma
8. Tegang Terganggu pencernaan, otot-otot
menegang atau bergetar (tremor)

Emosi dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:


a. Emosi sensoris, emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti: rasa dingi, manis, sakit, lelah, kenyang
dan lapar.
b. Emosi psikis, emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan.
Yang termasuk kedalam emosi ini antara lain:
(1) Perasaan intelektual, yang mempunyai sangkut paut dengan
ruang lingkup kebenaran.
(2) Perasaan sosial, perasaan yang menyangkut hubungan
dengan orang lain baik bersifat perorangan maupun
kelompok.
(3) Perasaan asusila, yang berhubungan dengan nilai-nilai baik
dan buruk atau etik (moral).
(4) Perasaan keindahan,yang berkaitan erat dengan keindahan
dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
(5) Perasaan ketuhanan

4. Perkembangan bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
lain, bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir
individu, perkembangan berpikir itu dimulai pada usia 1,6-2 tahun
dimana anak dapat menyusun kaliamat dua atau tiga kata.
Tugas-tugas perkembangan bahasa yaitu:
(1) Pemahaman, kemampuan memahami makna ucapan orang
lain
(2) Pengembangan perbendaharaan kata, perbendaharaan kata-
kata anak berkembang dimulai secra lambat pada usia 2 tahun
pertama memiliki temp yang cepat pada usia pra-sekolah.
(3) Penyususnan kata-kata menjadi kalimat, pada umumnya
berkembang pada usia seblum 2 tahun, bnetk kalimat pertama
yaitu kalimat tunggal (kalimat satu kata) disertai dengan
gesture untuk melengkapi cara berpikirnya.
(4) Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil
belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suar-suara yang
didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya).
Tipe perkembangan bahasa antara lain yaitu:
(1) Egosentic Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri
(monolog).
(2) Socialized Speech, terjadi ketika antar anak bertemu
langsung secara kontak dengan temanya atau dengan
lingkungannya.

Factor-faktor yang mempengaruhi perkembnagan bahasa antara


lain, yaitu:
(1) Factor kesehatan, sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal
kehidupan.
(2) Intelegensi, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari
tingkat intelegensinya.
(3) Status sosial ekonomi keluarga, bahwa anak yang berasal dari
ekonomi kebawah mengalami keterlambatan dalam
perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang
berasal dari prekonomian atas (keluarga yang lebih).
(4) Jenis kelamin, pada tahun pertama anak tidak ada perbedaan
dari segi vokalisasi antar pria dan wanita, namun setelah usia
dua tahun anak perempuan menunjukkan perkembangan lebih
cepat dari anak pria.
(5) Hubungan keluarga, proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama orang
tua yang mengajar, melatih dan memebrikan contoh
berbahasa pada anak.
5. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Anak dilahirkan belum bersifat sosial, artinya anak belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mecapai
kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri
dengan orang lain.
6. Perkembangan kepribadian
Kepribadian dapat diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang
tampak dalm melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.
Keunikan tersebut sangat berkaitan dnegan aspek-aspek kepribadian itu
sendiri, antara lain yaitu:
(1) Karakter, konsekuen tindakannya dalam mematuhi etika prilaku,
konsiten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
(2) Tempramen, disposisi reaktif seseorang atau cepat/lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
(3) Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma
dan sebagainya) yang berrsifat positif, negative atau ambivalen
(ragu-ragu).
(4) Stabilitas emosiaonal, yaitu kadar kesetabilan reaksi emosiaonal
terhadap rangsangan dari lingkungan.
(5) Responsibilitas, kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan
atau perubahan yang dilakukan.
(6) Sosiabilitas, disposis pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal.

7. Perkembangan moral
Perkembangan moral seorang anak banayak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Ia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan prilaku sesuai dengan
nilai-nilai tersebut. Proses perkembangan moral yaitu:
(1) Pendidikan langsung, melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar salah, atau baik buruknya oang tua, guru
atau oaring dewasa lainnya.
(2) Indentifikasi, dengan cara mengidentifikasi atau meniru
penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi
idolanya.
(3) Prosescoba-coba (tria & eror), tingkah laku yang mendatangkan
pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan.

8. Perkembangan kesadaran dalam beragama


Salah satukelebihan manusia sebagai makhluk Allah Swt, yaitu di
anugrahi fitrah (perasan dan kemampuan) untuk mengenali Allah dan
melakukan ajaran-Nya. Fitra beragama merupakan disposisi (kemampuan
dasar) yang mengandung kemngkinan atau berpeluang untuk berkemang.
(Yusuf, 2017)

C. Anak remaja berkebutuhan khusus

(Somantri, 2006) Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki


kebutuhan khusus. Kebutuhan yang mungkin disebabkan kelainan atau
memang bawaan dari lahir, atau masalah tekanan ekonomi, politik, sosial,
emosi, dan prilaku menyimpang. Disebut berkebutuhan khusus karena anak itu
berkelainan dan perbedaan pada anak pada umumnya. bentuk layana
pendidikan pada anak berkebutuhan khusus yaitu:
a. Bentuk layanan pendidikan segregrasi, sekolah khusus untuk anak
berkelainan terpisah dari teman sebayanya yang normal pada
umumnya.sekolah-sekolah ini memiliki kurikulum, metode
mengajar,sarana pembelajaran, system evaluasi dan guru khusus.
Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan system
segregasi, yaitu:
(1) Sekolah luar biasa (SLB), bentuk sekolah yang paling tua, bentuk
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya penyelenggaraan
sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat
lanjutan diselenggarakan dalam satu unitsekolah dengan satu
kepala sekolah.
(2) Sekolah luar biasa berasarama, bentuk sekolah yang dilengkapai
dengan fasilitas asrama. Bentuk satuan pendidikannya sama
dengan SLB yang paling tua.
(3) Kelas jauh/kelas kunjung, lembaga yang di sediakan untuk
member pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
yang tinggal jau dari SLB atau SDLB.
(4) Sekolah dasar luar biasa, di SDLB yaitu unit sekolah terdiri dari
berbagai kelaian yang dididik dalam satu atap. Terdiri dari anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa.
b. Pentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi, pendidikan yang
memberikan kesempatan pada anak berkebutuhan khusus untuk
belajar bersama-samadengan anak biasa (normal) di sekolah umum.
c. Bentuk layanan inklusif, belajar dari berbagai kelemahanmodel
segregatif, model mainstreaming memeungkinkan berbagai alternatif
penempatan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Alternatif yang
tersedia mulai dari yang sangat bebas (kelas biasa penuh) sampai
yang paling berbatas (sekolah khusus sepanjang hari).

Adapun hambatan dalam penangan ABK disekolah inklusif yaitu:


(1) Tidak adanya guru bimbingan khusus (GBK).
(2) Kurangnya ketersediaan anggaran yang disediakan pemerintah dapat
mengakibatkan sarana dan prasarana yang kurang memadai.
(3) Pandangan masyarakat atau orang tua dari anak-anak normal
terhadap pendidikan inklusif tidak popular di masyarakat, sehingga
anak yang memiliki kebutuhan khusus sering disisihkan atau di
abaikan.
(4) Kualitas guru yang tidak memadai dan memahami proses penangana
terhadap anak berkebutuhan khusus.

Solusi bagi ABK di sekolah inklusif kepala sekolah haruas membarikan, yaitu:
(1) Guru yang menyediakan waktu luang dan memberikan perhatian
khusus untuk menangani anak berkebutuhan khusus setelah jam
pelajaran berakhir.
(2) Guru harus kreatif untuk memanfaatkan sarana prasarana yang ada
sehingga proses pendidikan inklusif berjalan dengan lancar.
(3) Sekolah memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan
inklusif setiap ada rapat wali siswa/i, sehingga masyarakat atau wali
siswa/i tidaklagi memandang sebelah mata terhadap anak yang
mengalami keterbatasan. Sehingga ABK pun memiliki hak yang sama
dengan anak normal lainnya.
(4) Kepala sekolah harus membuat kebijakan mengenai pelatiahan guru
untuk penanganan anak berkebutuhan khusus.

B. Perkembangan Emosi Anak dan Remaja Anak Berkebutuhan


Khusus
Crow & Crow dalam (Nissa, 2018) menyatakan bahwa emosi adalah
pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri tentang keadaan mental dan
fisik, wujudnya suatu tingkah laku yang tampak. Jadi pada saat terjadi emosi,
seringkali terjadi perubahan pada fisik. Perkembangan emosi pada anak
berkebutuhan khusus berbeda dengan anak normal lainnya. Emosi yang
mereka miliki cenderung tidak stabil dan terganggu.
Hal ini dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial yang mereka
dapatkan. Apabila seoarang anak yang memiliki kebutuhan khusus tersebut
dapat diperlakukan dengan baik, maka pertumbuhannya akan baik juga atau
sebaliknya dan ini sangat berpengaruh terhadap emosi anak tersebut. Emosi
yang mereka miliki cenderung tidak stabil dan terganggu. Hal ini dapat terjadi
karena pengaruh lingkungan sosial yang mereka dapatkan. Apabila seoarang
anak yang memiliki kebutuhan khusus tersebut dapat diperlakukan dengan
baik, maka pertumbuhannya akan baik juga atau sebaliknya dan ini sangat
berpengaruh terhadap emosi anak tersebut.
Beberapa kondisi perkembangan emosi pada ABK diantaranya:
1. Perkembangan emosi anak tuna netra sedikit mengalami hambatan,
terutama disebabkan keterbatasan kemampuannya dalam proses
belajar, mereka memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi secara
emosional melalui ekspresi/reaksi wajah atau tubuh lainnya untuk
menyampaikan perasaan yang dirasakan pada orang lain. Pernyataan-
pernyataan emosinya cenderung dilakukan dengan kata-kata atau
bersifat verbal.
2. Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan pada anak tuna
rungu sering kali menyebabkan menafsirkan sesuatu secara negatif atau
salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya, yang dapat
menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap
menutup iri, bertindak agresif, menampakkan kebimbangan dan keragu-
raguan.
3. Pada tunagrahita kehidupan emosinya terbatas pada emosi yang
sederhana. Pada tunagrahita ringan tidak jauh berbeda tetapi tidak
sekaya anak pada umumnya, mereka bisa memperlihatkan kesedihan
tapi sukar menggambarkan suasana terharu, bisa mengekspresikan
kegembiraan tapi sulit mengungkapkan kekaguman.
4. Beberapa penelitian terhadap anak tuna daksa, menunjukkan bahwa
usia ketika ketuna daksaan mulai terjadi mempengaruhi perkembangan
emosinya dan menunjukkan adanya stres emosi yang berkaitan dengan
sikap orangtua dan orang-orang disekitarnya.
5. Merupakan ciri anak tuna laras adalah kehidupan emosi yang tidak
stabil, tidak mampu mengekspresikan emosinya secara tepat dan
pengendalian diri yang kurang sehingga seringkali menjadi sangat
emosional.
6. Pada anak berbakat perkembangan emosinya cenderung menunjukkan
kekukuhan dalam pendirian yang berarti adanya kepercayaan diri yang
kuat, peka terhadap keadaan sekitar dan sering terhadap hal-hal baru,
disamping itu juga mudah tersinggung, sikap egois, sulit dalam
penyesuaian diri.
7. Anak berkesulitan belajar memiliki karakteristik sosial-emosional yaitu
kelebihan emosional dengan sering berubahnya suasana hati dan
temperamen, serta keimpulsif-an yaitu lemahnya pengendalian terhadap
dorongan-dorongan berbuat. Tetapi kondisi ini tidak berlaku universal
bagi semua anak berkesulitan belajar.
8. Anak autis mengalami gangguan perasaan dan emosi, terlihat perilaku
tertawa sendiri, menangis, marah tanpa sebab nyata, mengamuk tak
terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yang
diinginkan, agresif dan merusak.

C. Perkembangan Seksual Anak dan Remaja Berkebutuhan Khusus


Seperti anak remaja normal lainnya, remaja berkebutuhan khusus juga
mengalami masa pubertas dalam perkembangan seksualnya. Dalam (Santrock,
2002) pubertas ialah suatu periode dimana kematangan kerangka seksual
terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Dalam penelitian
(Widyasti, 2009) yang meneliti tentang remaja putri yang mengidap autisme
menyatakan bahwa remaja anak autis menunjukkan perilaku yang semakin
memburuk seperti gangguan perilaku, destructiveness, dan kegelisahan.
Dalam penelitian (Hartono, 2015) yang menyatakan bahwa, remaja yang
mengidap tunanetra merasa bingung dan takut ketika pertama kali mengalami
perubahan fisik seperti tumbuh kumis,suara membesar,tumbuh rambut di
ketiak dan sekitar kemaluan. Respon anak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada masa pubertas dipengaruhi kematangan intelektual untuk
mempersepsikan stimulus serta penanaman konsep moralitas dan agama yang
telah diterimasehingga akan secara tidak langsung akan berdampak pada
keterampilan bahasa, pengendalian emosi yang dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku social anak .
Adapun respon anak terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
masa pubertas adalah sebagai berikut:
a. Anak tunanetra yang merespon masa pubertas dengan cara menutup
diri disebabkan karena selalu dikekang orangtuanya dalam pergaulan
b. Anak tunanetra yang merespon masa pubertasnya dengan sikap
yang mudah tersinggung disebabkan karena orang tua selalu
memanjakan anak
c. Anak tunanetra yang merespon masa pubertasnya dengan sikap
yang kurang tepat disebabkan karena anak tidak pernah
mendapatkan gambaran respon sikap yang tepat dari orangtua
maupun guru.

Perkembangan pubertas atau seksualitas pada remaja berkebutuhan


khusus sama saja dengan anak normal pada umumnya, namun terdapat
beberapa perbedaan yang bisa diatasi dengan pemberian edukasi mengenai
pendidikan seks terhadap anak remja yang berkebutuhan khusus.
BAB III

KESIMPULAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ialah anak yang mengalami


keterbatasan atau keluarbiasaan, baik secara fisik, mental-intelektual, sosial,
maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
yang seusia dengannya. Dalam mencapai tahap perkembangan Anak
Berkebutuhan Khusus seperti perkembangan emosi sangat berbeda dengan
anak normal lainnya. Emosi yang mereka miliki cenderung tidak stabil dan
terganggu. Lalu dalam tahap perkembangan seksual pada anak berkebutuhan
khusus pada umumnya sama saja dengan anak lainnya, namun terdapat
beberapa perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, P. S. (2015). Masa Pubertas Anak Tunanetra. Jurnal Pendidikan


Khusus, 1-12.
Mohammad, A. (2015). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Nissa, I. (2018). Analisis Perkembangan Emosional Anak Berkebutuhan Khusus
Hiperaktif dan Gangguan Konsentrasi di TK Aisyiyah 33 Surabaya. Jurnal
Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, 14-22.
Papalia, D. E. (2015). Experience Human Development (Menyelami
Perkembangan Manusia) edisi keduabelas. Jakarta: Salemba Humanika.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup)
edisi ketigabelas jilid 1. Jakarta : PT Glora Aksara Pratama.
Santrock.J.W. (2002). Adolescence : Perkembangan Remaja (edisi keenam).
Jakarta: Erlangga.
Sarlito, S. W. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Somantri, T. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Utami Asrianti, d. (2016). Tumbuh Kembang Manusia 1. Jakarta: Pilar Media.
Yusuf, H. S. (2017). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai