Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

APAKAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI ITU?

Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi


akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan
pengalaman kesadaran manusia. Dalam sejarah perkembangannya, komunikasi memang dibesarkan
oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana
psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari
psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan
psikologi.

Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi


Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process
by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of
other individuals (the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme
sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.” Kamus psikologi, menyebutkan
enam pengertian komunikasi.
1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau
penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
3. Pesan yang disampaikan
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang
disampaikan.
5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam
satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada
diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal
maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak
sifat-sifatnya dan bertanya: Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam
mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak? Psikologi juga tertarik pada
komunikasi diantara individu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang
menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi,
menghibur, atau mempengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi
dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi


Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat, sehingga setiap orang yang belajar tentang
manusia mesti sesekali waktu menolehnya. Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi: antropologi,
biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, engineering, neurofisiologi, filsafat,
dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial, dalam mencapai
tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, ”usaha untuk
membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama
serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.” Psikologi juga meneliti kesadaran dan
pengalaman manusia. Psikologi pertama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan
mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila
sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas
lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan. Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada
komunikasi: Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai
stimuli dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon (prediction of response),dan
peneguhan respon (reinforcement of responses). Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon
yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. George
A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya: Psychology is the science that attempts
to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi
adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat
berlangsungya komunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusa
berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi
sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.

Penggunaan Psikologi Komunikasi


Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan 5 hal :
1. Pengertian: Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
2. Kesenangan: Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan.
Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap: Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri
komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses
mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga
orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik: manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin
berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan
cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebutuhan dalam tiga hal: kebutuhan untuk
menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi
dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).
5. Tindakan: Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan
nyata memang indikator efektivitas yang paling penting, karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus
berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubahan sikap, atau menumbuhkan
hubungan yang baik.

BAB 2
KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN
Di Yunani, sejak abad VI S.M., terkenal sebuah tempat pemujaan Apollo di Delphi. Ke tempat
inilah raja-raja dan rakyat banyak meminta nasihat. Seorang pendeta wanita duduk di atas kursi yang
dipenuhi asap dari sajian pemujaan. Dalam keadaan “fana” (trance), ia menjawab pertanyaan-
pertanyaan pengunjung dari masalah kontes lagu sampai urusan agama dan politik. Ketika penjahat-
penjahat di koloni lucri meminta nasihat bagaimana mengatasi kekacauan, orakel Delphi menjawab:
“Buat hukum bagimu.” Ketika orang-orang bertanya siapa manusia paling bijak, dewa Apollo melalui
mulut pendeta Delphi menjawab: “Socrates”. Dari Delphi menyebar motto yang terkenal: Gnothi
Seauthon (kenalilah dirimu).
Motto ini mengusik para filusuf untuk mencoba memahami dirinya, sehingga motto inilah yang
mendorong filsafat di Yunani. Gnothi Seauthon – Kenalilah Dirimu! Ternyata motto ini masih tetap
relevan buat kita, sebelum kita lebih banyak bercerita tentang komunikasi. Pemeran utama dalam
proses komunikasi justru pada prilaku manusia komunikan. Tugas ahli linguistiklah untuk membahas
komponen-komponen yang membebtuk struktur pesan. Tugas ahli tekniklah untuk menganalisa berapa
banyak “noise” terjadi di jalan sebelum pesan sampai pada komunikate, dan berapa banyak pesan yang
hilang. Psikolog mulai masuk ketika membicarakan bagaimana manusia memproses pesan yang
diterimanya, bagaimana manusia memproses pesan yang diterimanya, bagai mana cara berpikir dan
cara melihat manuisia dipengaruhi lambang-lambang yang dimiliki. Fokus psikologi komunikasi adalah
Manusia Komunikan.
Konsepsi Psikologi tentang Manusia
Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang
manusia. Teori-teori persuasi sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalisis yang melukiskan manusia
sebagai makhluk yang digerakan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo volens). Teori “jarum
hipodermik” (yang menyatakan media massa sangat berpengaruh) dilandasi konsepsi behaviorisme yang
memandang manusia sebagai makhluk yang digerakan semaunya oleh lingkungan (homo mechanicus).
Teori pengolahan informasi jelas dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai
makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens). Teori-
teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi humanistik yang menggambarkan
manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo
Ludens).
Walaupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia, tetapi empat
pendekatan yang dicontohkan diatas adalah yang paling dominan: psikoanalisis, behaviorisme, psikologi
kognitif, dan psikologi humanistik. Setiap pendekatan ini memandang manusia dengan cara berlainan.
Karakteristik manusia tampaknya merupakan sintesis dari keempat pendekatan itu. Sekali waktu ia
menjadi makhluk yang secara membuta menuruti kemauanya, pada waktu yang lain ia menjadi makhluk
yang berpikir logis. Pada satu saat ia menyerah bulat-bulat pada proses pelaziman (conditioning) yang
diterimanya dari lingkungan, pada saat lain ia berusaha mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang dimilikinya.
Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis
Kita mulai dengan psikoanalisis, karena dari seluruh aliran psikologi, psikoanalisis secara tegas
memperhatikan struktur jiwa manusia. Sigmund Freud, pendiri psikologi manusia. Ia memfokuskan
perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah
(Asch,1959:17).
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga sistem dalam kepribadian
manusia Id, Ego, dan Superego. Id adalah bagian kepribadiaan yang menyimpan dorongan-dorongan
biologis manusia - pusat instink (hawa nafsu – dalam kamus agama ). Ada dua instink dominan: (1)
Libido – instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatn manusia yang
konstruktif; (2) Thanatos - instink destruktif dan agresif. Yang pertama juga disebut instink kehidupan
(eros), yang dalam konsep Freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang
mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri. Bila yang pertama
adalah instink kehidupan, yang kedua merupakan instink kematian. Semua motif manusia adalah
gabungan antara Eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle),
ingi segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan
kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
Subsistem yang kedua – ego – berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego
adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang
menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional
(pada pribadi yang normal). Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (Reality principle). Ketika Id
mendesak supaya anda membahas ejekan dengan sjekan lagi, ego memperingatkan anda bahwa lawan
anda adalah “Bos” yang dapat memecat anda. Kalau anda mengikuti desakan Id, anda konyol. Anda pun
baru ingat bahwa tidak baik melawan atasan.
Unsur moral dalam pertimbangan terakhir disebut Freud sebagai superego, superego adalah
polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan
internalisasi dari norma-norma sosial dan kurtural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan
hasrat-hasrat yang tak berlainan dalam alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam
bawah sadar manusia. Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego.
Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti dihukum superego
denagn perasaan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustasi ego secara tidak sadar
lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam
psikoanalisis prilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis
(ego), dan komponen sosial (superego); atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).
Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksisme (yang menganalisa jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psiloanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar
yang tidak nampak). Behaviorisme ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, kerena menurut mereka seluruh perilaku manusia – kecuali instink – adalah hasil belajar.
Belajaer artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh fakor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul
konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Behaviorisme amat menentukan perkembangan psikologi – terutama dalam eksperimen-
eksperimen. Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa,
sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, Jhon Locke (1632-
1704), tokoh empirisisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir
manusia tidak memiliki “warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-
satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukankah idea yang menghasilkan pengetahuan, tetapi kedua-
duanya adalah produk pengalaman. Secara psikologis, ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian,
dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan,
bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan perilaku masa lalu.
Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang
membicarakan apa yang mendorong manusia berprilaku tertentu. Hedonisme, salah satu paham filsafat
etika, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya,
mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme, seluruh perilaku manusia
tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan
hedonisme, kita menemukan apa yang disebut sebagai behaviorisme (Goldstein, 1980:17).
Sejak Thondike dan Watson sampai sekarang, kaum behavioris berpendirian: organisme
dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku
digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi
penderitaan. Asumsi ini ditambah lagi denagn sumbangan biologi abad XIX: manusia hanyalah
kelanjutan dari organisme yang lebih rendah.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dalam membentuk perilaku, menyiratkan
betapa plastinya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang
relevan. Watson pernah sesumbar:
(berikan padaku selusi anak-anak sehat, tegap, dan berikan dunia yang aku atur sendiri untuk
memelihara mereka. Aku jamin, aku sanggup mengambil seorang anak sembarang saja, dan
mendidiknya menjadi tipe spesialis yang aku pilih – dokter, pengacara, seniman, saudagar, dan bahkan
pengemis, dan pencuri, tanpa memperhatikan bakat, kecenderungan, tendensi, kemampuan, pekerjaan,
dan ras orang tuanya). (J.B. Watson, 1934:104)
Ucapan ini dibuktian Watson dengan satu eksperimen bersama Rosalie Rayner di John Hopkins;
tujuannya menimbulkan dan menghilangkan rasa takut. Subyek eksperimennya adalah Albert B., bayi
sehat berusia 11 bulan yang tinggal di rumah perawat di situ. Albert menyayangi tikus putih itu.
Sekarang takut ingin diciptakan. Ketika Albert menyentuh tikus itu lempengan baja dipulul keras tepat
dibelakang kepalanya. Albert tersentak, tersungkur dan menelupkan mukanya di atas kasur. Proses ini
diulangi: kali kemudian, ketika tikus diberikan kepadanya, Albert ragu-ragu dan menarik tangannya
ketika hidung tikus itu menyentuhnya. Pada keenam kalinya, tikus diperlihatkan dengan suara keras
pukulan baja. Rasa takut Albert betambah, dan ia menangis. Akhirnya, kalu tikus itu muncul – walauun
tanpa ada suara keras – Albert mulai menagis, membalik, dan berusaha menjauhi tikus itu, kelak, ia
bukan saja takut pada tikus, juga kelinci, anjing, baju berbulu, dan apa saja yang memiliki kelembutan
seperti tikus. Albert yang malang sudah menjadi patologis. Watson dan Rayner bermaksud
menyembuhkannya kembali, bila mungkin, Albert dan ibunya meninggalkan rumah perawatan dan nasib
Albert tidak diketahui (Hunt, 1982:62).
Eksperimen Albert bukan saja membuktikan betapa mudahnya membentuk atau mengendalikan
manusia, tetapi jga melahirkan metode pelaziman klasik (classical conditioning). Diambil dari Sechenov
(1829 - 1905) dal Pavlov (1849 - 1936), pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau
stimuli terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisi yang melahirkan perilaku tertentu
(unconditioned response) yang setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral
melahirkan respon terkondisikan. Dalam eksperimen diatas tikus yang netral berubah mendatangkan
rasa takut setelah setiap kehadiran tikus dilakukan pemukulan batangan baja (unconditioned stimulus).
Skinner menambahkan jenis pelaziman yang lain. Ia menyebutnya operant conditioning. Kali ini
subyeknya burung merpati. Skinner menyimpannya pada sebuah kotak. Merpati disuruhnya bergerak
sekehendaknya. Suatu saat kakinya menyentuh tombol kecil pada dingding kotak. Makanan keluar dan
merpati bahagia. Mula-mula merpati tidak tahu hubungan antara tombol kecil dan makanan. Sejenak
kemudian, merpati tidak sengaja menyentuh tombol, dan makanan turun lagi. Sekarang, bila merpati
ingin makan, ia mendekati dinding dan menyentuh tombol. Sikap manusia seperti itu pula. Bila setiap
anak menyebut kata yang sopan, segera kita memujinya, anak itu kelak akan mencintai kata-kata sopan
dalam komunikasinya. Proses memperteguh respons yang baru denagn mengasosiasikannya pada
stimuli tertentu berkali-kali, disebut peneguhan (reinforcement). Pujian dalam contoh tadi disebut
peneguh (reinforcer).
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan
konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam
proses belajar. Banyak perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau
peneguhan. Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya.
Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya,
dipasangkan dengan lambang atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik). Menurut skinner, mula-
mula anak mengucapkan bunyi yang tak bermakna (misalnya, “mamah”). Dengan cara ini berangsur-
angsur terbentuk bahasa nak yang memungkinkannya berbicara. Menurut Bundara, dengan cara ini
penguasaan bahasa akan terbentuk bertahun-tahun, dan cara ini tidak dapat menjelaskan mengapa
anak-anak dapat mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak pernah didengar sebelumnya. Menurut
Bandura, belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan meniru respons orang lain, misalnya
meniru bunyi yang sering didengar, adalah penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukanlah
faktor yang penting dalam belajar, tetapi faktor penting dalam melakukan tindakan (performance).
Sumbangan Bundara tidak menyebabkan behaviorisme dapat menjelaskan seluruhnya.
Behaviorisme bungkam ketika melihat perilaku manusia yang tidak dipengaruhi ganjaran, hukuman,
atau peniruan. Orang-orang yang menjelajahi kutub utara yang dingin, pemuda Jepang yang menempuh
Samudera Pasifik di atas rakit semuanya itu mengungkapkan perilaku yang “self-motivated”.
Behaviorisme memang agak sukar menjelaskam motivasi. Motivasi terjadi pada diri individu, sedang
kaum bhavioris melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik
mereka.
Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif
Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir tahun 60-an dan pada
awal 70-an, psikologi sosial bergerak ke arah paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkungannya: makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens).
Descartes, juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama
pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif: mencipta,
mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima. “
seorang ibu yang tidur disamping bayinya tidak mendengar suara yang riuh rendah di sekitarnya; tetapi
begitu si kecil bergerak, ibu bangun dengan seperti penyelam yang tergesa-gesa muncul di permukaan
air laut. Tetapkanlah tujuannya pertambahan, dan stimuli “dua dan tiga” menimbulkan respon “lima”.
Tetapkan tujuannya perkalian, dan stimuli yang sama, sensasi auditif yang sama, “dua dan tiga”
melahirkan respons “enam”...sensasi dan pikiran adalah pelayan, mereka menunggu panggilan kita,
mereka tidak datang kecuali kalau kita butuhkan. Ada tuan yang menyeleksi dan mengarahkan. (Will
Durant, 1933:203).
Rasionalisme ini tampak jelas pada aliran psikologi Gesalt di awal abad XX. Para psikolog Gesalt,
seperti juga kebanyakan psikoanalisis. Menurut mereka, manusia tidak memberikan respons kepada
stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi
lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap dulu “pola” stimuli secara keseluruhan
dalam satuan-satuan yang bermakna. Pola ini disebut Gesalt Huruf “I” akan dianggap sebagai angka satu
dalam rangkaian “1,2,3,” tetapi menjadi huruf “el” dalam rangkaian :j,k,l,” atau huruf “i” dalam
“Indonesia”. Manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.
Mula-mula psikologi Gesalt hanya menaruh perhatian pada persepsi obyek. Beberapa orang
menerapkan prinsip-prinsip Gesalt dalam menjelaskan perilaku sosial. Diantara mereka adalah Kurt
Lewin, Solomon Asch, Fritz Heider.
Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Fisika Lewin meminjam
konsep medan (field) untuk menunjukan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat
tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimuli tetapi produk berbagai gaya yang
mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi
manusia sebagai ruang hayat (life space). Ruang hayat terdiri dari kebutuhan dan tujuan individu, semua
faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Dari Lewin terkenal rumus: B=f (P,E), artinya Behavior
(perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang itu)dengan environment (lingkungn
psikologisnya).
Lewin juga berjasa menganalisa kelompok. Dari Lewin lahir konsep dinamika kelompok. Dalam
kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang lain. Kelompok
memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki individu. Solomon Asch memperluas penelitian kelompok dengan
melihat pengaruh penilaian kelompok (group jugdment) pada pembentukan kesan (impression
formation).
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi
kognitif telah memasukan kembali “jiwa” manusia yang sudah dicabut oleh behaviorisme. Manusia kini
hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan skedar makhluk yang berpikir, ia juga berusaha
menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang didambakannya.
Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik dianggap revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua
adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme manusia hanya mesin yang dibentuk
lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan
behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Keduanya tidak menghormati manusia
sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan
menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi.
Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian (sebenarnya Anti-
Freudian) seperti, Adler, Junk Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih banyak lagi mengambil dari
fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memendang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan interpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan
caranya sendiri.
Menurut Alfred Schutz, tokoh sosiologi fenomenologis, pengalaman subyektif ini
dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas. “Untuk memehami makna subjektif
Anda, aku harus menggambarkan arus kesadaran Anda mengalir berdampingan dengan arus
kesadaranku. Dalam gambaran inilah, aku harus menafsirkan dan membentuk tindakan intensional Anda
ketika Anda memilih kata-kata Anda” (Schutz, 1970:167) intersubjektivitas diungkapkan pada
eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri-dengan-orang lain, atau apa yang
disebut Martin Buber “I-thou Relationship”. Istilah yang disebut terakhir ini menunjukan hubungan
pribadi denagn pribadi, bukan pribadi dengan benda; subyek dengan subyek, bukan subyek denagn
obyek. Manusia, dalam pandangan ini hanya tumbuh dengan baik dalam “I-thou Relationship”, dan
bukan “I-it Relationship”. Disinilah faktor orang lain menjadi penting; bagaimana reaksi mereka
membentuk bukan saja konsep diri kita, tetapi juga pemuasan – apa yang disebut Abraham Maslow –
“growth needs”. Eksistensialisme menekankan pentinnya kewajiban individu pada sesama manusia.
Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk
kehidupan.
Faktor-faktor personal yang Mempengaruhi perilaku Manusia
Dewasa ini ada dua macam psikologi sosial. Yang pertama adalah Psikologi sosial (dengan huruf
P besar) dan yang kedua psikologi Sosial (dengan huruf S besar). Ini menunjukan dua pendekatan dalam
psikologi sosial: ada yang menekankan faktor-faktor psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor
sosial; atau dengan istilah lain: faktor-faktor yang timbul dalam diri individu (faktor personal), dan
faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar diri individu (faktor environmental).
Perspektif yang berpusat pada pesona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik
berupa sikap, instink, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara
garis besar ada dua faktor: faktor biologis dan faktor sosiologis.
Faktor biologis
Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang lain. Faktor biologis
terlibat dalam seluruhkegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa
warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan
seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya warisan
biologis sehingga muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama,
kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran
sosiobiologi (Wilson, 1975).
Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara
genetis dalam jiwa manusia. Program ini, disebut sebagai “epigenic riles” kemampuan memahami
ekspresi wajah, sampai kepada persaingan politik. Walaupun banyak sarjan yang menolak sosiobiologis
sebagi determinisme biologis dalam kehidupan sosial, tidak seorang pun yang menolak kenyataan
bahwa struktur biologis manusia – genetika, sistem syaraf dan sistem hormonal – sangat mempengaruhi
perilaku manusia. Struktur genesis, misalnya, mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan
emosi. Sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia.
Sistem hormonis bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga proses psikologis.
Pada tahun-tahun mutakhir ini, orang berusaha mengendalikan perilaku manusia melalui
manipulasi genetis, kontrol terhadap sistem saraf dan sistem homonal. Yang pertama dilakukan dengan
“quality control” terhadap gen-gen bakal manusia. Sekarang kita dapat menyingkirkan gen-gen resensif
dan memelihara gen-gen yang meninggikan kualitas manusia, misalnya menyingkirkan sifat agresif dan
memperkuat sifat-sifat penyantun. Dengan bedah otak, jarum-jarum hipodermik yang dihubungkan
dengan “push-button radio divice”, atau obat-obatan, kita dapat mengubah orang yang penyabar
menjadi pemarah, yang gelisah menjadi tenang, yang penyedih menjadi bahagia (Parckard, 1978)
Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia tampak pada dua hal berikut ini.
Pertama, telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Dahulu orang menyebutnya “instink”, sekarang
Desiderato, Howieson, dan Jackson (1976:34) menamainya species-characteric behavior. Merawat anak,
memberi makan, dan perilaku agresif adalah contoh-contohnya.
Kedua, diakui pula faktot-faktor biologisyang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut
motif biologis. Yang paling penting dari motif-motif biologis antara lain, ialah kebutuhan akan makanan-
minuman dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan
menghindari sakit dan bahaya.
Komponen-komponen lain dari manusia; yakni faktor-faktor sosiopsikologis.
Faktor-faktor Sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yamg
mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklarifikasikannya kedalam tiga komponen komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen yang pertama, yang merupakan aspek
emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan
sebelumnya. Komponen kognitif adlah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan
bertindak. Kita mulai dengan komponen afektif yang terdiri dari sosiogenis, sikap, dan emosi.
Motif sosiogenis
Motif sosiogenis, sering juga disebut motif sekunder lawan motif primer (motif biologis),
sebetulnya bukan motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan sangat
menentukan. Berbagai klarifikasi motif sosiogenis disajikan di bawah.
W.I Thomas dan Florian Znaniecki:
1. Keinginan memperoleh pengalaman baru;
2. Keinginan untuk mendapat respons;
3. keinginan akan pengakuan;
4. Keinginan akan rasa aman.
David McClelland:
1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement);
2. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation);
3. Kebutuhan berkuasa (need for power).
Abraham Maslow:
1. Kebutuhan akan rasa aman (sefety needs);
2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs);
3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs);
4. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization).
Melvin H.Marx:
1. Kebutuhan organismis:
- Motif ingin tahu (curiosity),
- Motif kompetisi (competence),
- Motif prestasi (achievement);
2. Motif-motif sosial:
- Motif kasih sayang (affiliation),
- Motif kekuasaan (power),
- Motif kebebasan (independence).
Klarifikasi diatas tidak menunjukan pebedaan yang tegas. Kalau tidak terjadi perulangan dengan
istilah lain (seperti motif prestasi dengan motif pemenuhan diri), maka yang terjadi adalah penambahan.
Secara singkat, motif-motif sosiogenis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motif ingin tahu: mengerti, meneta, dan menduga. Setiap orang berusaha memahami dan
memperoleh arti dari dunianya.
2) Motif kompetisi. Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan
kehidupan apapun. Motif kompetisi erat kaitannya dengan kebutuhan akan rasa aman.
3) Motif cinta. Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan
meimbulkan perilaku manusia yang kurang baik: orangb akan menjadi agresif, kesepian, frustasi.
(Packard, 1974).
4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas. Erat kaitannya dengan kebutuhan
untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukan
eksistensi di dunia.
5) Motif kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan.dalam menghadapi gejolak
kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntnnya dalam mengambil keputusan atau
memberikan makna pada kehidupannya.
6) Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kita bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, kita juga
ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita; juga memenuhi potensi-potensi kita.

BAB 3
SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Perepsi ialah proses member makna pada sensasi
sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi
informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah
mengolah dan memanipulasi informasi untuk memengaruhi kebutuhan atau memberikan respons.

Sensasi
Sensasi adalah tahap palinga awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata
“sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Dennis Coon
(1977: 79) mengatakan “bila alat-alat indera mengubah informasi menjad impuls-impuls saraf ---dengan
‘bahasa’ yang dipahami (‘komputer’) otak--- maka terjadilah proses sensasi.” Sedangkan Benyamin
B.Wolman (1973: 3443) menuliskan “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan
kegiatan alat indera.”
Seorang filusuf bernama John Locke beranggapan bahwa there is nothing in the mind except what
wa first in the sense(tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera). Filusuf
lain, Berkeley, beranggapan bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat indera, dunia tidak akan ada.
Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera: penglihatan,
pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kita
dapat mengelompokkannya pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber informasi. Sumber
informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri(internal).
Informasi dari luar diinderai oleh ekseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera
oleh interoseptor(misalnya, sistem peredaran darah). Selain itu gerakan tuhuh kita sendiri diindera oleh
proprioseptor (misalnya, organ vestibular).
Apa saja yang menyentuh alat indera disebut stimulus. Stimulus yang diubah menjadi energi saraf
disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera, stimulus harus
cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold).
Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Brakesley, seorang peneliti
mengatakan “we live in different taste worlds”. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan
pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda.

Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada
stimulus inderawi (sensory stimuli). Ada yang dinamakan kekeliuan persepsi, ada salah persepsi.
Kekeliruan persepsi dapat dicontohkan jika anda memanggil teman sekelas anda, namun ternyata orang
itu ternyata adalah orang asing yang baru anda kenal. Kesalahan persepsi dicontohkan ketika saya
mengucapkan kata “nasi”, tetapi Anda mendengar “asi”.
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krench dan Richard S.
Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor lainnya yang sangat
mempengaruhi persepsi, yakni perhatian.

Memori
Schlessinger dan Groves (1976: 352) mendefinisikan “memori adlaah sistem yang sangat berstruktur,
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.”
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman
(encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan
(storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan
dimana. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan
informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499)
Jenis-jenis memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori
pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1) Pengingatan (Recall). Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilakan kembali fakta dan
informasi secara vervbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
2) Pengenaln (Recognition)
Pilihan berganda (multiple-choice) dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.
3) Belajar lagi (Relearning).
Mempelajari yang sudah pernah dipelajari akan lebih cepat.
4) Redintegrasi (Redintegration).

Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
1. Teory Arus (Disuse Theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Willism James, juga Benton J.Underwood
membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to
memorzize” ---makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982: 94).
2. Teori Interferensi (Interference Theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada
meja lilin atau kanvas itu. Jika misalnya dalam kanvas itu terekam hukum relativitas dan segera setelah
itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan , Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya
rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
Inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang) terjadi jika kita misalnya kita menghafal halaman
pertama dalam kamus Inggris-Indonesia, lalu berhasil. Kemudian menghafal halaman kedua, berhasil
juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Inilah yang disebut inhibisi retroaktif.
Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif (hambatan ke
depan). Masih ada satu hambatan lagi ---walaupun tidak tepat masuk teori interferensi, disebut
hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang “melukai” hati
kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi yang berkaitan dengan cemas atau
ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau
neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang
memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Ini pengaruh faktor personal dalam memori.

3. Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)


Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage
(gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek); lalu dilupakan
atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memory jangka panjang).
Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori:
memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang
masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory storage menyebabkan kita meliahat rangkaina
gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
Informasi harus disandi (encoder) dan masuk pada short-term memory. STM sangat terpengaruh
interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit
informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk mengingatkan kemempuan STM, para
psikolog menganjurkan kita untuk memngelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Ingatan adalah apabila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk kedalam LTM.
LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur hidup. Kita dapat
memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam beberapa chunk), rehearsals
(mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-ulangnya), clustering (mengelompokkan
dalam konsep-konsep), atau methodde of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus
kita ingat).

BAB 4
SISTEM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

1. Persepsi Interpersonal
a. Pengaruh faktor-faktor Situasional pada persepsi Interpersonal
Deskripsi Verbal : Bagaimana rangkaian sifat menentukan persepsi orang.
• Petunjuk proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan.
• Petunjuk kinesik ialah ungkapan yang mencerminkan persepsi khusus tentang orang lain dari
gerakan tubuhnya.
• Petunjuk wajah adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan pesona stimuli.
• Petunjuk paralinguistik ialah bagaimana cara orang mengucapkan lambanng-lambang verbal.
• Petunjuk artifaktual ialah meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik
yang dipakai, baju, tas dll.
b. Pengaruh faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
• Pengalaman, pengalaman kita bertambah juga melalui rangkain peristiwa yang pernah kita
hadapi.
• Motivasi
• Kepribadian
c. Proses pembentukan Kesan
• Stereotyping ini mungkin yang menjelaskan terjadinya primacyy effect dan halo efect, yang secara
sederhana menunjukkan kesan pertama amat menentukan. Karena kesan itulah yang menentukan
kategori. Pesona seperti itulah yang sudah kita senangitelah mempunyai kategori tertentu yang positif,
dan pada kategori ini sudah disimpan semua sifat yang baik.
• Implicit Personality Theory, memberi kategori berarti membuat konsep. Setiap orang punya
persepsi sendiri tentang sifat-sifat apa, berkaitan dengan sifat-sifat apa untuk memberikan kesan
tentang orang lain.
• Atribusi adalah proses menyimpulkan motof, maksud dan karakteristik orang lain dengan melihat
pada perilakunya yang tampak.
d. Proses pengelolaan kesan
Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal
dan dipersulit oleh faktor-faktor personal pada penanggap. Kesulitan timbul karena stimuli berusaha
menampilkan petunjuk-petunjuktertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap
(Erving Goffman).
e. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada komunikasi Interpersonal
Persepsi interpersonal juga akan mempengaruhi komunikate. Bila orang berperilaku sesuai
dengan persepsi orang lain terhadap dirinya, terjadinya apa yang disebut fulfilling prophecy (ramalan
yang dipenuhi sendiri).
2. Konsepsi Diri
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Orang lain , Gabriel Marcel, kita mengenali diri kita dengan mengenal orang lain lebih dulu.
Kelompok rujukan, Anda mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
b. Pengaruh Konsep Diri pada komunikasi Interpersonal
• Nubuat yang dipenuhi sendiri
• Membuka diri
• Percaya diri
• Selektivitas : konsep diir memengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi
kepada pesan apa Anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu dan apa yang
kita ingat, Anita Taylor.
3. Atraksi Interpersonal
a. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
• Kesamaan karakteristik personal
• Tekanan emosional / setres
• Harga diri yang rendah
• Isolasi sosial
b. Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal
• Daya tarik fisik (physical Attractivenses)
• Ganjaran (Reward)
• Familiarty : sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik.
• Kedekatan (proximity)
• Kemampuan (competence)
c. Pengaruhi atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal
• Penafsiran pesan dan penilaian
• Efektivitas komunikasi
4. Hubungan Interpersonal
a. Teori-teori hubungan Interpersonal
• Model pertukaran sosial
• Model peranan
• Model permainan
• Model interaksional
b. Tahap-tahap hubungan Interpersonal
• Pembentukan hubungan interpersonal
• Peneguhan hubungan interpersonal
• Konfirmasi
• Diskonfirmasi
• Pemutusan hubungan interpersonal
c. Faktor-faktor yang membutuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal.
• Percaya (trust): menerima, empati dan kejujuran
• Sikap suportif

BAB 5
SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

Kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi

Klasifikasi kelompok
Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal bis,
yang antri di depan loket biskop, yang berbelanja di pasar disebut agregat , bukan kelompok. Supaya
agregat menjadi kelompok butuh kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang
mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan
melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai
dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terkait dengan kelompok, ada sense
of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota saling
bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.

Ingroup dan Outgroup


Menurut Sumner , Ingroup adalah kelompok kita. Outgroup kelompok diluar kita.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan (Theodore Newcomb)
cara-cara menggunakan kelompok rujukan dalam persuasi :
1. Gunakanlah kelompok rujukan positif yang mendukung pesan kita.
2. Komunikator harus memperhitungkan relevansi dan nilai kelompok rujukan yang lebih tepat bagi
kelompok tertentu.
3. Standar perilaku dapat dipergunakan untuk menambah peluang diterimanya pesan kita.
4. Suasana fisik komunikasi dapat menunjukkan kemungkinan saling mendahului.
5. Kadang-kadang kelompok rujukan positif dapat dikutip langsung dalam pesan, untuk mendorong
responsif positif dari khalayak.

Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi


Konformitas
Untuk nilai-nilai sosial yang dipegang teguh oleh sistem sosial, konformitas dipergunakan. Untuk
keberhasilan moral, kita memperlukan konformitas. Akan tetapi untuk memperkembangkan pemikiran,
untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas merugikan (Hollander,1975). Kebebasan
dan keragaman boleh jadi meresahkan sewaktu-waktu, tetapi itulah harga yang harus kita bayar untuk
menghindari kebekuan. Alternatifnya buakn nonkonformitas (selalu tidak setuju), melainkan
kemandirian (Independence). Mandiri bukan menentang kelompok, melainkan bersedia untuk berbeda
pendapat inilah freedom to be different.

Fasilitas Sosial
Prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok Allport menyebutnya sebagai
fasilitas sosial. Fasilitasdari kata Prancis facile, artinya mudah. Menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok memengaruhi pekerjaan sehingga
terasa menjadi lebih mudah.
Polarisasi
Menurut sebagian ahli boleh jadi disebabkan pada proporsi argumentasi yang menyokong sikap
atau tindakan tertentu. Bila proporsi terbesar mendukung sikap konservatif, keputusan kelompok pun
akan lebih konservatif dan begitu sebaliknya.

BAB 6
SISTEM KOMUNIKASI MASSA

Pengertian Komunikasi Massa


Bittner, Komunikasi massa @ “Mass Communication is message communicated through a mas
medium to a large number of people ”. (Komunikasi masa @ pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang).
Jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang terbesar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat.
1. Sistem Komunikasi Massa Versus Sistem Komunikasi Interpersonal
Sifat Komunikasi massa : 1)bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis. 2)bersifat satu
arah. 3)bersifat terbuka. 4)mempunyai publik yang secara geografis terebar.
Perbedaan teknis pada karakteristik psikologis yang khas di Komunikasi mAsa dan Komunikasi
interpersonal, yaitu:
• Pengendalian Arus Informasi : berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang
diterima.
• Umpan balik : metode mengontrol sistem, keluaran (output) sisttem yang dibalikkan kembali
(feedback) kepada sistem sebagai masukan (Input) tambahan berfungsi mengatur keluaran berikutnya.
• Stimulasi alat Indra L: dalam komunikasi interpersonal, seperti telah kita uraikan pada umpan
balik, orang menerima stimulus lewat seluruh alat indranya. Ia dapat mendengar, melihat, mencium,
meraba dan merasa.
• Proporsi unsur isi dengan hubungan
Pada komunikasi interpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sedangkan pada komunikasi massa
unsur isilah yang penting.
2. Sejarah penelitian efek komunikasi massa
McQuail merangkumkan semua penemuan penelitian pada periode ini sebagai berikut:
1) Peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada
2) Tergantung pada prestise atau penilaina terhadap sumber komunikasi.
3) Makin sempurna monopoli komunikai massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat pada
dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki
4) Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan
pengaruh media.
5) Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruahi oleh pendapat dan kepentingan yang adan
dan oleh norma-norma kelompok.
6) Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus
komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa
1. Teori defleur dan Ball Rokeach tentang pertemuan dengan media
defleur dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis :
perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial.
2. Pendekatan motivasi dan Uses and Gradification
Meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari
media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita
inginkan. Teori dasar : khalayak dianggap aktif, banyak inisiatif, media massa harus bersaing, banyak
tujuan pemilih media massa, penilaian tentang arti kultural dari media massa.
Motif kognitif dan Graftifikasi Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat
ideasional tertentu.

D. Efek Komunikasi Masa


1. Efek kehadiran media masa
Bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Medi saja sudah jadi pesan. Ia bahkan menolak
pengaruh isi pesan sama sekali. Adapun yang mempengaruhi kita bukan apa yang disampaikan media,
tetapi jenis media komunikasi yang kita pergunakan. Interpersonal, media cetak, atau televisi.

Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indra menyatakan bahwa media massa adalah
perluasan dari alat indra manusia
2. Efek kognitif Komunikasi Masa
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung memengaruhi citra
kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita
berperilaku. Efek kognitif komunikasi ada pada pembentukan dan perubahan cara. Kemudian agenda
setting.

3. Efek Afektif Komunkasi Massa


Pembentukan dan perubahan sikap
Ransangan emosional : mood,skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual, dan tingkat
identifikasi khalayak dnegan tokoh dalam media massa.
Ransangan seksual
Erotika telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan yang paling dini. Fungsi erotrika ialah aphrodisiac
pembangkit gairah sex.

4. Efek Behavioral Komunikasi Massa


Efek proposial behavioral ialah memiliki ketermpilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Agresi sebagai efek komunikasi masa, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya.
Teori-teori efek sosial komunikasi Massa
Menurut Innis , media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial
Menurut McLuhan, Bahasa mempengaruhi cara berfikir
Menurut Alvivv media mengubah bentuk masyarakat.

BAB 7
PSIKOLOGI KOMUNIKATOR DAN PSIKOLOGI PESAN

A. Psikologi Komunikator
Hovland dan Weiss menyebut ethous ini credibilityyang terjadi atas dua unsur : Expert (keahlian) dan
trustworthine (dapat dipercaya).
• Dimensi-dimensi ethos
-Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan
sistem yang dimilikinya.
-identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena
perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mengidentifikasi diri secara memuaskan dengan orang
atau kelompok itu.
-ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena berharap
memperoleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut.
• Kredibilitas @ seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator
• Atraksi : daya tarik fisik, ganjaran, kasmaran, dan kemampuan
• Kekuasaan @ kemampuan menimbulkan ketundukan.
-kekuasaan koersif : mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate.
-kekuasaan keahlian : berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilam atau kemampuan yang
dimiliki komunikator.
-kekuasaan informasional : berasal dari isi komunikai tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki
komunikator.
-kekuasaan Rujukan : menjadikan komunikator sebagai rujukan untuk menilai dirinya.
-kekuasaan Legal : berasal dari seperangkat peraturan yang menyebabkan komunikator berwenang
untuk melakukan suatu tindakan.

B. Psikologi Pesan
1. Pesan Linguistik
Apa itu bahasa?
Bahasa menurut fungsional : alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Sedangkan Bahasa menurut formal : semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut peraturan
tata bahasa.
Tiga unsur bahasa : fonologi ialah bunyi-bunyi dalam bahasa itu. Sintaksis ialah cara
pembentukan kalimat. Leksikal ialah arti kata atau gabungan kata. Mempunyai sitem kepercayaan untuk
menilai apa yang kita dengar.
Bagaimana kita dapat berbahasa?
Menurut Chomsky , setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena dayanya
pengetahuan bawaan yang telah diprogram secara genetik dalam otak kita disebut LAD (Linguistik
Acquition Knowledge).
Bahasa dan Proses Berfikir
Menurut teori principle of Linguitic rilatively : bahasa menyebabkan kita memandang realitas
sosial dengan cara tertentu.
Kata-kata dan makna
Makna inferensial ialah makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang
dirujuk oleh kata tersebut. Makna Signifikan ialah sejauh istilah dihubungkan dengan konsep-konsep
yang lain. Makna intensional ialah makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang.
Teori General Semantics
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang verbal
atau nonverbal disebut penyandang (encoding).
1. Berhati-hati dengan abstrak. Abstrak adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk
membedakannya dari hal-hal yang lain. Abstrak menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa yang tidak
cermat. 3 buah diantaranya : dead level abstracting, indue identification,dan two valued evaluation.
2. Berhati-hati dengan dimensi waktu. Bahasa itu stastis, sedangkan realitas itu dinamis. Ketika Anda
bereaksi pada satu kat, Anda sering menganggap makna kata itu masih sama.
3. Jangan mengacaukan kata dengan rujukannya
4. Jangan mengacaukan pengalaman dengan kesimpulan
2. Pesan Nonverbal
Tepuk tangan, pelukan, usapan, duduk dan berdiri tegak adalah pesan nonverbal yang menerjemahkan
gagasan keinginan atau maksud yang terkandung dalam hati kita.
Fungsi pesan nonverbal menurut Mark L. :
1. Repetisi mengulang kembali gagasan yang sudah ada disajikan secara verbal. Misalnya setelah saya
menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
2. Subsitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah kata pun anda berkata.
Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan menggangguk.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal. Misalnya Anda memuji prestasi kawan Anda dengan
mencibirkan bibir Anda.
4. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya raut muka anda
menunjukkan penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi, menegaska pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya anda mengungkapkan
betapa jeleknya anda dengan memukul mimbar.
Klasifikasi pesan nonverbal
1. Kineksi atau gerak tubuh
2. Paralinguistik atau suara
3. Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
4. Olfaksi prosemik dan kosmetik
3. Organisasi, struktur, dan imbaun pesan
Lima langkah dalam penyusunan pesan
• Attention / perhatian
• Need / kebutuhan
• Satisfaction / pemuasan
• Visualization / visualisasi
• Action / tindakan
Struktur Pesan
1. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan tidak ada keuntungan untuk berbicara yang pertama.
2. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah
posisi mereka.
3. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih dipengaruhi oleh sisi yang
disajikan lebih dahulu.
4. Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasa yang dikehendaki atau yang diterima disajikan
sebelum gagasan yang kurang dikehendaki.
5. Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra-pro bila digunakan oleh sumber yang
memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lam diantara dua
pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.
Imbaun Pesan (Message Appeals)
1. Penggunaanpembuktian sangat bergantung pada topik pesan
2. Khalayak mungkin berbeda-beda. Kita mungkin dapat menduga pembuktian yang persuasif pada
kelompok orang tertentu mungkin tida persuasif pada kelompok yang lain.
3. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum.

PSIKOLOGI KOMUNIKASI
DRS. JALALUDDIN RAKHMAT M.SC.
BAB 1 APAKAH PSIKOLOGI KOMUNIKAI ITU?
Pengertian komunikais menurut Wolman :
1. Penyampaian perubahan energy dari datu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system
syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan dari organism
3. Pesan yang disampaikan.
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan oleh satu system untuk mempengaruhi system yang
lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.
5. (K. Lewin) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona lainsehingga perubahan dalam
satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada kepada pemberi terapi (dalam psikoterapi).
1. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Psikologi menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam komunikasi pada diri
komunikan, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal
maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi
melacak sfiat-sifatnya dan bertanya: Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil
dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak ?
Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat kedalam penerimaan
pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasionalyang mempengaruhinya, dan menjelas
kan berbagai coralkomunikan ketika sendiri atau berkelompok.
2. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Fisher menyebut empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Penerimaan Stimuli
secara indrawi (Senory Reception of Stimuli), proses yang mengantari Stimuli dan repons
(Internal Meddiation of Stimuli), prediksi respon (prediction of response), dan peneguhan repons
(reinforcement of responses).Psikologi komunikasi melihat bagaimana renpons yang terjadi pada
masa yang telah lewat dapat meramalkan respons yang akan datang.
Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan meramalkan dan
mengendalikan sifat mental dan behavioral dalam komunikasi (George A. Miller).
Psikologi social adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan
bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan individu dipengeruhi oleh apa yang dianggapnya
pikiran, perasaan dan tindakan oranglain (yang kehadirannya boleh jadi sebenarnya,
dibayangkan, atau disiratkan).
Satu pendekatan psikologi komunikasi lagi yang berbeda :
1. Menyingkirkan semua sikap memihakdan semua usaha menilai secara normatif (mana yang
benar, mana yang salah).
2. Ketika merumuskan prinsip-prinsip umum, psikolog komunikasi harus menguraikan
kejadian menjadi satuan-satuan kecil untuk dianalisis.
3. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan memahami
keadaan internal (internal state).

3. Penggunaan Psikologi Komunikasi


Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbsdan Sylvia Moss menimbulkan lima hal :
1. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh
komunikator.

2. Kesenangan
Komunikasi ini disebut komunikasi fatis, dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.
Komunikasi ini dapat membuat hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap
Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor –faktor pada diri komunikate.
Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang
dengan menggunakan manipulasi psikologisehingga orang tersebut bertindak seperti atas
kehendaknya sendiri”.
4. Hubungan Sosial yang baik
Willliam Schutz (1996) merinci kehidupan sosial ini dalam tiga hal inclusion, control,
affection. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk manumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskandengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion),
pengendalian kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection).
Secara singkat kita ingin bargabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin
mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini
dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal efektif.
5. Tindakan
Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk
menimbulkan pengetian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap.
Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan kominkate.
Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. Karena untuk
menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk
dan mengubah sikapatau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif
seluruh proses komunikasi. Cini bukan saja memerlukan pemahaman tentang selruh mekanisme
psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia.

BAB 2 KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN


1. Konsep Psikologi tentang Manusia
Empat Teori Psikologi
Teori Konepsi tentang Tokoh-tokohnya Kontribusi pada
Manusia Psikologi Sosial
Psikoanalisi Homo Valen Freud, Jung, Perkembangan
(manusia Adler, Abraham, kepribadian
berkeinginan) Horney, Bion sosialisasi
identifikasi agresi
kebudayaan dan
perilaku
kognitif Homo Sapiens Lewin, Helder, Sikap bahasa dan
(manusia berpikir) Festinger, Plaget, berpikir dinamika
Kohiberg kelompok
Behaaviorisme Homo Mechanicus Hull, Miller & Propaganda
(Manusia mesin) Dollard Rotter, persepsi
Sklinner, Banudra Interpersonal
Konsep diri
Eksperimen
Sosialiasi
Humanisme Homo Ludens Rogers, Combs & Kontrol sosial
(manusia bermain) Snygg, Maslowl, ganjaran dan
May Satir, Peris hukuman Konsep
diri Transaksi
Interpersonal
Masyarakat &
individu.
 Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis
Perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia : Id, Ego
dan Superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia.
Pusat instink/hawa nafsu manusia ada dua. 1) Libido : instink reproduktif yang menyediakan
energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang kontruksif. 2) Thanatos : instink Destruktif
dan agresif.
Ego berfungsi menjebatanituntutan Id dengan realitas didunia luar. Ego adalah mediator
antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional (pada pribadi yang normal).
Superego adalah polisi kepribadian mawakili yang ideal. Hati nurani yang merupakan
internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya.
Manusia selalu dipengaruhi oleh naluri primitifnya.
 Konsepsi Manuia dalam Behaaviorisme
Lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam
bawah sadar dan tidak tampak). Behaaviorisme hanya ingin menganalisis perilaku yang tampak
saja, dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan.
Manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungannya. Menjadi robot tanpa jiwa dan
tanpa nilai.
 Konsepsi Manuia dalam Kognitif
Manusia bukan sekedar makhluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas
dirinya dan mendambakan apa yang diinginkannya.
 Konsepsi Manuia dalam Humanistik
Cal Rogers menggarisbesarkan pandangan humanistik :
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi.
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahan diri.
5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.

2. Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia


 Faktor Biologi
Adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau
situasi (instink).
Motiff biologis/ kebutuhan mendasar seperti makan dll.
 Faktor-Faktor Sosiopsikologis
Dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.
 Motif Sosiogenis
 Sikap
 Emosi
 Kepercayaan
 Kebiasaan
 Kemauan

3. Faktor-Faktor Situaioanl yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
BAB III SISTEM KOMUKASI INTRAPERSONAL
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Perepsi ialah proses member makna pada
sensasi sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah
sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya
kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memengaruhi kebutuhan
atau memberikan respons.
A. Sensasi
Sensasi adalah tahap palinga awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata
“sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya.
Dennis Coon (1977: 79) mengatakan “bila alat-alat indera mengubah informasi menjad impuls-
impuls saraf ---dengan ‘bahasa’ yang dipahami (‘komputer’) otak--- maka terjadilah proses
sensasi.” Sedangkan Benyamin B.Wolman (1973: 3443) menuliskan “sensasi adalah pengalaman
elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan
terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Seorang filusuf bernama John Locke beranggapan bahwa there is nothing in the mind
except what wa first in the sense(tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat
alat indera). Filusuf lain, Berkeley, beranggapan bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat
indera, dunia tidak akan ada.
Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera:
penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa, dan
penciuman. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber
informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri
individu sendiri(internal). Informasi dari luar diinderai oleh ekseptor (misalnya, telinga atau
mata). Informasi dari dalam diindera oleh interoseptor(misalnya, sistem peredaran darah). Selain
itu gerakan tuhuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor (misalnya, organ vestibular).
Apa saja yang menyentuh alat indera disebut stimulus. Stimulus yang diubah menjadi
energi saraf disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera,
stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute
threshold).
Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Brakesley, seorang peneliti
mengatakan “we live in different taste worlds”. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh
perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda.
B. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Ada yang dinamakan kekeliuan persepsi, ada
salah persepsi. Kekeliruan persepsi dapat dicontohkan jika anda memanggil teman sekelas anda,
namun ternyata orang itu ternyata adalah orang asing yang baru anda kenal. Kesalahan persepsi
dicontohkan ketika saya mengucapkan kata “nasi”, tetapi Anda mendengar “asi”.
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krench dan
Richard S. Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor
lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian
1. Perhatian (attention)
Kennetth E. Andersen (1972:46) mendefinisikan “perhatian adalah proses mental ketika stimulus
atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya
melemah”. Perhatian terjadi bile kita mengonsentrasiakn diri pada salah satu alat indera kita, dan
mengenyampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Stimulius diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan,
intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Perulangan mengandung unsure sugessti. Emil
Dofivat (1968), tokoh aliran publistik Jerman, menyebut perulangan sebagai satu diantara tiga
prinsip pnting dalam menaklukkan massa.
Dofivat menyebut tiga prinsip dalam menggerakkan massa (die Grundgesetze der
Masssenfuhgung):
1. Die Geistige Vereinfachung: tema-tema yang disampaikan harus disajikan dengan bahasa
yang sederhan dan jelas.
2. Die hammernde Weiderhoulung: gagasan yang sama diulang-ulangberkali-kali dengan cara
penyajian yang mungkin beraneka ragam. Dofivat mengutip Al dous Huxley dalam brave New
World bahwa kebenaran adalah kebohongan diaklikan dengan 62.000.
3. Die gefuhlmassige stigerung: Penggunaan emosi secara intensif. Emosi itu antara lain
kebencian, rasa belas kasihan, perasaan bersalah, keinginan menonjol (Dofivat, 1968: 114-164).
Faktor Internal Penarik Perhatian
Faktor-faktor biologis
Faktor-faktor sosiopsikologis
Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita
perhatikan.
Kenneth E. Andersen (1972:51-52) menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang
harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
1) Perhatian itu merupakan proses yang harus aktifa dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
2) Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri
kita.
3) Kita menaruh perhatian pada hal-hal tertentu
4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa
yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
5) Dalam situasi tertentu, kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari
terpaan timuli tertentu yang ingin ita abaikan.
6) Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
7) Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita.
8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
9) Intensitas perhatian tidak konstan.
10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering
menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
12) Kita mampu menaru perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
3.2.2 Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respons pada stimulus. Nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial
orang yang menilai. Disini, Krench dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama:
Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat
tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memengaruhi tujuan individu yang
melakukan persepsi.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap
objek dalam hal beratnya bergatung pada rangkaian objek yang dinilainya.
Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan memengaruhi bagaimana orang member
makna pada pesan yang diterimanya.
Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka
rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
2. Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Menurut teori Gestalt, bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu
keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, “… de
afzonderlijke veldgebieden (van het waarnemingsveld) in dynamische samenhang (d.w.z. in
wissel-werking) staan endat dientegevolge de eigen dynamisch dinnen deze samenhang de
veerdeling van het gegeuren en van zijn plaatselijke hoedaningheid mede bepaalt” (Menicke,
1957:79). Maksudnya, jika kita ingin memehami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-
fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami
sesorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang
dihadapinya. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua:
Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
Gestalt memiliki prinsip yang disebut principles of similarity. Kebudayaan juga berperan
dalam melihat kesamaan. Dalam komunikasi, dlil kesamaan dan kedekata sering dipakai oleh
komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau
mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi, maka terjadilah
sebutan gilt by association (cemerlang kerena hubungan) atau guilt by association (bersalah
karena hubungan).
Jadi kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditanggap sebagai bagian ari
struktur yang sama. Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan
stimulus berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
C. Memori
Schlessinger dan Groves (1976: 352) mendefinisikan “memori adlaah sistem yang
sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.”
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan
pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan
sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari,
mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig,
1973:499)
1 Jenis-jenis memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui
memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1) Pengingatan (Recall). Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilakan kembali fakta
dan informasi secara vervbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
2) Pengenaln (Recognition)
Pilihan berganda (multiple-choice) dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.
3) Belajar lagi (Relearning).
Mempelajari yang sudah pernah dipelajari akan lebih cepat.
4) Redintegrasi (Redintegration).
2. Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan
informasi.
Teory Arus (Disuse Theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Willism James, juga Benton
J.Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the
poorer one’s ability to memorzize” ---makin sering mengingat makin jelek kemampuan
mengingat (Hunt, 1982: 94).
Teori Interferensi (Interference Theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada
meja lilin atau kanvas itu. Jika misalnya dalam kanvas itu terekam hukum relativitas dan segera
setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan , Yang kedua akan menyebabkan
terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
Inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang) terjadi jika kita misalnya kita menghafal
halaman pertama dalam kamus Inggris-Indonesia, lalu berhasil. Kemudian menghafal halaman
kedua, berhasil juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Inilah yang
disebut inhibisi retroaktif.
Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif
(hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi ---walaupun tidak tepat masuk teori
interferensi, disebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-
peristiwa yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses
represi yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik
atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut
kita, yang menarik perhatian kita, yang memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Ini
pengaruh faktor personal dlam memori.
Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory
storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek);
lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memory
jangka panjang).
Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam
memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk
materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory storage menyebabkan kita
meliahat rangkaina gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
Informasi harus disandi (encoder) dan masuk pada short-term memory. STM sangat
terpengaruh interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit
informasi. Jumlah bit informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk
mengingatkan kemempuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk memngelompokkan
informasi; kelompoknya disebut chunk.
Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk kedalam
LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur hidup. Kita
dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam
beberapa chunk),rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-
ulangnya), clustering(mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde of
loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
D. Berpikir
1 Apakah Berpikir Itu?
Dalam berpikir, kita melibatkan semua proses yang telah disebutkan, yaitu sensasi, persepsi, dan
memori.
Dalam memecahkan suatu masalah, pikiran menggunakan
Gambaran, yang disebut images atau citra oleh Marx (1976) dan Coon (1977); disebut
jugagraphic symbols atau lambang srafis (Fuch, 1967).
Lambang verbal (verbal symbols)
“Berpikir merupakan manpulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan
lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakuakan kegiatan yang tampak,” kata Floyd
L. Ruch. Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘thinking’ refers to many
kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of
objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan
penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak dapat
berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. “Thought without speech is
inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal lain
melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual, dan baru
kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita lakukan untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan
persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita Taylor et al.
mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring
process (Taylor et al. 1977:55)
2 Bagaimana Orang Berpikir?
Ada dua macam berpikir :
Berpikir austik, mungkin lebih tepat disebut melamun. Contohnya fantasi,
mengkhayal, wishful thinking.
Berpikir realistic, disbut juga nalar (reasoning), ialah berpikit dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dunia nyata. Floyd L.Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif,
induktif, evaluative (Ruch, 1967:336).
Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama
merupakan pernyataan umum. Dalam logika, disebut juga silogisme. Berpikir induktif dimulai
dari hal-hal yang khusus dan kemudaian menarik mengambil kesimpulan umum, kita melakukan
generalisasi. Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir
tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis
bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika tidak
valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi sehari-
hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal ucapan Wason
dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst, logicians all think like
us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli logika; dalam keadaan terbaik,
kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir
seperti kita).
Berpikir analogis; umumnya menggunakan perbandingan atau kontras. Robert J.
Stenberg, psiolog dari Yale, menulis “kita berpikir secara analogis setip kali menetapkan
keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada
sesuatu yang sama pada masa lalu. Bila kita membeli ikan mas, karena kita menyukai ikan mas
yang dulu, atau jika kita mendengar nasihat kawan, karena dahulu nasihatnya benar, kita berpikir
secara analogis.”
Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan
keputusan, memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.
3 Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka
ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil
usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative; (3)
keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh diditangguhkan
atau dilupakan.
Faktor persona amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif dan
sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada kenyataannya,
kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.
4 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu begitu!)
(1) Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
(2) Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada pasa yang
lalu.
(3) Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang dapat dipikirkan
(4) Mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
(5) Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. “Aha, sekareng saya tahu, teman saya
tersinggung karena ucapan saya.. Saya harus meminta maaf.” Kilasan pemecahan ini disebut Aha
Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Seperti perilaku manusi yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan
personal. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis terhadap
proses pemecahan masalah. Faktor biologis dan sosiopsikologis puun memengaruhinya, seperti
(1) Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. MOtivasi yang tinggi membatasi
fleksibilitas
(2) Kepercayaan dan sikap yang salah. Sikap yang defensive akan cenderung menolak
informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan memepersukar penyelesaian.
(3) Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu. “. . . cara berpikir
yang ditandai oleh emacam kekuranghormatan pada jawaban-jawaban lama, aturan yang mapan,
atau prinsp-prinsip yang sudah diterima. Semuanya tidak dipandang sebagai otoritas yang final
dan mutlak, melainkan diterima sebagai generalisasi yang kini berguna, tetapi satu saat mungkin
dibuang atau direvisi jika obervasi yang baru gagal mendukung generalisasi tersebut”
(Berrien.1951:45).
5 Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Apa itu kreativitas?
Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Cousstance L.Hamen (1974:452),
adalah“thinking which produces new concepts, new understandings, new inventions, new work
of art.”
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau
gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat memecahkan
persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight
yang original, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962:485)
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir yang paling sering dipergunakan adalah berpikir analogis.
Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan ta kreatif dengan konsep berpikir konvergen
dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberiakn satu jawabanyang tepat
pada pertanyaan yang diajukan. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan pola berpikir
divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Bepikir konvergen erat
kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan kreativitas. Berpikir divergen dapa diukur
dengan fluency, flexibility, dan originality.
Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak
terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang luar biasa,
aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang kreatif biasanya
agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam dan menjelaskan
pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran kreatif berhasil
memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.
(1) Orientasi: Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
(2) Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan
dengan masalah.
(3) Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan
buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar
kita.
(4) Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memeroleh semacam ilham,
serangkaian insightyang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
(5) Verivikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang
diajukan pada tahap keempat.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Orang-
orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada beberapa
faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen, 1974:455):
1) Kemampuan kognitif
2) Sikap yang terbuka
3) Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri
Butir nomor 3 membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas.
Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka, menghargai kesetiaan
primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar untuk melahirkan pemikiran-
pemikiran kreatif.
Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, beberapa penelitian menunjukkan juga
adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukkan faktor peneguhan dari
lingkungan; Dutton (1970) menyebut terjadinya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif; dan
Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas (Hunt, 1982:308)
BAB IV SISTEM KOMUNIKAI INTRAPERSONAL
1. Persepsi Interpersonal
a. Pengaruh faktor-faktor Situasional pada persepsi Interpersonal
Deskripsi Verbal : Bagaimana rangkaian sifat menentukan persepsi orang.
 Petunjuk proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan.
 Petunjuk kinesik ialah ungkapan yang mencerminkan persepsi khusus tentang orang lain dari
gerakan tubuhnya.
 Petunjuk wajah adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan pesona stimuli.
 Petunjuk paralinguistik ialah bagaimana cara orang mengucapkan lambanng-lambang verbal.
 Petunjuk artifaktual ialah meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik
yang dipakai, baju, tas dll.
b. Pengaruh faktor-faktor Personal pada Persepi Interpersonal
 Pengalaman, pengalaman kita bertambah juga melalui rangkain peristiwa yang pernah kita
hadapi.
 Motivasi
 Kepribadian
c. Proses pembentukan Kesan
 Stereotyping ini mungkin yang menjelaskan terjadinya primacyy effect dan halo efect, yang
secara sederhana menunjukkan kesan pertama amat menentukan. Karena kesan itulah yang
menentukan kategori. Pesona seperti itulah yang sudah kita senangitelah mempunyai kategori
tertentu yang positif, dan pada kategori ini sudah disimpan semua sifat yang baik.
 Implicit Personality Theory, memberi kategori berarti membuat konsep. Setiap orang punya
persepsi sendiri tentang sifat-sifat apa, berkaitan dengan sifat-sifat apa untuk memberikan kesan
tentang orang lain.
 Atribusi adalah proses menyimpulkan motof, maksud dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilakunya yang tampak.
d. Proses pengelolaan kesan
Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal
dan dipersulit oleh faktor-faktor personal pada penanggap. Kesulitan timbul karena stimuli
berusaha menampilkan petunjuk-petunjuktertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri
penanggap (Erving Goffman).
e. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada komunikasi Interpersonal
Persepsi interpersonal juga akan mempengaruhi komunikate. Bila orang berperilaku sesuai
dengan persepsi orang lain terhadap dirinya, terjadinya apa yang disebut fulfilling prophecy
(ramalan yang dipenuhi sendiri).
2. Konsepsi Diri
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Orang lain , Gabriel Marcel, kita mengenali diri kita dengan mengenal orang lain lebih dulu.
Kelompok rujukan, Anda mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
b. Pengaruh Konsep Diri pada komunikasi Interpersonal
 Nubuat yang dipenuhi sendiri
 Membuka diri
 Percaya diri
 Selektivitas : konsep diir memengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepada pesan apa Anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi
pesan itu dan apa yang kita ingat, Anita Taylor.
3. Antraksi Interpersonal
a. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
 Kesamaan karakteristik personal
 Tekanan emosional / setres
 Harga diri yang rendah
 Isolasi sosial
b. Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal
 Daya tarik fisik (physical Attractivenses)
 Ganjaran (Reward)
 Familiarty : sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik.
 Kedekatan (proximity)
 Kemampuan (competence)
c. Pengaruhi atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal
 Penafsiran pesan dan penilaian
 Efektivitas komunikasi
4. Hubungan Interpersonal
a. Teori-teori hubungan Interpersonal
 Model pertukaran sosial
 Model peranan
 Model permainan
 Model interaksional
b. Tahap-tahap hubungan Interpersonal
 Pembentukan hubungan interpersonal
 Peneguhan hubungan interpersonal
 Konfirmasi
 Diskonfirmasi
 Pemutusan hubungan interpersonal
c. Faktor-faktor yang membutuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal.
 Percaya (trust): menerima, empati dan kejujuran
 Sikap suportif
Perilaku defensif dan Suportif dari Jack Gibb
Iklim defensif Iklim Suportif
Evaluasi Deskripsi
Kontrol Orientasi Makalh
Strategi Spontanitas
Netralis Empati
Superioritas Persamaan
kepastian Provisionalisme
1. Evaluasi @ penialian terhadap orang lain, Deskripsi @ penyampaian perasaandan persepsi Anda
tanpa menilai.
2. Kontrol @ berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya dll. Orientasi
masalah @ mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sam amencari pemecahan masalah.
3. Strategi @ menggunakan tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas @
sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
4. Netralitas @ bersikap impersonal memperlakukan orang lain tidak sebagi pesona, melainkan
sebagai subjek. Tanpa empati, orang seakan-akan mesin yang hampaperasaan dan tanpa
perhatian.
5. Superioritas @ sikap menunjukkan adan lebih tinggi. Persamaan @ sikap memperlakukan orang
lain secara horizontal demokratis.
6. Kepastian @ dekat dengan superioritas. Provosionalisme @ kesediaan untuj meninjau kembali
pada pendapat kita.
Sikap terbuka Sikap tertutup
Memiliki pesan secara obyektif dengan Menelan pesan berdasarkan motif-motif
menggunakan data dan keajegan logika pribadi
Membdakan dengan mudah, melihat Berpikir sim[litis, artinya berfikir
suasana, dsb. hitam-putih (tanpa nuansa)
Berorientasi pada isi Bersandar lebih banyak pada sumebr
pesan daripada isi pesan
Mencari informasi dari berbagai Mencari informasi tentang
sumber kepercayaam orang lain dari sumbernya
sendiri, bukan dari sumber kepercayaan
orang lain.
Lebih bersifat provosional dan bersedia Secara kakuk mempertahankan dengan
mengubah kepercayaannya. memegang teguh sistem
kepercayaanya.
Mencari pengertian pesan yang tidak Menolak, mengabaikan, mendistorsi
sesuai dengan rangkaian
dan menolak pesan yang tidak
kepercayaannya.
konsisten dengan sistem
kepercayaannya.

BAB V SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK


1. Kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi
d. Klasifikasi kelompok
Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di
terminal bis, yang antri di depan loket biskop, yang berbelanja di pasar disebut agregat , bukan
kelompok. Supaya agregat menjadi kelompok butuh kesadaran pada anggota-anggotanya akan
ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi
(tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Jadi, dengan
perkataan lain, kelompok mempunyai dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok
merasa terkait dengan kelompok, ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan
anggota. Kedua, nasib anggota-anggota saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait
dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.
Kelompok primer dan kemompok sekunder
Cooley berpendapat tentang Perbedaan dibawah ini :
Kelompok Primer Kelompok Sekunder
Kualitas komunikasi dalam dan meluas Kualitas komunikasi dangkal dan
terbatas
Bersifat personal, unik dan tidak dapat Bersifat impersona
dipisahkan
Lebih menekankan aspek hubungan Lebih menekankan aspek isi

Ingroup dan Outgroup


Menurut Sumner , Ingroup adalah kelompok kita. Outgroup kelompok diluar kita.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan (Theodore Newcomb)
cara-cara menggunakan kelompok rujukan dalam persuasi :
1. Gunakanlah kelompok rujukan positif yang mendukung pesan kita.
2. Komunikator harus memperhitungkan relevansi dan nilai kelompok rujukan yang lebih tepat
bagi kelompok tertentu.
3. Standar perilaku dapat dipergunakan untuk menambah peluang diterimanya pesan kita.
4. Suasana fisik komunikasi dapat menunjukkan kemungkinan saling mendahului.
5. Kadang-kadang kelompok rujukan positif dapat dikutip langsung dalam pesan, untuk mendorong
responsif positif dari khalayak.
Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
Nama Kelompok Tujuan
Sepintas Bermain
Pertemuan Pertumbuhan Interpersonal
Penyadar Identitas sosial-politik yang baru
Katarsis Melepaskan perasaan
Belajar Pencerahan Intelektual
Tugas Kerja

e. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi


Konformitas
Untuk nilai-nilai sosial yang dipegang teguh oleh sistem sosial, konformitas
dipergunakan. Untuk keberhasilan moral, kita memperlukan konformitas. Akan tetapi untuk
memperkembangkan pemikiran, untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas
merugikan (Hollander,1975). Kebebasan dan keragaman boleh jadi meresahkan sewaktu-waktu,
tetapi itulah harga yang harus kita bayar untuk menghindari kebekuan. Alternatifnya buakn
nonkonformitas (selalu tidak setuju), melainkan kemandirian (Independence). Mandiri bukan
menentang kelompok, melainkan bersedia untuk berbeda pendapat inilah freedom to be different.
Fasilitas Sosial
Prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok Allport menyebutnya
sebagai fasilitas sosial. Fasilitasdari kata Prancis facile, artinya mudah. Menunjukkan kelancaran
atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok memengaruhi pekerjaan
sehingga terasa menjadi lebih mudah.
Polarisas
Menurut sebagian ahli boleh jadi disebabkan pada proporsi argumentasi yang menyokong
sikap atau tindakan tertentu. Bila proporsi terbesar mendukung sikap konservatif, keputusan
kelompok pun akan lebih konservatif dan begitu sebaliknya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
a. Faktor situasional : karakteristik kelompok
Ukuran kelompok
Mana yang lebih banyak anggota kelompok lebih baik atau makin banyak anggota makin kacau ?
Jaringan komunikasi kohesi kelompok
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok Leavit menemukan bahwa roda yang paling
memusat dari seluruh jaringan komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan
terorganisasi. Kelompok lingkaran yang tidak memusat adalah yang paling lambat dalam
memecahkan soal. Lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan besar.
Kohesi kelompok
Kelompok yang sangat kohesimempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan
karena itu mendorong komunikasi yang lebih effektif. Anggota kelompok yang kohesi akna
menanyakan informasi yang mereka perlukan karena mereka tidak takut untuk kelihatan bodoh
dan kehilangan muka. Anggota yang merasa bahwa keputusan kelompok jelek akanmengajukan
pertanyaaan. Ia tidak dapat tinggal diam dan membiarkan kelompok berbuat kesalahan(Bermann,
1966:142).
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompokmuntu
bergerak ke arah tujuan kelompok (cragan dan Wright,1980:73).
b. Faktor personal : karakteristik anggota kelompok
Kebutuhan Interpersonal
inclusion,ingin masuk, menjadi bagian dari kelompok
control,ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hierarkis dan
affection, ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Tindak Komunikasi
Robert E. Bales membagi tindak komunikasi pada dua kelas besar. Hubungan tugas dan
hubungan sosial-emosional. Kelas ini dibagi lagi menjadi positif, netral dan negatif
Peranan
Peranan tugas kelompok : memecahkan masalah atau melahirkan gagasan baru. Peranan tugas
berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengoordinasi kegiatan yang menunjang
tercapainya tujuan kelompok. Seperti : Initiator contriburtor / menyarankan atau mengusulkan.
Information seeker / pencari informasi. Opinion seeker / pencari pendapat.information
giver/pemberi informasi. Opinion giver/pemberi pendapat. Elabator/penjabar,
summarizer/penyimpul. integrator/pemandu. Orienter/pengarah. Disagrer/ pembantah. Evaluator
critic, energezer/pendorong. Petugas teknik, pencatat/recorder.
3. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok
a. Kelompok komunikasi Deskriptif
Kelompok tugas : Model Fisher
Aubey Fisher meniliti tindak komunikasi kelompok tugas dan dan menemukan bahwa kelompok
melewati empat tahap : orientasi, konflik, pemunculan dan peneguhan.
Kelompok pertemuan : Model Bennis dan Shepherd
Kurt Lewin menemukan dasar-dasar yang merintis munculnya kelompok sensitivitas.
1. Kebergantungan pada otoritas
2. Kebergantungan satu sama lain.
Kelompok penyadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough
Gerakan emansipasi wanita yang radikal
1. Kesadaran diri akan identitas baru
2. Identitas kelompok melalui polarisasi
3. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok
4. Menghubungkan diri dengan kelompok revosioner lainnya.
b. Kelompok komunikasi Prespektif
Format diskusi :Diskusi meja bundar, Diskusi panel, Simposium, Forum/cerama Kolokium dan
Prosedur parlementer.
Sistem agenda pemecahan masalah : urutan pemecahan masalah kreatif, urutan berfikir kreatif,
danurutan solusi ideal
BAB VI SISTEM KOMUNIKASI MASSA
B. Pengertian Komunikasi Massa
Bittner, Komunikasi massa @ “Mass Communication is message communicated through a mas
medium to a large number of people ”. (Komunikasi masa @ pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang terbesar, heterogen, dan
anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.
1. Sistem Komunikasi Massa Versus Sistem Komunikasi Interpersonal
Sifat Komunikasi massa : 1)bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis.
2)bersifat satu arah. 3)bersifat terbuka. 4)mempunyai publik yang secara geografis terebar.
Perbedaan teknis pada karakteristik psikologis yang khas di Komunikasi mAsa dan Komunikasi
interpersonal, yaitu:
 Pengendalian Arus Informasi : berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan
yang diterima.
 Umpan balik : metode mengontrol sistem, keluaran (output) sisttem yang dibalikkan kembali
(feedback) kepada sistem sebagai masukan (Input) tambahan berfungsi mengatur keluaran
berikutnya.
 Stimulasi alat Indra L: dalam komunikasi interpersonal, seperti telah kita uraikan pada umpan
balik, orang menerima stimulus lewat seluruh alat indranya. Ia dapat mendengar, melihat,
mencium, meraba dan merasa.
 Proporsi unsur isi dengan hubungan
Pada komunikasi interpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sedangkan pada komunikasi
massa unsur isilah yang penting.
2. Sejarah penelitian efek komunikasi massa
McQuail merangkumkan semua penemuan penelitian pada periode ini sebagai berikut:
1) Peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada
2) Tergantung pada prestise atau penilaina terhadap sumber komunikasi.
3) Makin sempurna monopoli komunikai massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat
pada dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki
4) Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan
pengaruh media.
5) Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruahi oleh pendapat dan kepentingan yang
adan dan oleh norma-norma kelompok.
6) Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus
komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa
1. Teori defleur dan Ball Rokeach tentang pertemuan dengan media
defleur dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka
teoritis : perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan
sosial.
2. Pendekatan motivasi dan Uses and Gradification
Meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu
dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang
berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga
yang tidak kita inginkan. Teori dasar : khalayak dianggap aktif, banyak inisiatif, media massa
harus bersaing, banyak tujuan pemilih media massa, penilaian tentang arti kultural dari media
massa.
Motif kognitif dan Graftifikasi Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai
tingkat ideasional tertentu.
Model afektif dan gratifikasi media

D. Efek Komunikasi Masa


1. Efek kehadiran media masa
Bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Medi saja sudah jadi pesan. Ia bahkan menolak
pengaruh isi pesan sama sekali. Adapun yang mempengaruhi kita bukan apa yang disampaikan
media, tetapi jenis media komunikasi yang kita pergunakan. Interpersonal, media cetak, atau
televisi.
Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indra menyatakan bahwa media massa
adalah perluasan dari alat indra manusia
2. Efek kognitif Komunikasi Masa
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
memengaruhi citra kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang
mempengaruhi cara kita berperilaku. Efek kognitif komunikasi ada pada pembentukan dan
perubahan cara. Kemudian agenda setting.
3. Efek Afektif Komunkasi Massa
Pembentukan dan perubahan sikap
Ransangan emosional : mood,skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual, dan
tingkat identifikasi khalayak dnegan tokoh dalam media massa.
Ransangan seksual
Erotika telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan yang paling dini. Fungsi erotrika ialah
aphrodisiac pembangkit gairah sex.
4. Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek proposial behavioral ialah memiliki ketermpilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain.
Agresi sebagai efek komunikasi masa, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya.
Teori-teori efek sosial komunikasi Massa
Menurut Innis , media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial
Menurut McLuhan, Bahasa mempengaruhi cara berfikir
Menurut Alvivv media mengubah bentuk masyarakat
BAB VII PIKOLOGI KOMUNIKATIR DAN PSIKOLOGI PESAN
A. Psikologi Komunikator
Hovland dan Weiss menyebut ethous ini credibilityyang terjadi atas dua unsur : Expert
(keahlian) dan trustworthine (dapat dipercaya).
 Dimensi-dimensi ethos
-Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai
dengan sistem yang dimilikinya.
-identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain
karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mengidentifikasi diri secara memuaskan
dengan orang atau kelompok itu.
-ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena
berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut.
 Kredibilitas @ seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator
 Atraksi : daya tarik fisik, ganjaran, kasmaran, dan kemampuan
 Kekuasaan @ kemampuan menimbulkan ketundukan.
-kekuasaan koersif : mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate.
-kekuasaan keahlian : berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilam atau kemampuan
yang dimiliki komunikator.
-kekuasaan informasional : berasal dari isi komunikai tertentu atau pengetahuan baru yang
dimiliki komunikator.
-kekuasaan Rujukan : menjadikan komunikator sebagai rujukan untuk menilai dirinya.
-kekuasaan Legal : berasal dari seperangkat peraturan yang menyebabkan komunikator
berwenang untuk melakukan suatu tindakan.
B. Psikologi Pesan
1. Pesan Linguistik
Apa itu bahasa?
Bahasa menurut fungsional : alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Sedangkan Bahasa menurut formal : semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut
peraturan tata bahasa.
Tiga unsur bahasa : fonologi ialah bunyi-bunyi dalam bahasa itu. Sintaksis ialah cara
pembentukan kalimat. Leksikal ialah arti kata atau gabungan kata. Mempunyai sitem
kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Bagaimana kita dapat berbahasa?
Menurut Chomsky , setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena dayanya pengetahuan
bawaan yang telah diprogram secara genetik dalam otak kita disebut LAD (Linguistik Acquition
Knowledge).
Bahasa dan Proses Berfikir
Menurut teori principle of Linguitic rilatively : bahasa menyebabkan kita memandang realitas
sosial dengan cara tertentu.
Kata-kata dan makna
Makna inferensial ialah makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang
dirujuk oleh kata tersebut. Makna Signifikan ialah sejauh istilah dihubungkan dengan konsep-
konsep yang lain. Makna intensional ialah makna yang dimaksud oleh seorang pemakai
lambang.
Teori General Semantics
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang verbal
atau nonverbal disebut penyandang (encoding).
1. Berhati-hati dengan abstrak. Abstrak adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk
membedakannya dari hal-hal yang lain. Abstrak menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa
yang tidak cermat. 3 buah diantaranya : dead level abstracting, indue identification,dan two
valued evaluation.
2. Berhati-hati dengan dimensi waktu. Bahasa itu stastis, sedangkan realitas itu dinamis. Ketika
Anda bereaksi pada satu kat, Anda sering menganggap makna kata itu masih sama.
3. Jangan mengacaukan kata dengan rujukannya
4. Jangan mengacaukan pengalaman dengan kesimpulan
2. Pesan Nonverbal
Tepuk tangan, pelukan, usapan, duduk dan berdiri tegak adalah pesan nonverbal yang
menerjemahkan gagasan keinginan atau maksud yang terkandung dalam hati kita.
Fungsi pesan nonverbal menurut Mark L. :
1. Repetisi mengulang kembali gagasan yang sudah ada disajikan secara verbal. Misalnya setelah
saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
2. Subsitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah kata pun anda
berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan menggangguk.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal. Misalnya Anda memuji prestasi kawan Anda dengan
mencibirkan bibir Anda.
4. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya raut muka anda
menunjukkan penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi, menegaska pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya anda mengungkapkan
betapa jeleknya anda dengan memukul mimbar.
Klasifikasi pesan nonverbal
1. Kineksi atau gerak tubuh
2. Paralinguistik atau suara
3. Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
4. Olfaksi prosemik dan kosmetik
3. Organisasi, struktur, dan imbaun pesan
Lima langkah dalam penyusunan pesan
 Attention / perhatian
 Need / kebutuhan
 Satisfaction / pemuasan
 Visualization / visualisasi
 Action / tindakan
Struktur Pesan
1. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan tidak ada keuntungan untuk berbicara yang
pertama.
2. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin
mengubah posisi mereka.
3. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih dipengaruhi oleh sisi yang
disajikan lebih dahulu.
4. Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasa yang dikehendaki atau yang diterima disajikan
sebelum gagasan yang kurang dikehendaki.
5. Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra-pro bila digunakan oleh sumber yang
memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lam diantara
dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.
Imbaun Pesan (Message Appeals)
1. Penggunaanpembuktian sangat bergantung pada topik pesan
2. Khalayak mungkin berbeda-beda. Kita mungkin dapat menduga pembuktian yang persuasif pada
kelompok orang tertentu mungkin tida persuasif pada kelompok yang lain.
3. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum.

Anda mungkin juga menyukai