Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah AWT atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “KOMUNIKASI SEBAGAI
ILMU MULTIDISIPLIN”.

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Komunikasi masih banyak diteliti dalam berbagai jenis penelitian, misalnya ; parapsikolog
meneliti komunikasi sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh proses-
proses psikologi yang berbeda, para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dalam
prosessosial serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting
dalammasyarakat, para antropolog yang biasanya tertarik pada kebudayaan
memperlakukankomunikasi sebagai sebuah faktor yang membantu mengembangkan,
mempertahankan, danmengubah kebudayaan, dan sebelumnya ada : sosiologi komunikasi,
psikologi komunikasi(komunikasi dikaji oleh ilmu lain).

lmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
bersifatmultidisipliner. Karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal
dari danmenyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainya seperti linguistik,
sosiologi,psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Sifat “kemultidisiplinan” ini
tidak dapatdihindari karena obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas
dan komplek,menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari
kehidupan manusia1 .Ilmu komunikasi berpijak persis di persimpangan jalan “yang
mempunyai banyak cabangtetapi tak seorangpun bersedia melewatinya

Akar komunikasi yang paling fundamental adalah filsafat3 . Filsafat telah memberidan
membuka sebuah jalan bagi perkembangan suatu pengetahuan menjadi ilmu. WilliamDurrant
menggambarkan pentingnya filsafat sebagai pembuka jalan kepada ilmu pengetahuanmelalui
deskripsi sebagai berikut : filsafat merupakan pasukan marinir yang merebut pantai.Setelah
pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat. Yang
diibaratkansebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, di antaranya adalah ilmu.
Deskripsicerita ini melahirkan kesimpulan bahwa filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak,sementara yang berperan membela gunung dan menerabas hutan adalah
ilmu pengetahuan.Setelah sasaran tercapai maka pergilah sang marinir (filsafat) itu dengan
menyerahkan segalasesuatunya kepada ilmu untuk melanjutkan aktivitasnya.
Selanjutnya filsafat menjelajah lautan lepas dan luas. Dengan demikian, pertumbuhan dan
perkembangan ilmu senantiasadirintis oleh filsafat. Filsafat telah merintis dan membidani
lahirnya ilmu.

Psikologi membicarakan gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan


proseskomunikasi intrapersonal. Dan pada akhirnya akan sampai pada bahasan
psikologikomunikasi. Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan,
meramalkan,dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
Melalui prosessensasi, asosiasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses
pencerapan informasi(energi/stimulus) yang datang dari luar melalui pancaindra. Asosiasi
adalah pengalaman dankepribadian yang mempengaruhi proses sensasi. Persepsi adalah
pemaknaan / arti terhadapinformasi (energi/stimulus) yang masuk ke dalam kognisi manusia.
Memori adalah stimuliyang telah diberi makna di rekam dan disimpan dalam otak
(memori) manusia. Berpikiradalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan
memori yang dikeluarkan untukmengambil keputusan

LATAR BELAKANG

Komunikasi masih banyak diteliti dalam berbagai jenis penelitian, misalnya ; para psikolog
meneliti komunikasi sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh proses-proses
psikologi yang berbeda, para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dalam proses sosial
serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting dalam
masyarakat, para antropolog yang biasanya tertarik pada kebudayaan memperlakukan
komunikasi sebagai sebuah faktor yang membantu mengembangkan, mempertahankan, dan
mengubah kebudayaan, dan sebelumnya ada : sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi
(komunikasi dikaji oleh ilmu lain). 

Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan
menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainya seperti linguistik, sosiologi,
psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi. 

ifat “kemultidisiplinan” ini tidak dapat dihindari karena obyek pengamatan dalam ilmu
komunikasi sangat luas dan komplek, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi,
dan politik dari kehidupan manusia. 
Ilmu komunikasi berpijak persis di persimpangan jalan “yang mempunyai banyak cabang
tetapi tak seorangpun bersedia melewatinya”. 

Berdasarkan perspektif pohon komunikasi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hj. Nina
Winangsih Syam,MS, lahirnya ilmu komunikasi berakar dari berbagai disiplin ilmu yang
dikenal sebagai landasan ilmiah komunikasi yang terdiri dari filsafat, antropologi, sosiologi,
psikologi, dan psikologi sosial. 

Posisi ini menempatkan ilmu komunikasi sebagai “hasil persilangan” ilmu yang sudah
“mapan” sebelumnya. Akar komunikasi yang paling fundamental adalah filsafat3 . Filsafat
telah memberi dan membuka sebuah jalan bagi perkembangan suatu pengetahuan menjadi
ilmu. 

William Durrant menggambarkan pentingnya filsafat sebagai pembuka jalan kepada ilmu
pengetahuan melalui deskripsi sebagai berikut : filsafat merupakan pasukan marinir yang
merebut pantai. Setelah pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat. 

Yang diibaratkan sebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, di antaranya adalah
ilmu. Deskripsi cerita ini melahirkan kesimpulan bahwa filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak, sementara yang berperan membela gunung dan menerabas hutan adalah ilmu
pengetahuan. 

Setelah sasaran tercapai maka pergilah sang marinir (filsafat) itu dengan menyerahkan segala
sesuatunya kepada ilmu untuk melanjutkan aktivitasnya. Selanjutnya filsafat menjelajah
lautan lepas dan luas. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan ilmu senantiasa
dirintis oleh filsafat. 

Filsafat telah merintis dan membidani lahirnya ilmu. Psikologi membicarakan gejala-gejala
kejiwaan yang berkaitan dengan proses komunikasi intrapersonal. Dan pada akhirnya akan
sampai pada bahasan psikologi komunikasi. 

Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan


mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Melalui proses sensasi,
asosiasi, persepsi, memori, dan berpikir. 

Sensasi adalah proses pencerapan informasi (energi/stimulus) yang datang dari luar melalui
pancaindra. Asosiasi adalah pengalaman dan kepribadian yang mempengaruhi proses sensasi.
Persepsi adalah pemaknaan / arti terhadap informasi (energi/stimulus) yang masuk ke dalam
kognisi manusia. 

Memori adalah stimuli yang telah diberi makna di rekam dan disimpan dalam otak (memori)
manusia. Berpikir adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang
dikeluarkan untuk mengambil keputusan.

Sumbangsih psikologi dalam ilmu komunikasi juga terlihat dalam teori-teori psiko-kognitif,
psiko-analisis, behaviorisme, dan humanisme yang sangat berguna ketika menganalisis
manusia sebagai komunikan.

Psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan bagaimana
pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh apa yang dianggap sebagai
pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain. 

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah : 

 proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif 

 proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi) 

 mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peran, identifikasi,


proyeksi, agresi dan sebagainya. 

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

Demi mencapai apa yang penulis maksud dalam tujuan penelitian, penulis membagi kerangka
teoritis menjadi empat bagian yaitu komunikasi, iklan, semiotika sebagai alat analisis, dan
hubungan iklan dengan semiotika itu sendiri.

2.1. Definisi Komunikasi Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial bersifat
multidisipliner 1 , sehingga dengan sifatnya ini, beberapa ahli tertarik dengan kajian
komunikasi sehingga turut memberikan sumbangsi atas berbagai definisi komunikasi itu
sendiri. Masingmasing definisi memiliki penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu
sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi
sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi. Ada pun beberapa definisi komunikasi
adalah sebagai berikut:

1. Hovland, Janis, dan Kelly, psikolog (Jalaluddin, 1996:3) “The process by which and
individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of
other individuals (the audience).”

2. Harold D. Lasswell (Cangara, 2010:19) Komunikasi pada dasarnya suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa
atau hasil apa (Who? Says What? In which channel? To Whom? With what effect?)

3. Dance (Jalaluddin, 1996:3) “Menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”

4. Raymond S. Ross (Jalaluddin, 1996:3) “Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan
pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk
mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud
oleh sumber.”

Kamus psikologi Dictionary of Behavioral Science (Jalaluddin, 1996:3-4) “Komunikasi

1) Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem
syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

2) Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.

3) Pesan yang disampaikan.

4) (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang
lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.

5) (K. Lewin) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga
perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.

6) Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.”

6. Colin Cherry (Jalaluddin, 1996:7-8) “Usaha untuk membuat satuan sosial dari individu
dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk
berbagi kegiatan mencapai tujuan.” Dari sekian banyak pengertian komunikasi, kata
komunikasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin yakni dari kata communis yang berarti sama
(dalam bahasa Inggris: common). Dengan pengertian tersebut, komunikasi kemudian
dianggap sebagai suatu proses menciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu
kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima (Shimp, 2003:162-163). Artinya,
komunikasi dapat terjadi jika ada kesamaan pemikiran yang dikembangkan antara pengirim
(source) dengan penerima (receiver). Hal ini dikarenakan di samping perlu ada kesamaan
latar belakang di antara penerima dan pengirim, perlu diingat bahwa manusia selektif dalam
memilih informasi (stimulus) mana yang ingin diprosesnya (Shimp, 2003:163), yakni
berkaitan dengan seberapa besar informasi atau stimulus yang menerpa atau menarik
perhatian penerima. Misalnya, penayangan iklan di televisi. Penerima, dalam hal ini
khalayak, berhak untuk menentukan iklan mana yang banyak mendapat perhatiannya, apa
pun alasan yang melatarbelakangi penerima tersebut untuk tertarik pada iklan yang
ditayangkan itu

Unsur-Unsur dalam Komunikasi Adapun komponen atau unsur-unsur yang terkandung dalam
komunikasi adalah sebagai berikut (Shimp, 2003:163-165):

1. Sumber (source) Sumber adalah orang atau kelompok orang yang memiliki pemikiran atau
ide untuk disampaikan kepada orang atau kelompok orang yang lain.

2. Penerjemahan (encoding) Penerjemahan adalah suatu proses menerjemahkan pemikiran ke


dalam bentuk-bentuk simbolis. Sumber memilih tanda-tanda spesifik dari berbagai kata,
struktur kalimat, simbol dan unsur-unsur nonverbal yang amat luas pilihannya – untuk
menerjemahkan sebuah pesan sehingga dapat dikomunikasikan dengan efektif kepada
khalayak sasaran.

3. Pesan (message) Pesan adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran si pengirim pesan (isi
atau maksud yang ingin disampaikan). Pesan bisa berupa verbal (bahasa lisan dan bahasa
tulisan), maupun nonverbal (gesture atau gerakgerik, posture atau sikap, facial expression
atau ekspresi muka, pakaian yang bersifat simbolik, gambar atau foto, dan lain-lain).

4. Saluran (message channel) Saluran adalah media yang digunakan pengirim (source) untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima atau sasaran.

5. Penerima atau komunikate (receiver) Penerima adalah orang atau kelompok orang yang
dengan mereka pihak pengirim berusaha untuk menyampaikan pesannya.

6. Interpretasi (decoding) Interpretasi adalah proses pemaknaan pesan oleh receiver.


7. Gangguan (noise) Gangguan merupakan stimulus-stimulus eksternal yang mengganggu
penerimaan pesan dalam bentuk yang orisinil. Gangguan ini dapat saja terjadi pada tahap
manapun dalam proses komunikasi. Pada dasarnya, gangguan komunikasi dapat dibedakan
menjadi tujuh macam yaitu:

a. Gangguan teknis; terjadi jika saluran yang digunakan dalam komunikasi mengalami
gangguan

Gangguan semantik; terjadi karena adanya kesalahan bahasa yang digunakan (misalnya salah
persepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi karena perbedaan latar
belakang budaya).

c. Gangguan psikologis; terjadi karena adanya persoalan dalam diri individu.

d. Gangguan fisik atau organik; disebabkan oleh kondisi geografis.

e. Gangguan status; terjadi karena adanya jarak sosial di antara peserta komunikasi.

f. Gangguan kerangka berpikir; disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator


dengan komunikan terhadap pesan.

g. Gangguan budaya; terjadi karena adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang
dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

Umpan balik (feedback) Umpan balik adalah tanggapan atau respon receiver terhadap pesan
source

METODE PENELITIAN

SAMPEL

INSTRUMEN

HASIL PENELITIAN

Komunikasi Sebagai Ilmu

Komunikasi masih banyak diteliti dalam berbagai jenis penelitian, misalnya ; para psikolog
meneliti komunikasi sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh proses-proses
psikologi yang berbeda, para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dalam proses sosial
serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting dalam
masyarakat, para antropolog yang biasanya tertarik pada kebudayaan memperlakukan
komunikasi sebagai sebuah faktor yang membantu mengembangkan, mempertahankan, dan
mengubah kebudayaan, dan sebelumnya ada : sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi
(komunikasi dikaji oleh ilmu lain).

Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan
menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainya seperti linguistik, sosiologi,
psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Sifat “kemultidisiplinan” ini tidak dapat
dihindari karena obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan komplek,
menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari kehidupan manusia1.
Ilmu komunikasi berpijak persis di persimpangan jalan “yang mempunyai banyak cabang
tetapi tak seorangpun bersedia melewatinya”

Berdasarkan perspektif pohon komunikasi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hj. Nina
Winangsih Syam,MS, lahirnya ilmu komunikasi berakar dari berbagai disiplin ilmu yang
dikenal sebagai landasan ilmiah komunikasi yang terdiri dari filsafat, antropologi, sosiologi,
psikologi, dan psikologi sosial. Posisi ini menempatkan ilmu komunikasi sebagai “hasil
persilangan” ilmu yang sudah “mapan” sebelumnya.

Akar komunikasi yang paling fundamental adalah filsafat3. Filsafat telah memberi dan
membuka sebuah jalan bagi perkembangan suatu pengetahuan menjadi ilmu. William
Durrant menggambarkan pentingnya filsafat sebagai pembuka jalan kepada ilmu pengetahuan
melalui deskripsi sebagai berikut : filsafat merupakan pasukan marinir yang merebut pantai.
Setelah pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat. Yang diibaratkan
sebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, di antaranya adalah ilmu. Deskripsi
cerita ini melahirkan kesimpulan bahwa filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak,
sementara yang berperan membela gunung dan menerabas hutan adalah ilmu pengetahuan.
Setelah sasaran tercapai maka pergilah sang marinir (filsafat) itu dengan menyerahkan segala
sesuatunya kepada ilmu untuk melanjutkan aktivitasnya. Selanjutnya filsafat menjelajah
lautan lepas dan luas. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan ilmu senantiasa
dirintis oleh filsafat. Filsafat telah merintis dan membidani lahirnya ilmu4.

Psikologi membicarakan gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan proses


komunikasi intrapersonal. Dan pada akhirnya akan sampai pada bahasan psikologi
komunikasi. Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan,
dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Melalui proses
sensasi, asosiasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses pencerapan informasi
(energi/stimulus) yang datang dari luar melalui pancaindra. Asosiasi adalah pengalaman dan
kepribadian yang mempengaruhi proses sensasi. Persepsi adalah pemaknaan / arti terhadap
informasi (energi/stimulus) yang masuk ke dalam kognisi manusia. Memori adalah stimuli
yang telah diberi makna di rekam dan disimpan dalam otak (memori) manusia. Berpikir
adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang dikeluarkan
untuk mengambil keputusan.

Sumbangsih psikologi dalam ilmu komunikasi juga terlihat dalam teori-teori psiko-
kognitif, psiko-analisis, behaviorisme, dan humanisme yang sangat berguna ketika
menganalisis manusia sebagai komunikan.

Psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan


bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh apa yang dianggap
sebagai pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain. Bila individu-individu berinteraksi dan
saling mempengaruhi maka terjadilah :

- proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif

- proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi)

- mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peran, identifikasi, proyeksi,


agresi dan sebagainya.

. Kontribusi Ilmu Psikologi Pada Komunikasi

Dalam buku Individual in Society karya Krech and Cruthfield disebutkan tentang
kontribusi psikologi dalam komunikasi sebagai berikut :

Guide 1 : Kognisi individu terorganisasi secara selektif

Dalam kognisi ada proses selektif yang terorganisir, dalam proses ini terkait tiga hal yaitu ; a.
Individu melihat objek secara terorganisir, individu melihat ruang lingkup, bangunan obyek,

dan orang-orang secara selektif.

b. Di antara semua benda yang ada pada (fisik) individu, hanya beberapa saja yang
dapat menseleksi dunia luar ke dalam kognisi individu.

c. Di antara semua karakteristik dari objek, hanya orang-orang tertentu yang dirasakan
dalam kognisi individu.
Setiap organisasi kognitif memiliki dua jenis penentu utama yaitu ; faktor stimulus dan faktor
pribadi. Faktor-faktor stimulus adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat dari objek stimulus
eksternal. Sedangkan faktor-faktor pribadi adalah faktor-faktor yang berasal dari karakteristik
individu yang mempersepsi.

Aspek koginisi merupakan permasalahn psikologi yang hanya dapat didekati


kajiannya dengan dimensi psikologi pula. Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah
laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima
stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang
datang.

Guide 2 : Kognisi berkembang menjadi sistem sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran


dan organisasi stimulus

Kognisi terpisah dari individu tentang obyek dan orang-orang, yang kemudian
berkembang menjadi sistem kognisi. Sistem kognisi inilah yang kemudian mengarahkan
tindakan sosial individu.

Guide 3 : Sifat kognisi dipengaruhi oleh sistem yang ada di sekitarnya (menjadi bagiannya).

Dalam kognisi sangat erat terkait dengan keinginan dan tujuan. Ketika kognisi
dikelompokkan untuk membentuk sebuah sistem, sifat-sifat masing-masing kognisi
mengalami perubahan. Sebuah sistem kognisi mempengaruhi komponen lainnya yang jika
digambarkan dapat terlihat dalam persepsi yang sederhana.

Guide 4 : Perubahan kognisi biasanya diawali dengan perubahan informasi individu


dan keinginan-keinginan individu

Hal yang wajar bahwa seseorang selalu membutuhkan informasi baru, dan informasi tersebut
akan dapat mempengaruhi dan merubah pola pemikirannya. Dalam psikologi, hal ini
merupakan awal dari pemahaman perubahan kognisi seseorang. Di satu sisi, sedikit informasi
baru dapat menyebabkan perubahan yang berbeda dalam kognisi yang sama. Seringkali
perubahan kognisi diawali oleh perubahan individu bukan karena informasinya.

Guide 5 : Perubahan kognisi juga sebagian dipengaruhi oleh karakteristik dari sistem
kognisi. Derajat dan sikap dalam perubahan dalam mendapatkan informasi menghasilkan
perubahan kognisi yang bergantung pada karakteristik dari sistem kognisi yang ada. Ada tiga
karakteristik sistem utama dalam kognisi yaitu :

a. Multiplexity

realitasnya selalu berkaitan dengan yang lain. Misalnya; Semua agama tampak sebagai sama,
semua agama dikelompokkan bersama-sama tanpa pembedaan apapun. Individu lain
mungkin memiliki sistem kognisi sangat kompleks dan berbeda yang berkaitan dengan
agama. Mereka dapat dibedakan antara, ‘good’, ‘bad’, agama, antara Katolik, Protestan,
Yahudi, Muslim, dll Mereka bisa membedakan gereja yang terorganisir dan spiritualitas
agama apapun; peringkatnya atau bahkan daftar pemeluknya. Perbedaan-perbedaan di
berbagai kognisi yang tergabung dalam satu sistem kognisi menentukan dimensi multiplexity
dari sistem.

b. Consonance

Berbagai unsur kognisi yang membentuk suatu sistem keseluruhan selalu berhubungan


dengan satu sama lain, dan membentuk saling keterkaitan.

c. Interconnectedness

Sebuah sistem kognisi mungkin ada di isolasi dari sistem lain, atau mungkin terkait dengan
sistem lain. Sebagai contoh, di beberapa individu sistem kognisi yang berkaitan dengan
agama mungkin relatif terisolasi dari sistem kognisi mereka yang berhubungan dengan semua
hal lain. Pada orang lain, sistem keagamaan mungkin bagian dari cluster yang lebih besar dari
kognisi sistem-ekonomi-politik, philoshopical-philantrophic, sejarah, dll. Perbedaan Tingkat
isolasi atau keterkaitan menentukan dimensi keterkaitan dari sistem.

Guide 6 : Perubahan kognisi dipengaruhi juga oleh faktor kepribadian

Sifat-sifat individu yang terbuka, atau tertutup oleh pemikiran lain juga dapat
menentukan perubahan kognisi yang sudah ada. Misalnya ; kemampuan intelektual
seseorang, atau adanya disonansi kognisi seseorang, ini merupakan hal-hal yang dapat
mempengarui kognisi seseorang.

Guide 7 : Pikiran dan tindakan individu mencerminkan keinginan dan tujuan

Semua perilaku individu - pikirannya serta tindakannya mencerminkan keinginan dan tujuan
yang akan dilakukan. Ada satu pernyataan yang mengatakan bahwa hubungan antara
keinginan, tujuan, dan perilaku merupakan hal yang sangat kompleks dan sulit untuk
diungkap.

Guide 8 : Keinginan dan tujuan individu terus menerus berkembang dan berubah.

Sesungguhnya keinginan individu adalah sangat beragam. Keinginan-keinginan


tersebut merupakan produk dari interaksi antar individu-individu, dan juga interaksi dengan
benda atau obyek-obyek yang lain

Guide 9 : Keinginan dan tujuan terorganisir dalam diri

Manusia merespon tidak hanya untuk benda-benda dan orang-orang di lingkungan


sekitarnya, tetapi juga dari tubuhnya sendiri, pikirannya sendiri, dan perasaannya sendiri.
Dalam melakukan respon, dia mengembangkan kognisi tentang diri sebagai objek sentral
yang dihargai. Oleh karena itu kemudian lahir keinginan dan tujuan yang ada hubungannya
dengan peningkatan dan pertahanan diri. Dan diri menjadi inti yang memiliki beragam
keinginan dan tujuan individu yang terorganisir.

Guide 10 : Gairah yang timbul dalam suatu keinginan tergantung pada kondisi fisiologis,
situasi, dan kognisi individu.

Sebagian individu ada yang tidak aktif atau pasif; ada juga individu tertentu ingin aktif
dalam mengarahkan dan mempertahankan perilaku dalam satu peristiwa perilaku
interpersonal. Gairah yang timbul dalam keinginan individu tergantung pada kondisi
fisiologis-nya, situasi lingkungan, dan pikirannya.

Fokus kajian sosiologi adalah interaksi sosial yang diisyaratkan oleh adanya fungsi-fungsi
komunikasi. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi. Sosiologi
menjelaskan bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. 

Maka lahirlah sosiologi komunikasi yaitu suatu proses interaksi antarmanusia melalui
simbolsimbol yang bermakna (meaning full symbols) dengan melibatkan sistem, norma dan
nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai kesamaankesamaan arti/makna. 

Antropologi memandang perilaku manusia dalam sebuah konteks yang menyeluruh (konteks
biologis, sosial, budaya, dan ekologi). Pada kontek budaya antropologi melihat komunikasi
sangat relevan membicarakan masalah simbol, bahasa, dan pemaknaan. Ada empat macam
simbol ; 
1. Obyek simbol bendera melambangkan bangsa dan uang menggambarkan pekerjaan
dan barang-barang dagangan (komiditi)

2. Karakteristik obyek dalam kultur kita. Warna ungu dipahami untuk ‘kerajaan’, hitam
untuk dukacita, kuning untuk kekecutan hati, putih untuk kesucian, merah untuk
keberanian, dan sebagainya. 

3. Gesture adalah tindakan yang memiliki makna simbolis, senyum dan kedipan,
lambaian tangan. Semua ini memiliki makna tersendiri dalam konteks kultural.

4. Simbol adalah jarak yang luas dari pembicaraan dan kata-kata yang tertulis dalam
menyusun bahasa. Bahasa adalah kumpulan simbol paling penting dalam berbagai
kultur. 

Biologi sebagai akar ilmu komunikasi menguraikan aspek-aspek biologis manusia yang tidak
terlepas dari aspek-aspek komunikasi yang dimilikinya dalam berinteraksi, terutama
komunikasi intrapersonal. 

Dalam biologi akan dipelajari peristiwa alam sebagai variabel pengaruh terhadap fenomena
komunikasi. Pada tataran epistemologi filsafat ilmu, biologi berperan sebagai kontributor.
Studi otak (komponen genetika dalam biologi) memiliki link dengan studi efektivitas pesan-
pesan komunikasi yang bersifat akuntabel dan verifikatif. Adapun ciri-ciri biologi
komunikasi adalah : 

1. Lebih mengarah pada emosi, 

2. Tergantung pada gejala-gejala iner, 

3. Merupakan efek afeksi, 

4. Tidak ada campur tangan budaya, 

5. Merupakan proses intra, 

6. Tidak tergantung pada stimulus, 

7. Merupakan proses alam dalam wilayah biologi yang mempengaruhi perilaku


komunikasi. 

Ada dua aliran dalam fisika yaitu aliran fisika dan aliran mental dalam pemaknaan. Aliran
fisika memandang pemaknaan sebagai unit (bagian) dari dunia fisik yang ada secara mandiri
dari setiap aktivitas manusia. Sebagai contoh, pemaknaan dapat dipahami sebagai data, sikap,
atau pun informasi. 

Sedangkan aliran mental memandang pemaknaan two eksis sebagai unit-unit tetapi hanya
dalam kesadaran unik manusia. Pemaknaan merupakan kepingan-kepingan eksistensi mental
manusia yang dapat dipandang sebagai kesan, konsep, maksud atau ide. 

Walaupun terdapat sudut pandang yang berbeda, namun masih ada kesamaan pandangan
tentang istilah-istilah penting yang menjabarkan komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah
proses di mana dua individu dihubungkan melalui kesamaan makna. 

Matematika berasal dari bahasa Yunani mathema yang bearti sains, ilmu pengetahuan, atau
belajar, mathematikos berarti suka belajar. Berasal dari bahasa Latin manthanein atau
mathema yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. 

Berasal dari bahasa Belanda wiskunde yang artinya ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran. 

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antar konsep atau antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. 

Matematika mengkaji berbagai simbol dan ekspresi untuk mengkomunikkasikannya. Ia pun


berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat
dan tepat.

lmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial, mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu
sosial lainnya. Persamaan bukan saja karena ia berada dalam satu lingkaran sosial tapi juga
memiliki objek material yang sama yaitu mempelajari perilaku manusia dalam
bermasyarakat. Perbedaan terletak pada objek formalnya yaitu komunikasi mempelajari
pernyataan manusia dalam situasi berkomunikasi. Objek formalnya inilah yang merupakan
ciri khas dari suatu ilmu yang dapat membedakannya dengan ilmu lain. Misalnya ilmu
komunikasi dengan ilmu psikologi, memiliki objek material yang sama yaitu perilaku
manusia. Sedangkan objek formalnya beda. Ilmu komunikasi identik dengan pernyataan
manusia dalam situasi berkomunikasi sedangkan ilmu psikologi lebih cenderung pada
kejiwaan manusia dalam berperilaku.
Bila ditarik garis besar dari penggambaran buku Ilmu Komunikasi ini sendiri berfokus pada
hubungan antar manusia dalam konteks penukaran pesan yang memiliki makna. Oleh karna
itu banyak pakar komunikasi yang membuat definisi sesuai dengan disiplin ilmunya.

Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin sejak dulu telah dikembangkan oleh banyak
ilmuan yang berasal dari luar bidang komunikasi, misalnya John Dewey seorang Psikologi
dan filsafat, Dewey menginginkan adanya sebuah surat kabar yang dapat mempublikasikan
hasil-hasil riset ilmu pengetahuan serta memperbaiki masalah masalah sosial. Juga menurut
Charles Hortom Cooley, seorang sosiologi, Cooley melihat bahwa proses komunikasi antar
pribadi dengan orang tua dan kelompok masyarakat, sebagai basis sosiologi dari studi
sosiologi.

Itu sebabnya, komunikasi dianggap sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri dan sering kali
meminjam dari disiplin ilmu lain, seperti disebutkan di atas, termasuk juga filsafat. Proses
interdisipliner ini membuat ilmu komunikasi berkembang  begitu pesatnya. Seiring dengan
perkembangan komunikasi umat manusia di era globalisasi dan teknologi informasi
komunikasi (ITC)  Perkembangan ilmu komunikasi mengambil bentuk-bentuk dan arahan
yang berbeda di belahan dunia yang berbeda-beda. Misalnya, teori-teori Timur cenderung
berfokus pada keutuhan dan persatuan, sedangkan peandangan Barat kadang-kadang
mengukur bagian-bagian tanpa harus memperhatikan integrasi dasar atau penggabungan
bagian-bagian tersebut.

Sebagai sebuah ilmu multidisiplin, sebuah visi teori komunikasi yang mengambil sebuah
langkah maju yang besar untuk mempersatukan bidang yang akan sedikit berbeda ini dan
menunjukkan kerumitan-kerumitannya. Dengan kata lain, komunikasi tidak akan pernah
menyatu dengan dengan sebuah teori tunggal atau kelompok teori. Teori-teori akan selalu
mencerminkan perbedaan gagasan praktis mengenai komunikasi dalam kehidupan yang
umum. Sehingga, manusia selalu dihadapkan pada keragaman pilihan.
komunikasi sangat luas dan beraneka ragam. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang tidak
lepas dari komunikasi. Berbagai dimensi selalu hadir dalam kehidupan manusia dan
sepanjang sejarah manusia ada, komunikasi dipastikan selalu hadir baik secara perorangan,
kelompok, bangsa maupun umat manusia sepanjang hidup di muka bumi.

Dengan demikian, komunikasi bisa dipandang sebagai ilmu yang multidimensional, karena
dipelajari dari berbagai disiplin ilmu bersama-sama maupun sendiri. begitu luasnya
pembahasan Namun, yang biasanya terjadi seorang manusia komunikasi hanya memusatkan
perhatian dan keahliannya pada satu bidang saja. Dengan begitu, jarang ada yang bergerak,
memahami maupun menjadi ahli di dua bidang atau tiga bidang komunikasi. Hal ini
membuktikan begitu luasnya cakupan ilmu komunikasi, hingga segala aspek kehidupan
nyaris tidak bisa lepas dari komunikasi.

Awalnya, mata kuliah yang berhubungan dengan komunikasi terdapat pada banyak jurusan
ilmu pengetahuan, seni, matematika, sastra, biologi, bisnis dan ilmu politik. Dalam
penerapannya masing-masing disiplin ilmu itu menggunakan komunikasi untuk tujuan yang
disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. Misalnya, para psikologi meneliti komunikasi
sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh proses-proses psikologi yang berbeda.
Begitu juga para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dan proses sosial, serta melihat
pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting dalam masyarakat.

Bisa didefenisikan bahwa ilmu komunikasi itu sendiri dianggap sebagai ilmu yang tidak
berdiri sendiri dan komunikasi haruslah mencari jenis hubungan yang berbeda berdasarkan
pada pemahaman umum mengenai kesamaan dan perbedaan atau titik tekanan di antara teori-
teori dan sebuah komitmen untuk mengatur tekanan-tekanan melalui dialog. Namun
sekaligus menekankan pentingnya komunikasi sebagai sebuah bidang. Komunikasi bukanlah
fenomena sekunder yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis, kultural,
atau ekonomi. Tetapi komunikasi itu sendiri merupakan proses sosial yang utama dan
mendasar yang menjelaskan semua faktor.
            Atas dasar ini, dapat disimpulkan bahwa ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya
menunjukkan hubungan yang erat satu sama lainnya. Selain karena saling membutuhkan satu
sama lainnya tetapi juga sifat normatifnya sebagai ilmu pengetahuan yang ditujukan pada
kepentingan umat manusia. Dengan demikian tidak ada ilmu yang dapat berdiri sendiri tanpa
dukungan ilmu lainnya, termasuk ilmu komunikasi.

KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU

Apakah ilmu komunikasi benar-benar adalah suatu ilmu? Pertanyaan ini penting sekali
karena kalau ternyata bahwa ilmu komunikasi tidak memenuhi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu ilmu, maka ilmu komunikasi tidak layak disebut sebagai suatu ilmu, dan
karena itu tidak boleh diadakan fakultas ilmu komunikasi. Satu fakultas mengkaji satu ilmu.
Dengan demikian maka tidak boleh seseorang mendapat gelar ilmiah sarjana ilmu
komunikasi.

Namun sebaliknya, kalau dapat kita buktikan, bahwa ilmu komunikasi benar-benar adalah
suatu ilmu maka keberadaan fakultas ilmu komunikasi memenuhi persyaratan ilmiah dan
lulusannya berhak menggunakan gelar ilmiah sarjana ilmu komunikasi.

Seorang sarjana hendaklah dapat menjelaskan bahwa kesarjanaannya itu benar-benar meiputi
pengkajian suatu ilmu. Seorang sarjana hukum dapat rnenjelaskan bahwa ilmu hukum benar-
benar adalah suatu ilmu. Kalau ia tidak dapat menjelaskannya, maka hakekatnya ia tidak
berhak memakai gelar ilmiah sarjana hukum. Demikian juga mahasiswa fakultas ilmu
komunikasi, kalau sudah lulus harus dapat memberi jawaban: “Benar ilmu komunikasi adalah
suatu ilmu, karena ilmu komunikasi memenuhi syarat-syarat suatu ilmu”.

Untuk itu pada uraian berikut ini akan dijelaskan bahwa ilmu komunikasi benar merupakan
suatu ilmu. Penilikan awal perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu.

A. LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN


Pada awalnya, manusia yang ada di bumi ini belum berilmu. Manusia memandang alam ini
sebagai satu tampaknya, satu kesatuan, barang yang ajaib. Manusia memandang alam ini
dengan rasa takut dan hormat. Keheranannya akan kebesaran alam menimbulkan fantasi,
tahayul dan ceritacerita ganjil yang lambat laut menjadi pusaka hidup manusia. Fantasi dan
angan-angan menimbulkan harang yang bagus yang tidak ada dalam dunia yang lahir. Dari
fantasi ini timbul keinginan akan kebenaran. Manusia ingin mengctahui apa yang dilihatnya
dan apa yang dialaminya. Timbullah keinginan untuk mcngetahui rahasia alam. Berpikirlah ia
tentang asal alam ini dan bagaimana kemajuannya. Di sebelah alam besar ini timbul pula
dalam pikiran manusia soal alam kecil. Manusia bertanya pada dirinya, apa wujud hidupku,
apa yang hams kuperbuat, dan apa kewajibanku dalam dunia ini.

Jadi, dari semula pikiran manusia dihadapi oleh dua soal yaitu alam luaran atau kosmos dan
soal sikap hidup atau etik. Dari pokok yang dua ini timbul berangsur-angsur berbagai cabang
pengetahuan ilmu. Di dalam masa belum berilmu ini, sudah terdapat susunan pengertian.
Benda-benda yang dilihat atau masalah yang dialami, kita beri nama dan kita bagi dalam
beberapa golongan menurut keperluan hidup kita. Pemberian nama dan penggolongan ini
tujuannya untuk mengenal tanda satu-satunya untuk membedakan yang satu dengan yang
lain. Makin banyak manusia berpikir tentang alam dan penghidupan, makin banyak masalah
yang dilihatnya. Alam yang merupakan satu kesatuan ini tidak mudah memahaminya. Sebab
itu manusia di dalam pikirannya memecah-mecahnya. Ilmu memecah alam yang satu itu
supaya dapat diterangkannya kedudukan satu-satu masalah itu.

Tiap-tiap ilmu hanya menyelidiki (meneliti ) satu golongan masalah saja yang sama sifatnya.
Satu atau segolongan masalah yang diteliti disebut objek ilmu tersebut. Jadi kita katakan,
bahwa alam itu satu kesatuan. Untuk mempelajarinya manusia di dalam pikirannya
memecah-mecahnya. Janganlah lupa, bahwa pecahan-pecahan ini saling pengaruh
mempengaruhi, tetapi waktu kita meneliti satu pecahan (masalah) kita mengumpamakan
bahwa pecahan-pecahan (masalah-masalah) lain tidak berpengaruh pada pecahan masalah
yang sedang diteliti. Pecahan (masalah) lain itu adalah objek ilmu yang lain. Ilmu senantiasa
memandang alam ini dari satu pihak, dari satu jurusan. Kalau kita hendak mengetahui alam
dengan jalan ilmu kita harus membawa ukuran, membawa perkakas bekerja dengan
mengambil peninjauan yang tertentu. Ukuran ini disebut metode ilmu.

Metode ilmu adalah tidak lain dari pada satu skema, satu rancangan bekerja untuk menyusun
masalah yang satu macam itu menjadi satu sistem pengetahuan. Di atas tertulis antara lain :
“masalah yang satu macam” itu yang disebut dengan objek ilmu yaitu satu atau segolongan
masalah yang sama sifatnya. Apa yang tersusun dalam sistem pengetahuan itu menurut
perhubungan sebab dan akibatnya adalah soal-soal yang serupa sifatnya. Kalau tidak serupa
sifatnya sudah tentu tidak ada perhubungan sebab akibat. Sebab itu ilmu disebut juga sebagai
suatu disiplin, yaitu suatu golongan pengetahuan yang berikatan.

Dan keterangan-keterangan di atas dapatlah kita susun definisi mengenai tiap-tiap ilmu,
sebagai berikut : Suatu pengetahuan yang teratur mengenai pekerjaan hukum kausal dalam
satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dan luar
maupun menurut bangunnya dari dalam (Hatta, 1987: 17). Definisi “ ilmu “ini adalah definisi
ilmu pada umumnya.

Definisi tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut:

Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur.

Pengetahuan yang teratur itu mengenai pekerjaan hukum kausal.

Pekerjaan hukum kausal itu tenjadi di dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya.

Tabiat yang sama ini adalah tabiat (sifat) dan objek ilmu baik dilihat dari dalam maupun dan
luar.

Dan keterangan-keterangan di atas dapatlah kita tetapkan syarat-syarat ilmu sebagai berikut:
Satu ilmu harus mempunyai objek kajian. Objek kajian ini harus terdin dan satu golongan
masalah, bukan dari dua atau lebih golongan masalah. Satu golongan masalah ini harus sama
tabiatnya baik dilihat dari dalam maupun dani luar. Keterangan mengenai objek ilmu ini
hams dapat disusun dalam hubungan kausal, hubungan sebab akibat. Dengan demikian, ilmu
apa pun juga, ia harus memenuhi syarat-syarat ilmu, barulah dapat disebut ilmu.
B. MANUSIA MENCARI KEBAHAGIAN

Sebagai mahluk hidup, manusia tidak terlepas dan serangkaian nilai-nilai yang terkait dengan
hubungannya dengan alam sekitar. Di sisi lain, karena pada hakekatnya satu manusia tidaklah
sama dengan manusia lainnya, maka bagi seseorang terdapat pula landasan yang menjadi
ukuran baginya dalam huhungannya dengan alam sekitar. Manusia secara individual
memiliki filsafat hidup. Filsafat hidup manusia adalah kesatuan nilai-nilai yang menurut
manusia pemiliknya mempunyai derajat yang paling agung dan kalau diwujudkan ia yakin
akan memperoleh kebahagiaan.

Fungsi Filsafat Hidup bagi seseorang adalah sebagai pedoman hidup untuk memperoleh
kebahagiaan di semua bidang kehidupan, seperti keluarga, pcncarian nafkah,
kemasyarakatan, karena pada hakekatnya semua manusia yang hidup senantiasa berusaha
untuk memperoleh kebahagiaan. Dalam kaitan ini maka terdapat tiga sumber kebahagiaan
yaitu:

Tuhan

Manusia

Ciptaan Tuhan lainnya, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan.

Naluri kebahagiaan yang terdapat dalam dirinya mendorong manusia mencari dan menikmati
kebahagiaan dari tiga sumber kebahagiaan. Hati nurani, akal, budi, dan naluri-naluri yang ada
pada din manusia menyusun konsepsi kebahagiaannya dari sumber kebahagiaan (SK). Jadi,
ada tiga konsepsi kebahagiaan, yaitu konsepsi kebahagiaan mengenai hubungannya dengan
sumber kebahagiaan Tuhan, konsepsi kebahagiaan yang bersumber dari manusia, konsepsi
kebahagiaan yang bersumber dari sumber ciptaan Tuhan lainnya. Untuk memperoleh
kebahagiaan dan manusia, konsepsi kebahagiaan dan sumber kebahagiaan manusia harus
diwujudkan pada manusia tersebut dengan menyampaikan isi pemyataan (IP) kepadanya.
Telah dikemukakan sebelumnya sejak manusia ada di dunia, manusia berusaha mencari dan
menikmati kebahagiaan. Pengalaman orang tua dalam mencari kebahagiaan dikomunikasikan
kepada anak turun temurun, generasi demi generasi supaya keturunannya lebih mudah
memperoleh kebahagiaan. Pengalaman generasi yang lalu digabung dengan pengalaman
generasi kini akan menjadi pengetahuan generasi kini.

Di daIam usahanya mencari kebahagiaan, manusia menemukan banyak hambatan, banyak


masalah. Karena itu, akal budinya berusaha mencari jawaban dengan menggunakan
pengetahuan yang ada. Kalau ia berhasil menyusun pengetahuan ini dalam hubungan
rangkaian sebab akibat dalam menjawab satu golongan masalah, lahirlah suatu ilmu. Semua
ilmu lahir di dalam diri manusia sebagai hasil penggunaan akal budinya dalam usahanya
menjawab berbagai masalah yang dihadapinya untuk memperoleh kebahagiaan. Karena itu
semua ilmu mempunyai hubungan satu sama lain. Pemahaman satu ilmu terpisah dari ilmu-
ilmu lain menimbulkan kejanggalan. Ilmu adalah alat manusia untuk mencari dan menikmati
kebahagiaan. Pemahaman ilmu dalam hubungan dengan ilmu-ilmu lain secara keseluruhan
akan memudahkan manusia memperoleh kebahagiaan dari tiga sumber kebahagiaan pada
waktu yang sama. Dengan demikian tiga sumber kebahagiaan yaitu Tuhan, manusia, ciptaan
Tuhan lainnya, sangat erat kaitannya dengan ilmu.

Modul Makalah - Dalam usaha manusia mencari kebahagiaan dan sumber kebahagiaan
Tuhan, manusia menemukan berbagai macam masalah. Dengan akal budinya manusia
berusaha mencari jawaban dengan menggunakan pengetahuan yang ada mcngenai masalah
tersebut. Kalau ia berhasil menyusun pengetahuan dalam hubungan sebab akibat dalam
menjawab masalah keTuhanan, lahirlah ilmu ke Tuhanan. Begitu pula halnya dan sumber
kebahagiaan manusia lahirlah ilmu sosial, dari sumber kebahagiaan ciptaan Tuhan lainnya
lahirlah Imu alam. Ilmu sosial mengandung lagi beberapa persoalan. Jawaban terhadap
persoalan-persoalan itu melahirkan ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik.

C. LAHIRNYA ILMU KOMUNIKASI


Manusia di mana pun, kapan pun menyampaikan isi pemyataan kepada manusia lain.
Kenapa? Apa sebab yang sedalam-dalamnya atau yang paling mendasar sehingga manusia
menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain ? Untuk memperoleh kebahagiaan dan
manusia, konsepsi kebahagiaan (KK) dan sumber kebahagiaan manusia harus diwujudkan
pada manusia tersebut dengan menyampaikan isi pernyataan kepadanya.

Di dalam usahanya menyampaikan isi pernyataan (IP) itu, manusia menemukan masalah :
bagaimana usaha menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain dilakukan supaya motif
komunikasi (MK) dapat diwujudkan? Dalam rangkaian itu akal budinya berusaha mencari
jawaban dengan menggunakan pengetahuan yang ada mengenai penyampaian isi pernyataan.
Kalau ia berhasil menyusun pengetahuan ini dalam hubungan rangkaian sebab akibat, lahirlah
ilmu komunikasi.

Kembali ke persoalan di awal bab ini, satu pertanyaan yang berbunyi: apakah ilmu
komunikasi benar suatu ilmu? Hal ini nampaknya sangat perlu dibahas secara sistematis.
Sebab, di negara kita sendiri, juga termasuk di kalangan dunia pendidikan masih terjadi
silang pendapat mengenai hal tersebut. Ada yang berpendapat bahwa komunikasi belumlah
layak merupakan suatu ilmu, tetapi baru sebagai suatu seni. Di sisi lain ada pendapat yang
menolak anggapan itu. Kedua kubu mengemukakan argumentasi yang rasional.

Yang jelas, di negara kita terlepas dari sejarah perkembangannya, komunikasi kini telah
diakui eksistensinya sebagai fakultas di jenjang pendidikan tinggi. Secara formal, hal ini pun
menunjukkan bahwa ilmu komumkasi secara resmi telah diakui. Namun, untuk kembali
menjawab permasalahan tadi maka perlu uraian yang sistematis dan skematis. Kemampuan
untuk membahas masalah ini sangat perlu dikuasai terutama oleh setiap sarjana komunikasi,
karena ilmu pokok yang dipelajari di fakultas komunikasi adalah ilmu komunikasi. Seorang
sarjana wajib dapat menjelaskan bahwa ilmunya itu adalah benar-benar suatu ilmu, karena
gelar kesarjanaan hanya diberikan kepada orang yang benar-benar menguasai ilmunya.
Sarjana komunikasi pun wajib dapat menjelaskan bahwa benar ilmu komunikasi adalah suatu
ilmu.
Untuk membahas masalah tersebut di atas, perlu diberikan penjelasan dalam tiga tahap.
Tahap pertama akan dijelaskan mengenai:

Apa yang dimaksud dengan ilmu, dan

Apa syarat-syarat suatu ilmu.

Pada tahap kedua diuraikan tentang apa yang dimaksud dengan ilmu komunikasi.
Selanjutnya, pada tahap ketiga merupakan penyesuaian keterangan-keteranganpada tahap
pertama dengan tahap kedua, yaitu apakah ilmu komunikasi memenuhi syarat-syarat suatu
ilmu. Kalau syarat-syarat itu ilmu dapat dipenuhi oleh ilmu komunikasi maka ilmu
komunikasi telah benar suatu ilmu.

Berdasarkan definisi ilmu seperti dikemukakan Dr. Mohammad Hatta yang telah dikutip pada
halaman terdahulu, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu adalah sebagai
berikut: Satu ilmu harus mempunyai objek kajian, objek kajian tersebut terdiri dan satu
golongan masalah yang sama tabiatnya baik dilihat dan dalam maupun dari luar, keterangan
mengenai objek kajian tersebut dapat disusun dalam rangkaian hubungan sebab akibat.

Sejalan dengan pengertian atau definisi komunikasi yang dikemukakan para pakar maka
mengenai ilmu komunikasi juga terdapat beragam definisi. Definisi Drs. A.M. Hoeta Soehoet
mengenai ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain. Dan definisi ini terlihat bahwa objek
kajian ilmu komunikasi adalah usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya
kepada manusia lain.

Apakah objek kajian ini memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu ilmu, yaitu terdiri
dan satu golongan masalah. Bukan dan dua atau lebih golongan masalah. Dan definisi di atas,
jelas bahwa objek kajian ilmu komunikasi terdiri dan satu golongan masalah, bukan dua,
bukan tiga, dan seterusnya golongan masalah, yaitu bagaimana usaha manusia
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain, bukan usaha manusia mencari nafkah,
bukan usaha manusia mencari keadilan, bukan usaha manusia memperoleh keamanan.
Apakah golongan masalah tersebut sama tabiatnya, balk dilihat dari dalam maupun menurut
bangunnya tampak dari luar? Dan definisi di atas, jelas bahwa objek kajian ilmu komunikasi
terdiri dari satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya
tampak dan luar maupun menurut bangunnya balk dilihat dari dalam. Sebab dalam hal ini
adanya usaha manusia untuk menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain, bukan
usaha binatang, bukan usaha angin, bukan usaha pohon beringin, tetapi usaha manusia yang
dapat menggunakan akal dan budinya, bukan usaha manusia yang tidak dapat menggunakan
akal budinya. Usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain,
bukan usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada Tuhan, bukan
menyampaikan isi pernyataan kepada binatang, bukan usaha menyampaikan isi pernyataan
kepada angin lalu, bukan usaha menyampaikan isi pernyataan kepada manusia yang sakit
jiwa, tetapi usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia yang dapat
menggunakan akal budinya, bukan manusia yang tidak dapat menggunakan akal dan budinya.

. TUJUAN MANUSIA MENCARI ILMU

Tujuan manusia mencari ilmu adalah menjadi sumber penggolang ilmu yaitu ilmu teoritis dan
ilmu praktis. Ilmu teoritis disebut juga sebagai ilmu murni (pur science) dan ilmu praktis atau
terapan yang disebut sebagai applied science.

Pada tahap pertama manusia mencari ilmu semata – mata hanyalah untuk meperoleh
kepuasan batin, untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang muncul dari dirinya. Pada
tahap ini ilmu yang diperolehnya hanyalah untuk ilmu saja. Manusia pada tahap ini mencoba
mencari tahu mengenai sifat – sifat benda dan kodrat alam. Ilmu dalam tahap ini disebut
sebagai ilmu teoritis.

Ilmu dalam tingkat ini masih mempunyai sifat murni, mencari tahu kebenaran semata – mata
hanya untuk kebenaran saja. Contoh ilmu pada tingkatan ini adalah imu fisika, kimia, biologi,
komunikasi, hukum, ekonomi, dll
Pada tahap berikutnya manusia berpikir bagaimana menggunakan ilmu teoritis yang
diketahuinya untuk menyempurnakan hidupnya. Pada saat manusia mencari ilmu untuk
memenuhi tujuan – tujuan hidupnya maka muncullah ilmu sebagai ilmu praktis atau terapan.
Contohnya adalah ilmu teknik, pertanian, kedokteran, jurnalistik, dll.

Persamaan dan perbedaan antar kedua imu tersebut adalah keduanya harus memiliki dan
memenuhi syarat sebuah ilmu sedangkan bedanya adalah ilmu teoritis adalah kajian yang
memandang ke belakang, memikirkan keadaan dan masalah – masalah yang sudah berlaku
dengan menyatakan hubungan sebab akibatnya. Ilmu praktis memandang ke depan dengan
menggunakan ilmu yang ada untuk menemukan jalan baru yang harus dilakoninya untuk
mencapai suatu perbaikan bagi sebuah keadaan dan syarat hidup yang lebih baik/sempurna.
Dari satu ilmu teoritis dapat disusun beberapa ilmu praktis.

Ilmu komunikasi sebagai ilmu teoritis yang bertujuan untuk mempelajari usaha manusia
dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain sedangkan ilmu komunikasi
sebagai ilmu praktis mempelajari penggunaan ilmu komunikasi teoritis untuk mencapai
beberapa tujuan hidup. Atau dapat pula dikatakan ilmu komunikasi teoritis digunakan untuk
mencari kebenaran sedangkan ilmu komunikasi praktis digunakan untuk mencari beberapa
tujuan hidup.

Dari satu ilmu komunikasi sebagai ilmu teoritis dapat disusun beberapa ilmu komunikasi
praktis seperti jurnalistik, penyiaran, hubungan masyarakat, retorika, propaganda, periklanan,
dll

Sebagai contoh di sini adalah ilmu ke humasan adalah ilmu praktis/praktika yang diturunkan
dari ilmu teoritis. Ilmu teoritis di sini digunakan untuk mencapai kebahagiaan dan kebenaran
di dalam bidang organisasi. Objek kajiannya adalah bagaimana caranya menyampaikan isi
pernyataan agar publik eksternal dan internal minimal tidak dirugikan dan maksimalnya
adalah memberikan keuntungan langgeng bagi kedua belah pihak.
Ilmu periklanan adalah salah satu ilmu komunikasi praktis yang ilmu teoritisnya adalah upaya
kebahagiaan dan kebenaran yang ingin dicapai dalam bidang perdagangan/bisnis yang objek
kajiannya adalah bagaimana caranya menyampaikan isi pernyataan di bidang bisnis supaya
banyak orang mmbeli barang/jasa yang ditawarkan.

E. ILMU DAN MORAL

Perkembangan ilmu dewasa ini sudah semakin maju. Ilmu tidak lagi hanya semata – mata
diarahkan untuk mencari kepuasan atas ketidaktahuan atau upaya mencari tahu tentang
mosteri – misteri alam dan isinya sebagai ciptaan Tuhan, manusia dan Tuhan tetapi lebih jauh
lagi definisi dari mencari kebahagiaan diinterpretasikan secara bebas, kebahagiaan bagi siapa
yang berbicara, bagi siapa yang menemukan dan ingin menggunakan ilmu tersebut. Lebih
jauh lagi tergambar jelas bahwa dewasa ini ilmu tidak lagi hanya digunakan untuk tujuan
yang positif tetapi sudah merambah kepada tujuan untuk saling memerangi, saling
menjatuhkan dan bahkan saling membunuh. Jadi kondisi sudah berbalik arah, bukan lagi ilmu
pengetahuan dan teknologi membantu manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup tetapi
beberapa manusia menjadi budak bagi teknologi. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari –
hari kita merasa seolah – olah tidak dapat hidup tanpa hand phone, tidak dapat hidup tanpa
televisi, tidak dapat hidup tanpa listrik, tidak berdaya tanpa mobil, dll. Tanpa disadari
keberadaan manusia sedikit demi sedikit mulai terampas dengan kehadiran teknologi.

Pada taraf tertentu ilmu tidak lagi hanya menjadi sumber dehumanisasi bahkan mungkin
mengubah hakikat kemanusiaan seorang manusia. Seperti misalnya hasil teknologi akhir –
akhir ini merambah pada reproduksi dan rekayasa genetika. Pada tahap ini segala macam
bentuk penciptaan diuji coba mulai dari mencipta serta merekayasa tumbuhan hingga
manusia. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya manusia hasil cloning apakah ia akan tetap
eksis dengan segala kemanusiaannya atau menjadi manusia yang hilang hakekat
kemanusiaannya.
Hakekat manusia adalah kemanusiaannya yaitu mansuia dengan segala segi yang menjadikan
dia adalah manusia. Jika manusia diciptakan untuk melakukan efisiensi dan efektifitas kerja
yang akhirnya dicipta robot berdaging tetapi tidak berjiwa karena mereka dicipta untuk
kebahagiaan diri dalam arti uang, apakah manusia yang seperti ini dapat disebut sebagai
manusia?

Yang menjadi keprihatinan penulis adalah jika mengamati pendidikan sebagai lahan
pengembangan ilmu pengetahuan yang diarahkan semata – mata untuk bisnis atau sekedar
untuk pencapaian ilmu dan kepandaian sebagai satu – satunya tolok ukur keberhasilan sebuah
proses pendidikan, pendidikan yang menafikkan sisi etika, akan menjadi apakah manusia –
manusia ciptaannya nanti?

Wacana ini seharusnya menjadi bahan refleksi kritis mengenai ilmu. Akan dibawa
kemanakan manusia dengan ilmunya, untuk apa sebenarnya ilmu itu, sejauhmana batas –
batas kewenangan penjelajahan sebuah ilmu. Jawaban atas pertanyaan ini erat kaitannya
dengan pembahasan moral. Jika moral menjadi patokan perkembangan ilmu harapannya ilmu
tidak lagi berkembang secara anarkis atau ilmu mati karena ketakutan yang berlebihan dari
manusia atas perkembangan ilmu.

Penjelasan ini erat kaitannya dengan asumsi pengembangan ilmu yang bebas nilai. Yang
dimaksud ilmu adalah bebas nilai adalah pengembangan ilmu pengetahuan seharusnya tidak
terkait dengan pertimbangan nilai di luar pengembangan ilmu tersebut. Ilmu dikembangkan
untuk tujuan ilmu semata dan tidak perlu mempertimbangkan nilai – nilai lain di luar imu itu.
Tujuannya adalah supaya ilmu tidak menglami distorsi. Mengingat perkembangan ilmu
sejarak sebelum abad pertengahan dan pencerahan/ Aufklarung era atau renaissance, kasus
Galileo, Copernicus atau ilmuwan yang dipancung karena dianggap bertentangan dengan
dogma yang mengakibatkan ilmu mengalami pembelengguan dan ada pada era kegelapan.

Diasumsikan tuntutan ilmu adalah bebas nilai adalah ilmu bebas dari campur tangan agama,
politis, maupun moral. Harapannya ilmu adalah otonom atau merdeka, Jika ilmu muncul
dilandasi dengan pertimbangan – pertimbangan itu maka ilmu tidak menjadi murni lagi.
Sebagai contoh misalnya ilmu muncul di bawah pertimbangan kekuasaan pemerintah atas
suatu masyarakat maka dikhawatirkan ilmu yang akan dibangun akan hilang dari kebenaran
yang sesungguhnya yang akibatnya kita tidak akan sampai pada kebenaran ilmiah yang
objektif dan rasional. Ilmu pengetahuan akan berubah menjadi ideologi bagi kepentingan
tertentu yang hanya berfungsi untuk melayani kepentingan pihak tertentu dan untuk itu ia rela
mengorbankan sisi kebenarannya dan ilmu pengetahuan berhenti menjadi dirinya sendiri.

Pertentangan pemikiran ini apakah ilmu bebas atau terikat oleh nilai dapat dipahami, memang
di satu sisi ilmu haruslah otonom tetapi seberapa jauh ukuran otonomi itu. Untuk menjawab
hal ini maka tampaknya perlu dikemukakan mengenai dua kecenderungan dasar manusia
memandang ilmu. Di satu sisi ada yang memilki kecenderungan sebagai puritan elitis dan
satu sisi lain sebagai seorang yang pragmatis (Keraf; 2001, 151-152)

Kecenderungan puritan elitis beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu adalah demi ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan memang bertujuan untuk mencari dan menemukan
penjelasan yaitu penjelasan yang benar tentang segala sesuatu. Bagi kaum puritan elitis,
kebenaran yang dimaksud di sini hanya dipahami sebagai kebenaran murni, sebagai pemuas
rasa ingin tahu manusia.

Kepuasan seorang ilmuwan di sini adalah apabila ia mampu menjawab teka – tekai besar
dengan sebuah teori yang diciptakannya terlepas apakah ilmu itu berguna atau tidak bagi
kehidupan. Menurut mereka ilmu tersebut tidak perlu mempersoalkan apakah ilmu tersebut
berguna tidak bagi kehidupan praktis manusia sehari – hari. Dapat dikatakan bahwa aplikasi
konkret sebuah ilmu bukan urusan mereka. Konsekuensinya ilmu menjadi bagian elitis. Ilmu
pengetahuan hanya dapat digeluti dan dimaknai untuk segelintir orang saja. Ilmu pengetahuan
menjadi mewah dan jauh dari kehidupan manusia pada umumnya. Jelas sudah bahwa bagi
kaum ini ilmu pengetahuan adalah bebas nilai. Ilmu tidak boleh tunduk pada otoritas lain di
luar ilmu pengetahuan.
Kecenderungan yang kedua adalah kecenderungan pragmatis. Pada dasarnya kaum pragmatis
juga bertujuan mengembangkan ilmu sebagai untuk mencapai dan memperoleh penjelasan
tentang berbagai hal dalam alam semesta ini. Ilmu pengetahuan memang juga ditujukan
untuk kebenaran. Ukuran kebenaran bagi kelompok ini adalah jika ilmu pengetahuan berguna
bagi manusia untuk memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya. Jadi ilmu
dikembangkan bukan semata – mata untuk ilmu tetapi juga untuk menjawab berbagai
persoalan hidup manusia dan tanpa ini, ilmu menjadi tidak berguna. Kebenaran ilmiah bagi
kaum ini adalah bukan hanya bersifat logis-rasional dan empiris melainkan juga pragmatis.

Hal inilah yang mendorong minat dan ketertarikan manusia akan ilmu. Ketertarikan terhadap
ilmu bukan lagi hanya karena kebenaran empirisnya tetapi karena nilai pragmatisnya.
Manusia berlomba – lomba menemukan ilmu baru untuk menjawab persoalan manusia dan
yang mampu mempermudah hidupnya. Jadi di sini ilmu bukan semata – mata sebagai ilmu
tetapi melayani hidup manusia. Berdasarkan hal ini dapat dipastikan bagi kelompok ini ilmu
tidak dapat bebas nilai.

Pertanyaan lanjutan dari pertentangan dua kubu ini adalah, dimana letak kebenarannya. Mana
yang benar ? Jawaban atas pertanyaan ini dapat mengacu pada kemampuan membedakan
konteks ilmu yaitu context of discovery and context of justification. Context of discovery,
menyangkut konteks ilmu pengetahuan ditemukan. Ilmu pengetahuan tidak muncul tiba –
tiba, ia muncul dalam konteks ruang dan waktu dan dalam konteks sosial tertentu. Ini sebagai
bukti dari argumen bahwa ilmu muncul karena tujuannya untuk memecahkan persoalan –
persoalan yang dohadapi oleh manusia. Dalam melakukan kegiatan ilmiahnya manusia
dimotivasi oleh keinginan baik itu individual atau kolektif untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang lebih luas dari sekedar kebenaran ilmiah murni. Atau dapat dikatakan banyak faktor
pendorong keinginan berkegiatan ilmiah selain faktor murni ilmiah.

Motif yang biasanya mendorong ilmuwan untuk mengembangkan kegiatan ilmiahnya selain
motif /perasaan/keinginan pribadi, sosial, budaya, politik, juga ada nilai yang masuk di situ
misalnya religi, tradisi, moral, dll.
Secara implementatif berlangsungnya sebuah penelitian merupakan kaitan antara peneliti,
lembaga penelitian, penyandang dana, dan kebijakan umum yang berlaku dan tidak menutup
kemungkinan masing – masing itu memiliki kepentingan tertentu di luar kepentingan murni
ilmiah. Berdasarkan penjelasan ini dapat dipastikan bahwa ilmu berkembang dalam konteks
tertentu yang ikut mempengaruhinya dan sulit dibayangkan bahwa ilmu akan bebas nilai.

Context of justification merupakan konteks kedua yang menjadi pertimbangan, yaitu konteks
pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan kegiatan ilmiah. Kebenaran yang berbicara di
sini adalah hasl uji bukan pertimbangan lain di luar yang ilmiah. Dalam konteks ini ilmu
memang harus bebas nilai.

Tujuan dari pembedaan ini adalah menghindari hilangnya makna objektif dari ilmu
Konsekuensi dari konteks ini adalah

Tujuan ilmiah harus dibedakan dengan motif pribadi atau sosial

Kemajuan ilmiah harus dibedakan dari kemajuan sosial meskipun keduanya timbal balik.
Kemajuan ilmiah mempengaruhi kemajuan sosial dan sebaliknya kemajuan sosial
mempengaruhi kemajuan ilmiah tetapi kemajuan ilmiah harus secara objektif terlepas dari
faktor persoalan sosial yang menjadi konteks penemuan dan perkembangan ilmiah tersebut

Rasionalitas, kriteria dan kaidah ilmiah hanya berkaitan dengan bukti - bukti empiris. Tidak
ada sangkutpautnya dengan moral, sosial, personal, dll. Bukan berarti aspek tersebut tidak
penting, penting tetapi tidak relevan untuk menilai kebenaran ilmiah.

Dalam kaitan dengan ilmu empiris, penilaian berhasil atau gagalnya kegiatan ilmiah hanya
didasari oleh pembuktian empiris, ada atau tidaknya fakta empiris yang mendukung
kesimpulan. Satu – satunya pertimbangan bagi diterima atau ditolaknya hasil kegiatan ilmiah
hanyalah cukup atau tidaknya data yang bisa disajikan dan bukan soal apakah teori atau
hipotesa itu berguna atau tidak bagi manusia.

Ilmuwanlah yang berhak menjustifikasi dan menilai apakah data, fakta dam kegiatan
ilmiahnya benar atau tidak. Di luar itu tidak ada yang berwewenang melakukannya meskipun
dalam seluruh proses kegiatannya banyak orang yang terlibat.
Kedua konteks ini ternyata di satu sisi mampu menjembatani mengenai kriteria kebenaran
pengembangan sebuah pengetahuan, tetapi di satu sisi pemahaman atas kedua konteks itu
tidak jarang menimbulkan perdebatan yang tiada henti.

Intinya adalah, ilmu merupakan karya perorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara
terbuka kepada dan oleh masyarakat. Jika karya ilmiah itu memenuhi syarat keilmuan maka
ia dapat diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan
untuk kemudaratan manusia. Oleh karena itu pada bahu seorang ilmu terpanggul tanggung
jawab sosial.

Fungsinya sebagai ilmuwan tidak berhenti hanya pada penelaahan keilmuwanannya secara
individual namun juga turut bertanggung jawab atas hasil kegiatan ilmiah yang dibuatnya
hingga dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk itu maka ilmuwan tidak
hanya mengandalkan pengetahuan dan daya analisinya saja tetapi juga integritas pribadinya.

Pikiran manusia bukan hanya dapat digunakan untuk menemukan dan mempertahankan
kebenaran tetapi sekaligus dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan
ketidakbenaran. Seorang ilmuwan bukan lagi hanya mampu memberikan informasi tetapi
juga contoh. Di satu sisi ia memiliki kebebasan tetapi kebebasan yang bertanggungjawab.

Teori juga mempunyai fungsi. Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9 (sembilan): (1)
mengorganisasikan dan menyimpulkan, (2) memfokuskan, (3) menjelaskan, (4) mengamati,
(5) membuat prediksi, (6) heuristic, (7) komunikasi, (8) kontrol/ mengawasi, dan (9)
“generatif”. Fungsi pertama teori adalah mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan
tentang sesuatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh
melakukannya secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan
hal-hal yang terjadi dalam kehidupan dunia. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat
dicari dan ditemukan. Pengetahuan kita tentang pola-pola dan hubungan-hubungan ini
kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai
sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya. Fungsi yang kedua adalah
memfokuskan. Artinya hal-hal atau aspekaspek dari suatu objek yang diamati harus jelas
fokusnya. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal, bukan banyak hal.
Fungsi yang ketiga adalah menjelaskan. Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu
membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna
untuk memahami pola-pola, hubunganhubungan, tetapi juga untuk menginterpretasikan
peristiwa-peristiwa tertentu. Fungsi keempat, pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak
saja menjelaskan tentang hal yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk cara
mengamatinya. Oleh karena itulah, teori yang baik adalah teori yang berisikan konsep-konsep
operasional. Konsep operasional ini penting karena bisa dijadikan sebagai patokan untuk
mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori. Fungsi teori yang kelima
adalah membuat prediksi. Meskipun, kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun
berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang
bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan
di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian
komunikasi terapan, seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi,
dinamika kelompok kecil, periklanan, “public relations”, dan media massa. Fungsi yang
keenam adalah fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori
yang baik adalah teori yang mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yang
diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya. Hal ini dapat
terjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup jelas dan operasional
sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Fungsi yang
ketujuh, komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si
penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan.
Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
Fungsi yang kedelapan, fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-
asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang
dipegang dalam kehidupan seharihari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana
pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia. Fungsi teori yang terakhir
adalah fungsi “generatif”. Fungsi ini terutama sekali menonjol di kalangan pendukung
tradisi/aliran pendekatan interpretatif dan teori kritis. Menurut pandangan aliran ini, teori juga
berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola
dan cara kehidupan yang baru.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai