OLEH :
RAHMIDA
NPM : 2014901110072
2022
PENERAPAN INTERVENSI KEPERAWATAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF
PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN DIAGNOSA HAMBATAN
MOBILITAS FISIK DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN
OLEH :
Rahmida
NPM.2014901110072
Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners ini berjudul Penerapan Intervensi Keperawatan Range Of
Motion (ROM) Pasif Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Diagnosa Hambatan
Mobilitas Fisik di Rumah Sakit Islam Banjarmasin, yang dibuat oleh Rahmida NIM
2014901110072, telah mendapatkan persetujuan dari para pembimbing untuk diujikan pada
Ujian Sidang Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universistas Muhammadiyah Banjarmasin.
Banjarmasin , Desember 2022
Pembimbing 1 :
Pembimbing 2 :
Solikin, Ns.,M.Kep.Sp.,Kep.MB
NIK.01 29071979 018 003 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
Menyatakan dengan sesungguhnya karya ilmiah akhir program profesi ners ini
merupakan hasil karya cipta sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait
didalamnya baik mengenai isinya, sumber yang dikutip/dirujuk, maupun teknik di
dalam pembuatan dan penyusunan karya ilmiah program profesi ners ini.
Dibuat di : Banjarmasin
Rahmida
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, atas segala limpahan kasih sayang-Nya.
Shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil’alamin Puji Syukur kehadirat Allah SWT,
atas anugerah dan petunjuk yang diberikan. Karena izin Allah penulis dapat
menyusun Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners ini dengan judul “Penerapan Intervensi
Keperawatan Range Of Motion (ROM) Pasif pada Pasien Stroke Non Hemoragik
dengan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik di Rumah Sakit Islam Banjarmasin”.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Program Profesi Ners ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun agar pelaksanaan penelitian ini nantinya
menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Dekan Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin beserta para
Wakil Dekan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengenyam pendidikan di Program Studi Profesi Ners.
2. Ibu Evy Noorhasanah, Ns.,M.Imun selaku Kepala Program Studi Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah memfasilitasi jalannya
karya ilmiah akhir profesi ners ini.
3. Ibu Linda, Ns., M.Kep selaku pembimbing utama sekaligus penguji 1, yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan masukan sehingga penulis
dapat melaksanakan seminar karya ilmiah akhir profesi ners ini.
4. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku pembimbing 2 sekaligus
penguji 2 yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan sehingga
penulis dapat melaksanakan seminar karya ilmiah akhir profesi ners ini.
5. Karyawan Rumah Sakit Islam Banjarmasin khususnya ruang Al-Biruni,
terimakasih atas izin, dukungan dan bantuan yang diberikan dalam pencarian
data di karya ilmiah akhir profesi ners ini
6. Responden dan keluarga yang telah bersedia memberikan informasi dan
meluangkan waktu untuk terlibat dalam karya ilmiah akhir profesi ners ini
7. Civitas akademika dan teman-teman Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin, yang selalu berbagi pengetahuan dan motivasi.
8. Orang tua yang selalu memberi dukungan serta do’a yang tidak pernah putus
sehingga saya mampu menyelesaikan karya ilmiah akhir profesi ners
9. Suami dan anak saya yang selalu memberikan semangat sehingga mampu
menyelesaikan karya ilmiah akhir profesi ini dengan baik
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah akhir
profesi ners ini, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Rahmida
PENERAPAN INTERVENSI KEPERAWATAN RANGE OF MOTION
(ROM) PASIF PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN DIAGNOSA HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN
Oleh
Rahmida, S.Kep
NPM : 2014901110072
Oleh:
Rahmida
NPM : 2014901110072
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Stroke dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik (non hemoragik) dan stroke
hemoragik. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, salah satu stroke
adalah stroke iskemik (non hemoragik) yang terjadi akibat adanya penyumbatan pada
pembuluh darah ke otak. Sumbatan ini disebabkan karena adanya penebalan dinding
pembuluh darah yang disebut dengan Antheroscherosis dan tersumbatnya darah dalam otak
oleh emboli yaitu bekuan darah yang berasal dari Thrombus di jantung. Stroke non
hemoragik mengakibatkan beberapa masalah yang muncul, seperti gangguan menelan, nyeri
akut, ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang apabila tidak ditangani maka, akan
meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan kematian (Nur’aeni Y R, 2017).
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa, sebanyak 20,5 juta jiwa
di dunia 85% mengalami stroke iskemik dari jumlah stroke yang ada. Penyakit hipertensi
menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Berdasarkan prevalensi stroke Indonesia
10,9 permil setiap tahunnya terjadi 567.000 penduduk yang terkena stroke, dan sekitar 25%
atau 320.000 orang meninggal dan sisanya mengalami kecacatan. Secara nasional,
prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur
1
2
≥15 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan
Timur (14,7%). Yogyakarta (14,6%) merupakan provinsi dengan pravalensi tertinggi stroke
di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Imelda Derang (2020) Pengaruh Range Of Motion Aktif-
Assisitif : Latihan Fungsional Tangan Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke
Non Hemoragic di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil analisis data terhadap kekuatan
otot setelah intervensi(post-test) terhadap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan
menggunakan uji statistic Mann whitney Test didapatkan nilai p= 0,001. Nilai signifikansi
(p) kurang dari α(≤0,05) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
perlakuan Range Of Motion Aktif-Asisitif Latihan Fungsional Tangan terhadap peningkatan
kekuatan otot dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan intervensi tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis (Ha) diterima yaitu Range Of Motion Aktif-
Asistif Latihan Fungsional Tangan berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot.
Gejala stroke biasanya muncul secara tiba-tiba dengan adanya kehilangan kekuatan pada
salah satu sisi tubuh, perubahan kesadaran , bicara tidak jelas (pelo), gangguan pada
penglihatan, sulit berjalan, sakit kepala, dan hilangnya keseimbangan (Sholihany Fithriyah
et al. 2021). Penderita stroke akan mengalami kehilangan fungsi motorik dan sensorik yang
mengakibatkan hemiparesis, hemiplegia, serta ataksia. Akibat adanya gangguan motorik
pada otak, maka otot akan di istirahatkan sehingga menyebabkan atrofi otot. Atrofi otot
menyebabkan kekakuan otot, sehingga otot yang kaku tersebut dapat mengalami
keterbatasan gerak pada pasien stroke (Kusuma and Sara 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Andriani dkk (2022) Pengaruh Range Of motion
(ROM) Terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke. hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa latihan ROM dapat mempengaruhi peningkatan kekuatan otot pada
pasien stroke. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai signifikan kekuatan otot
sebelum dan sesudah ROM adalah 0,000. Hal ini membuktikan bahwa ROM berpengaruh
terhadap peningkatan kekuatan otot.
3
Seseorang yang mengalami stroke non hemoragik maupun hemoragik perlu menjalani
proses rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi motoriknya sehingga pasien tidak
mengalami defisit kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kemandirian pasien
akan meningkat, tingkat ketergantungan pasien pada keluarga akan berkurang sehingga akan
meningkatkan pula harga diri dan mekanisme koping pasien. Berbagai metode telah
dikembangkan untuk penanganan pada pasien stroke seperti electrotherapy, hydrotherapy,
exercise theraphy, range of motion dalam rangka meningkatkan proses pemulihan
(Wahdaniah, 2019).
Dalam penelitian Anita (2018) mengatakan bahwa pasien Stroke seharusnya di lakukan
mobilisasi sedini mungkin. Salah satu mobilisasi dini yang dapat segera dilakukan adalah
pemberian latihan Range of Motion yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
pasien pasca Stroke. Menurut Peneliti Range of motion (ROM) jika dilakukan sedini
mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus menerus akan memberikan dampak
yang baik pada kekuatan otot responden. Latihan Range Of Motion dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian,
merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Jaringan otot yang memendek
akan memanjang secara perlahan apabila dilakukan latihan range of motion dan jaringan otot
akan mulai beradaptasi untuk mengembalikan panjang otot kembali normal (Murtaqib dalam
Muchtar 2019)
Pengumpulan data awal yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin Stroke
hemoragik menduduki peringkat ke 5 dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit Islam
Banjarmasin, Kemudian pada tahun 2022 jumlah keseluruhan pasien stroke di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin terhitung dari tanggal 1 januari sampai dengan tanggal 30 juni 2022 ada
50 orang yang terdiagnosa stroke. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien
stroke adalah hambatan mobilitas fisik, (muttaqin, 2008). Salah satu masalah keperawatan
yang perlu penanganan lebih lanjut yaitu hambatan mobilitas fisik, karena pasien stroke akan
merasa kehilangan kekuatan pada salah satu anggota gerak. Pada penderita stroke atau
lumpuh separuh badan, biasanya penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan
4
aktifitas karena keterbatasan ruang gerak. Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat
kepada pasien stroke dengan hambatan mobilitas fisik diantaranya adalah dengan latihan
range of motion (ROM) tindakan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya kekakuan
pada otot, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun pasien tentang tujuan
peningkatan mobilitas fisik.
testosteron, dimana hormon ini dapat meningkatkan kadar LDL, apabila kadar LDL
tinggi maka dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang merupakan faktor
resiko terjadinya penyakit degeneratif seperti stroke. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh dilakukannya latihan ROM pasif terhadap kekuatan otot pada
pasien pasca stroke dengan nilai p-value 0,001 (p < 0,05) pada ekstremitas atas dan p-
value 0,001 (p < 0,05) pada ekstremitas bawah.
1.4.2 Anisa Eka Kurnia Sari (2021) Penerapan Range Of Motion (ROM) Pasif Untuk
Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien Pasca Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwosari Kec. Metro Utara Pasien stroke yang mengalami hemiparase (kelemahan)
pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan tonus otot. Penerapan
ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. S dengan stroke di Wilayah
kerja Puskesmas Purwosari Kec. Metro Utara tahun 2020. Rancangan karya tulis
ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (case study). Subyek yang digunakan yaitu
pasien pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Kec. Metro Utara tahun
2020. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan
menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan range of motion selama 7 hari,
terjadi peningkatan kekuatan otot pada Tn. S.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki
system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah
dalam jangka Panjang (Nia Permatasari,2020)
Jadi stroke adalah gangguan fungsi saraf pada otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda klinis yang berkembang secara cepat yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah dalam otak.
7
8
b. Stroke embolik.
Stroke embolik terjadi ketika gumpalan darah atau debris lainnya
menyebar dari otak dan tersapu melalui aliran darah. Jenis gumpalan
darah ini disebut embolus. Stroke embolik berkembang setelah oklusi
arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umum
embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri
karotis komunis atau aorta (Haryono, 2019).
iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya
akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di daerah
sirkulasi lain dalam sistem peredaran darah yang biasa terjadi di dalam jantung atau
sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi darah
otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak (Haryono, 2019).
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi menjadi dua
daerah keparahan derajat otak,yaitu daerah inti dan daerah penumbra. Daerah inti
adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran darah kurang dari 10cc/100g
jaringan otak tiap menit. Daerah ini berisiko menjadi nekrosis dalam hitungan
menit. Lalu daerah penumbra adalah daerah otak yang aliran darahnya terganggu
tetapi masih lebih baik daripada daerah inti karena daerah ini masih mendapat
suplai perfusi dari pembuluh darah lainnya. Daerah penumbra memiliki aliran
darah 10-25cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah penumbra memiliki prognosis
lebih baik dibandingkan dengan daerah inti.
Defisit neurologis dari stroke iskemik tidak hanya bergantung pada luas daerah
inti dan penumbra, tetapi juga pada kemampuan sumbatan menyebabkan
kekakuan pembuluh darah atau vasospasme. Kerusakan jaringan otak akibat oklusi
atau tersumbatnya aliran darah adalah suatu proses biomolekular yang bersifat
cepat dan progresif pada tingkat selular, proses ini disebut dengan kaskade iskemia
(ischemic cascade). Setelah aliran darah terganggu, jaringan menjadi kekurangan
oksigen dan glukosa yang menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses
potensi membran. Kekurangan energi ini membuat daerah yang kekurangan
oksigen dan gula darah tersebut menjalankan metabolisme anaerob ( Haryono,
2019).
protolisis (protese, lipase, nuklease) yang memecah protein, lemak dan struktur sel.
Influks kalsium juga dapat menyebabkan kegagalan mitokondria, suatu organel
membran yang berfungsi mengatur metabolisme sel. Kegagalan-kegagalan tersebut
yang membuat sel otak pada akhirnya mati atau nekrosis (Haryono, 2019).
2/3 dari pria) disebabkan karena ada perbedaan otot dalam tubuh.
2.1.2.3 Suhu Otot
Kontraksi otot akan lebih kuat dan lebih cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi
darpada suhu normal.
2.1.2.4 Makanan
Seperti pada pola makan sehat, aturlah asupan makanan dengan konsumsi
bahan-bahan makanan yang memiliki kandungan protein tinggi. Bukan berarti
rendah karbohidrat harus menahan lapar, karena selain membantu
memperlancar metabolisme tubuh, makanan yang mengandung protein tinggi
dan rendah karbohidrat juga bisa memberi rasa kenyang yang cukup lama
sehingga dapat memengaruhi kekuatan otot.
2.1.2.5 Tingkat Aktivitas Sehari-hari
Tingkat aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi kekuatan otot.
Seseorang yang memiliki aktivitas tinggi cenderung memiliki kekuatan otot
yang lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang aktivitasnya rendah.
sendi yang bersangkutan. Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat
mencegah kelainan bentuk, kekuatan dan kontraktur (Nurhidayah, et al. 2014).
Range Of Motion (ROM) adalah latihan rentang gerak yang memungkinkan
terjadinya kontraksi atau pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik pasif maupun aktif. Latihan ini
dilakukan untuk meningkatkan kesempurnaan anggota gerak dan untuk
meningkatkan kekuatan otot. (Derang, 2020) Terdapat dua jenis latihan ROM yaitu
ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah latihan gerak isotonik (terjadi
kontraksi dan pergerakan otot) yang dilakukan klien dengan menggerakan masing
masing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yaitu normal, sedangkan
ROM pasif adalah pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. (Nababan & Giawa, 2019)
1) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
2) Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat tidur dan pertahankan
posisi tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atau ke samping
ke arah perawat.
3) Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi badan pasien.
4) Kembalikan ke posisi semula.
2.3.5.7 Lutut
Fleksi dan Ekstensi
1) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
2) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
3) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan
semampu pasien.
4) Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
7) Observasi perubahan yang terjadi. Missal, rentang gerak dan adanya
kekakuan sendi.
2.3.5.8 Pergelangan kaki
Fleksi dan Ekstensi
1) Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain
di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.
2) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada atau ke
bagian atas tubuh pasien.
3) Kembalikan ke posisi awal.
4) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telapak kaki
22
diarahkan ke bawah.
5) Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
Infersi dan Efersi
rotasi lateral, dan fleksi lateral. MenurutLukman (2019) rentang gerak (ROM)
standar untuk ekstermitas atas dan ekstermitas bawah. Jadi, untuk mengatasi
terjadinya perubahan system musculoskeletal seperti turunnya kekuatan otot
dan terjadinya kontraktur sendi serta osteoporosis pada penderita stroke non
hemoragik dengan kelemahan (Lukman, 2019).
2.3.6.2 Tahap Kerja Range Of Motion (ROM) pasif
TINDAKAN
No
1 PRA INTERAKSI
a. Verifikasi Order
b. Siapkan Lingkungan : Jaga Privasi B/P
c. Persiapan Pasien
2 PERSIAPAN ALAT
a. Handuk Kecil
b. Lotion/Baby Oil
c. Minyak penghangat bila perlu (missal : minyak telon)
d. Sarung tangan
3 ORIENTASI
a. Beri salam (Assalamualaikum, identifikasi pasien minimal 2 identitas : meminta pasien
menyebutkan Nama / TTL / RMK)
b. Kontrak waktu prosedur
c. Jelaskan tujuan prosedur
d. Memberi klien kesempatan untuk bertanya
e. Meminta persetujuan klien / keluarga
f. Mendekatkan alat kepasien
4 TAHAP KERJA
a. Baca Bismillah
b. Perawat mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih
c. Atur ketinggian tempat tidur pasien.
d. Atur pasien ke posisi supinasi.
e. Lakukan gerakan berikut berturut-turut sebanyak tiga kali.
f. Gerakan bahu
Fleksi
24
TINDAKAN
No
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
25
TINDAKAN
No
Rotasi Internal
Rotasi Ekternal
Sirkumduksi
26
TINDAKAN
No
g. Gerakan siku
Fleksi
Ekstensi
27
TINDAKAN
No
Supinasi
Pronasi
h. Pergelangan tangan
Fleksi
28
TINDAKAN
No
Ekstensi
TINDAKAN
No
i. Jari tangan
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
30
TINDAKAN
No
Adduksi
Oposisi
j. Gerakan pinggul
31
TINDAKAN
No
Abduksi
Adduksi
Rotasi Internal
Rotasi Ekternal
32
TINDAKAN
No
Sirkumduksi
k. Gerakan lutut
Fleksi
Ekstensi
33
TINDAKAN
No
l. Pergelangan kaki
Dorsal Fleksi
Plantar Fleksi
m. Telapak kaki
Inversi
34
TINDAKAN
No
Eversi
n. Jari kaki
Fleksi
35
TINDAKAN
No
Ektensi
Abduksi
36
TINDAKAN
No
Adduksi
o. Setelah melatih pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh pasien.
p. Catat terhadap perubahan kondisi pasien (pergerakan abnormal, kekakuan, atau
kontraktur sendi).
q. Memberitahukan kepada klien bahwa tindakan sudah selesai
r. Merapikan pasien
s. Melepas sarung tangan
t. Melakukan cuci tangan 6 langkah
u. Catat tindakan yang dilakukan
5 TAHAP TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien (Subjektif & Objektif)
b. Simpulkan Kegiatan
c. Penkes Singkat
d. Kontrak Waktu selanjutnya
e. Mengucapkan Hamdalah dan mendoakan kesembuhan klien dengan mengucapkan
Syafakillah
6 DOKUMENTASI
Nama klien, jenis tindakan, hari, tanggal, jam pelaksanaan tindakan, nama dan tanda tangan
perawat pelaksana
BAB 3
METODE PENELITIAN
37
38
peminatan) kepada pasien, keluarga ataupun tenaga medis yang terlibat dalam
perawatan pasien kelolaan. Komponen instrumen pengumpulan data berupa
identitas pasien, riwayat kesehatan, kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual, dan
data subjektif. Wawancara ini dilakukan pada pasien, keluarga terdekat, dan
petugas yang terlibat dalam perawatan pasien.
3.7.2 Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara
langsung maupun tidak langsung yang meliputi pemeriksaan fisik: keadaan umum,
kulit, kepala dan leher, penglihatan dan mata, penciuman dan hidung, pendengaran
dan telinga, mulut dan mata, dada pernafasan sirkulasi, abdomen, genetalia,
ekstrimitas atas dan bawah yang berkaitan dengan penyakit Stroke non hemoragik
dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik untuk diterapkan intervensi
Latihan Range Of Motion (ROM) pada pasien.
3.7.3 Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat dan menganalisis tentang intervensi latihan Range Of Motion
(ROM) pada pasien Stroke non hemoragi dengan Hambatan Mobilitas Fisik di
Ruang Al-Biruni RS Islam Banjarmasin.
3.8.6 Melakukan latihan Range Of Motion (ROM) kepada pasien selama 20 menit sesuai
SOP.
3.8.7 Setelah 20 menit pemberian Latihan Range Of Motion (ROM) relaksasi benson
kepada pasien dilakukan pengkajian ulang untuk pengukuran skala kekuatan otot
dan kriteria lainnya dihari pertama.
3.8.8 Dilanjutkan pengkajian/pengukuran skala kekuatan otot dan kriteria lainnya pada
hari kedua dan seterusnya dengan Latihan Range Of Motion (ROM) kepada pasien
selama 20 menit.
3.8.9 Melakukan pengolahan data dan menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk
narasi dan tabel.
itu, diperlukan ketentuan khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan subjek
yang rentan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Islam Banjarmasin awalnya merupakan sebuah klinik bersalin yang
bernama “Klinik Bersalin Siti Khadijah”. Berdasarkan Akta Notaris Bachtiar tanggal
1 Maret 1972 Nomor: 1/1972 bahwa Rumah Sakit Islam Banjarmasin berada di
bawah Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan pada tanggal 19 Agusutus 1972
diberi nama Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Tahun 2005 Yayasan Rumah Sakit
Islam Banjarmasin berakhir, dan langsung di bawah Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Kalimantan Selatan.
Rumah Sakit Islam Banjarmasin terakhir mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin tertanggal 22 Januari 2018 nomor: 503/524/SIOT/RSUS-I/I-
18/DISKES tentang Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Umum Swasta Kepala
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
Pada tanggal 04 Januari 2018 Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah bekerjasama dan
melakukan pelayanan terhadap pasien peserta BPJS Kesehatan dengan 4 (empat)
pelayanan dasar yaitu Penyakit Dalam, Bedah Umum, Kandungan dan Kebidanan,
dan Anak.
43
44
1) Kelas I : 8 TT
2) Kelas II : 8 TT
3) Kelas III : 12 TT
c. Ruang Al Razi
1) Khusus untuk perawatan pasien COVID : 12 TT
2) Ruang ICU-ICCU Al Gazali : 8 TT
d. Ruang Al Haitam
1) Kelas 2 : 6 TT
2) Kelas 3 : 6 TT
e. Ruang Perinatologi : 15 TT
f. Ruang Al-Farabi : 18 TT
4.1.3.3 Pelayanan medik
a. Instalasi gawat darurat
Instalasi gawat darurat dan kamar terima pasien yang dapat memberikan
pelayanan kegawat daruratan selama 24 jam penuh termasuk pasien-pasien
yang ingin opname dengan dokter jaga yang stand by dengan fasilitas :
EKG, Nebulizer, Defibrilator (DC shoch), ruangan indakan bedah,
observasi bedah dan resusitasi dan resusitasi.
b. Kamar bedak ( OK )
Dapat melayani pasien selama 24 jam yang akan melakukan operasi besar,
sedang dan kecil maupun pelayanan persalinan dan perawatan khusus
ruangan anak pasca melahirkan.
c. Kamar bersalin ( VK )
Kamar bersalin RSIB siap memberikan pelayanan 24 jam untuk membantu
proses persalinan yang ditangani oleh Tim dokter dan bidan yang
berpengalaman dan kompeten.
d. Medical check up ( MCU )
Dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan
maka RSIB menyediakan paket MCU yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan. MCU RSIB melayani pemeriksaan antara lain : pemeriksaan
46
e. Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa membedakan
suku,agama, ras, aliran, serta membentuk mental spritual yang islami.
4.1.4 Ruang Al-Biruni
4.1.4.1 Karakteristik unit
a. Visi ruangan perawatan Al-Biruni
Menjadikan ruang Al-Biruni sebagai ruangan perawat yang aman dan
nyaman berlandasan pada pemberian asuhan keperawatan yang kholistik
(Bio, Psioko, Sosio, Spiritual, dan Kultural).
b. Misi ruangan perawatan Al-Biruni
1) Meningkatkan kebersihkan dan kerapiaan ruangan
2) Melindungi pasien, pengujung dan tenaga medis dari resiko infeksi
nosokomial (INOS), serta mencegah terjadinya penyakit/komplikasi
lebih lanjut kepada pasien dan keluarga
3) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
preinteraksi, terminasi, dan komunikasi serta meningkatkan
komunikasi teraputik.
4) Berubah memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada
pasein dan keluarga.
4.1.4.2 Sifat kekaryaan ruang
a. Fokus telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Al-Biruni tidak
memfokuskan pada kasus penyakit, dikarenakan ruang Al-Biruni
menangani seluruh jenis keluhan penyakit secara umum.
b. Lingkup garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan Al-Biruni
adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah,
maka lingkup garapan ruang Al-Biruni adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disisplin ilmu secara aman, berkualitas
dan berkesinambungan dengan segala aktivitas untuk mengatasi
49
Pemeriksaan fisik didapatkan hasil BB: 70 kg. Untuk pemeriksaan sistem presepsi
sensori Tn.S tidak mengalami penurunan fungi pendengaran, perabaan Tn. S baik, Tn. S
tidak mengalami penurunan fungsi penglihatan. Berdasarkan hasil inspeksi, keadaan
mata tampak normal, penglihatan baik, tidak ada peradangan, sklera non ikterik, pupil
isokor. Konjungtiva tidak anemis. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, bola
mata tampak bergerak ke kiri dan ke kanan. Mata pasien tampak terbuka dan tertutup
(berkedip). Alis simetris, bulu mata ada. Penglihatan pasien baik .
Hidung Tn.S lubang hidung tampak simetris, tidak terlihat cuping hidung saat bernapas
dan tidak terlihat menggunakan otot bantu napas, tidak terdapat sekret, darah dan polip
pada hidung, tidak terpasang NGT
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi. Tampak terihat
retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor saat diperkusi.
Auskultasi : Suara nafas veskuler.
RR : 22x/menit
Irama Pernafasan : normal reguler
Kedalaman Pernafasan : Normal
Fungsi penciuman baik. Tn.S respirasi 22x/ menit, tidak terlihat adanya alat bantu
pernapasan.
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler tidak ada nyeri dada, kesadaran composmentism
GCS E4V5M5, bentuk dada Tn .S terlihat simetris, capillary refill time <2 detik, nadi:
63x/menit.
Inspeksi : Tidak terlihat iktus cordis
Palpasi :Taktil premitus teraba antara kiri dan kanan, iktus cordis teraba tapi tidak
kuat angkat
Perkusi : Terdengar redup saat diperkusi
Auskultasi : Suara jantung S1, S2 tunggal
51
Sirkulasi perfusi darah ke perifer normal, warna ujung jari normal, akral teraba hangat
warna kulit sedikit sawo matang perut tidak terlihat bengkak dan tidak terdapat benjolan
dan lesi terdengar peristaltik usus 10x/menit, tidak adanya nyeri tekan pada abdomen.
Suara abdomen terdengar tympani.
Pemeriksaan sistem saraf pusat, kesadaran composmentis, untuk orientasi waktu Tn.S
mampu membedakan waktu pagi dan malam hari, untuk orientasi orang Tn.S mampu
mengenali orang disekitarnya khususnya pada keluarganya. Berdasarkan hasil inspeksi,
kepala pasien tampak bersih, tidak ada ketombe, keadaan rambut tumbuh merata, bentuk
rambut panjang, warna rambut tampak putih berhuban. Keadaan kulit kepala baik, tidak
ada lesi dan pasien merasa pusing. Pasien tampak menggerakkan kepala ke kanan dan
kiri. Sedangkan berdasarkan hasil palpasi, bentuk kepala pasien normal dan tidak ada
benjolan.
Pemeriksaan gastrointestinal tidak ada keluhan hanya saja Tn.S Selama di RS pasien
mengatakan tidak begitu nafsu makan pada saat sakit makan hanya ½ porsi yang di
berikan di RS, klien makan 3 kali sehari dibantu oleh keluarga. Tidak ada keluhan pada
BAB dan BAKnya selama di RS 3-4 kali sehari dan untuk BAB nya 1 kali sehari.
Pemeriksaan sistem perkemihan tidak ada gangguan, tidak ada menggunakan alat bantu.
Tn.S Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK nya selama di RS, Pasien berjenis kelamin
laki laki berumur 63 tahun, memiliki istri dan 2 orang anak. Tidak terpasang DC pada
area genitalia. Berdasarkan hasil inspeksi, keadaan mulut dan gigi bersih, mukosa bibir
kering, bibir simetris, gigi sudah tidak lengkap karena faktor usia. Pasien tidak
mengalami gangguan menelan.
Pengkajian psikososial hubungan pasien dengan orang lain pasien sering duduk di depan
rumah sambil mengobrol dengan tetangga tetangga di sebelah rumah pasien dan keluarga
baik, selama ini klien tinggal bersama istri dan 1 anak laki – lakinya. Keluarga berharap
dan mendoakan kondisi pasien lekas pulih agar bisa lekas pulang ke rumah. Pasien
beragama islam, selama di RS klien bisa melakukan sholat 5 waktu dibantu oleh
53
keluarga.
S : skala 4 (sedang)
T : tidak menentu
TTV :
TD = 145/110 mmhg
N = 63x/menit
RR = 22x/menit
S = 36,5°C
Spo2 = 98%
Prioritas Diagnosis
4.2.2.1 Hambatan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
4.2.2.2 Nyeri akut b.d agens cidera biologis
c. Intervensi
1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
55
c. Intervensi :
1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya ( skala 0 – 10 ), karakteristik
(misal; berat, berdenyut, konstan), lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk, atau meredakan.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti; ekspresi wajah,
posisi tubuh, gelisah, menangis / meringis, menarik diri, diaforesis,
perubahan frekuensi jantung / pernafasan, tekanan darah.
3. Pantau tanda-tanda vital klien.
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan dzikir.
4.2.5 Implementasi
4.2.5.1 Implementasi Hambatan Mobilitas Fisik
Implementasi dilakukan pada hari kamis, 23 Juni 2022 pukul 09.30 WITA
pada Tn.S dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot.
Implementasi yang dilakukan
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan ROM.
Hasil : TD: 120/90 mmhg N: 63 x/m R: 22 x/m
S: 36,5 ̊C, SpO2: 98%
b. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Hasil : Pasien hanya mampu melakukan kegiatan di atas tempat tidur
c. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Hasil : Pasien untuk duduk masih di bantu oleh keluarga
d. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living secara mandiri
sesuai kemampuan (Rom Pasif)
Hasil : Pasien merasa nyaman setelah dilakukan ROM Pasif, keluarga belum
memahami teknik ROM
e. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan Activity
Daily Living pasien.
57
4.2.6 Evaluasi
4.2.6.1 Evaluasi I : kamis, 23 Juni 2022 pukul 10.30 WITA
a. Data Subjektif
Pasien hanya mampu melakukan kegiatan di atas tempat tidur. Keluarga
memahami teknik ROM.
b. Data Objektif
Activity Daily Living dibantu oleh keluarga, keadaan umun pasien masih lemah.
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan ROM Pasif Kekuatan otot masih
lemah, dan untuk ekstremitas kiri atas dan bawah juga masih merasa lemah.
TTV : TD : 120/80mmhg, N:73x/m, R:18x/m, S:36 ̊C, SpO2: 98%
Skala otot :
1111 5555
1111 5555
c. Analisa
Masalah hambatan mobilitas fisik belum bisa tercapai.
d. Planning
Lanjutkan intervensi :
1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
2) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
4) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living
secara mandiri sesuai kemampuan (Rom Pasif)
5) Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan Activity Daily Living pasien.
a. Data Subjektif
Pasien hanya mampu melakukan kegiatan di atas tempat tidur. Keluarga
memahami teknik ROM
b. Data Objektif
Activity Daily Living dibantu oleh keluarga, Keadaan umun pasien lemah pasien
merasa nyaman setelah dilakukan ROM Pasif Kekuatan otot masih lemah, dan
untuk ekstremitas kiri atas dan bawah juga masih merasa lemah.
TTV : TD: 120/88mmhg, N:75x/m, R:18x/m, S:36 ̊C, SpO2: 98%
Skala otot :
1111 5555
1111 5555
c. Analisa
Masalah hambatan mobilitas fisik belum bisa tercapai.
d. Planning
Lanjutkan intervensi :
1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
2) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
4) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living
secara mandiri sesuai kemampuan (Rom Pasif)
5) Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan Activity Daily Living pasien.
1111 5555
1111 5555
c. Analisa
Masalah hambatan mobilitas fisik belum tercapai
d. Planning
Lanjutkan intervensi :
1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
2) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
4) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living
secara mandiri sesuai kemampuan (Rom Pasif)
5) Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan Activity Daily Living pasien.
dalam upaya peningkatan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot pasien
dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan Masalah Hambatan
Mobilitas Fisik
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 23 Juni 2022 pukul 09.30 WITA terhadap Tn. S
laki laki berusia 63 tahun, beragama islam, dan bersuku bangsa banjar. Pendidikan
terakhir pasien adalah SMA, pasien adalah seorang wiraswasta, pasien tinggal bersama
istri dan 1 anaknya. Status perkawinan menikah dan menghasilkan 2 orang anak laki
laki dan perempuan. Pengkajian di lakukan pada tanggal 23 Juni 2022 dengan keluhan
kepala terasa pusing nyeri dibagian kepala dan mengalami kelemahan pada bagian
ekstrimitas kiri atas dan bawah. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Dalam
Huether & McCance (2019) disebutkan bahwa hipertensi bertanggung jawab untuk
peningkatan dua kali hingga tiga kali lipat risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular.
Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi.
Stroke dapat menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang
berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak
sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen ke otak terganggu dan dapat
mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial
(TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Ayu R
D, 2018).
Tubuh memiliki system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah
dalam jangka panjang (Nia Permatasari,2020). Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah,
lengan, atau kaki penderita stroke bisa mengalami mati rasa tiba- tiba, kelemahan atau
kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh (haryono,
2019) Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi
otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak
61
belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras- jaras utama
antara otak dan medula spinalis. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada
stroke terjadi pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam rongga
otak meningkat hal ini menyebabkan kerusakan jaringan otak bertambah banyak.
Oedema serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama = Golden
Periode (Gorman, et al, 2012).
Selanjutnya dalam upaya peningkatan pemeliharaan Kesehatan pada Tn.S dengan stroke
non hemoragik dilakukan terapi latihan Range Of Motion (ROM). Latihan range of
motion (ROM) juga sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot, dimana
latihan ini dapat dilakukan 3-4 kali sehari oleh perawat atau keluarga pasien tanpa harus
disediakan tempat khusus atau tambahan biaya bagi pasien ( Wahdaniyah Eka Pratiwi,
2019). Latihan ROM pasif mempengaruhi rentang sendi pada ektremitas atas dan bawah
pada pasien stroke. Latihan ROM pasif dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan
rentang sendi pada ektremitas atas dan bawah pada pasien stroke. Hasil analisis
menunjukan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat meningkatkan rentang
sendi, dimana reaksi kontraksi dan relaksasi selama gerakkan ROM pasif yang
dilakukan pada pasien stroke terjadi penguluran serabut otot dan peningkatan aliran
darah pada daerah sendi yang mengalami paralisis sehingga terjadi peningkatan
penambahan rentang sendi abduksi-adduksi pada ekstremitas atas dan bawah hanya
pada sendi-sendi besar Sehingga ROM pasif dapat dilakukan sebagai alternatif dalam
meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang mengalami paralisis (Warsito,
2016).
Berdasarkan hasil analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan
yang ditemukan pada Tn.S adalah Hambatan mobilitas fisik. Batasan karakteristik
berdasarkan Nanda Nic-Noc (2018-2020) yang dapat ditemukan dari Tn.S terkait
kesesuaian dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik yaitu 1) Perubahan
cara berjalan pada Tn.S mengalami kelemahan ekstremitas sebelah kiri sehingga untuk
berjalan pasien dibantu, meniti dinding atau dibantu oleh keluarga karna tidak dapat
berjalan secara normal dan mandiri. 2)Keterbatasan kemampuan melakukan
keterampilan motorik halus, pada Tn.S pasien tidak dapat menggunakan tangan kirinya
untuk beraktivitas seperti makan dan lain sebagainya. 3)Keterbatasan kemampuan
62
melakukan keterampian motorik kasar, pada Tn. S tidak dapat berdiri, berjalan secara
mandiri. Sehubungan dengan hal tersebut maka Tn.S diberikan intervensi unggulan
berupa terapi latihan fisik Range of Motion (ROM) pasif sebagai upaya peningkatan
fleksibelitas dan kekuatan otot pasien stroke dengan kelemahan ekstremitas.
4.3.2 Analisis penerapan intervensi Range Of Motion (ROM) Pasif dengan Hambatan
Mobilitas Fisik
Hasil dari Analisa data menunjukkan pasien stroke non hemoragik diberikan intervensi
Range Of Motion (ROM) untuk meningkatkan skala otot . Penulis memilih intervensi
Range Of Motion (ROM) untuk menjadi intervensi unggulan karena intervensi ini
efektif untuk mengatasi masalah kelemahan otot pada pasien stroke. Intervensi ini juga
dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga ketika dirumah dan tidak mengeluarkan
biaya yang mahal. Pendapat penulis didukung oleh pernyataan tentang manfaat
intervensi Range Of Motion (ROM) itu sendiri.
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari, setiap kali tindakan kurang lebih
15-20 menit. Intervensi dilakukan selama 3 hari tidak mengalami hambatan apapun.
Pasien dan keluarga sangat kooperatif, pasien juga tidak mengalami perburukan
terhadap kondisinya. Evaluasi pada hari kamis tanggal 23 juni 2022, pasien mengatakan
merasa nyaman setelah dilakukan range of motion (ROM) data objektif didapatkan data
̊ , SpO2: 98%, pasien
tanda-tanda vital TD: 120/90mmhg, N:73x/m, R:18x/m, S:36 C
tampak berbaring dengan posisi semi fowler. Activity Daily Living dibantu oleh
keluarga, Keadaan umun pasien lemah pasien merasa nyaman setelah dilakukan ROM
Pasif Kekuatan otot masih lemah, dan untuk ekstremitas kiri bawah juga masih merasa
lemah. Evaluasi pada hari jum’at, 22 juni 2022 pasien mengatakan merasa nyaman
setelah dilakukan range of motion (ROM) data objektif didapatkan data tanda-tanda
̊ , SpO2: 98%.
vital TD : 120/88mmhg, N:75x/m, R:18x/m, S:36 C
Pasien tampak berbaring dengan posisi semi fowler. Activity Daily Living dibantu oleh
keluarga, keadaan umun pasien baik pasien merasa nyaman setelah dilakukan ROM
Pasif Kekuatan otot masih sangat lemah, dan untuk ekstremitas kiri atas dan bawah juga
masih merasa lemah. Selama 3 kali dilakukan intervensi range of motion (ROM) pasien
63
atau biasa dilakukan setiap saat agar meningkakan massa otot dan tonus otot.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hasil pengkajian yang didapatkan pada pasien Tn.S usia 63 tahun mengatakan
mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri atas dan bawah , keadaan umum pasien
lemah. Tingkat kesadaran composmentis dengan GCS : E4V5M5. Pasien tampak
berbaring dengan posisi semi fowler, terpasang infus ditangan sebelah kanan, tidak
terpasang oksigen, tidak terpasang kateter. Hasil pengukuran TTV: TD
145/110mmHg, Nadi 63x/menit, RR 22x/menit, Suhu: 36,5°C.
5.1.2 Masalah yang muncul pada kasus ini Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot
5.1.3 Intervensi yang direncanakan pada kasus ini yaitu bertujuan agar dapat
mengembalikan kekuatan otot pada Tn.S dengan menggunakan intervensi range of
motion (ROM)
5.1.4 Implementasi ini dilakukan selama 3 hari dengan 3 kali latihan range of motion
(ROM) dengan durasi 15-20 menit, melakukan pengukuran TTV dan evaluasi respon
pasien.
5.1.5 Evaluasi hasil yang didapatkan setelah diberikan intervensi range of motion (ROM)
Pasien mengatakan setelah 3 hari pemberian intervensi range of motion (ROM)
pasien merasa nyaman dan rileks walaupun skala otot masih sama yaitu 1. Hasil
pengukuran TTV 120/90mmhg, N:73x/m, R:18x/m, S:36 ̊C, SpO2: 98%. Sebagai
rencana tindak lanjut klien dan keluarga mencoba penerapkan pelaksanaan range of
motion (ROM) dalam kegiatan harian.
5.1.6 Dokumentasi yang telah dilakukan saat kegiatan pemberian implementasi dengan
mengajarkan latihan range of motion (ROM) dapat dilihat pada bagian lampiran pada
pengumpulan laporan penelitian ini.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
65
66
Hasil karya ilmiah akhir profesi ini diharapkan menjadi informasi profesi
Keperawatan baik dirumah sakit Islam Banjarmasin ataupun di rumah sakit lain
dalam melakukan praktik keperawatan khususnya dalam melakukan asuhan
keperawatan pasien stroke non hemoragik dengan masalah hambatan mobilitas fisik
dengan intervensi Range Of Motion (ROM) untuk membantu mengembalikan
kekuatan otot pasien. Karya ilmiah akhir profesi ini juga dapat menjadi acuan dalam
pemberian terapi non farmakologi.
Ayu, r.d. (2018) Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Edisi Indonesia Ke-8.
Volume 1 dan 2. Elsevier. Singapore. Dalam Wilhesmus tahun 2020.
Nur’aeni Yuliatun Rini (2017) Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga
RSUD Dr. Soedirman Kebumen
Handi, R (2017) Pengaruh Latihan Range ofMotion terhadap kekuatan otot pada pasien
Stroke di Irna F Neurologi BLU RSUP Prof DR.R. D KANDAU MANADO.
Ejournal Keperawatan (e-Kp) vol 1 No. 1 Agustus 2017. WHO. World Health Statistics
2017 : Monitoring Health for The SDGs[Internet].
World Health Organization. 2017. 103 p. Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/255336/1/9789241565486-
eng.pdf?ua=1 Otot Pada Penderita Stroke pada Jurnal Keperawatan GSH Vol 7
No 1 Januari 2018.
Rustadi (2018). Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Edisi II. Philadelphia:
Lippincott
Rahayu, Kun Ika Nur. (2014). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM)
Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke di RSUD Gambiran.
Jurnal Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kediri
Gunawan (2018). Efektivitas ActiveAsertive Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot
Ekstrimitas pada Pasien Stroke Non Hemoragik. Jurnal Keperawatan, ISSN 1907
– 0357
Kemenkes RI. (2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
RI, 53(9), 1689–1699.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun2018.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi III). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Seluruh Indonesia.
67
68
Fitria Hasanuddin, Rahmawati, St. Suarniati, Helmiati (2019). penerapan range of motion
(ROM) terhadap kekuatan otot pada psien stroke dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar Vol. 10 No.
01 2019 e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Findayanti dkk, 2014. Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Rentang Sendi
Pasien Pasca Stroke Idea Nursing Journal Vol. VII No.2.
Haryono, R & Maria Putri Sari Utami, (2019). Keperawatan Medikal Bedah II.
Yogyakarta.
Price, Sylvia A. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa:
Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2012. Fundamental Of Nursing Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kekuatan Otot Pada Penderita Stroke pada Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018.