PROPOSAL
Oleh:
LEO ANGGARA
NPM.172426018 SP
i
PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP RENTANG
GERAK PASIEN REHUMATOID ATHRTIS
DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA
PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
TAHUN 2021
PROPOSAL
Oleh:
LEO ANGGARA
NPM.172426018 SP
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL
OLEH:
LEO ANGGARA
NPM.172426018 SP
iii
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Tuhan yang Maha Esa akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal skripsi ini, dengan judul “Pengaruh senam rematik terhadap
rentang gerak pasien Rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar
Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021”. Proposal skripsi ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan atau merupakan rangkaian kegiatan akademi yang merupakan syarat yang
diwajibkan untuk memperoleh kesarjanaan Strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu
Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan
Bengkulu.
2. Ibu Dr. Ida Samidah, SKp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes, selaku Wakil Dekan I Fakultas
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
5. Ibu Ns. Murwati, S. Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu
iv
Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam
6. Ibu Indra Iswari, SKM, MM selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak
penelitian ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
baik secara langsung maupun tidak lansung demi kelancaran dalam menyusun
proposal ini.
ini.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang membantu
penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal
(Leo Anggara)
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
vi
3. Keuntungan Senam Rehumatoid athrtis ....................................... 23
4. Cara melakukan Senam Rehumatoid athrtis ................................. 24
E. Pengaruh Senam Rematik terhadap Rentang Gerak ada Pasien
Rheumatoid Athritis
...............................................................................................................
...............................................................................................................
25
F. Kerangka Teori..................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR BAGAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Surat Izin Pra Penelitian dari Institusi Pendidikan
Lampiran 7 Bukti Bimbingan Proposal skripsi
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyerang sendi, jaringan ikat, otot, tendon, dan jaringan fibrosa. Rehumatoid
athrtis paling sering menyerang antara usia >40tahun, dan merupakan kondisi
cacat kronis yang sering menyebabkan rasa sakit dan kelainan bentuk (Irianto,
2014).
prevalensi penderita Di seluruh dunia sebanyak 9,6% pria dan 18,0% wanita yang
memiliki keterbatasan dalam bergerak dan 25% tidak dapat melakukan aktivitas
maju sebanyak 0,3% dan 1% dan lebih sering terjadi pada wanita dan di negara
maju, setidaknya 50% pasien tidak dapat mempertahankan pekerjaan penuh waktu
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 angka kejadian
penyakit sendi adalah 7,39% atau 713.783 orang menderita rehumatoid athrtis
pada usia 40 tahun atau lebih. Di Provinsi Bengkulu prevalensi penyakit sendi
Data dari Panti Sosial Tresna Werdha jumlah Lansia pada Juli-September
1
2
lansia yang mengalami rehumatoid athrtis sebanyak 41 orang (Panti Sosial Tresna
Werdha, 2020).
Rehumatoid athrtis paling banyak terjadi pada manusia yang berusia di atas
pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur
pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita (Ariani,
2016). Gejala utama Rehumatoid athrtis yaitu adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak, umumnya timbul secara perlahan rasa kaku,
kemudia timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat dan juga terdapat
hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembesaran sendi, dan perubahan
Penyebab pasti dari Rehumatoid athrtis sekarang belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi faktor resiko Rehumatoid athrtis dapat diketahui dari umur, jenis
kelamin, faktor keturunan, faktor cuaca, faktor mekanik serta kelainan geometri
sendi, diet, trouma dan faktor okupasi (Nuarif & Kusuma, 2015). Penatalaksanaan
terapi fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan
merawat persendian, penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai
terapi yang lebih direkomendasikan untuk Rehumatoid athrtis lutut adalah terapi
3
modalitas senam aerobik, maka dengan ini peneliti ingin menggukan senam
rehumatoid athrtis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam
Senam rematik merupakan salah satu metode yang praktis, efektif dalam
kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomedik, sendi
dan rasa posisi sendi (Pujiati, 2017). Gerakan yang terkandung dalam senam
rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian
gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat
efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya dilakukan secara teratur
dan terorganisasi bagi penderita senam rematik sehingga membuat otot-otot akan
bening dan menjaga kadar lemak tetap normal sehingga dapat menurunkan tingkat
4
nyeri dan dapat meningkatkan rentang gerak bagi penderita rheumatoid athritis
(Suwarni, 2017).
gerak bisa terjadi karena gerakan yang terkandung dalam senam rematik membuat
memperlancar cairan getah bening dan menjaga kadar lemak tetap normal
obat untuk menangani penyakit rehumatoid athrtis dan belum pernah melakukan
Menurut data dari Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu seluruh
pasien lansia yaitu sebanyak 81 orang dengan jumlah lansia yang mengalami
mereka mengatakan tidak nyaman karena terasa nyeri pada lutut, terlihat
perubahan gaya berjalan karena kaku saat digerakkan dan nyeri bertambah saat
melakukan aktivitas yang cukup lama, adapun skala nyeri yang didapat dari 5
sampel tersebut yaitu nyeri sedang dan bila saat setelah melakukan aktivitas yang
Dewa Kota Bengkulu ini karena tingginya angka kejadian Rehumatoid athrtis,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Senam
Rematik terhadap Rentang Gerak Pasien Rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna
B. Rumusan Masalah
ini yaitu “Adakah Pengaruh Senam Rematik terhadap Rentang Gerak Pasien
Rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar Dewa Kota Bengkulu
Tahun 2021.?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar Dewa Kota Bengkulu
Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
senam rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar Dewa Kota
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Rehumatoid athrtis.
ada di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu tentang senam rematik,
b. Akademik
rehumatoid athrtis.
7
c. Peneliti lain
athrtis.
d. Responden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60 tahun dipandang sebagai
garis pemisah antara usiamadya dengan usia lanjut. Usia 65 tahun sebagai usia
Lansia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. UU No. IV. Tahun 1965 Pasal I, menyatakan bahwa seseorang dapat
dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau
2. Penggolongan Lansia
menjadi lanjut usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Menurut pendapat
8
9
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
b. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-
3. Karakteristik Lansia
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan
atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing berat
c. Perubahan psikososial
bersangkuatan.
d. Perubahan kognitif
e. Perubahan spiritual
5. Tipe Lansia
(Ratnawati, 2018) :
panutan.
b. Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
1. Definisi
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
padahal jika tidak segera ditangani rheumatoid athritis bisa membuat anggota
tubuh berfungsi tidak normal mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit
tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan
2. Etiologi
Pada saat ini, rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi pada kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
2015), yaitu :
b. Endokrin
c. Automium
d. Metabolic
3. Jenis Rheumatoid
a. Osteoartritis.
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
b. Artritis Rematoid.
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
c. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar
50 tahun ke atas.
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat
pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
4. Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan
tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan
baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan
15
a. Fase 1
b. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
sinovia.
c. Fase 3
5. Manifestasi Klinis
Gelaja awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta
hanya terjadi pada satu sendi disebut rheumatoid mono-artikular (Amin &
Hardi, 2016).
1. Stadium awal
Nyeri terasa setelah lama duduk dan istirahat, nyeri juga biasa timbul malam
hari, pembengkakan, kekakuan pada pagi hari (biasanya lebih dari satu jam),
penurunan BB, rasa capek/sering merasa lelah, sedikit demam dan anemia,
2. Stadium lanjut
radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki. Kaku sendi saat
bangun tidur dipagi hari yang hilang dengan sendirinya setelah sekitar 1 jam
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laju endap darah : umumnya meningkat pesat dan biasanya kembali normal
sebagai penyebab AR
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
perkembangan panas.
7. Penatalaksanaan
kelompok yaitu:
a. Managemen Farmakologi
1) Edukasi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai
rehumatoid athrtis. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar
apabila berat badan berlebih (Nurarif .A.H, & Kusuma .H, 2015).
b. Terapi farmakologis
2015).
2) Chondroprotective Agent
3) Terapi pembedahan
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2012).
menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah
seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan
secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di
seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara
aktif. Pada pasien rheumatoid athritis termasuk dalam latihan ROM aktif
2) Kelemahan otot
Menurut (Potter & Perry, 2015), ROM terdiri dari gerakan pada
2008).
a. Persiapan
1) Persiapan Klien.
2) Persiapan Lingkungan
b. Pelaksanaan
1) Gerakan Pemanasan
lalu bergantian dengan sisi lain. Lihat gambar 2.1 dibawah ini
c. Gerakan Inti
dibawah ini
d. Pendinginan
dan tahan dengan tangan lainya. Hitunglah 8-10 kali dan pada sisi
Rheumatoid Athritis
athritis lutut lansia, karena gerakan yang terkandung dalam senam rematik
adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian
peredaran darah memperlancar cairan getah bening dan menjaga kadar lemak
tetap normal sehingga dapat menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan rentang
gerak bisa terjadi karena gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah
gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya
dilakukan secara teratur dan terorganisasi bagi penderita senam rematik sehingga
29
memperlancar cairan getah bening dan menjaga kadar lemak tetap normal
sehingga dapat menurunkan tingkat nyeri dan dapat meningkatkan rentang gerak
bagi penderita rheumatoid athritis. Ada hubungan antara pemberian terapi senam
dari hasil uji Mann-Whitney Test dimana didapatkan p = 0.017 (rentang gerak)
atau p value < 0.05 yang artinya ada hubungan yang signifikan.
rentang gerak dan aktivitas berjalan pada lansia yang mengalami osteoarthritis
dimana hasil yang diperoleh p = 0.000 dengan nilai korelasi hubungan sangat
kemampuan rentang gerak lansia sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat
pula dan lansia tidak menjadi beban bagi orang lain. Untuk itu penelitian
memenuhi aktivitas sehari-hari dapat tercapai dan ditindak lanjuti dengan model
pengembangan.
30
H. Kerangka Teori
Etiologi rheumatoid
athritis
a. Usia >40 tahun rheumatoid Nyeri, kekakuan dan
b. Jenis kelamin athritis penurunan rentang gerak
c. Suku bangsa
d. Genetik
e. Obesitas
f. Cedera sendi, pekerjaan
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang
Senam Rehumatoid
athrtis
BAB III
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan
31
32
(25-49%)
4. Trance: Tidak
ada gerak (0-
24%)
(Potter & Perry,
2015)
2. Senam Tindakan yang Intervensi SOP Gerakan Inti, -
Rehumato dilakukan seperti Senam Pemanasan dan
id athrtis melakukan rehumato pendinginan
gerakan duduk id athrtis
dan gerakan
berbaring atau
tidur selama
kurang lebih 10
menit yang
dilakukan 3 x
dalam 1 minggu
selama 3 minggu
atau 9x intervensi
(Prasetya, 2019).
C. Hipotesis
Ho1 : Tidak ada pengaruh senam rematik terhadap rentang gerak pasien
Ha1 : Ada pengaruh senam rematik terhadap rentang gerak pasien Rehumatoid
athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun
2021.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
rancangan one group pre-test dan post-test yaitu penelitian yang tidak mempunyai
berikut:
O1 X O2
Bagan 4.1
Kerangka Penelitian
Keterangan
O1=Observasi pertama (sebelum senam rehumatoid athrtis)
X = Perlakuan (senam rehumatoid athrtis/intervensi)
O2 = Observasi kedua (sesudah dilakukan senam rehumatoid athrtis)
33
34
1. Populasi
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
a. Kriteria Inksklusi
di PSTW
b. Kriteria Eksklusi
D. Instrumen Data
Rehumatoid athrtis.
2. Tahap Penelitian
rehumatoid athrtis.
rehumatoid athrtis seperti matras atau karpet, kursi, bantal kecil sebagai
beban.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pasien yang
b. Data Sekunder
2. Pengolahan Data
Sulistyaningsih (2011):
dianalisis.
a. Analisis Univariat
F
P= ×100
n
Keterangan :
n = jumlah
46 % - 55 % : Sebagian responden
b. Uji Normalitas
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal, ada tiga cara untuk
mengetahuinya yaitu:
standar erornya menghasilkan angka lebih dari atau sama dengan 2, maka
distribusi normal.
3) Uji Shapiro wilk digunakan jika sampel ≤50 dan uji Kolmogrov Smirnov
digunakan jika sampel >50, bila hasil signifikan (p value > 0,05) maka
distribusi normal. Uji shapiro wilk adalah metode uji normalitas yang
c. Analisis Bivariat
nilai p ini kita dapat menggunakan untuk keputusan uji statistik dengan cara
Tahun 2021
F. Etika Penelitian
tertentu pada lembar pengumpulan data yang akan diisi oleh responden
3. Confidential (kerahasiaan)
DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA Jilid I dan II. Jogjakarta. Mediaction Jogja
Arif, M. (2012). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Kushariyadi. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Selemba
Medika
Mansjoer A., Triyadi K., Savitri R., Whardani W.I., Setiowulan W. (Editor). (2016).
Efektivitas Senam Rematik terhadap Kemampuan Berjalan dengan Nyeri Sendi
untuk Mencapai Hidup yang Sehat dan Sejahtera pada Lanjut Usia. Universitas
Sahit Surakarta. Jawa Tengah. Diakses tanggal 11 Januari 2021 iunduh dari
http://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JIKI/article/view/29.
42
Maryam,. dkk. (2012). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Selemba
Medika.
Nurarif dan Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA Jilid I dan II. Jogjakarta. Mediaction Jogja
Panti Sosial Tresna Werdha. (2020). Profil Penyakit di Panti Sosial Tresna Werdha
pada Tahun 2020. Bengkulu
Potter, P.A, Perry, A.G. (2015). Fundamental Keperawatan. Buku 2 & 3 edisi ke-7
(Diah Nur Fitriani, Onny Tampubolon, & Farah Diba, Penerjemah). Jakarta:
Salemba Medika
Pujiati. (2017). Senam Rematik terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Ny,S
Pendem Kulon Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. 4.
Putri. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Artritis Reumatoid Di
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai. (diakses 12
Januari 2020) di unduh dari https://ejournal.unsrat.ac.id/.
Sangrah. Muh, Wahid. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Penurunan Nyeri
dan Peningkatan Rentang Gerak Osteoaritis Lansia. Diakses pada tanggal 13
Januari 2021 diunduh dari http://repositori.uin-alauiddin .ac.id
Lampiran 1
Kepada Yth.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-I)
Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Universitas Dehasen Bengkulu.
NPM : 172426018 SP
Bengkulu,……..2021
45
TTD
Peneliti
Lampiran 2
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setelah membaca dan memahami
yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
rentang gerak pasien Rehumatoid athrtis di Panti Sosial Tresna Wherda Pagar
Kesediaan saya menjadi responden atas kemauan saya sendiri dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun karena saya memahami bahwa data dan informasi yang
saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan
penelitian demi pengembangan ilmu keperawatan serta tidak akan merugikan bagi
saya.
Bengkulu, 2021
Responden
46
(..................................)
Lampiran 3
9. CARA KERJA
Tahapan kerja:
1. Jaga privasi klien.
48
2. Gerakan Pemanasan
a. Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang
sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu
bergantian dengan sisi lain.
3. Gerakan Inti
a. Langkah-langkah gerakan gerakan diawali menoleh kiri dan
kanan.
49
4. Pendinginan
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
Pengaruh senam rematik terhadap rentang gerak parien Rematik di Panti Sosial
Tresna Wherda Pagar Dewa Bengkulu Tahun 2021
Oleh:
NPM : 172426018 SP
Nama :
Usia :
Agama :
Alamat Asal :
Petani/buruh Lain-lain
SMP/sederajat SMA/sederajat
Diploma/Sarjana
No Keterangan Penilaian
0 1 2 3 4 5
1 Lutut Fleksi: Menggerakan tumit ke arah
belakang paha, rentang 120/130 derajat.
Ekstensi: mengembalikan tungkai,
rentang 120-130 derajat.
2 Mata kaki Dorsifleksi : Menggerakan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk keatas,
rentang 20-30 derajat.
Planterflesi: Menggerakkan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk
kebawah, rentang 45-50 derajat.
3 Kaki Inversi: Memutar telapak kaki ke
samping dalam, rentang 10 derajat.
Eversi: Memutar telapak kaki ke
samping luar, rentang 10 derajat.
5: Mengangkat dan bertahan terhadap resistensi yang kuat (otot berkontraksi dengan
gerak sendi penuh dan volume otot normal)
Sumber: Modifikasi (Heryati, 2016)
Keterangan hasil Pengukuran Rentang Gerak
Normal : Gerak penuh tanpa hambatan (100%)
Good : Gerakan tidak penuh (75-99%)
Fair : Gerakan tidak penuh dan hambatan (50-74%)
Poor : Gerak ada hambatan (25-49%)
Trance : Tidak ada gerak (0-24%)
55
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
2.
3.
4.
57
5.
6.
7.
Bengkulu,................................2021
Ketua Program Studi,
2.
3.
4.
59
5.
6.
7.
Bengkulu,................................2021
Ketua Program Studi,